Anda di halaman 1dari 56

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Keperawatan Kertas Karya Diploma

2017

Asuhan Keperawatan pada Ny.S


dengan Prioritas Masalah Gangguan
Kebutuhan Dasar Istirahat : Hipertensi
di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

Nadya, Chelsea

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2890
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Istirahat : Hipertensi di
Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi D-III Keperawatan

Oleh
Chelsea Nadya
142500101

Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Keperawatan


Universitas Sumatera Utara 2017

i
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan prioritas Masalah Gangguan
Kebutuhan Dasar Istirahat : Hipertensi di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”,
yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-III Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan
serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta
saran dari semua pihak yang membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis
dikemudian hari.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kep, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Ibu Cholina T.Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep. Sp. Mat selaku Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua prodi D-III
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
6. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.
7. Ibu Roxsana Devi T, S.Kep, Ns, MNurs selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu, serta dengan sabar menguji dan membimbing penulis.
8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan.

ii
Universitas Sumatera Utara
9. Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Lamhot Sinaga dan Ibunda Agustina
Sidabutar yang sudah memberikan motivasi, dukungan, semangat, perhatian,
dan kasih sayang, serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan baik.
10. Terimakasih kepada semua teman –teman mahasiswa/i Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 atas kebersamaan yang kita lalui
selama 3 tahun dan terima kasih untuk dukungan dan semangat yang kalian
berikan.

Medan, Juli 2017


Hormat Saya

Chelsea Nadya

iii

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 3
C. Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah
Gangguan Pola Tidur............................................................................ 5
1. Pengertian Tidur.................................................................................. 6
2. Fisiologi Tidur..................................................................................... 6
3. Pengaturan Tidur................................................................................. 7
4. Tahapan Tidur..................................................................................... 7
5. Siklus Tidur......................................................................................... 10
6. Fungsi Tidur........................................................................................ 11
7. Kebutuhan Tidur.................................................................................. 11
8. Faktor – faktor yang mempengaruhi Tidur.......................................... 13
B. Gangguan Tidur....................................................................................... 15
1. Pengertian Gangguan Tidur................................................................. 15
2. Klasifikasi Gangguan Tidur................................................................. 15
C. Proses Keperawatan................................................................................. 17
1. Pengkajian................. ........................................................................ 17
2. Analisa Data...................................... ................................................ 19
3. Rumusan Masalah.............................. ............................................... 20
4. Perencanaan........................................................................................ 21
D. Asuhan Keperawatan Kasus ................................................................ 22
1. Pengkajian ......................................................................................... 22
2. Analisa Data ...................................................................................... 36
3. Rumusan Masalah ............................................................................. 37
4. Perencanaan ...................................................................................... 38

iv
Universitas Sumatera Utara
5. Implementasi dan Evaluasi 41
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................................44
B. Saran.....................................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................45
LAMPIRAN

v
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,
aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan
tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa
sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang
berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang
berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur dan
istirahat yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan menurun
serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003).

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme
tubuh menurun (Choppra, 2003), tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses
fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007).

Dengan melanjutnya usia, tidur menjadi terfragmentasi dan efisiensi tidur


menjadi berkurang. Hal yang sering kali menjadi keluhan subjektif yang dialami oleh
para lanjut usia adalah keadaan lama di tempat tidur namun lebih singkat dalam keadaan
tertidur. Hal ini yang paling mencolok dalam hubungan antara usia dengan perubahan
fisologi tidur adalah pengurangan jumlah dan amplitudo dari tidur delta. Tidur REM
tidak dipengaruhi usia. Meskipun lamanya periode REM dapat menjadi lebih konstan
selama malam hari. Meskipun lanjut usia tidak memerlukan waktu lebih untuk tertidur,
mereka lebih sering terbangun ditengah-tengah tidurnya pada malam hari dan tetap
terjaga untuk waktu yang lama. Mereka mungkin banyak tertidur dengan waktu yang
singkat, dalam sehari dan lebih sensitive terhadap zone waktu dan perubahan
lingkungan.

Dari penelitian diketahui bahwa pada lanjut usia yang berperan mengatur siklus
tidur adalah menurunnya reaktifitas terhadap informasi fotik dan non fotik, demikian

i
Universitas Sumatera Utara
pula berubah peranan dari retina, nucleus suprakiasmatikum dari hipotalamus, dan
glandula pinealis yang berperan pada sirkardian tidur.

Perubahan pada sruktur sel neuron dan sel glia yaitu kematian sel neuron,
retraksi dendrite yang berlanjut, hilangnya sinap atau hubungan informasi antar sel
saraf, reaktivitas sel glia yang didasari adanya perubahan protein-protein sitoskeletal
dan penumpukkan protein seperti amiloid ekstraseluler, juga perubahan pada sistem
vaskuler yang mengalirkan darah di otak yang rentan dengan proses aterosklerotik dan
arteriosklerosis di usia lanjut. Pada lanjut usia terjadi pengurangan jumlah tidur
gelombang lambat ( stadium 3 dan 4 tidur NREM ).

Pola istirahat dan tidur yang biasa dari seorang dapat berubah dan dipengaruhi
oleh penyakit yang dapat menyebabkan gangguan tidur, seperti penyakit Cardiovascular
(Hipertensi).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana


tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Tekanan
darah berasal dari mekanisme pompa jantung yang mendorong sejumlah volume darah
dengan tekanan yang tinggi agar darah sampai ke seluruh organ tubuh melalui
pembuluh darah.

Hipertensi merupakan penyakit multifaktoral yang dipengaruhi oleh berbagai


faktor yaitu faktor individu seperti umur, jenis kelamin, faktor genetik, serta faktor
lingkungan seperti obesitas, stres, kualitas tidur, asupan garam, alkohol, dan lain-lain.
(Kaplan, 1993, dalam Albert 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Javaheri (2008), kurang tidur sebagai


faktor resiko hipertensi pada orang dewasa. Hasil tidur yang lebih singkat dapat
menyebabkan gangguan metabolisme dan endokrin yang dapat berkontribusi
menyebabkan gangguan kardiovaskular (Javaheri et al, 2008). Tekanan darah secara
normal menurun ketika sedang tidur normal. Apabila tidur mengalami gangguan, maka
tidak terjadi penurunan tekanan darah saat tidur sehingga akan meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi. Setiap 5% penurunan normal yang seharusnya terjadi dan tidak
dialami seseorang maka kemungkinan 20% akan terjadi peningkatan tekanan darah
(Calhoun & Harding, 2010)

ii
Universitas Sumatera Utara
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa
penderita hipertensi yang berusia di atas 18 tahun mencapai 25,8 persen dari jumlah
keseluruhan penduduk Indonesia. Dari angka tersebut, penderita hipretensi perempuan
lebih banyak 6 persen dibanding laki-laki. Sedangkan yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan hanya mencapai sekitar 9,4 persen. Ini artinya masih banyak penderita
hipertensi yang tidak terjangkau dan terdiagnosa oleh tenaga kesehatan dan tidak
menjalani pengobatan sesuai anjuran tenaga kesehatan. Hal tersebut menyebabkan
hipertensi sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil
polling tidur di Amerika oleh NSF didapat bahwa ternyata wanita lebih 2 banyak
mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% : 54 % (National
Sleep Foundation, 2007).

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau
ketika terjaga di tengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari
(Naylor & Aldrich, 1994). Banyak orang dewasa di Amerika Serikat memiliki hutang
tidur yang signifikan karena ketidakadekuatan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidur
malamnya dan mengalami hipersomnolen disiang hari selama melaksanakan aktivitas
sehari-hari (National Commission on Sleep Disorders Research, 1993).

Gangguan tidur telah diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy,


1994), yang pertama Disomnia adalah gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh
yang berbeda. Kedua Parasomnia adalah prilaku yang tidak diinginkan yang terjadi
terutama pada saat tidur seperti gangguan terjaga, terjaga sebagian. Ketiga gangguan
tidur yang berhubungan dengan gangguan medis/psikiatrik. Yang terakhir gangguan
tidur yang masih bersifat usulan adalah gangguan baru yang belum memiliki banyak
informasi yang adekuat mengenai keberadaan gangguan tersebut (Potter & Perry, 2005).

Riwayat kesehatan sosial, keluarga dan tidur yang lengkap dan cermat harus
diperoleh untuk mendapatkan informasi rinci tentang keluhan tidur (Naylor dan Aldrich,
1994). Kajian laboratorium tentang tidur sering kali digunakan untuk mendiagnosa
gangguan tidur, termasuk penggunaan Polisomnogram (PSG) di malam hari dan
Multiple Sleep Latency test (MSLT) (Carskadon, 1994). PSG melibatkan penggunaan

iii
Universitas Sumatera Utara
EEG, EMG, dan EOG untuk memantau tahapan tidur dan bangun selama tidur malam.
MSLT memberi informasi objektif tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur
tidur dengan mengukur seberapa cepat individu tertidur selama empat kesempatan tidur
siang sepanjang hari (Potter & Perry, 2005).

Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan


penting perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur,
maka hal pertama yang harus dilakukan perawat yaitu mengkaji pola tidur pasien
dengan menggunakan riwayat keperawatan untuk mengumpulkan informasi tentang
faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi tidur. Klien membutuhkan suatu pendekatan
individual berdasarkan pada kebiasaan pribadi mereka dan pola tidur serta masalah
khusus yang mempengaruhi tidur mereka (Potter & Perry 2005).

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan setelah melakukan pengkajian lengkap


tentang kebutuhan tidur pasien. Dengan begitu Intervensi keperawatan pada pasien
dapat menjadi efektif dalam mengatasi gangguan tidur jangka pendek dan panjang
(Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut


dalam suatu karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan
Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Istirahat : Hipertensi di Kelurahan Sari
Rejo Medan Polonia “.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar
Istirahat : Hipertensi di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan masalah gangguan tidur
penulis mampu :

a) Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar


Tidur.

iv
Universitas Sumatera Utara
b) Menegakkan diagnosa pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
Tidur.
c) Menyusun rencana keperawatan pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar Tidur.
d) Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang
sudah dibuat pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.
e) Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.
C. Manfaat

1. Bagi pelayanan kesehatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu klien Hipertensi yang
mengalami gangguan tidur dalam meningkatkan kebutuhan tidur dengan memberikan
asuhan keperawatan mengenai kebutuhan dasar tidur.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat mengaplikasikan NANDA, NIC, dan
NOC bagi ilmu keperawatan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
gangguan tidur dan dapat dijadikan sebagai bukti dasar yang dipergunakan dalam
pembelajaran asuhan keperawatan dasar.

3. Bagi Praktik Keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi panduan dasar untuk
pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar lainnya.

4. Bagi masyarakat

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan tidur di Kelurahan Sari Rejo
Medan Polonia.

v
Universitas Sumatera Utara
BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur

1. Pengertian Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk


memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan, memelihara
manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik secara fisik maupun
emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foreman & Wykle, 1995).

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masingmasing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah,
2006).

Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang


terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka
merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang
pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan
sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005).

2. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan


mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons
(Potter & Perry, 2005).

Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS
akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.

vi
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin
dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing
regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima
di pusat otak dan system limbik. Dengan demikian, system pada batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry,
2005).

3. Pengaturan Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,
endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal (Robinson 1993, dalam Potter).
Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram
(EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan
ecelctromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata
(Tarwoto & Wartonah, 2006).

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan
bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini
mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS
memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus
dari konrteks serebri (emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan


katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan
serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur
synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya
bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha
dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu
BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006).

vii
Universitas Sumatera Utara
4. Tahapan Tidur

EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak,
otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye
movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang
terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.
Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 110 menit sebelum tidur
berakhir.

Tidur Dengan Gerak Mata Tidak Cepat (NREM) Gerak Mata


Cepat (REM)

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5


Level Tidur paling Tidur ringan Tidur lebih Tidur paling -
Tidur ringan nyenyak nyenyak

Pola Gelombang Gelombang Gelombang Sama seperti Gelombang


EEG otak menjadi otak menjadi otak lambat tahap 3, tidur beta, sama
lambat ; lebih lambat disebut dengan seperti saat
muncul gelombang gelombang orang terjaga
gelombang delta otak lambat
teta yang disebut
gelombang
data

Deskripsi - Hanya - Berlangsung - Berlangsung - Sama - Rata-rata


berlangsung 20 menit 15 – 20 menit seperti tahap berlangsung
beberapa - Masih cukup - Orang sulit 3 20 menit
menit mudah untuk dibangunkan; - Jumlah
- Rasa kantuk ; membangunkan saat REM
orang dapat orang dari tidur dibangunkan meningkat
mengatakan ia - Tanda vital, pertama-tama saat malam
tidak kerja otot dan merasa beranjak,
mengantuk; metabolisme disorientasi period 1REM
mudah muncul terus melambat dalam tahap dimulai kira-
- Tanda vital, ini. kira 110
kerja otot dan - Tanda vital menit dalam

viii

Universitas Sumatera Utara


metabolisme teratur terapi siklus tidur
mulai lambat; relaks - Tanda vital
melambat total; gerakan tak tentu
- Dapat sedikit atau - REM dapat
melaporkan tidak ada. dilihat
sensasi jatuh - Tidur melalui
diikuti dengan berjalan, menutupnya
ketegangan mengigau, kelopak
otot seolah enuresis, dan mata.
menangkapnya mimpi buruk - Mimpi yang
pada anak- hidup dan
anak. penuh warna
- Merasa
ketakutan

ix
Universitas Sumatera Utara
5. Siklus Tidur

Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui
empat hingga lima siklus selama 7 – 8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap
NREM yang berlanjut ke REM. Tahap NREM I – III berlangsung selama 30 menit,
kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali
melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan
berlangsung selama 10 menit.

Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut :

Bangun

NREM I

REM

NREM II NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Skema 1. Siklus tidur normal

x
Universitas Sumatera Utara
6. Fungsi Tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa
tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan,
mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, endokrin, dan lain-lain.

Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi
seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur yaitu pertama,
efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
keseimbangan di antara berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada struktur tubuh
dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur
terjadi penurunan.

7. Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Tabel


berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur


0 – 1 bulan Masa neonatus 14 – 18 jam/hari
1 bulan – 18 bulan Masa bayi 12 – 14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun Masa anak 11 – 12 jam/hari
3 tahun – 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun – 12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12 tahun – 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 tahun – 40 tahun Masa dewasa muda 7 – 8 jam/hari
40 tahun – 60 tahun Masa dewasa pertengahan 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa tua 6 jam/hari

Kebutuhan dan pola tidur Normal menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) yaitu :

1. Neonatus sampai dengan 3 bulan

a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari

b. Mudah berespons terhadap stimulus

c. Pada minggu peratama kelahiran 50% adalah tahap REM

xi
Universitas Sumatera Utara
2. Bayi

a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam

b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari

c. Tahap REM 20-30 %

3. Toddler

a. Tidur 10-12 jam/hari

b. Tahap REM 25%

4. Prasekolah

a. Tidur 11 jam pada malam hari

b. Tahap REM 20%

5. Usia sekolah

a. Tidur 10 jam pada malam hari

b. Tahap REM 18,5%

6. Remaja

a. Tidur 8,5 jam pada malam hari

b. Tahap REM 20%

7. Dewasa muda

a. Tidur 7-9 jam/hari

b. Tahap REM 20-25 %

8. Usia dewasa pertengahan

a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari

b. Tahap REM 20%

xii
Universitas Sumatera Utara
9. Usia tua

a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari

b. Tahap REM 20-25 %

8. Faktor – faktor yang mempengaruhi tidur

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhintidur yaitu :

1. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tiduratau tidak dapat
tidur. Misalnya pada pasien dengan hipertensi, gangguan pernapasan seperti asma,
bronkitis, dan penyakit persyarafan.

2. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

3. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk


tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4. Kelelahan

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

5. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga


mengganggu tidurnya

6. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

xiii
Universitas Sumatera Utara
7. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :

a. Diuretik : menyebabkan insomnia

b. Antidepresan : menyupresi REM

c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik

d. Narkotika : menyupresi REM

8. Usia

Lanjut usia tidak memerlukan waktu lebih untuk tertidur, mereka lebih sering
terbangun ditengah-tengah tidurnya pada malam hari dan tetap terjaga untuk waktu
yang lama. Mereka mungkin banyak tertidur dengan waktu yang singkat, dalam sehari
dan lebih sensitive terhadap zone waktu dan perubahan lingkungan.

Dengan melanjutnya usia, tidur menjadi terfragmentasi dan efisiensi tidur menjadi
berkurang. Hal yang sering kali menjadi keluhan subjektif yang dialami oleh para lanjut usia
adalah keadaan lama di tempat tidur namun lebih singkat dalam keadaan tertidur. Hal ini yang
paling mencolok dalam hubungan antara usia dengan perubahan fisologi tidur adalah
pengurangan jumlah dan amplitudo dari tidur delta. Tidur REM tidak dipengaruhi usia.
Meskipun lamanya periode REM dapat menjadi lebih konstan selama malam hari. Meskipun
lanjut usia tidak memerlukan waktu lebih untuk tertidur, mereka lebih sering terbangun
ditengah-tengah tidurnya pada malam hari dan tetap terjaga untuk waktu yang lama. Mereka
mungkin banyak tertidur dengan waktu yang singkat, dalam sehari dan lebih sensitive terhadap
zone waktu dan perubahan lingkungan.

Dari penelitian diketahui bahwa pada lanjut usia yang berperan mengatur siklus tidur
adalah menurunnya reaktifitas terhadap informasi fotik dan non fotik, demikian pula berubah
peranan dari retina, nucleus suprakiasmatikum dari hipotalamus, dan glandula pinealis yang
berperan pada sirkardian tidur.

Perubahan pada sruktur sel neuron dan sel glia yaitu kematian sel neuron, retraksi
dendrite yang berlanjut, hilangnya sinap atau hubungan informasi antar sel saraf, reaktivitas sel
glia yang didasari adanya perubahan protein-protein sitoskeletal dan penumpukkan protein
seperti amiloid ekstraseluler, juga perubahan pada sistem vaskuler yang mengalirkan darah di
otak yang rentan dengan proses aterosklerotik dan arteriosklerosis di usia lanjut. Pada lanjut
usia terjadi pengurangan jumlah tidur gelombang lambat ( stadium 3 dan 4 tidur NREM ).

xiv
Universitas Sumatera Utara
B. Gangguan Tidur

1. Pengertian Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga maslah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau
ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.

2. Klasifikasi Gangguan Tidur

Kelainan Deskripsi
Insomnia Primer Susah tidur atau tetap tertidur. Penyebabnya antara lain :
 Stres situasional
 Penyakit
 Penggunaan hipnotik berlebihan
 Kebiasaan tidur yang buruk
Insomnia dapat berkembang menjadi siklus yang ganas saat seseorang
mengalami lebih banyak kesulitan untuk tertidur dan tetap tertidur karena
antisipasinya terhadap masalah tidur.

Deprivasi tidur Periode tidur tidak memadai secara berkepanjangan (jumlah dan / atau
kualtasnya). Faktor pendukungnya antara lain :
 Penyakit atau rawat inap.
 Penggunaan obat (terapeutik atau rekreasional)
 Pola kerja
 Stres
 Lingkungan tidur

Narkolepsi Mengantuk berlebihan sepanjangan hari. Episode ini berlangsung 10 – 15


menit.
 Serangan REM yang cepat (15 – 20 menit)
 Terjadi paralisis tidur
 Mengalami mimpi yang hidup
 Katafleksi (kelemahan otot tiba-tiba) yang dapat menyebabkan
seseorang jatuh.

xv

Universitas Sumatera Utara


Parasomnia Aktivitas-aktivitas yang terjadi selama tidur yang normalnya terjadi
ketika seseorang terjaga :
 Berjalan dalam tidur
 Mengigau
 Enuresi
Aktivitas lain yang termasuk kategori ini antara lain :
 Mimpi buruk
 Gigi menggeratak

Apnea Tidur Periode apnea berlangsung 10 detik atau lebih sementara seseorang
tersebut tidur. Faktor pendukung apnea tidur di antaranya :
 Pemakaian alkohol
 Obesitas
 Merokok
 Posisi tidur (tidur telentang)
 Gangguan jaringan ringan
 Deformitas tulang rahang
Mengorok dan mengantuk sepanjang hari adalah dua manifestasi umum
yang menyertai apnea tidur. Perangkat Tekanan udara positif
berkelanjutan (CPAP) dan pembedahan serta modifikasi gaya hidup
dapat membantu pasien yang memiliki apnea tidur.

Gangguan Pola Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan individu
Tidur secara mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas
umum pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, 1995).
Gangguan ini dapat dilihat dari kondisi pasien yaitu :
 Memperlihatkan perasaan lelah
 Mudah terangsang dan gelisah
 Lesu dan apatis
 Kehitaman di daerah sekitar mata
 Kelopak mata bengkak
 Konjungtiva merah, mata perih
 Perhatian terpecah-pecah

xvi

Universitas Sumatera Utara


 Sakit kepala
 Sering menguap atau mengantuk
Penyebab gangguan pola tidur antara lain kerusakan transpor oksigen,
gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilitas,
nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang mengganggu, dll.

C. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi dokumentasi
keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya bertanya “apakah
kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika pasien merasa
kesulitan untuk tertidur, mengalami bangun lebih awal dan susah untuk kembali tidur,
dan merasa istirahat/tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya
jika pasien merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat
tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

1. Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?

2. Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?

3. Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?

4. Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?

5. Apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu


sepanjang hari?

6. Apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau
pertemuan,, atau ketika kamu menonton tv atau film?

Evaluasi klien apakah disana ada banyak perubahan lingkungan berhubungan dengan
kamar tidur dan rumah tangga yang bisa menjadi pengaruh perubahan di dalam siklus
tidur. Pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

1. Sudahkah kamu mengubah dimana kamu tidur?

2. Adakah perubahan didalam rumah tangga yang bisa mempengaruhi tidur?

xvii
Universitas Sumatera Utara
3. Adakah perubahan di lingkungan mu (tetangga, lalu lintas) yang
bisa mempengaruhi tidur?

Menentukan apakah ada banyak stressor emosional yang bisa menjadi pendukung
kemampuan untuk tidur. Sebuah pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen &
Lawrence, 2001) :

1. Apakah kamu menemukan dirimu terjaga pada malam hari karena cemas akan
suatu masalah atau suatu aktivitas yang akan datang?

Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut Tarwoto &
Wartonah (2010) yaitu :

1. Riwayat keperawatan

a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering
terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.

b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar


saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.

c. Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur

d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan tidur,


kapan masalah itu terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien

b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva


merah.

c. Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,


postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.

xviii
Universitas Sumatera Utara
3. Pemeriksaan diagnostik

a. Elektroencefalogram (EEG)

b. Elektromiogram (EMG)

c. Elektrookulogram (EOG)

2. Analisa Data

Data dasar adalah dasar untuk mengindividualiskan rencana asuhan


keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawat
untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu,
dengan kata lain pengkajian harus relevan. Perawat mengumpulkan data yang bersifat
deskriptif, singkat dan lengkap.

Data Subjektif :

1. Klien menyatakan ketidakpuasan tidur.


2. Klien menyatakan sering terjaga .
3. Klien menyatakan tidak cukup puas istirahat.
Data Objektif :

1. Klien tampak lelah.


2. Klien tampak gelisah.
3. Lesu.
4. Kehitaman di daerah sekitar mata.
5. Kelopak mata bengkak.
6. Konjungtiva merah, mata perih.
7. Sering menguap atau mengantuk.
3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pertimbangan klinis tentang individu,


keluarga, atau masyarakat menjawab permasalahan kesehatan nyata atau
potensial/proses hidup. Hasil diagnosa keperawatan menyediakan basis untuk menyusun
intervensi untuk mencapai hasil di mana perawat mempunyai tanggung-jawab.”
( Carpenito-Moyet, 2010).

Pertama perawat harus memastikan bahwa pasien mempunyai gangguan pola


tidur yang bisa menjadi petunjuk untuk memberikan asuhan keperawatan atau mungkin

xix
Universitas Sumatera Utara
pasien memerlukan ahli terapi tidur. Jika pasien mengalami gangguan pola tidur
(kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk memperoleh tidur yang nyenyak) atau
sedang mengalami mimpi buruk atau ancaman saat tidur, perawat boleh membuat
diagnosa dan memulai intervensi. Bagaimanapun, jika perawat mencurigai bahwa
pasien mempunyai sesuatu yang terkait dengan gangguan bernafas saat tidur,
narkolepsi, atau berjalan saat tidur, perawat perlu membuat suatu rujukan kepada ahli
terapi tidur.

Diagnosa Keperawatan yang terkait :

 Gangguan pola tidur


 Defisiensi pengetahuan
4. Rumusan Masalah

Jika perawat sedang memulai perawatan untuk suatu gangguan pola tidur, hasil
yang diharapkan dalam dua minggu yaitu pasien akan mengalami penyembuhan tidur
dan akan mengatakan dapat tertidur dengan mudah dan merasa segar saat bangun. Jika
perawat sedang memulai perawatan untuk suatu kondisi seperti mimpi buruk, hasil yang
diharapkan yaitu pasien akan memahami gangguan dan menetapkan cara mengatasi
gangguan tersebut di dalam keluarganya.

Kriteria Hasil yang diharapkan dari Gangguan Pola Tidur setelah dilakukan tindakan
keperawatan :

 Jumlah jam tidur dalam batas normal.


 Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
 Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat.
 Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur.
Kriteria Hasil yang diharapkan dari Kurang Pengetahuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan :

 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,


prognosis dan program pengobatan.
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat /
tim kesehatan lainnya.

xx
Universitas Sumatera Utara
5. Perencanaan / Intervensi

Rencana asuhan keperawatan individual hanya dapat dibuat setelah perawat


memahami pola tidur pasien yang terakhir (berdasarkan objektif), persepsi klien tantang
pola tidur tersebut, dan faktor-faktor yang mengganggu tidur. Perawat dan pasien
bersama-sama membuat intervensi yang realistik untuk meningkatkan istirahat dan tidur
baik di rumah maupun di lingkungan pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2002).
Keberhasilan terapi tidur tergantung dari pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan
gaya hidup pasien dan sifat dari gangguan tidur.

Rencana Tindakan Gangguan Tidur :

1. Lakukan identifikasi faktor yang memengaruhi masalah tidur.


2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu
tidur.
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
4. Coba untuk memicu tidur (induce sleep).
5. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika diperlukan.
Rencana tindakan kurang pengetahuan :

1. Jelaskan kepada pasien tentang penyakit yang di derita


2. Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai
rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP).
3. Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya.
4. Tinjauan ualang program pengobatan.
5. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan pengobatannya.

xxi
Universitas Sumatera Utara
D. Asuhan Keperawatan Kasus

1. PENGKAJIAN PASIEN DI LINGKUNGAN

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 62 tahun

Status Perwakinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Pipa I No. 87 Medan Polonia

Golongan Darah :O

Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2017

Diagnosa Medis : Hipertensi

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari dan sering terbangun di
malam hari, susah untuk tidur juga pada siang hari. Juga mengalami sakit kepala dan
sering mengantuk pada pagi hari, dan jika terbangun pada malam hari tidak bisa tidur
kembali dan sudah dialami selama 3 hari.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa Penyebabnya : Hipertensi

xxii
Universitas Sumatera Utara
2. Hal-hal yang Memperbaiki Keadaan : Jika pasien berjalan – jalan
sampai lelah pada sore hari maka pasien dapat tidur.

B. Quantity/Quality

1.Bagaimana dirasakan : Pasien merasa lelah


2.Bagaimana dilihat : Pasien tampak gelisah, lesu, kehitaman di

daerah sekitar mata, sering menguap atau


mengantuk.

C. Severity

Pasien mengatakan akibat tidak bisa tidur ia merasa sangat mengantuk dan tidak dapat
mengurus rumah seperti biasanya.

D. Time/waktu

Pada saat malam hari tidak bisa tidur dan pada siang hari pun tidak bisa
tidur.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan dirinya tidak mempunyai penyakit yang lain hanya


mengalami hipertensi.

B. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan

Tidak pernah berobat ke Rumah sakit maupun klinik

C. Pernah dirawat/dioperasi

Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.

D. Alergi

Pasien mengatakan dirinya tidak ada alergi.

E. Imunisasi

Pasien mengatakan dirinya mendapatkan imunisasi lengkap sewaktu

masih kecil.

xxiii
Universitas Sumatera Utara
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Pasien mengatakan ibunya menderita hipertensi.

B. Saudara kandung

Pasien mengatakan semua anggota keluarganya sehat tidak ada yang


menderita penyakit yang serius.

C. Penyakit keturunan yang ada

Pasien mengatakan keluarganya mempunyai penyakit keturunan yaitu


penyakit hipertensi. Pasien mengatakan orang tua perempuannya mengalami
penyakit Hipertensi.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami


gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Pasien mengatakan ayahnya telah meninggal dunia.

F. Penyebab meninggal

Ayah pasien meninggal dikarenakan menjadi korban tabrak lari.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

1. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan pasrah akan penyakitnya dan ia bersyukur selama


penyakitnya tidak terlalu serius.

2. Konsep Diri

1. Gambaran diri

Pasien mengatakan dirinya menyukai bentuk tubuhnya kecuali


pada bagian kaki karena pasien merasa bagian kakinya terlalu kecil
sehingga ukuran kakinya hampir seukuran dengan anaknya.

xxiv
Universitas Sumatera Utara
2. Ideal diri

Pasien mengatakan ingin bekerja lagi sehingga dapat membantu


keadaan ekonomi keluarganya.

3. Harga diri

Pasien mengatakan baik-baik saja selama tidak ada yang


merendahkan anggota keluarganya.

4. Peran diri

Pasien mengatakan bahwa ia ibu dari 5 orang anak dan nenek dari
7 orang cucu.

5. Identitas diri

Pasien mengatakan sebelumnya bekerja sebagai tukang cuci dan


sekerang menjadi ibu rumah tangga dan merawat cucu-cucunya.

3. Keadaan emosi

Keadaan emosi pasien stabil tetapi perhatiannya terpecah-pecah akibat


dari kurang tidur.

4. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti : Suami, anak dan cucu.

2. Hubungan dengan keluarga : Pasien mengatakan hubungan dirinya


dengan keluarganya baik-baik saja dan mereka saling mengunjungi jika
ada hari libur.

3. Hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan

hubungannya dengan tetangganya baik.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada hambatan


yang berarti.

5. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan : pasien mengatakan dirinya mempunyai


nilai dan keyakinan yang kuat tentang agama yang dianutnya.

xxv
Universitas Sumatera Utara
2. Kegiatan ibadah : pasien mengatakan selalu tepat waktu dan
selalu mengikuti pengajian di lingkungannya

VII. STATUS MENTAL

1. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran pasien compos mentis yaitu kesadaran normal, sadar


sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2. Penampilan

Penempilan pasien tampak rapi baik cara berpakaian, dalam hal makan,
mandi, dan toileting.

3. Pembicaraan

Pasien berbicara jelas, nada suara lembut, frekuensi suara lambat.

4. Alam perasaan

Pasien merasa sedikit cemas.

5. Afek

Pasien tidak mengalami gangguan pada afek, seperti afek datar yaitu tidak ada
perubahan dalam roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan, hanya bereaksi bila ada stimulus yang lebih kuat.

6. Interaksi selama wawancara

Pasien kooperatif, mau diajak bicara, kontak mata pasien saat dilakukan
pengkajian bagus, pasien mau menatap lawan bicara.

7. Persepsi

Jika mereka memiliki rumah sendiri mereka akan mempunyai kehidupan


yang lebih baik lagi.

8. Proses pikir

xxvi
Universitas Sumatera Utara
Pasien tidak mengalami gangguan proses piker seperti sirkuntasial
(pikiran berputar-putar), tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit), flight of
idea (pikiran melayang).

9. Isi pikir

Pasien tidak mengalami gangguan isi piker seperti obsesi (pikiran yang
terus muncul meskipun pasien berusaha menghilangkannya), fobia (rasa
ketakutan yang patologis/tidak rasional terhadap suatu objek/situasi/benda
tertentu yang tidak dapat dihilangkan).

10. Waham

Pasien tidak mengalami gangguan waham seperti waham agama, waham


kebesaran, waham curiga, maupun waham somatic/hipokondrik.

11. Memori

Pasien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang, jangka


pendek maupun gangguan memori saat ini.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Pasien tampak gelisah, lesu, kehitaman di daerah sekitar mata, perhatian


terpeca-pecah.

B. Tanda-tanda Vital

a. Suhu tubuh : 36,80C

b. Tekanan darah : 180/100 mmHg

c. Nadi : 80 x/i

d. Pernapasan : 24 x/i

e. Skala nyeri : 4

f. TB : 150 cm

g. BB : 67 kg

C. Pemerikasaan Head to toe

xxvii
Universitas Sumatera Utara
a. Kepala dan rambut

a) Bentuk : normal, simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan

b) Ubun-ubun : tertutup dan keras

c) Kulit kepala : bersih, tidak ada masalah

b. Rambut

a) Penyebaran dan keadaan rambut : bagus, penyebaran merata,


keadaan normal

b) Bau : tidak berbau

c) Warna kulit : normal, bewarna hitam

c. Wajah

a) Warna kulit : normal, sawo matang

b) Struktur wajah : normal, simetris, tidak ada kelainan

d. Mata

a) Kelengkapan dan kesimetrisan : normal, mata lengkap dan


simetris

b) Palpebra : normal, tidak ada ptosis, tidak ada oedema, tidak


ada tanda-tanda radang

c) Konjungtiva dan sklera : konjungtiva anemis, sklera tidak


ikterus

d) Pupil : isokor, kontraksi pupil (+/+), reflek cahaya (+)

e) Cornea dan iris : pengapuran katarak (-), oedema (-), tidak ada
tanda-tanda radang

f) Visus : klien dapat melihat lambaian tangan dalam jarak satu


meter

g) Tekanan bola mata : tekanan bola mata normal kiri dan kanan

xxviii
Universitas Sumatera Utara
e. Hidung

a) Tulang hidung dan posisi septumnasi : normal, tulang hidung


simetris, posisi septumnasi simetris

b) Lubang hidung : normal, bersih, tidak ada sumbatan

c) Cuping hidung : normal, tidak ada pernapasan cuping hidung

f. Telinga

a) Bentuk telinga : normal, daun teling simetris kiri dan kanan

b) Ukuran telinga : normal, sama besar, simetris kiri dan kanan

c) Lubang telinga : normal, lubang telinga paten

d) Ketajaman pendengaran : baik, tidak ada gangguan

g. Mulut dan faring

a) Keadaan bibir : kering, bentuk bibir simetris

b) Keadaan gusi dan gigi : gigi tampak bersih, gusi tidak ada
perdarahan

c) Keadaan lidah : lidah bersih, tidak ada stomatitis

d) Orofaring : normal tidak ada tanda-tanda peradangan, mampu


menelan dengan baik

h. Leher

a) Posisi trachea : medial normal

b) Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

c) Suara : terdengar dengan cukup jelas

d) Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan kelenjar getah


bening

e) Vena jugularis : tidak ada distensi vena jugularis

f) Denyut nadi karotis : teraba jelas dan reguler

xxix
Universitas Sumatera Utara
i. Pemeriksaan integumen

a) Kebersihan : kulit bersih dan berminyak

b) Kehangatan : kulit tarasa hangat ( dalam keadaan normal)

c) Warna : normal, warna kulit sawo matang

d) Turgor : normal, turgor kembali < 3”

e) Kelembaban : terasa lembab

f) Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan

j. Pemeriksaan thoraks/dada

a) Inspeksi thorak : bentuk normal

b) Pernafasan : frekuensi 24 x/i, irama teratur dan reguler

c) Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda kesulitan bernafas

k. Pemeriksaan paru

a) Palpasi getaran suara : fremitus taktil seimbang kiri & kanan

b) Perkusi : terdengar bunyi resonan

c) Auskultasi : suara nafas normal, suara ucapan jelas, suara


tambahan tidak ada terdengar

l. Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

b) Palpasi : ictus cordis (PMI) pada ics 5 mid clavicula sinistra,


teratur

c) Perkusi : batas jantung intercosta 4-5

d) Auskultasi : bunyi jantung didapat s1 dan s2 tunggal, lup dup


(normal), murmur tidak ada, frekuensi 80 x/i

m. Pemeriksaan abdomen

a) Inspeksi : bentuk abdomen normal, simetris, tidak tampak


massa/benjolan, bayangan pembuluh darah tidak tampak
xxx
Universitas Sumatera Utara
b) Auskultasi : peristaltik 8 x/i, tidak ada suara tambahan

c) Palpasi : tanda nyeri tekan tidak ada, tidak teraba


massa/benjolan, tidak ada tanda ascites, tidak ada pembengkakan
hepar

d) Perkusi : suara abdomen timpani, ascites (-)

n. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

a) Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

b) Anus dan perinium : tidak dilakukan pemeriksaan

o. Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas

a) Kesimetrisan otot : normal simetris

b) Pemeriksaan oedema : tidak ada oedema

c) Kekuatan otot : normal, tidak ada gangguan

d) Kelainan pada ekstremitas dan kuku : ekstremitas hangat, tidak


ada clubing finger

p. Pemeriksaan neurologi

a) Tingkat kesadaran : GCS 15

b) Meningeal sign : kaku kuduk (-), kernig (-), babinsky (-),


brudzinky (-)

c) Nervus cranialis

1) Nervus olfaktorius/N 1 : Dapat membedakan bau-


bauan

2) Nervus optikus/N 2 : Penglihatan normal, tidak kabur

3) Nervus okulomotoris/N 3, Trochlearis/N 4, Abdusen/N


6 : Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil
isokor,gerakan bola mata normal

4) Nervus trigeminus/N 5 : Tidak mengalami paralis pada


otot wajah , reflek kornea baik

xxxi
Universitas Sumatera Utara
5) Nervus fasialis/N 7 : Wajah simetris, tidak ada kelainan
pada saraf wajah, persepsi pengecapan dalam batas
normal

6) Nervus vestibulocochlearis/N 8 : Tidak dilakukan


pemeriksaan

7) Nervus glossopharingeus/N 9, Vagus/N 10 :


Kemampuan menelan baik, palatum sedikit terangkat dan
letak uvula relatif ditengah saat mengatakan “aa”, ada
refleks tersedak

8) Nervus asesorisus/N 11 : Tidak ada atrofi otot


sternocleidomastoideus dan trapesius

9) Nervus Hipoglossus/N 12 : Lidah simetris, tidak ada


deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra
pengecapan normal

q. Fungsi motorik

a) Cara berjalan : pasien berjalan normal

b) Romberg test : mampu menggerakkan tangan dengan mata


tertutup, dapat berdiri tegak dengan satu kaki tetapi sebentar

c) Pronasi-supinasi test : klien dapat menelentangkan dan


menelungkupkan telapak tangan

r. Fungsi sensorik

a) Identifikasi sentuhan ringan : klien dapat mengidentifikasi


sentuhan kapas tanpa melihat

b) Test tajam-tumpul : klien dapat membedakan sentuhan tajam


tumpul

c) Test panas dingin : klien dapat membedakan sensasi panas dan


dingin

d) Streognosis test : klien dapat mengidentifikasi benda yang


diletakkan pada telapak tangan

xxxii
Universitas Sumatera Utara
e) Graphestesia test : klien dapat merasakan tulisan yang dibuat
pada telapak tangan

f) Membedakan dua titik : klien dapat menbedakan dua titik

g) Topognosis test : klien dapat mengidentifikasi lokasi sentuhan

s. Refleks

a) Bisep : tidak dilakukan pemeriksaan

b) Trisep : tidak dilakukan pemeriksaan

c) Brachioradialis : tidak dilakukan pemeriksaan

d) Patelar : tidak dilakukan pemeriksaan

e) Tendon achiles : tidak dilakukan pemeriksaan

f) Plantar : tidak dilakukan pemeriksaan

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

A. Pola makan dan minum

a. Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari

b. Nafsu/selera makan : selera makan baik

c. Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati

d. Alergi : Tidak ada.

e. Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah

f. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, sore

g. Jumlah dan jenis makanan : sesuai porsi nasi, lauk, sayur dan buah

h. Waktu pemberian cairan/minum : saat setelah makan saja

i. Masalah makanan dan minuman (kesulitan mengunyah, menelan) :


normal, tidak ada maslah makanan dan minuman

B. Perawatan diri/personal hygiene

a. Kebersihan tubuh : tubuh tampak bersih

xxxiii
Universitas Sumatera Utara
b. Kebersihan gigi dan mulut : gigi tampak sedikit kuning dan kurang
bersih

c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku dan kaki tangan pendek dan
bersih

C. Pola kegiatan/aktivitas

a. Uraian aktivitas pasien mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian


dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total. Pasien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti mandi, makan, eliminasi,
ganti pakaian

b. Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : -

D. Pola eliminasi

a. BAB

a) Pola BAB : teratur 1 x/hari

b) Karakter feses : keras

c) Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan

d) BAB terakhir : pagi hari sebelum dilakukan pengkajian

e) Diare : tidak ada diare

f) Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laktasif

b. BAK

a) Pola BAK : 5-6 x/hari

b) Karakter urine : kuning jernih

c) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada


rasa nyeri/kesulitan

d) Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada

e) Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik

f) Upaya mengatasi masalah : tidak ada upaya mengatasi masalah

xxxiv
Universitas Sumatera Utara
E. Mekanisme koping

a. Adaptif

Pasien mau bicara dengan orang lain, melakukan tekhnik


relaksasi, dan mau menyampaikan masalah kepada keluarganya

b. Maladaptif

Pasien tidak meminum alkohol, tidak bekerja berlebihan, tidak


menghindar, dan tidak menciderai diri sendiri.

xxxv
Universitas Sumatera Utara
2. ANALISA DATA

Tabel 1. Analisa data asuhan keperawatan pada Ny. S dengan prioritas masalah
Gangguan Pola Tidur kebutuhan dasar tidur di Lingkungan VI Sari Rejo Medan
Polonia.

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : Lansia Gangguan Pola Tidur
-Ny. S mengatakan
susah tidur,tidak
nyenyak, sulit untuk Penurunan fisiologi
memulai tidur, sulit tidur
untuk melanjutkan tidur
jika sudah terbangun dan
sering ngantuk pada Penurunan elastisitas
siang hari, hanya dapat pembuluh darah
tidur selama 3 jam.
DO :
- Wajah Ny.S tampak Hipertensi
lelah.
- Sering Menguap
- Daerah sekitar mata Gangguan Pola Tidur
terlihat kehitaman.

- Pasien terlihat
menahan sakit kepala.
- Perhatian terpecah-
pecah.

xxxvi

Universitas Sumatera
Utara
2. DS : Kemiskinan Defisiensi Pengetahuan.
- Ny. S mengatakan
kurang mengetahui
informasi kesehatan. Tidak pernah ke
–Ny. S mengatakan tidak pelayanan kesehatan
mengetahui penyebab
penyakitnya.
–Ny. S mengatakan Defisiensi pengetahuan
tidak pernah ke terkait penyakitnya.
pelayanan kesehatan.

3. RUMUSAN MASALAH
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor eksternal ditandai dengan
susah tidur, tidur tidak nyenyak, dan wajah tampak tidak segar.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
tidak pernah ke pelayanan kesehatan, kurang pengetahuan.

xxxvii
Universitas Sumatera Utara
4. PERENCANAAN

No. Dx Perencanaan Keperawatan


1. Tujuan : klien dapat mempertahan kebutuhan tidur dalam batas normal.
Indikator NOC Tidur (0004) :
1. Jam tidur
2. Pola tidur
3. Perasaan segar sesudah tidur
4. Tidur dari awal sampai habis di malam hari secara konsisten.

Rencana Tindakan Rasional


NIC Peningkatan Tidur (1850)

 Ajarkan pasien dan orang  Memberikan informasi dasar


terdekat mengenai faktor dalam menentukan rencana
yang berkontribusi perawatan.
terjadinya gangguan pola
tidur (misalnya, fisiologis,
psikologis, pola hidup,
perubahan shift kerja yang
sering, perubahan zona
waktu yang cepat, jam kerja
yang panjang dan
berlebihan, dan faktor
lingkungan lainnya).
 Sesuaikan lingkungan  Mengurangi gangguan saat

(misalnya, cahaya, tidur.


kebisingan, suhu, kasur dan
tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur.

xxxviii
Universitas Sumatera Utara
 Monitor makanan sebelum  Mengurangi waktu
tidur dan intake minuman keterjagaan pada malam hari.
yang dapat memfasilitasi /
mengganggu tidur.

 Ajarkan pasien bagaimana  Memberi rasa nyaman dan


melakukan relaksasi otot mempercepat proses tidur.
autogenik atau bentuk non –
farmakologi lainnya untuk
memancing tidur.

 Mulai / terapkan langkah –  Meningkatkan pola tidur.


langkah kenyamanan
seperti pijat, pemberian
posisi, dan sentuhan afektif.

 Bantu pasien untuk  Meningkatkan agar bisa


membatasi tidur siang tidur pada malam hari.
dengan menyediakan
aktivitas yang
meningkatkan kondisi
terjaga, dengan tepat.

xxxix
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan : Setelah dilakukannya asuhan keperawatan pada klien, klien dapat
mengetahui mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Indikator NOC Pengetahuan : Proses Penyakit (1803)
1. Tanda dan gejala penyakit.
2. Faktor – faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi.
3. Strategi untuk meminimalkan perkembangan penyakit.
Rencana Tindakan NIC Pengajaran Rasional
: Proses Penyakit (5602)

 Jelaskan tanda dan gejala  Agar pasien mengetahui,


yang umum dari penyakit, mengerti dan memahami
sesuai kebutuhan. tentang sakit yang dialami.
 Diskusikan perubahan gaya  Memberikan pengetahuan

hidup yang mungkin dasar dimana pasien cepat


diperlukan untuk mencegah membuat pertimbangan
komplikasi di masa yang dalam memilih gaya hidup.
akan datang dan / atau
mengkontrol proses
penyakit.
 Review pengetahuan pasien  Mengetahui apakah klien

mengenai kondisinya mengerti tentang penjelasan


yang diberikan perawat.
 Diskusikan pilihan terapi /  Agar pasien dapat pergi ke

penanganan. pelayanan kesehatan yang


ada untuk memeriksa
kesehatannya.

xl
Universitas Sumatera Utara
5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari / Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi
Tanggal

Senin/ 1. 1. Melakukan pengkajian S:


19 Juni masalah gangguan tidur - Klien dapat mengerti tentang
2017 klien, karakteristik, dan
masalah yang mengakibatkan
penyebab kurang tidur.
gangguan pola tidur.
2. Menganjurkan klien
untuk mengurangi - Klien mengatakan akan
kebisingan, mengatur mengatur cahaya yang redup.
cahaya yang redup. - Klien mengatakan akan
3. Menganjurkan klien
membatasi intake cairan
untuk lebih banyak minum
terutama pada malam hari.
pada siang hari daripada
malam hari. - Klien mengatakan akan mandi
4. Menganjurkan klien menggunakan air hangat.
untuk mandi menggunakan O:
air hangat
5. Menganjurkan klien - Klien belum bisa tidur tepat
untuk tidur dengan posisi waktu. TD : 170/100 mmHg
yang nyaman, seperti posisi A : Masalah belum teratasi
sim.
6. Menganjurkan klien P : Intervensi dilanjutkan
untuk tidak banyak tidur - Mengatur cahaya

pada siang hari.


- Mengurangi intake cairan
- Posisi tidur yang nyaman

- Kamar tidur yang bersih

xli

Universitas Sumatera
Utara
Selasa/ 2. 1. Melakukan penkes S:
20 Juni tentang Hipertensi. - Klien mengatakan telah
2017 2. Mendiskusikan dengan
mengerti tentang penyakitnya.
klien gaya hidup yang
sesuai untuk mengurangi - Klien mengatakan akan
kenaikan tekanan darah. menjaga pola makan dan rajin
3. Menganjurkan klien berolahraga.
untuk berobat ke unit O : Klien dapat mengulangi
pelayanan kesehatan.
kembali penjelasan yang
4. Meminta klien untuk
diberikan oleh perawat.
mengulangi penjelasan yang
diberikan oleh perawat. A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan

- Menganjurkan klien berobat ke

unit pelayanan kesehatan.

Rabu / 1. 1. Melakukan pengkajian S:


21 Juni masalah gangguan tidur - Klien sudah dapat
2017 klien, karakteristik, dan
mengakibatkan gangguan pola
penyebab kurang tidur.
tidur.
2. Menganjurkan klien
untuk mengurangi - Klien mengatakan sudah
kebisingan, mengatur mengatur cahaya yang redup.
cahaya yang redup. - Klien mengatakan sudah
3. Menganjurkan klien
membatasi intake cairan
untuk lebih banyak minum
terutama pada malam hari.
pada siang hari daripada
malam hari. - Klien mengatakan sudah mandi
4. Menganjurkan klien menggunakan air hangat.
untuk mandi menggunakan O:
air hangat
5. Menganjurkan klien - Klien sudah kelihatan lebih
untuk tidur dengan posisi

xlii

Universitas Sumatera
Utara
yang nyaman, seperti posisi segar.
sim. A : Masalah belum teratasi
6. Menganjurkan klien
untuk tidak banyak tidur P : Intervensi dilanjutkan
pada siang hari. - Posisi tidur yang nyaman

- Kamar tidur yang bersih

xliii
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien Ny. S yang
mengalami masalah gangguan tidur dengan diabetes melitus didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Faktor resiko gangguan tidur pada Ny. S meliputi penyakit pasien yang
mengalami Hipertensi, pola tidur yang tidak biasanya sehingga menyebabkan
rasa mengantuk yang berlebihan.
2. Tindakan penanganan gangguan tidur dilakukan dengan menciptakan
lingkungan yang tenang, kurangi kebisingan bertujuan untuk memberikan rasa
aman dan nyaman pada saat tidur.
3. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny. S adalah gangguan pola tidur,
Kurangnya pengetahuan informasi terkait penyakitnya.
4. Implementasi yang sudah dilakukan pada Ny. S dapat berupa menentukan jam
tidur klien, menjelaskan pentingnya tidur yang cukup dan banyak melakukan
aktivitas pada siang hari, mendorong pasien untuk mengurangi tidur pada siang
hari, dan menganjurkan pasien untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan
tidur sehari-hari.

B. Saran
1. Pasien hendaknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran demi perbaikan
keadaannya dan menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan
ulang yang lebih buruk.
2. Keluarga dapat memberikan saran ataupun peringatan pada pasien bila
melanggar apa-apa yang sudah dianjurkan oleh perawat dan keluarga sebaiknya
dapat meningkatkan fungsi keluarga sebagaimana mestinya.
3. Ruangan ataupun lingkungan rumah dapat memberikan asuhan keperawatan
secara lebih baik lagi untuk hasil yang optimal, lebih melengkapi sarana yang
terkait dengan penyakit hipertensi.

xliv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika.

Bulechek, Gloria M. (2013). Nursing Interventions Classification, Edisi Ke-6 Ahli


Bahasa Intansari Nurjannah. Yogyakarta : MocoMedia

Doenges, Marilynn E. (2011). Manual Diagnosis Keperawatan : Rencana, Intervensi,


& Dokumentasi Asuhan Keperawatan, Edisi Ke-3 Ahli Bahasa Ns. Bhesty
Angelina, S.kep, dkk. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue. (2013). Nursing Outcomes Classification, Edisi Ke-5 Ahli Bahasa
Intansari Nurjannah. Yogyakarta : MocoMedia

Potter & Perry. (2005). Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi Ke-4 Ahli Bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Jakarta : EGC.

Prayitno. (2002). Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaannya. Jurnal Tidak diterbitkan. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK
Universitas Trisakti.

Tawoto & Wartona. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Jakarta : Salemba Madika.

xlv
Universitas Sumatera Utara
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal

Senin/ 1. 1. Melakukan pengkajian S :


19 Juni masalah gangguan tidur - Klien dapat mengerti tentang
2017 klien, karakteristik, dan
masalah yang mengakibatkan
penyebab kurang tidur.
gangguan pola tidur.
2. Menganjurkan klien
untuk mengurangi - Klien mengatakan akan
kebisingan, mengatur mengatur cahaya yang redup.
cahaya yang redup. - Klien mengatakan akan
3. Menganjurkan klien
membatasi intake cairan
untuk lebih banyak
terutama pada malam hari.
minum pada siang hari
daripada malam hari. - Klien mengatakan akan mandi
4. Menganjurkan klien menggunakan air hangat.
untuk mandi O :
menggunakan air hangat
5. Menganjurkan klien - Klien belum bisa tidur tepat
untuk tidur dengan posisi waktu. TD : 170/100 mmHg
yang nyaman, seperti A : Masalah belum teratasi
posisi sim.
6. Menganjurkan klien P : Intervensi dilanjutkan
untuk tidak banyak tidur - Mengatur cahaya

pada siang hari.


- Mengurangi intake cairan
- Posisi tidur yang nyaman

- Kamar tidur yang bersih

xlvi

Universitas Sumatera
Utara
Selasa/ 2. 1. Melakukan penkes S:
20 Juni tentang Hipertensi. - Klien mengatakan telah
2017 2. Mendiskusikan dengan
mengerti tentang penyakitnya.
klien gaya hidup yang
sesuai untuk mengurangi - Klien mengatakan akan
kenaikan tekanan darah. menjaga pola makan dan rajin
3. Menganjurkan klien berolahraga.
untuk berobat ke unit O : Klien dapat mengulangi
pelayanan kesehatan.
kembali penjelasan yang
4. Meminta klien untuk
diberikan oleh perawat.
mengulangi penjelasan yang
diberikan oleh perawat. A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan

- Menganjurkan klien berobat ke

unit pelayanan kesehatan.

Rabu / 1. 1. Melakukan pengkajian S:


21 Juni masalah gangguan tidur - Klien sudah dapat
2017 klien, karakteristik, dan
mengakibatkan gangguan pola
penyebab kurang tidur.
tidur.
2. Menganjurkan klien
untuk mengurangi - Klien mengatakan sudah
kebisingan, mengatur mengatur cahaya yang redup.
cahaya yang redup. - Klien mengatakan sudah
3. Menganjurkan klien
membatasi intake cairan
untuk lebih banyak
terutama pada malam hari.
minum pada siang hari
daripada malam hari. - Klien mengatakan sudah mandi
4. Menganjurkan klien menggunakan air hangat.
untuk mandi
menggunakan air hangat

xlvii

Universitas Sumatera
Utara
5. Menganjurkan klien O:
untuk tidur dengan posisi - Klien sudah kelihatan lebih
yang nyaman, seperti
segar.
posisi sim.
6. Menganjurkan klien A : Masalah belum teratasi
untuk tidak banyak tidur P : Intervensi dilanjutkan
pada siang hari.
- Posisi tidur yang nyaman
- Kamar tidur yang bersih

xlviii
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai