Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Tanah dapat didefinisikan sebagai material mineral yang tidak padu yang
berada di permukaan bumi dan yang berfungsi sebagai medium alami bagi
pertumbuhan tanaman darat. Tanah merupakan faktor terpenting dalam
tumbuhnya tanaman dalam suatu sistem pertanaman, pertumbuhan suatu jenis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah tersedianya unsur hara,
baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Tanah sebagai medium
pertumbuhan tanaman berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan tanah
secara alami memiliki tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai medium
tumbuh tanaman.

Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman


(plantnutrient) untuk memenuhi siklus hudupnya. Apabila suatu tanaman
kekurangan suatu unsur hara, maka akan menampakkan gejala pada suatu organ
tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan. Unsur hara yang
diperlukan tanaman tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari dalam tanah. Oleh
karena itu perlu penambahan dari luar biasanya dalam bentuk pupuk. Pupuk
adalah bahan yang diberikan kedalam tanah atau tanaman untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan dapat berfungsi untuk memperbaiki sifat
fisika, kimia dan biologi tanah.

Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah.
Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembabandan
tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah),
KTK,kejenuhan basa, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara
dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah
antara lain meliputi aktivitas mikrobia perombak bahan organik dalam proses
humifikasi dan pengikatan nitrogen udara. Evaluasi kesuburan tanah dapat
dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi pada
tanaman secara visual, analisa tanaman dan analisa tanah. Analisa tanaman
meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P dan K) dan uji vegetatif
tanaman dengan melihat.

pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa


ketersediaan haramakro primer (N, P dan K) dalam tanah. Pembuatan makalah ini
dimaksudkan untuk membahas beberapa hal terkait dengan kesuburan tanah,
sehingga pemakalah mampu memahami dan menjelaskan dasar-dasar kesuburan
tanah, indikator kesuburan tanah, evaluasi kebutuhan pupuk dan perbaikan
kesuburan tanah.

Kandungan unsur hara di dalam tanah sebagai gambaran status kesuburan


tanah dapat dinilai dengan beberapa metode pendekatan yaitu : (1) Analisa contoh
tanah, (2) Mengamati gejala-gejala (symptom) pertumbuhan tanaman, (3) Analisa
contoh tanaman, (4) Percobaan pot di rumah kaca, dan (5) Percobaan lapangan.

I.2. Tujuan

Adapun tujuan praktikum kali ini sebagai berikut :

1. Untuk melihat respon tanaman terhadap unsur N, P, K, dan Ca.

2. Untuk menghitung produksi maksimum (% BK ( Berat kering ) tanaman tanpa


unsur tertentu/ BK ( Berat Kering ) tanaman dengan perlakuan lengkap).
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya


diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif.Tanaman
jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

(Samuel 2008).

Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik.


Adaptasi jaggung baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah
satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju
fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi
rendah, efisien dalam penggunaan air (Benyamin 2004).

Energi matahari yang tertangkap oleh tanaman jagung diubah menjadi


energi potensial, selanjutnya digunakan untuk:

a. Mengabsorpsi unsur hara, mineral dan air

b. Mensistesa bahan-bahan organik

c. Mengkatalis bahan-bahan organik yang terbentuk melalui proses respirasi


dan transpirasi
d. Melaksanakan pertumbuhan dan melengkapi siklus perkembangan
(Munawar 2007).

Pupuk kandang dapat diartikan sebagai semua produk buangan dari hewan
ternak yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan
biologi tanah. Pemeliharan ternak diberi alas sekam pada ayam, jerami pada sapi,
kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan dan
disebut pupuk kandang pula. Berdasarkan sifatnya pupuk kandang dibagi menjadi
dua yaitu pupuk kandang padat dan cair. Pupuk kandang padat yaitu kotoran
ternak yang berupa padatan termasuk yang belum dikomposkan, sebagai sumber
hara N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah.
Sedangkan pupuk kandang cair merupakan bentukan cair dari kotoran hewan yang
masih segar yang bercampur dengan urin hewan atau kotoran hewan yang
dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Pupuk kandang yang masih
segar jika dicampur dengan air dan dijadikan pupuk kandang cair memiliki
kandungan hara yang lebih baik dibanding dengan pupuk kandang padat.
(Ginting, S., 1995).

Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang
mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK
merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan. Pupuk
NPK mempunyai berbagai bentuk, yang paling khas adalah pupuk padat yang
berbentuk granul atau bubuk. Ada juga pupuk NPK yang berbentuk cair, beberapa
keuntungan dari pupuk cair adalah efek langsung dan jangkauannya yang
luas. Pupuk NPK adalah suatu jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari
satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk
majemuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK karena mengandung senyawa
ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogenfosfat (NH4H2PO4), dan
kalium klorida (KCl). Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk
dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15
berarti bahwa dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5)
dan 15% kalium (sebagai K2O) (Lingga, P. dan Marsono. 2000 ).
Pupuk SP atau SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan
fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk
P2O5 SP36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika
ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh
tanaman. Kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi
kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah (Situmorang dan
Untung 2001).

Bersama unsur fosfor (P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan unsur
hara yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman. Bahan tanaman kering mengandung
sekitar 2 sampai 4 % N, jauh lebih rendah dari kandungan C yang berkisar 40%.
Hara N merupakan komponen protein (asam amino) dan khlorofil. Bentuk ion
yang diserap oleh tanaman umumnya dalam bentuk NO3- dan NH4+ bagi
tanaman padi sawah (Rinsema, W.T. 1993).

Aspek penting kesuburan tanah dalam hubungannya dengan P adalah


serapan P oleh tanaman selama periode kekuranagn (stress) air, karena sebagian
besar P yang diserap oleh tanaman melalui proses difusi menunjukkan bahwa
serapan P oleh kecambah jagung berkurang sesuai dengan penurunan kadar air
tanah atau peningkatan stress/kekurangan air. Pengaruh kekurangan air terhadap
serapan P tanaman dapat dikurangi dengan pemberian P yang tinggi (Rosmarkam,
A. dan N. Yuwono. 2002).
BAB III
BAHAN DAN METODA

3.1. Tempat dan waktu


Adapun waktu dan tempat, dalam pelaksanaan praktikum ini :

Hari/ Tanggal Praktikum : Mulai dari tanggal


Waktu : pukul 13.00 wib. s/d selesai
Tempat : Di lahan percobaan sebelah rumah kaca Fakultas
Pertanian Universitas Katolik St. Thomas SU,
Medan.
3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Kantong Plastik (Polybag)


2. Alat penyiram
3. Neraca
4. Oven
5. Eksikator
6. Gelas Ukur
7. Meteran
8. Pisau
9. Beaker Gelas
10. Alat tulis
11. Amplop

3.1.3. Bahan

1. Contoh tanah yang diambil dari lapisan olah dan lolos ayakan 2,0 cm
2. Benih jagung hibrida atau benih lainnya
3. Pupuk Urea, TSP, KCl dan kapur Pertanian (CaCO3)
3.3. Prosedur percobaan

1. Media Tanam : Contoh tanah diambil dari lapisan kedalaman 0-20 cm,
dan merupakan wakil dari suatu areal pertanian tertentu. Contoh tanah
dikering anginkan, dihaluskan dan diayak dengan ayakan 2,0 cm.contoh
tanah diisikan 0,5 kg kedalam polybag kedalam ukuran 30cm X 40 cm.
Polybag diisi sebanyak 48 polybag sesuai dengan jumlah unit percobaan.
2. Tanaman Indikator : Sebagai tanaman indikator dipakai jagung atau
tanaman lainnya yang peka terhadap kondisi unsur hara N,P,K dan Ca
dalam tanah.\
3. Perlakuan dan Rancangan Percobaan : Percobaan yang digunakan
Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 2 faktor yaitu : 1)
Pemberian pupuk organik (O) (kompos) sebagai faktor pertama dan 2)
Pemberian unsur hara sebagai faktor kedua (H).
Pemberian bahan organik terdiri dari 2 taraf perlakuan, yaitu :

 O0 : tanpa pemberian bahan organik dan


 O1 : pemberian 0,5 kg bahan organik perpolybag
Pemberian unsur hara terdiri dari 6 (enam) taraf perlakuan, yaitu :
 H0 (Kontrol); Unsur hara tanpa N,P,K & Ca
 H1; Unsur hara lengkap N,P,K & Ca
 H2 ; tanpa Unsur hara lengkap N(P,K & Ca)
 H3; tanpa Unsur hara lengkap P(N,K & Ca)
 H4; tanpa Unsur hara lengkap K(N,P & Ca)
 H5; tanpa Unsur hara lengkap Ca(N,P &K) (H5)

Dengan demikian terdapat 12 (2 x 6) unit percobaan, yaitu;


1. O0 H0
2. O0 H1
3. O0 H2
4. O0 H3
5. O0 H4
6. O0 H5
7. O1 H0
8. O1 H1
9. O1 H2
10. O1 H3
11. O1 H4
12. O1 H5
Masing-masing unit percobaan diulang 4 (empat) kali, sehingga total unit
percobaan sebanyak 48 unit. Dosis masing-masing pupuk sebagai sumber unsur
hara; 1 gr urea/ polybag, 0,5 gr TSP/ polybag, 0,5 gr KCl/polybag dan 10 gr
CaCO3/polybag.

3.4. Pelaksanaan Percobaan:


1) Sepuluh (5,0) kg tanah kering udara dimasukkan dalam polybag ukuran 30
cm x 40 cm. Diisi tanah sebanyak 48polybag.
2) Pada perlakuan O1 ditambahkan 500 gr (0,5 kg) kompos dan kemudian
dicampur dengan tanah sampai ½ tanah bagian atas.
3) Pada perlakuan H1, H2, H3 & H4 (2,3,4,5,8,9,10 dan 11) ditambahkan 10
gram CaCO3 untuk setiap polybag. Campur CaCO3 dengan tanah secara
merata dengan cara diluarkan tanah dari polybag dan dikacau dan setelah
merata diisikan kembali kedalam polybag.
4) Semua media tanah dalam polybag setiap hari disiram dengan air hingga
sedikit melewati kapasitas lapang. Dilakukan selama satu minggu.
5) Satu minggu setelah pemberian CaCO3 dan disiram setiap harinya:
- Ditambahkan 1,0g urea pada perlakuan; 2, 4, 5, 6, 8, 10, 11
- Ditambahkan 0,5g TSP pada perlakuan; 2, 3, 5, 6, 8, 9, 11 & 12
- Ditambahkan 0,5g KCl pada perlakuan; 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10 & 12
6) Pupuk dicampur dengan tanah dengan cara mengorek tanah bagian atas
kira-kira sedalam 5,0 cm.
7) Kembali disiram setiap hari hingga sedikit diatas kapasitas lapang
8) Dua (2) hari setelah pemberian pupuk Urea, TSP dan KCl, ditanam 4 benih
jagung atau benih lain selain polybag. Benih ditanam kira-kira 3 cm. Setelah
tanaman berumur 10 hari dilakukan penjarangan menjadi 2 tanaman 2
tanaman per polybag.
9) Kadar air tanah harus dipertahankan lembab setiap hari dengan disiram
setiap hari.
10) Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan bila perlu
11) Pelam pertumbuhan dilakukan pengamatan terhadap;
a. Tinggi tanaman umur 19, 26, 33, & 39 hari. Tinggi diukur dari pangkal
batang hingga ujung daun terpanjang.
b. Jumlah daun tanaman umur 19, 26, 33, & 39 hari.
c. Secara visual diamati dan dicatat gejala- gejala difesiensi yang timbul
(dilihat panduan pada Tabel 1).
d. Pada umur 40 hari, tanaman dipanen dengan tanaman pada pangkal batang
dipotog dengan pisau lipat. Segera ditimbang agar diperoleh bobot basah
tanaman. Setelah ditimbang, masing-masing tanaman dari setiap unit
percobaan dimasukkan kedalam kertas amplop dan selanjutnya dikeringkan
didalam oven 70ºC selama 24 jam, dan setelah 24 jam dalam oven segera
ditimbang untuk diperoleh bobot kering tanaman.
5. Analisis Hasil Percobaan
Respon tanaman terhadap suatu pupuk atau unsur hara dinilai berdasarkan
persentase hasil bobot (basah atau kering) yang diperoleh dari suatu perlakuan
tanpa unsur har yang dimaksud terhadap bobot (basah atau kering) tanaman yang
diperoleh dari perlakuan lengkap (perlakuan 1). Nilai tersebut selanjutnya disebut
persen (%) produksi maksimum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil ( Data Terlampir )

Tabel I. Jumlah daun tanaman (umur 19 hst) jagung

Ulunggan Presentase
Rata
No Perlakuan Jumlah Relative
-rata
I II III IV Daun

Tanpa bahan organik ( Oo )


1 O0H0 Kontrol 6 5 4 6 21 5,25 97,67
2 O0H1 6 5 5 5,5 21,5 5,37 100
NPKCa
3 O0H2 -P 6 5,5 5 5 21,5 5,37 100
(NKCa)
4 O0H3 -K 7 5 4 5,5 21,5 5,37 102,38
(NPCa)
5 O0H4 -Ca 6 5 4 6 21 5,25 95,45
(NPK)
6 O0H5 -N 7 4,5 5 5,5 22 5,5 84,61
(PKCa)

Dengan bahan organik 0,5 kg/pot (O1)


7 O1H0 Kontrol 8,5 6 6 5,5 26 6,5 98,11
8 O1H1 9 6 6 5,5 26,5 6,62 100
NPKCa
9 O1H2 -P 8 6 5 5,5 24,5 6,12 92,45
(NKCa)
10 O1H3 -K 9,5 6 6 5,5 27 6,75 101,88
(NPCa)
11 O1H4 -Ca 8 6 6 5,5 25,5 6,37 96,22
(NPK)
12 O1H5 -N 9 6 6 5,5 26,5 6,62 100
(PKCa)
Tabel II. Jumlah daun tanaman (umur 29 hst) jagung

Ulungan Presentase
No Perlakuan Jumlah Rata-rata Relative
I II II IV
Daun

Tanpa bahan organik ( Oo )

1 O0H0 Kontrol 7 7 6 6,5 26,5 6,62 100


2 O0H1 NPKCa 7 7,5 6 6 26,5 6,62 100
-P
3 O0H2 (NKC)
7 7 6,5 7,5 28 7 105,66
-K
4 O0H3 (NPCa) 7 7 5,5 6 25,5 6,37 96,22
-Ca
5 O0H4 (NPK)
8 7 5 7 27 6,75 101,88
-N
6 O0H5 (PKCa)
7,5 6 5,5 6 25 6,25 94,33

Dengan bahan organik 0,5 kg/pot (O1)

7 O1H0 Kontrol 9 9 7,5 7 32,5 8,12 98,48


8 O1H1 NPKCa 10 8,5 8,5 6 33 8,25 100
9 O1H2 -P 9,5 9 6,5 6 31 7,75 93,93
(NKCa)
10 O1H3 -K 11 10 7 11, 39,5 9,87 119,69
(NPCa) 5
11 O1H4 -Ca 10 9,5 7 7 33,5 8,37 101,51
(NPK)
12 O1H5 -N 10, 9,5 7 12, 39,5 9,87 119,69
(PKCa) 5 5

Tabel III. Jumlah daun tanaman (umur 39 hst) jagung

Ulungan Presentase
N Rata- Relative
Perlakuan Jumlah
o I II III IV rata Daun

Tanpa bahan organik ( Oo )


Kontro
1 O0H0 l 8 9 9 7,5 33,5 8,37 106,34
NPKC
2 O0H1 a 9 8 8 6,5 31,5 7,87 100
-P
3 O0H2 (NKCa 9 11 11 7,5 38,5 9,62 122,22
)
-K
4 O0H3 (NPCa) 8,5 10 10 7,5 36 9 114,28
-Ca 10,
5 O0H4 (NPK) 9 10,5 7,5 37,5 9,37 119,04
5
-N
6 O0H5 (PKCa) 8 10 10 8,5 36,5 9,12 115,87

Dengan bahan organik 0,5 kg/pot (O1)

Kontro
7 O1H0 l 12 11 11 7 41 10,25 97,61
NPKC 10,
8 O1H1 a 12,5 11,5 7,5 42 10,5 100
5
-P
9 O1H2 (NKCa 12 10 10 12 44 11 104,76
)
-K
10 O1H3 (NPCa) 13,5 12 12 7,5 45 11,25 107,14
-Ca
11 O1H4 (NPK) 12 11,5 4,5 7 35 8,75 83,33
-N 11,
12 O1H5 (PKCa) 12,5 10,5 8 42,5 10,62 101,19
5

Tabel IV. Tinggi tanaman (umur 19 hst) jagung

Ulungan Presentase
N Rata-
Perlakuan Jumlah Relative
o rata
I II III IV Daun

Tanpa bahan organik ( Oo )


1 O0H0 43 35,2 30,5 33,5 142,25 35,56 83,43
Kontrol
5
2 O0H1 NPKCa 65 39 34 32,5 170,5 42,62 100
3 O0H2 -P (NKC) 50 45,5 37 38,5 171 42,75 100,29
4 O0H3 64 40 34,7 39,5 178,25 44,56 104,54
-K (NPC)
5
5 O0H4 49,5 38,2 34,5 48 170,25 42,56 99,85
-Ca (NPK)
5
6 O0H5 47 31,7 36 47,5 162,25 40,56 95,16
-N (PKC)
5

Dengan bahan organik 0,5 kg/pot (O1)


7 O1H0 81,5 21,2 47,5 45,5 195,75 48,93 83,38
Kontrol
5
8 O1H1 86,5 47,2 53,5 47,5 234,75 58,68 100
NPKCa
5
9 O1H2 -P (NKCa) 78 46,5 55 49 228,5 57,12 97,33
10 O1H3 -K (NPC) 88 54,5 58 46,5 247 61,75 105,21
11 O1H4 -Ca (NPK) 80 55,5 53,5 48 237 59,25 100,95
12 O1H5 -N (PKC) 85,5 53 55 50 243,5 60,87 103,72
Tabel IV. Tinggi tanaman (umur 29 hst) jagung

Ulungan Presentase
Jumla Rata-
No Perlakuan Pertumbuha
h rata
I II III IV n Relative

Tanpa bahan organik ( Oo )


1 O0H0 Kontrol 55,5 49,5 34,5 44,45 183,95 45,98 83,80
2 O0H1 NPKCa 63,5 55 39,5 61,5 219,5 54,87 100
-P
3 O0H2 (NKCa)
39 57,75 34,75 71 202,5 50,62 92,25
57,31
4 O0H3 -K (NPC) 60,5 55 43,75 70 229,25 104,44
2
-Ca
5 O0H4 (NPK) 64,5 54 37,75 76 232,25 58,06 105,80
6 O0H5 -N (PKC) 47 42 44,75 74 207,75 51,93 94,64

Dengan bahan organik 0,5 kg/pot (O1)


7 O1H0 Kontrol 92,5 81,5 77 78,5 329,5 82,37 100,61
8 O1H1 NPKCa 106 67 87 67,5 327,5 81,87 100
-P
9 O1H2 (NKCa)
95 70 86,5 83 334,5 83,62 102,13
10 O1H3 -K (NPC) 107 86 88 83,25 364,25 91,06 111,22
-Ca
11 O1H4 (NPK)
96,5 85,5 86 70,5 338,5 84,62 103,35
12 O1H5 -N (PKC) 103,5 83,5 87 67 341 85,25 104,12

Tabel IV. Tinggi tanaman (umur 39 hst) jagung

Ulungan Presentase
Rata-
No Perlakuan Jumlah Pertumbuhan
rata
I II III IV Relative

Tanpa bahan organik ( Oo )


1 O0H0 Kontrol 78,5 84,75 85 80 328,25 82,06 92,33
2 O0H1 NPKCa 81 94 93 87,5 355,5 88,87 100
3 O0H2 -P 80,5 103,25 87 91 361,75 90,43 101,75
(NKCa)
4 O0H3 -K 79,5 95 44 87 305,5 76,37 85,93
(NPC)
5 O0H4 -Ca 84 92,25 92,25 100,5 369 92,25 103,79
(NPK)
6 O0H5 -N 75 73,75 73,75 98,5 321 80,25 90,29
(PKC)
Dengan bahan organik 0,5 kg/pot (O1)
7 O1H0 Kontrol 111,5 107,75 107,75 99,5 426,5 106,62 84,53
8 O1H1 NPKCa 125 136,5 139 104 504,5 126,12 100
9 O1H2 -P 115 116,5 116,5 95 443 110,75 87,80
(NKCa)
10 O1H3 -K 127 149,25 150 93,5 519,75 129,93 103,02
(NPC)
11 O1H4 -Ca 116,5 141 142 85 484,5 121,12 96,03
(NPK)
12 O1H5 -N 118,5 114,25 146 107,5 486,25 121,56 96,38
(PKC)

Presentasi bobot basah dan bobot kering pada tanaman jagung

Tabel 1. Bobot Basah

Ulungan Rata- Presentase


No Perlakuan Jumlah
rata Relative
1 2 3 4
1 O0H0 10 321,1 23 23 377,1 94,27 74,08
2 O0H1 99 355 27,5 27,5 509 127,25 100
3 O0H2 30 242,5 34,5 34,5 341,5 85,37 67,09
4 O0H3 71,5 655,5 33 30,5 790,5 197,62 155,30
5 O0H4 26,5 379,5 92,4 46,5 544,9 136,22 107,05
6 O0H5 32,5 1431,25 35 35 1533,75 383,43 301,32
7 O1H0 85 148 114,5 102,5 450 112,5 62,24
8 O1H1 94 524 52,5 52,5 723 180,75 100
9 O1H2 66,5 483 85 141 775,5 193,87 107,26
10 O1H3 71 410,25 88 88 657,25 164,312 90,90
11 O1H4 61,7 529,25 43 43 676,95 169,23 93,63
12 O1H5 97,6 663 52,5 52,5 865,6 216,4 119,72
4.2. Pembahasan

Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung

Dari hasil yang telah dilakukan, terlihat bahwa pertumbuhan dan

perkembangan tanaman jagung pada kelompok 1, 2, 3, dan 4 dengan

menggunakan bahan organik dan tanpa organik.

Pada tanamanan tanpa bahan organik : N memperoleh pertumbuhan

relative pada tanaman 90, 29 pada P memperoleh pertumbuhan relative pada

tanaman 101,75, K pertumbuhan relativenya 85, 93 dan pada Ca meperoleh

pertumbuhan relative 103,79. Dan pada tanaman yang tanpa organik ini semuanya

di respon oleh tanaman tersebut, akan tetapi yang paling di respon oleh tanaman

yaitu P, Ca dan N yang paling rendah di respon yaitu K.

Pada tanaman dengan menggunkan bahan organik, N memperoleh

pertumbuhan 96,38, pada P memperoleh pertumbuhan pada tanman 87,80, K

pertumbuhannya 103,03 dan pada unsur hara Ca mendapatkan presentase

pertumbuhan 96,03. Dan pada tamanan dengan menggunakan bahan organik ini

yang paling banyak merespon unsur hara K, sedangkan yang paling rendah untuk

merespon pada tanaman adalah unur hara P, akan tetapi sudah terpenuhi unsur

hara yang di butuhkan oleh tanaman jagung.

Pada tanaman yang tidak menggunakan bahan organik, dalam pengamatan

jumlah relatip daun pada tanaman tersebut. Pada tanaman yang menggunakan

unsur hara N 115,04, P 122,22, K 114,28 dan pada Ca mendapatkan jumlah daun

relative 119,04. Sedangkan pada tanaman yang menggunakan bahan organik,

memperoleh jumlah daun dengan menggunkan unsur N = 101,19. P = 104,76. K =


114, 28 dan pada tamanan Ca mendapatkan jumlah daun dengan peresntase

kelompok 1,2,3 dan 4 sebanyak 83,33.

Boleh dilihat dari data diatas tentang jumlah daun dengan mengunakan N,P,K,

dan Ca sebagai respon tanaman. Terbukti bahwa dengan menggunakan bahan

organik daun tanaman mempunyai pertumbuhan yang baik dari pada tanpa

menggunakan bahan organik. Dan walaupun demikian harus di bantu dengan

mengadakan penyiranman yang teratur pada tanaman jagung, kalau tidak

dilakukan penyiraman maka sia-sia unsur hara yang di berikan pada tanaman.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan unsur

hara bagi pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) dan juga untuk melihat gejala-

gejala defisiensi unsur hara pada tanaman jagung. Dari masing-masing perlakuan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

a) Status unsur hara N, P, K dan Ca berperan penting bagi pertumbuhan

tanaman jagung karena sebagai (nutrien) bagi tanaman itu sendiri untuk

proses metabolisme.

b. Pada perlakuan Tanpa N, P, K, Ca (Kontrol), Status unsur hara ini pada

media tanam bahan organik jauh lebih mencukupi dibandingkan dengan

tanah tanpa bahan organik.

c. Status unsur hara Nitrogen pada tanah latosol lebih rendah dibandingkan

pada media tanam bahan organik yang memiliki status unsur hara

Nitrogen yang agak baik untuk pertumbuhan tanaman jagung.

d. Status unsur hara Phospor pada tanah latosol lebih tinggi dibandingkan

pada media tanam bahan organik.

e. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan status kekurangan unsur hara

Kalium pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman kurang ( tanah

latosol ) sedangkan pada bahan organik, status unsur hara Kalium jauh

lebih tersedia.
f. Pada perlakuan pemberian pupuk lengkap (N, P, K, Ca ) Status unsur hara

N,P,K,Ca pada tanah tanpa bahan organik lebih rendah tersedia dari pada

dengan bahan organik.

g. Perbandingan dari kedua hasil percobaan, maka media tanam yang paling

cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung adalah

bahan organik.
5.2. Saran

Dalam praktikum ini telah dilihat bahwa yang bagus untuk tanaman

jagung dengan pemberian bahan organik. Karena telah dilihat pertumbuhannya

sangat relative baik. Mungkin disebabkan karena adanya perawatan yang baik

terhadap tanaman jagung tersebut. Dan saya harap untuk praktikum kedepan lebih

baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai