(Halusinasi)
I. Kasus
2. Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119)
Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
b. Jenis Halusinasi
nyata)
a. Faktor Predisposisi
Adalah faktor faktor yang mempengaruhi jenis dan sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien
maupun keluarganya. Faktor fredidposisi dapat meliputi perkembangan,
sosiokultular, biolimia, psikologis dan genetik.
b. Faktor Presipitasi
c. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme
petrahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang, individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggunakan
sumber koping yang ada dilingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan
sebagai modal untuk menyelesaukan masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalamannya yang
menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang efektif.
Memperlihatkan permusuhan
Risiko PK
HDR
1. Masalah keperawatan
1. Risiko PK
4. DPD
1. Data subjektif
2. Data objektif
1. Data Subjektif
Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.
2. Data Objektif
Disorientasi.
1. Data Subjektif
1. Data Objektif
V. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan
sensori perseptual : halusinasi.
1. Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan khusus :
Tindakan :
3. Empati.
4. Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan.
Tindakan :
2. Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non
verbal).
Tindakan :
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk
mengontrol halusinasinya.
3. Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara dengan orang
lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan pada suara
tersebut “saya tidak mau dengar.”
Tindakan :
Tindakan :
1. Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat.
2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis,
cara, waktu).
1. Tujuan Umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
2. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Rasional :
Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau
integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.
Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena
ingin mendapatkan pujian
Tindakan:
Rasional :
Tindakan:
Rasional :
Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan
kegiatan
Tindakan:
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
Kegiatan mandiri
Rasional :
Tindakan:
Rasional:
Tindakan:
V. Lempra Terlampir
DAFTAR PUSTAKA
A. Peroses
1. Kondisi klien
Klien masuk ke RSJ SH tanggal 24 april 2011, pukul 23.00 WIB, klien di antar oleh
keluarga, saat di kaji klien tampak tidak dapat memusatkan perhatian pada perawat,
klien tidak mau terbuka dengan perawat, klien menyendiri, dan klien kurang kontak
mata dengan perawat. Klien mengatakan sering mendengarkan bisikan yang
mengatakan bahwa klien sudah menikah, di rumah klien sering tertawa sendiri,
memukul paha sendiri, membanting piring, membanting kipas angin, dan remote
TV, klien juga mengamuk karena kesal mendengar bisikan-bisikan tersebut.
2. Diagnosa keperawatan
Ganguan sensori Persepsi; halusinas Pendengaran.
3. Tujuan khusus
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat mengenal halusinasi yang di alaminnya
3. klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya
4. tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan jenis halusinasinya
3. Diskusikan isi halusinasinya
4. Diskusikan waktu halusinasinya
5. Diskusikan frekuensi halusinasinya
6. Diskusikan situasi yang menimbulakan halusinasi pasien
7. Diskusikan respon cara menghardik halusinasi
8. Anjurkan untuk memasukan dalam jadwal kegiatan harian
3. fase terminasi
a. evaluasi subjektkif
“bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan saya?
b. Evaluasi objektif
“Tadikan suster sudah ajarkan cara menghardik halusinasi, sekarang suster
mau tau apakah ibu bisa mempraktekan kembali yang sudah suster ajarkan
tadi? Bagus sekali bu.”
c. Rencana tindak lanjut
“kalau suara itu muncul lagi, silahkan ibu coba cara yang sudah suster
ajarkan tadi. Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam
berapa latihannya?”
d. Kontrak yang akan datang
Topik :”bu..besok kita akan mendiskusikan cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan teman atau perawat ruangan”.
Waktu : “ibu besok maunya Jam berapa kita interaksi lagi? Bagaimana
kalau jam 09.00 saja?”
Tempat : “tempatnya di meja ini saja ya bu? bagaimana kalau di teras saja?
Sampai jumpa besok bu, selamat siang.”
Strategi Pelaksanaan
(SP II)
Nama Mahasiswa : Fransiska Alfianti
NPM : 0901002
A. Peroses
1. Kondisi klien
Klien masuk ke RSJ SH tanggal 24 april 2011, pukul 23.00 WIB, klien di antar oleh
keluarga, saat di kaji klien tampak tidak dapat memusatkan perhatian pada perawat,
klien tidak mau terbuka dengan perawat, klien menyendiri, dan klien kurang kontak
mata dengan perawat. Klien mengatakan sering mendengarkan bisikan yang
mengatakan bahwa klien sudah menikah, di rumah klien sering tertawa sendiri,
memukul paha sendiri, membanting piring, membanting kipas angin, dan remote
TV, klien juga mengamuk karena kesal mendengar bisikan-bisikan tersebut.
2. Diagnosa keperawatan
Ganguan sensori Persepsi; halusinas Pendengaran.
3. Tujuan Khusus
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat mengenal halusinasi yang di alaminnya
3. klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya
4. Tindakan keperawatan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
4. Fase kerja
“cara kedua untuk mengontrol halusinasi adalah dengan langsung mencari
teman untuk mengobrol dengan orang lain yang ada disekitar ibu, jadi kalau
ibu mulai mendengarkan suara-suara langsung saja mencari teman untuk
diajak ngobrol, minta teman untuk ngobrol dengan ibu. Suster contohkan
begini: ...tolong saya, saya mulai mendengar suara-suara, ayo ngobrol dengan
saya, atau kalau ada suster katakan: suster, ayo ngbrol dengan saya, saya
mulai mendengarkan suara-suara, begitu bu, sekarang coba ibu lakukan
seperti yang suster ajarkan tadi, Ya, begitu.. bagus sekali bu,, Nah ibu bisa
teruskan ya.”
3. fase terminasi
a. Evaluasi subjektkif
“bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Tadikan suster sudah ajarkan cara mencegah halusinasi dengan cara
mengobrol dengan teman atau perawat ruangan, sekarang suster mau tau
apakah ibu bisa mempraktekan kembali yang sudah suster ajarkan tadi?
Bagus sekali, jadi sudah ada berapa cara yang sudah dipelajari untuk
mencegah halusinasi? Bagus sekali.”
c. Rencana tindak lanjut
“Jadi kalau suara itu muncul lagi, silahkan ibu coba kedua cara yang sudah
suster ajarkan, bagaimana kalau kita masukan kedalam jadwal kegiatan
harian? Mau jam berapa latihanya”
d. Kontrak yang akan datang
Topik :”bu..besok kita akan mendiskusikan cara mengontrol halusinasi
yang ketiga yaitu dengan melakukan aktifitas terjadwal”.
Waktu : “ibu besok maunya Jam berapa kita interaksi lagi? Bagaimana
kalau jam 10.00 saja?”
Tempat : “tempatnya di meja ini saja ya bu? Sampai jumpa besok bu,
selamat siang.”
Strategi Pelaksanaan
(SP III)
Nama Mahasiswa : Fransiska Alfianti
NPM : 0901002
A. Peroses
1. Kondisi klien
Klien masuk ke RSJ SH tanggal 24 april 2011, pukul 23.00 WIB, klien di antar oleh
keluarga, saat di kaji klien tampak tidak dapat memusatkan perhatian pada perawat,
klien tidak mau terbuka dengan perawat, klien menyendiri, dan klien kurang kontak
mata dengan perawat. Klien mengatakan sering mendengarkan bisikan yang
mengatakan bahwa klien sudah menikah, di rumah klien sering tertawa sendiri,
memukul paha sendiri, membanting piring, membanting kipas angin, dan remote
TV, klien juga mengamuk karena kesal mendengar bisikan-bisikan tersebut.
2. Diagnosa keperawatan
Ganguan sensori Persepsi; halusinas Pendengaran.
3. Tujuan Khusus
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat mengenal halusinasi yang di alaminnya
3. klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya
4. Tindakan keperawatan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
biasa di lakukan klien.
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
2. Fase kerja
“cara ketiga untuk mengontrol halusinasi adalah dengan cara melakukan
kegiatan yang biasa ibu lakukan setiap hari, apa saja yang biasa ibu lakukan
setiap hari? Pagi hari apa saja kegiatan ibu? Siang harinya apa saja? Terus
sampai malam apa saja kegiatan ibu? Sekarang bagaiman kalau suster
contohkan jadwalnya adalah menyapu halaman jam 8 pagi, kegiatan ini bisa
ibu lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul, mari kita latihan kegiatan
hari ini, wah ibu bagus sekali.”
3. fase terminasi
a. Evaluasi subjektkif
“bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Tadikan suster sudah ajarkan cara mencegah halusinasi dengan cara
melakukan aktifitas, sekarang suster mau tau apakah ibu bisa
mempraktekan kembali yang sudah suster ajarkan tadi? Bagus sekali, jadi
sudah ada berapa cara yang sudah dipelajari untuk mencegah halusinasi?
Bagus sekali bu.”
c. Rencana tindak lanjut
“Jadi kalau suara itu muncul lagi, silahkan ibu coba ketiga cara yang sudah
suster ajarkan, bagaimana kalau kita masukan kedalam jadwal kegiatan
harian? Mau jam berapa latihanya”
d. Kontrak yang akan datang
Topik :”bu..besok kita akan mendiskusikan cara mengontrol halusinasi
yang ketempat yaitu dengan cara menggunakan obat secara teratur”.
Waktu : “ibu besok maunya Jam berapa kita interaksi lagi? Bagaimana
kalau jam 10.00 lagi?”
Tempat : “tempatnya di meja ini saja ya bu? Sampai jumpa besok bu,
selamat siang.”
Strategi Pelaksanaan
(SP IV)
Nama Mahasiswa : Fransiska Alfianti
NPM : 0901002
A. Peroses
1. Kondisi klien
Klien masuk ke RSJ SH tanggal 24 april 2011, pukul 23.00 WIB, klien di antar
oleh keluarga, saat di kaji klien tampak tidak dapat memusatkan perhatian pada
perawat, klien tidak mau terbuka dengan perawat, klien menyendiri, dan klien
kurang kontak mata dengan perawat. Klien mengatakan sering mendengarkan
bisikan yang mengatakan bahwa klien sudah menikah, di rumah klien sering
tertawa sendiri, memukul paha sendiri, membanting piring, membanting kipas
angin, dan remote TV, klien juga mengamuk karena kesal mendengar bisikan-
bisikan tersebut.
2. Diagnosa keperawatan
Ganguan sensori Persepsi; halusinas Pendengaran.
3. Tujuan Khusus
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat mengenal halusinasi yang di alaminnya
3. klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya
4. Tindakan keperawatan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur.
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
3. Fase kerja
“Ibu adakah bedanya bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah
suara-suara yang ibu dengar berkurang tau hilang? Minum obat secara teratur
sangat penting supaya suara-suara yang ibu dengar selama ini tidak muncul
lagi, berapa macam obat yang ibu minum? Yang warnanya orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP) 3 kali sehari jamnya sama
gunanya untuk rileks dan tidak kaku, sedangkan yang jambu merah (HP) 3
kali sehari jamnya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, ibu akan kambuh lagi dan sulit untuk
mendapatkan obat lagi. Ibu juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan
ini, pastinya harus benar, artinya ibu harus memastikan bahwa obat itu benar-
benar punya ibu .”
3. fase terminasi
a. Evaluasi subjektkif
“bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang obat?”
b. Evaluasi objektif
“Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba
sebutkan cara-cara yang sudah dipelajari kemarin? Bagus sekali bu.
Seharang coba sebutkan lagi obat apa saja yang harus ibu minum? Dan
berapa kali harus ibu minum.”
c. Rencana tindak lanjut
“Bu, kalau suara itu muncul lagi, silahkan ibu coba ketiga cara yang sudah
suster ajarkan, dan jangan lupa jadwal minum obatnya, bagaimana kalau
jadwal minum obat kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian? bu
besok suster sudah tidak praktek di ruangan ini lagi, suster harap ibu ingat
semua pelajaran yang sudah kita pelajari kemarin mengenai cara-cara
mengontrol halusinasi.”