PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi yang
cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan teknologi yang
semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem yang
terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu Rumah Sakit.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang kesehatan
membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang
terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk mempermudah dalam
pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya sudah menggunakan metode
komputerisasi. Karena dengan penggunakan metode komputerisasi, proses
penginputan data, proses pengambilan data maupun proses pengupdate-an data
menjadi sangat mudah, cepat dan akurat.
Internet merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan perusahaan
dengan domain publik, seperti individu, komunitas, institusi, dan organisasi. Jalur ini
merupakan jalur termurah yang dapat digunakan institusi untuk menjalin komunikasi
efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar data dan informasi sampai dengan
transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan cepat dan murah melalui internet.
Kecepatan evolusi teknologi informasi dalam memanfaatkan internet untuk
mengembangkan jaringan dalam manajemen database sangat ditentukan oleh kesiapan
manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun evolusi tersebut
bukan pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan harus secara sekuensial
mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka yang ingin menerapkan
manajemen database dengan “aman” dan “terkendali”, alur pengembangan aplikasi
secara bertahap merupakan pilihan yang baik.
Upaya kesehatan merupakan suatu komponen Sistem Kesehatan Nasional.
Untuk penyelenggaraan system kesehatan yang terarah diperlakukan pengembangan
manajemen upaya kesehatan dimana informasi merupakan sarana penunjang yang
perlu selalu ditingkatkan. Untuk menampung banyaknya dan luasnya area cakupan
data dan informasi yang dibutuhkan maka dibutuhkan suatu system informasi
kesehatan nasional (SIKNAS) yang dapat menjangkau seluruh data dari setiap institusi
1
kesehatan. Salah satu alasan yang mendorong pembuatan SIKNAS ini adalah
pencatatan dan pelaporan sering kali over laps sehingga dirasakan menjadi beban bagi
masyarakat daerah. Namun, system yang ada selama ini tidak berjalan sebagaimana
mestinya dikarenakan pengelolaannya tidak dilakukan dengan serius atau non
professional diantaranya informasi yang ada jarang di update, bahasanya kurang
komunikatif (kurang menarik untuk dibaca), lambat untuk mengakesnya dan jaringan
diaktifkan ketika ada proyek saja (Bambang Hartono, 2008).
Keberhasilan upaya kesehatan ditentukan oleh berbagai variable, antara lain
angka kesakitan dan kematian, berat badan bayi waktu lahir, jangkauan pelayanan,
penggunaan dari tempat tidur rumah sakit, ketenagaan, sarana (obat-obatan dan
peralatan kesehatan juga dana yang tersedia) serta social budaya dari masyarakat.
Informasi tersebut dapat bersumber dari institusi kesehatan diantaranya rumah sakit.
Sedangkan informasi yang diperoleh dari rumah sakit bersumber dari data hasil
pencatatan medic rumah sakit (Horry Fanggidae, SKM, 1982).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana integrasi sistem informasi di Indonesia ?
2. Bagaimana integrasi sistem informasi di Luar Negeri ?
3. Bandingkan integrasi sistem informasi di Indonesia dengan di Luar Negeri ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami integrasi sistem informasi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan memahami integrasi sistem informasi di Luar Negeri.
3. Untuk mengetahui perbedaan integrasi sistem informasi di Indonesia dan Luar
Negeri.
2
BAB II
STUDI PUSTAKA
3
mencakup berbagai interface pemrograman dan data model. Dengan menggunakan
Information Integration, kita bisa mengakses berbagai data (baik terstruktur, tidak
terstruktur maupun semi terstruktur), dan kita juga bisa merubah data ke format yang
menyediakan akses yang mudah ke informasi di seluruh perusahaan.
Pengintegrasian sistem informasi merupakan salah satu konsep kunci dari sistem
Informasi Manajemen. Berbagi sistem dapat saling berhubungan satu dengan yang lain
dengan berbagai cara yang sesuai dengan keperluannya. Aliran informasi diantara sistem
sangat bermanfaat bila data dalam file suatu sistem diperlukan juga oleh sistem yang
lainnya, atau output suatu sistem menjadi input bagi sistem lainnya. Secara manual juga
dapat dicapai suatu integrasi tertentu, misalnya data dari satu bagian dibawa kebagian
lain, dan oleh petugas administrasi data tersebut digabung dengan data dari sistem yang
lain. Jadi kalau secara manual maka derajat integrasinya menjadi tinggi.
Konsep Integrasi sistem adalah yaitu suatu konsep sistem yang dapat saling
berhubungan satu dengan yang lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan keperluan.
Hal ini sangat bermanfaat bila suatu data dalam file suatu sistem diperlukan juga oleh
sistem yang lainnya atau output sustu sistem menjadi Input sistem lainnya.
Keuntungan dari integrasi sistem ini adalah membaiknya suatu arus informasi dalam
sebuah organisasi. Suatu pelaporan biasanya memang memerlukan waktu, namun
demikian akan semakin banyak informasi yang relevan dalam kegiatan manajerial yang
dapat diperoleh bila diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk
mengutamakan (mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama dari
sistem informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang tepat.
Keuntungan lain dari pengintegrasian sistem adalah sifatnya yang mendorong manajer
untuk membagikan (mengkomunikasikan) informasi yang dihasilkan oleh departemen
(bagian) nya agar secara rutin mengalir ke system lain yang memerlukannya.
Suatu pelaporan biasanya memang memerlukan waktu, namun demikian akan semakin
banyak informasi yang relevan dalam kegiatan manajerial yang dapat diperoleh bila
diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk mengutamakan
(mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama dari sistem informasi
adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang tepat.
Integrasi informasi dari sebuah sistem diperlukan karena :
1. Adanya kebutuhan konstituen untuk bekerja sama antar bagian dalam suatu
korporasi.
4
2. Terjadinya pengolahan data antar sistem informasi tiap bagian yang saling terkait,
sehingga untuk melengkapi suatu informasi dibutuhkan proses pertukaran data
dengan sistem informasi yang lain.
3. Dapat memungkinkan penyediaan realtime pengaksesan data.
4. Mengubah data untuk analisis bisnis dan pertukaran data, mengatur penempatan
data untuk kinerja, mata uang dan ketersediaan.
5
masing-masing sistem informasi terkaait. Adanya tahapa ini juga bermanfaat bagi mereka
yang selama ini belum tahu benar mengenai karakteristik dan spesifikasi sistem informasi
yang dimiliki untuk dapat lebih mengerti kapabilitas kemampuan sistem yang
sebenarnya. Aktivitas eksploitasi yang dimaksud dapat hanya merupakan sebuah kajian
atau simulasi analisa belaka atau benar-benar dilakukan pengembangan sistem yang
dimaksud. Berbagai pendekatan teori manajemen dapat dipakai untuk membantu proses
eksploitasi ini, seperti misalnya : SWOT, risk assessment, gap analysis, value assessment,
dan lain sebagainya. Esensi keluaran (outcome) dari tahap ini adalah pemahaman akan
keunggulan dan keterbatasan sistem informasi yang dimiliki organisasi dalam hal
memenuhi visi dan misi organisasi yang bersangkutan maupun dalam kaitannya dengan
kebutuhan organisasi mitra lainnya yang diajak bekerjasama.
Tahap 2 : Lakukan integrasi Tak Tampak
Setiap kerjasama atau kolaborasi dua atau lebih organisasi kerap mendatangkan
kebutuhan baru. Dan ketika kebutuhan bersama ini muncul, seringkali tidak dapat
dipenuhi oleh sebuah sistem informasi yang dimiliki salah satu anggota konsorsium.
Karena tahap 1 yaitu kajian kapabilitas sudah dilakukan, tidak akan ada satu organisasi
pun yang berani “berbohong” atau “membual” bahwa hanya sistem informasinyalah yang
dapat menyediakan kebutuhan kerjasama konsorsium. Pada saat kebutuhan baru ini
berhasil didefinisikan secara jelas, masing-masingg organisasi melalui CIO-nya (CIO =
Chef Information Officer) atau personal dengan otoritas tertinggi di bidang sistem
informasi – berkumpul dan berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluar pemenuhan
kebutuhan yang ada. secara tidak langsung, dalam proses ini, cetak biru arsitektur
masing-masing sistem informasi dapat mulai saling diperkenalkan dan dipertukarkan.
Jika hal ini berhasil dilakukan, maka tahap yang tersulit dalam integrasi, yaitu duduk
bersama untuk memikirkaan kepentingnan yang lebih besar berhasil dilalui. Pada saat
inilah sebenarnya hakikat “integrasi” telah dilaakukan. Secara teknis yang biasa
dihasilkan adalah ide-ide solusi dalam bentuk penambahan sejumlah entitas atau
komponen sebagai jembatan antara satu sistem dan sistem lainnya tanpa harus merusak
masing-masing sistem informasi yang telah diaanggap baik bekerja oleh setiap organisasi
yang ada. Artinya adalah bahwa secara vertical, masing-masing sistem informaasi tetaap
melayani setiap organisasi terkait, sementara secara horizontal telah dilakukan proses
integrasi melalui penambahan komponen-komponen baru hasil diskusi beragam
organisasi yang terlibat (misalnya : interface, middleware, application integration system,
6
database clearing house, dsb). Keluaran sesungguhnya dalam tahap ini adalah
kepercayaan dan kesadaran akan perlunya kerjasama untuk memecahkan solusi.
Tahap 3 : Kehendak Berbagi Pakai
Ketika scenario pada tahap kedua telah berjalan dengan baik (efektif), langkah
berikutnya adalah melakukan evaluasi seberapa efisien dan optimum solusi tersebut
berhasil dibangun terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan beraneka ragam sumber
daya organisasi. Tentu saja efisiensi dan optimalisasi tertinggi belum terlihat dalam solusi
tersebut karena dibangun dengan paradigm “tidak mengganggu” masing-masing sistem
informasi. Sekali lagi para CIO akan berkumpul dan melihat bahwa banyak peluang
untuk meningkatkan kinerja solusi yyang dihasilkan jika dan hanya jika adanya “sharing”
atau pola bebagi pakai antar sumber daya teknologi informasi yang dimiliki masing-
masing organisasi. Dalam konteks ini mulai terlihat adanya tawaran untuk misalnya
menggunakan server dari organisasi A, aplikasi dari orgaanisasi B, database dari
organisasi C, jaringan dari organisasi D, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi sebagai
dampak kehendak untuk mencari solusi yang terbaik, sehingga seluruh CIO merasa
tertantang intelejensinya dalam menghasilkan sistem yang dimaksud. Keluaran terpenting
dari tahap ini adalah melaui bergesernya pemikiran-pemikiran yang didominasi oleh
faktor emosional ke ide-ide brilian yang dipandu oleh pemikiran rasional.
Tahap 4 : Redesain Arsitektur Proses
Mencari solusi dengan berbekal berbagi pakai sumber daya biasanya dapat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan pemilik kepentingan internal (internal stakeholder). Ketika
konsorsium organisasi tersebut harus berurusan dengan pemenuhan kebutuhan pemilik
kepentingan eksternal, seperti misalnya pelanggan atau public, maka proses yang cepat,
berkualitas, dan murah adalah yang menjadi dambaan mereka. Hal tersebut tidaklah
mungkin terjadi jika secara lintas organisasi tidak dilakukan aktivitas redesain proses.
Disinilah tahap penentu integrasi diuji kembali, karena yang akan terlibat tidak sekedar
para CIO, melainkan pimpinan nomor satu dari masing-masng organisasi. Kegiatan
kolaborasi ini akan efektif jika bermula dari akhir, dalam arti kata menggunakan
kebuttuhan pemegang kepentingan akhir (pelanggan atau public) sebagai target solusi
redesain. Dengan berpegang pada konsep dan teori BPR (Business Process
Reengineering) sejumlah usaha untuk melakukan eliminasi, simplifikasi, integrasi dan
otomatisasi proses akan dilakukan. Hal yang perlu diperlihatkan disini adalah semangat
kolaborasi antar CIO yang harus ditularkan ke para pimpinan organisasi. Biasanya yang
7
dilakukan adalah para CIO melakukan kajian terlebih dahulu, dan mendesain arsitektur
proses baru (tentatif) yang dipresentasikan kepada para pimpinan dengan sebuah pesan
penting yaitu desain yang terkait dapat dan mungkin diterapkan oleh beragam organisasi
tersebut. Keluaran dari tahap terberat ini adalah kesepakaan untuk melakukan kolaborasi
secara lebih jaauh, yaitu dengan memperhatikan nilai (value) dari pemegang kepentingan
utama dari seluruh organisasi yang berkolaborasi. Ragam proses baru inilah yang akan
menjadi cikal bakal atau embrio arsitektur sebuah sistem informasi terintegrasi yang
dimaksud, yang merupakan penjelmaan “secara tidak ssadar” kumpulan sistem informasi
organisasi beragam yang ada.
Tahap 5 : Optimalkan Infrastruktur
Rancangan beraneka ragam proses baru yang dihasilkan pada tahap sebelumnya
tidaklah akan berjalan secara efektif, efisien, optimal dan terkontrol dengan baik apabila
secara fundamental tidak dilakukan penyesuaian terhadap infrastruktur organisasi yang
ada dalam hal ini adalah arsitektur sistem informasi terintegrasi yang dimiliki. Dalam
kaitan inilah maka optimalisasi sistem informasi terintegrasi yang bercikal bakal pada
masing-masing sistem informasi organisasi akan menghasilkan sebuah sistem dengan
komponen-komponen lengkapnya, seperti :perangkat keras, perangkat lunak,
infrastruktur jaringan, sumber daya manusia, sistem database terpadu, dan
lainsebagainya. Perlu diperhatikan bahwa proses optimalisasi bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pemegang kepentingan utama dengan batasan (constraint) tetap dijaganya
kinerja masing-masing sistem informasi yang melayani organisasi yang ada secara
vertical. Keluaran dari tahap optimalisasi ini adalah sebuah sistem informasi terpadu yang
dapat bekerja secara efektif melayani kepentingan vertical maupun horizontal. Dan tentu
saja yang tidak kalah pentingnya, yaitu semakin eratnya relasi antar organisasi yang
bekolaborasi setelah melewati sejumlah tahap sebelumnya.
Tahap 6 : Transformasi Organisasi
Tahap terakhir yang akan dicapai sejalan dengan semakin ertanya hubungan antar
organisasi adalah transformaasi masing-masing organisasi. Transformasi yang dimaksud
pada dasarnya merupakan akibat dari dinamika kebutuhan lingkungan eksternal
organisasi yang memaksanya untuk menciptakan sebuah sistem organisasi yang adaptif
terhadap perubahan apapun. Sistem informasi masa kini yang dibangun dengan
menggunkan paradigm rumah tumbuh dan berbasis komponen (object based approach)
8
secara tidak langsung akan menular kepada karakteristik dari organisasi terkait. Artinya,
sejumlah hal baru akan tumbuh menggantikan sesuatu yang telah lama dianut, misalnya :
Transformasi dari organisasi berbasis struktur dan fungsi menjadi organisasi
berbasis proses
Transformasi dari organisasi berbasis sumber daya fisik menjadi organisasi
berbasi pengetahuan
Transformasi dari organisasi berbasis kebutuhan pemilik kepentingan internal
menjadi organisasi berbasis kebutuhan pemilik kepentingan eksternal
Transformasi dari organisasi berbasis rantai nilai fisik menjadi organisasi
berbasis rantai nilai virtual dan selain sebagainya.
Tahapan Setelah Integrasi
Dengan memperhatikan rangkaian kejadiaan diatas, terlihat bahwa proses integrasi
merupakan sebuah integrasi transisi yang terjadi secara alami, bukan dipaksakan oleh
satu atau duaa kubu kepentingan tertentu. Hal inilah yang sebenarnya menjadi kunci
untuk melumerkan ketegangan politis yang terjaadi dalam setiap proyek penggabungan
atau kolabrasi sistem informasi. Dalam prakteknya, rangkaian tahapan tersebut akan
berlangsung membentuk siklus hidup yang tidak berkesudahan, sejalan dengan keinginan
setiap organisasi untuk selalu memperbaiki kinerjanya dari wkatu ke waktu. Tentu saja
setelah melalui poses evaluasi dan pembelajaran yang terjadi secara kontinyu dan
berkesinambungan.
9
menghadirkan ekspansi fungsionalitas atau proses bisnis baru adalah harus membuat
sub-sistem baru.
2. Star Integration, atau lebih dikenal sebagai spaghetti integration, adalah proses
mengintegrasikan sistem dengan cara menghubungkan satu sub sistem ke semua sub-
sub sistem lainnya. Sebuah fungsi bisnis yang diimplementasikan dalam sebuah sub
sistem akan di-broadcast ke semua sub-sub sistem lain yang dependen terhadap fungsi
bisnis tersebut supaya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Untuk integrasi
sistem dengan ruang lingkup kecil atau menengah dan dengan pemisahan fungsi
bisnis yang jelas dan spesifik, metode integrasi ini layak untuk dipertimbangkan.
Namun jika fungsi bisnis banyak terlibat di beberapa sub sistem secara dependen,
pada akhir proses integrasi sistem akan terlihat sedikit “kekacauan” dalam diagram –
proses interkoneksi antar sub sistem akan tampak seperti spaghetti. Efeknya, biaya
perawatan dan ekspansi sistem di masa yang akan datang akan memerlukan effort
yang sangat berat untuk mempelajari skema integrasi sistem berikut dependency-nya.
3. Horizontal Integration, atau ada yang mengistilahkan dengan Enterprise Service Bus
(ESB), merupakan sebuah metode yang mengintegrasikan sistem dengan cara
membuat suatu layer khusus yang berfungsi sebagai interpreter, dimana semua sub-
sub sistem yang sudah ada akan berkomunikasi ke layer tersebut. Model ini lebih
menawarkan fleksibilitas dan menghemat biaya integrasi, karena yang perlu
difokuskan dalam implementasi proses pengintegrasian hanya layer interpreter
tersebut. Untuk menangani ekspansi proses bisnis juga hanya perlu
diimplementasikan di layer interpreter itu juga, dan sub sistem baru yang akan
menangani interface dari proses bisnis ekstensi tersebut akan berkomunikasi langsung
ke layer dan layer akan menyediakan keperluan-keperluan data/interface untuk sub
sistem lain yang memerlukannya.Metode Enterprise Service Bus (ESB) ini memiliki
banyak kelebihan jika diadopsi dalam merancang arsitektur sistem terintegrasi, yaitu
antara lain :
a. Lebih cepat dalam melakukan penyesuaian dengan sistem yang telah ada
b. Meningkatkan fleksibilitas, mudah untuk diperbaharui mengikuti perubahan
keperluan sistem (system requirements)
c. Membuat standar sistem sehingga bisa diaplikasikan di sub sistem mana pun
d. Porsi pekerjaan software development lebih banyak di “konfigurasi” daripada
“menulis code” untuk integrasi
e. Dapat diterapkan mulai ruang lingkup kecil hingga di level enterprise
10
Namun metode horizontal integration atau Enterprise System Bus (ESB) yang
tampaknya ideal ini bukan berarti tidak ada kelemahan. Beberapa kelemahan yang cukup
signifikan pengaruhnya antara lain :
1. Pembuatan standar sistem dalam Enterprise Message Model banyak berkutat di
aspek analisis dan manajerial, biaya analisis benar-benar tinggi karena perlu
berkolaborasi dengan analis-analis yang bertanggung jawab terhadap arsitektur dan
desain sistem-sistem yang telah ada.
2. Secara khusus memerlukan perangkat keras (hardware) yang spesifik, seperti
misalnya business-logic-server yang independen dan tidak integral dengan salah
satu atau sebagian dari sub sistem yang telah ada.
3. Perlu tambahan tenaga (SDM) berupa Middleware Analyst yang akan
mengkonfigurasi, merawat, dan mengoperasikan layer Enterprise Service Bus.
4. Karena biasanya ESB mempergunakan XML sebagai bahasa komunikasi antar
sistem, tentu akan memerlukan resources dan komputasi berlebih untuk melakukan
parsing-reparsing dalam komunikasi data.
5. Memerlukan effort yang cukup tinggi dalam mengimplementasikan ESB karena
cukup banyak layer/tingkatan aplikasi yang harus ditangani, tidak hanya aplikasi-
aplikasi interface dari sub-sub sistem saja, melainkan juga layer interpreter yang
juga memiliki karakteristik sebagai aplikasi juga.
12
1. Berhubungan langsung dengan database pegawai sehingga perhitungan gaji
disesuikan dengan data pegawai yang telah ada di aplikasi kepegawaian.
2. Format cetak untuk ampra, daftar gaji, SPP Gaji dll.
13
masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme
dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
5) Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang
menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya
suku bangsa lain.
2. Hambatan Integrasi Sistem Nasional
Hambatan merupakan usaha yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersifat atau
bertujuan untuk melemahkan ataau menghalangi secara konsepsional keinginan atau
kemajuan yang ingin dicapai.
Ada beberapa Faktor yang menjadi Penghambat Integrasi Nasional di Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam (heterogen) dalm faktor-faktor
kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya,bahasa
daerah,agama yang dianut ras,dan sebagainya.
b. Wilayah yang begitu luas,terdiri dari ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan
luas.
c. Besarnya ancaman,tantangan,halangan dan gangguan yang menrongrong
keutuhan,kesatuan dan persatuan bangsa,baik yang berasal dari luar maupun
dalam negeri.
d. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan menimbulkan
berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di kalangan masyarakat.dampaknya
akan timbul dalam berbagai gejalah seperti SARA,gerakan separatisme dan
kedaerahan,atau demontrasi dan unjuk rasa.
e. Adanya paham "etnosentrisme" di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan sebaliknya menganggap rendah budaya suku
bangsa yang lainnya.
f. Lemahnya nila-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa,baik melewati kontak langsung maupun
tak langsung.Kontak langsung antara lain melalui unsur-unsur
pariwisata,sedangkan kontak tak langsung antara lain melalui media cetak
(majalah dan tabloid) atau media elektronika (televisi,tape recorder,film,radio).hal
itu akan berdampak adanya westernisasi atau gaya hidup kebarat-
baratan,pergaulan bebas,penyalahgunaan narkotika dan lain sebagainya.
14
keberadaan dan penguatan lembaga-lembaga integrative seperti sistem pendidikan
nasional, birokrasi sipil dan militer, partai-partai politik (ideology nasionalisme yang
dapat menjembatani perbedaan etnik yang tajam, Sedangkan partai etnik tidak
berhasil) harus tetap dilaksanakan dengan mengngat bahwa hal ini adalah sebagai
konsekuensi dari masyarakat kita yang majemuk.
Perlunya lembaga-lembaga pemersatu melalui state building dilandasi oleh
pemikiran seorang ilmuwan Benedict Anderson, yang menganggap nasionalisme
sebagai ideologi yang membentuk suatu masyarakat imajiner (imagined
communities). Dalam masyarakat imajiner menjadi masyarakat riil juga
membuktikan kebenaran teori Geertz tentang perlunya lembaga-lembaga pemersatu,
sehingga ketika pencetus ideology nasionalisme para founding father sudah
meninggal, negara bangsa masih tetap bertahan dan tidak terjadi disintegrasi. Uraian
secara singkat tentang lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Birokrasi sipil dan militer
Lembaga integrative yang paling dominant dan paling penting yang mutlak
diperlukan adalah kekuatan militer (TNI), yang jika diperlukan dapat memakai
penguasaan dan monopolinya atas alat-alat kekerasan (alat peralatan perang – alat
utama sistem persenjataan) untuk mempertahankan dan bahkan untuk membangun
negara bangsa. Dalam kerangka pemikiran tradisional bahkan gejala universal
kaum militer di dunia, peranan militer sebagai benteng terakhir (mean of the last
resort) mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal ini dapat dilihat sikap
keras dari militer terhadap gerakan-gerakan separatis maupun kedaerahan
(primodialisme), sebagai contoh kudeta militer di Pakistan di bawah Jenderal
Musharaf, kepulauan Fiji, Rusia di bwah Presiden Vladimir Putin menghadapi
separatis Chechnya, dan Srilanka menghadapi gerilyawan etnik Tamil serta TNI
dan Polri menghadapi gerakan-gerakan separatis maupun kedaerahan di Indonesia
mulai dari RMS tahun 1950, sampai masalah GAM di Aceh dan Papua Merdeka
di Papua.
Dalam suasana demokratisasi, pengunaan kekuatan militer terhadap gerakan
separatis dapat menimbulkan ambivalensi karena pada proses demokrasi, kegiatan
separatisme yang dilakukan tanpa kekerasan adalah sesuatu yang legal. Contoh
nyata adalah kasus Quebec di Kanada yang sudah dua kali melakukan referendum
untuk memisahkan diri tetapi tidak berhasil. Referendum yang berhasil terjadi di
15
Indonesia, yakni jajak pendapat di Timor Timur tahun 1999 yang dimenangkan
oleh kelompok pro kemerdekaan. Jajak pendapat di Timor Tiimur sebetulnya
bukan yang pertama kali untuk Indonesia, karena kita pernah menyelenggarakan
Act of free choice (penentuan pendapat rakyat – perpera) di Irian jaya tahun 1969
bersama PBB, yang berhasil mendapat dukungan untuk bersatu dengan Indonesia.
Contoh Jajak pendapat serupa terjadi di Sabah dan Serawak tahun 1963 yang
setuju bergabung dengan semenanjung Malaya untuk membentuk negara
Malaysia.
Selain birokrasi militer, proses state building juga mencakup birokrasi sipil
yang mempunyai tugas utama menarik pajak dan menyediakan bahan Pokok
khususnya bahan Makanan (aparatur pajak sebagai bentuk yang paling tradisional
dari demokrasi). Penyediaan bahan Makanan harus tersedia dengan cukup untuk
mencegah terjadinya “huruhara kelaparan pangan” atau food riots, yang dalam
sejarah dapat di contohkan dengan revolusi Prancis tahun 1789 dan revolusi Rusia
tahun 1917. Indonesia juga pernah mengalami food riots yang menyebabkan
runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat krisis moneter Sejak tahun
1997. Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di Muangthai
dan Korea Selatan, Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM
Mahathir Mohammad.
Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan
mengalami kemajuan baik dari segi jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun
penempatan jabatan eselon Pimpinan serta sumber etnik rekrutmen. Dari segi
etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun daerah sudah meliputi
semua etnik group yang ada, sehingga melambangkan Bhineka Tunggal Ika.
b. Partai Politik.
Lembaga partai politik di Indonesia merupakan perwujudan dari ideology
nasionalisme yang paling berhasil. Ideologi nasionalisme yang dibawakan oleh
Partai Politik di Indonesia cukup berhasil, partai politik yang berideologi
nasionalisme dapat menjembatani perbedaan etnik yang tajam, ini dapat
dibuktikan oleh sejarah bahwa partai politik yang berazaskan etnik boleh
dikatakan kurang berhasil bahkan gagal total. sebagai contoh pada Pemilu 1999
Partai Tionghoa Indonesia gagal dibandingkan partai Bhineka Tunggal Ika yang
keduanya berorientasi etnik Tionghoa, dimana partai Bhineka Tunggal Ika yang
16
majemuk berhasil memperoleh satu kursi di DPR. Sedangkan pada Pemilu tahun
1955 yang agak berhasil hanya Partai Persatuan Dayak di Kalimantan Barat
Sedangkan Partai etnik lainnya di Jawa Barat gagal memperoleh kursi di DPRD
maupun DPR.
Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat mobilisasi vertical yang lebih
cepat dibandingkan dengan birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun militer.
Dengan sistem Pemilu di Indonesia sekarang merupakan gabungan dari sistem
distrik dan sistem proposional, sehingga perwakilan daerah dan etnik terwakili.
Maka partai politik mampu menjadi alat integrasi bangsa untuk menekan
perlawanan etnik yang minoritas. Kita juga dapat memetik pelajaran dan
pengalaman kisah sukses PAP di Singapura menunjukkan keberhasilan kebijakan
rekrutmen dari Lee Kuan Yew dalam mengakomodir ketiga etnik yang ada di luar
etnik mayoritas Tionghoa yakni etnik Melayu, India dan Indo (Eurasian).
Bagaimana dengan Pemilu 2009 nanti ?
c. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi nasional terutama karena
sifatnya yang menciptakan elite nasional yang kohesif. Pendidikan nasional mulai
dari SD sampai Perguruan Tinggi, menjadi alat pemersatu baik melalui kurikulum
nasiional, bahasa pengantar maupun sistem rekrutmen siswa, mahasiswa maupun
tenaga pengajar yang bersifat nasional. Dalam suasana otonomi daerah sekarang
ini diusahakan adanya ujian lokal tetapi yang berstandar nasional, demikian juga
walaupun ada ide untuk menambah muatan kurikulum lokal/kedaerahan, namun
tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu sosial dan humaniora yang bersifat
integratif dan nasional.
Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa
Indonesia sebaga bahasa nasional disamping penggunaan bahasa lokal/daerah
yang diberlakukan untuk pendidikan tingkat SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan
integrasi ke dalam sistem nasional dan sosialisasi yang sama untuk seluruh warga
negara.
Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen siswa, mahasiswa dan
tenaga pengajar yang bersifat nasional dan multi etnik, sehingga terjadi proses
komunikasi, sosialisasi, asimilasi dan kulturasi dari berbagai etnik di kalangan
siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar. Adanya perguruan tinggi pada tahun 1920
17
di Jakarta dan di berbagai kota besar maupun di setiap ibukota propinsi dan
dianggap sebagai embrio terbentuknya komunitas nasional yang bersifat multi
etnik, berbicara dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan
berkeinginan terbentuknya negara Indonesia.
d. Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.
Peranan media masa nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup
penting di Indonesia sebagai alat integrasi nasional. Banyak koran maupun media
masa lainnya yang terbit di Jakarta tetapi penyebarannya menjangkau sampai ke
seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga koran lokal yang mampu menembus
pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi lainnya adalah telepon, yang mengalami
perkembangan pesat sejak pemerintahan orde baru sampai sekarang, seiring
dengan modernisasi telekomunikasi yang dipelopori oleh Telkom dan Indosat.
Sifat integratif dari telepon ini dibuktikan dengan banyaknya percakapan
interlokal antar kota yang mencakup rata-rata 30 % dari biaya langganan telepon
perbulan.
Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan terjadinya
mobilitas geografis penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan murah.
Bentuk mobilitas penduduk dapat transmigrasi, migrasi maupun turisme baik
antar daerah, nasional, regional bahkan global. Meningkatnya kegiatan mobilitas
penduduk dan turisme nasional maupun lokal membawa dampak memperkuat
rasa kesatuan dan kebangsaan.
4. Gangguan Integrasi Nasional
a. Geografi
Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri
adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya
dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh
global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan
alam yang berlimpah.
b. Demografi
Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran
penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa,
selain masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
18
c. Kekayaan Alam
Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya
yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi
bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil,
pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat dari pengelolaan.
d. Ideologi
Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik
di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama
yang dianut dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana
pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa,
oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai
pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama
secara berkesinambungan.
e. Politik
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai
ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering
mengakibatkan konflik antar masyarakat yang berbeda faham apabila tidak
ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam
masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat
yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan
kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan
didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan
pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan
bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang
melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat
ketidak pastian hukum.
f. Ekonomi
Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar
penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat
Indonesia yang semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin
dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu
melalui KKN.
g. Sosial Budaya
Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik
apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang
satu tidak selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering
19
terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang keras dan lebih modern
dengan kelompok yang relatif terbelakang.
h. Pertahanan Keamanan
Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan dapat
terjadi dari seluruh permasalahan aspek asta gatra itu sendiri. Dilain pihak
turunnya wibawa TNI dan Polri akibat kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan
Polri digunakan oleh penguasa sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya
bukan sebagai alat pertahanan dan keamanan negara.
5. Cara Meningkatkan Integrasi Nasional
a) Membangun dan menghidupkan komitmen, kesadaran, dan kehendak untuk
bersatu
b) Membangun kelembagaan di masyarakat yang berakarkan pada nilai dan norma
yang menyuburkan persatuan dan kesatuan
c) Penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan
dalam suatu identitas nasional
d) Mengembangkan perilaku integrasi di indonesia dengan upaya bekerja sama
dalam organisasi dan berperilaku sesuai dengan cara yang dapat membantu
pencapaian tujuan organisasi
e) Meningkatkan integrasi nilai indonesia ada dalam pancasila dan UUD 1945
sebagai sistem.
I. Integrasi Sistem Informasi Di Luar Negeri
Isu - Isu dan Alternative - Alternatif Teknis Dalam Pengembangan Sistem
Informasi Internasional
Implementasi sistem informasi global menuntut strategi implementasi yang
mempertimbangkan, baik desain bisnis maupun platform teknologi. Isu utama terkait
perangkat keras dan telekomunikasi adalah integrasi sistem dan konektivitas. Pilihan
integrasi adalah akan menggunakan proprietary architecture atau open systems
technology. Jaringan global sangat sulit dibangun dan dioperasikan. Perusahaan bisa
mengembangkan jaringan global sendiri atau membuat jaringan global berbasis Internet
(intranet atau virtual private network). Isu utama terkait perangkat lunak terkait
pengembangan antarmuka (interface) pada sistem-sistem yang ada serta memilih aplikasi
yang mampu bekerja dengan framework budaya, bahasa, dan organisasi yang beraneka
ragam.
20
BAB III
PEMBAHASAN
23
BAB IV
PENUTUP
B. Kesimpulan
Konsep Integrasi sistem adalah yaitu suatu konsep sistem yang dapat saling
berhubungan satu dengan yang lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan keperluan.
Hal ini sangat bermanfaat bila suatu data dalam file suatu sistem diperlukan juga oleh
sistem yang lainnya atau output sustu sistem menjadi Input sistem lainnya.
Keuntungan dari integrasi sistem ini adalah membaiknya suatu arus informasi dalam
sebuah organisasi. Suatu pelaporan biasanya memang memerlukan waktu, namun
demikian akan semakin banyak informasi yang relevan dalam kegiatan manajerial yang
dapat diperoleh bila diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk
mengutamakan (mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama dari
sistem informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang tepat.
Suatu pelaporan biasanya memang memerlukan waktu, namun demikian akan semakin
banyak informasi yang relevan dalam kegiatan manajerial yang dapat diperoleh bila
diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk mengutamakan
(mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama dari sistem informasi
adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang tepat.
Untuk strategi integrasi informasi adalah tindakan yang dilakukan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada, dan memadukan informasi yang diperoleh untuk
mencapai tujuan. Permasalahan umum yang sering terjadi dalam integrasi informasi
adalah ketidak sesuaian yang menyebabkan informasi tidak dapat di integrasikan,
misalnya karena standar, protokol, teknologi, algoritma, dan metode yang berbeda-beda.
Richardus Eko Indrajit merumuskan enam tahap integrasi informasi, yaitu :
1. Eksploitasi kapabilitas lokal
2. Lakukan integrasi tak tampak
3. Kehendak berbagi pakai
4. Redesain arsitektur proses
5. Optimalisasi infrastruktur
6. Transformasi organisasi
24
DAFTAR PUSTAKA
Amsyah Zulkifli. Manajamen sistem informasi. Jakarta: Gramedia pustaka utam, 1977
Davis, B cordon. Kerangka dasar Sistem informasi Manajemen. Jakarta: PT Pustaka
Binaman Pressindo
Nanimoshiranai.blogspot.in/2012/11/strategi-integrasi-informasi-manajemen.html?m=1
Fahmibaharun’sblog
https://emperordeva.workpress.com
25