Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan


penyakit, pemulihan kesehatan, dan pencegahan terhadap suatu penyakit.
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan antara manfaat
dan risiko. Institute of Medicine (IoM) melaporkan bahwa sekitar 10% obat
digunakan oleh masyarakat mengalami kesalahan dan mengakibatkan reaksi
obat merugikan dan 2% dari kejadian tersebut menjalani perawatan di rumah
sakit. Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa 44.000 – 98.000 pasien
meninggal setiap tahun akibat kesalahan pengobatan. Konsep keamanan
pengobatan mengacu pada pencegahan, deteksi, pelaporan, dan respons
terhadap kejadian kesalahan pengobatan.1
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kefarmasian, telah terjadi pergeseran orientasi dari obat ke pasien, yang
mengacu kepada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan
pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi, menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan
orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi dengan pasien.2
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, menyatakan bahwa farmasi dalam hal ini apoteker harus
memberikan pelayanan obat dan pelayanan klinik, salah satunya yaitu
monitoring efek samping obat (MESO).3
Pengawalan dan pemantauan aspek keamanan obat pasca pemasaran
dilakukan untuk mengetahui efektivitas (efectiveness) dan keamanan
penggunaan obat pada kondisi kehidupan nyata atau praktik klinik yang
sebenarnya. Banyak bukti menunjukkan bahwa sebenarnya efek samping obat
(ESO) dapat dicegah, dengan pengetahuan yang bertambah, yang diperoleh dari

1
2

kegiatan pemantauan aspek keamanan obat pasca pemasaran (atau yang


sekarang lebih dikenal dengan istilah Farmakovigilans. Sehingga, kegiatan ini
menjadi salah satu komponen penting dalam sistem regulasi obat, praktik klinik
dan kesehatan masyarakat secara umum. Pengawalan atau pemantauan aspek
keamanan suatu obat harus secara terus menerus dilakukan untuk mengevaluasi
konsistensi profil keamanannya atau risk- benefit ratio-nya. Dimana kita harus
mempertimbangkan benefit harus lebih besar dari risiko, untuk mendukung
jaminan keamanan obat beredar. Pengawalan aspek keamanan obat senantiasa
dilakukan dengan pendekatan risk management di setiap tahap perjalanan atau
siklus obat.1
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) oleh tenaga kesehatan di Indonesia
masih bersifat sukarela (voluntary reporting) dengan menggunakan formulir
pelaporan ESO berwarna kuning, yang dikenal sebagai Form Kuning.
Monitoring tersebut dilakukan terhadap seluruh obat beredar dan digunakan
dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Aktivitas monitoring ESO dan juga
pelaporannya oleh sejawat tenaga kesehatan sebagai healthcare provider
merupakan suatu tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya ESO yang serius dan jarang terjadi (rare).1 Berdasarkan pemaparan
tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan MESO sangatlah penting untuk
dilakukan. Maka disusunlah makalah ini agar tenaga kesehatan dapat
mengetahui prosedur pelaksanaan MESO dan cara pelaporannya.
I.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
a. Mengetahui tantangan Monitoring Efek Samping Obat.
b. Mengetahui tujuan dari Monitoring Efek Samping Obat.
c. Mengetahui cara Monitoring Efek Samping Obat.

Anda mungkin juga menyukai