3, Oktober 2017:219-230
DOAJ:doaj.org/toc/2460-1217
DOI:doi.org/10.22441/sinergi.2017.3.009
Abstrak -- Petir merupakan salah satu fenomena tegangan dan arus tinggi yang terjadi dalam waktu
amat singkat (impuls) yang bermula dari ionisasi hingga loncatan muatan dari awan ke tanah atau
sebaliknya. Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan akibat sambaran petir, maka
dipasang sistem pengaman berupa sistem penangkal petir beserta pentanahannya. Pemasangan
sistem tersebut didasari oleh perhitungan resiko kerusakan akibat sambaran petir terhadap gedung.
Perhitungan resiko ini digunakan sebagai standar untuk mengetahui kebutuhan pemasangan sistem
penangkal petir pada bangunan tersebut. Pada penelitian ini diperoleh informasi tentang tingkat
perkiraan bahaya atas sambaran petir terhadap gedung-gedung di kampus Politeknik Enjinering
Indorama dan direncanakan instalasi penangkal petir di area kampus Politeknik Enjinering Indorama.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini berupa luas daerah yang menarik sambaran petir untuk
cakupan 1 sebesar 2686,34 m2 dengan tahanan pentanahan 2,41 Ω, untuk cakupan 2 sebesar
3120,78 m2 dengan tahanan pentanahan 2,37 Ω, cakupan 3 sebesar 5896,78 m2 dengan tahanan
pentanahan 1,27 Ω, serta jumlah sambaran petir 0,17466 sambaran petir/hari/km 2. Kesimpulan ini
menunjukkan tingkat kebutuhan pengaman gedung-gedung di area kampus Politeknik Enjinering
Indorama terhadap sambaran petir.
Abstract -- Lightning are one of the voltage and high current phenomenon that occurs within a short
time (impulse) that stems from ionization to springboard charge from the cloud to the ground or
otherwise. To protect and reduce the impact of damage from lightning strikes then installed a security
system with a lightning protection system and grounding system. Installation of the system is based on
the calculation of the risk of damage from lightning strikes to the building. The risk calculation is used
as a standard to determine the needs of the installation of lightning protection system in the building.
This study obtained information about the level of hazard assessment on a lightning strike to the
buildings on the campus of the Polytechnic engineering Indorama and planned installation of a
lightning rod in the area of engineering Indorama Polytechnic campus. Results obtained from this
research is a fascinating area of a lightning strike on 1 coverage of 2686.34 m 2 with earthing prisoners
of 2.41 Ω to 2 coverage of 3120.78 m2 with earthing prisoners of 2.37 Ω, 3 coverage by 5896, 78 m 2
with 1.27 Ω grounding prisoners, as well as the number of lightning strikes a lightning strike 0.17466 /
day / km2. It shows that the level of the security needs of the buildings in the area of engineering
Polytechnic campus Indorama against lightning strikes.
Ada berbagai jenis metode dalam Melalui analisa metode tersebut, selanjutnya
pemasangan penangkal petir, yaitu penangkal dapat dirancang tata letak sistem proteksi petir
petir jenis Franklin, sangkar Faraday, radioaktif yang efisien dan handal pada gedung-gedung di
dan elektrostatik. Dari analisis perhitungan data, wilayah Politeknik Enjinering Indorama.
dapat diketahui arus maksimum yang dapat Berdasarkan survey dan pengamatan yang telah
menyebabkan kegagalan proteksi, resiko dilakukan di area kampus Politeknik Enjinering
kegagalan proteksi per tahun dan sambaran Indorama, ternyata memang sangat diperlukan
pertahunnya. Dari data yang diperoleh, dapat instalasi penangkal petir.
ditentukan perlu atau tidaknya suatu gedung
tersebut diproteksi. Proteksi terhadap sambaran TINJAUAN PUSTAKA
petir terdiri dari beberapa tingkatan sesuai Petir
dengan kebutuhan yang diperlukan. Semakin Petir merupakan peristiwa alam yaitu
penting dan tinggi bangunan tersebut semakin proses pelepasan muatan listrik (electrical
tinggi pula tingkat proteksi yang dibutuhkan (Du discharge) yang terjadi di atmosfer. Peristiwa
et.al., 2016) (Tabrani, 2009). pelepasan muatan ini akan terjadi karena
Salah satu cara yang ditempuh untuk terbentuknya konsentrasi muatan-muatan positif
melindungi gedung-gedung di area kampus dan negatif di dalam awan atau pun perbedaan
Politeknik Enjinering Indorama dari sambaran muatan dengan permukaan bumi. Petir
petir adalah dengan pemasangan penangkal sebenarnya lebih sering terjadi antara muatan
petir yang andal dan memenuhi persyaratan satu dengan muatan lain di dalam awan
yang berlaku. Hal ini dilakukan karena dibandingkan dengan yang terjadi antara pusat
pengamanan suatu bangunan atau objek muatan di awan dengan permukaan bumi. Kedua
terhadap sambaran petir pada hakekatnya jenis pelepasan muatan tersebut sebenarnya
adalah penyediaan suatu sistim yang sama-sama dapat menimbulkan gangguan atau
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. kerugian (Cooray, 2015) (Russel et. al., 2014)
Sehingga jika terjadi sambaran maka sarana (Ugahari, 2007).
inilah yang akan menyalurkan arus petir ke Jumlah rata–rata frekuensi sambaran petir
dalam tanah dengan aman tanpa menimbulkan langsung pertahun (Nd) dapat dihitung dengan
bahaya bagi manusia atau benda berbahaya perkalian kepadatan kilat ke bumi pertahun (Ng)
lainnya yang berada di dalam, di luar atau di dan luas daerah perlindungan efektif pada
sekitar bangunan. gedung (Ae) (SNI 03-7015-2004), sebagaimana
Apabila terjadi sambaran petir tak Persamaan (1).
langsung maka salah satu panel hub wifi yang
Nd = Ng . Ae (1)
terletak di gedung Administrasi dan atau pada
panel Workshop terdapat peralatan-peralatan Kerapatan sambaran petir ke tanah
elektronika dan listrik yang mengandung unsur- dipengaruhi oleh hari guruh rata-rata per tahun di
unsur kumparan magnetik terjadinya trip dan daerah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh
bahkan tidak sedikit penerangan yang berada di hubungan pada Persamaan (2).
workshop mengalami kerusakan. Berdasarkan
Ng = 4 . 10-2 .T1.26 (2)
identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini
diimplementasikan pada instalasi penangkal petir Sedangkan besar Ae dapat dihitung
ekternal dengan menentukan tingkat proteksi, menggunakan Persamaan (3).
pemilihan penangkal petir, menentukan luas
penampang penangkal petir, menentukan lokasi Ae = ab + 6h(a+b) + 9πh2 (3)
kritris akibat sambaran petir, dan menentukan Sehingga dari substitusi Persamaan (2) dan (3)
sistem pentanahan. ke Persamaan (1), maka nilai Nd dapat dicari
Tulisan ini bertujuan untuk merencanakan dengan menggunakan Persamaan (4).
dan menerapkan serta menganalisis dengan
metoda Franklin terhadap gangguan proteksi Nd = 4.10-2T1.26 [ ab + 6h (a+ b) + 9πh2 ] (4)
petir eksternal guna melindungi bangunan atau dimana a dalah panjang atap gedung (m), b
gedung dari sambaran petir langsung. Dengan adalah lebar atap gedung (m), h adalah tinggi
terlebih dahulu mengambil data dan gambar atap gedung (m), T adalah hari guruh pertahun,
pengukuran dimensi gedung-gedung, Nd adalahKerapatan sambaran petir ke tanah
menentukan tingkat proteksi, kepadatan (sambaran/km2/tahun) dan Ae adalah luas
sambaran petir, menentukan besarnya arus petir daerah yang masih memiliki angka sambaran
terhadap ketahanan gedung-gedung, konduktor petir sebesar Nd (km2).
penyaluran, pentanahan yang akan di tentukan Rata-rata frekuensi tahunan dari kilat yang
letaknya sesuai nlai ketahanaan yang diizinkan. mengenai tanah dekat gedung (Nn) dapat
Ruang Proteksi
Pada masa awal diketemukannya
penangkal petir dan beberapa tahun setelah itu,
ruang proteksi dari suatu penangkal petir
berbentuk ruang kerucut dengan sudut puncak
kerucut berkisar antara 30O hingga 45O terlihat
pada Gambar 1.a. Pemilihan besarnya sudut
proteksi ini menyatakan tingkat proteksi yang
diinginkan. Semakin kecil sudut proteksi maka Gambar 2. Konsep ruang proteksi model
semakin tinggi tingkat proteksi yang diperoleh, elektrogeometri (Hutauruk, 1991)
namun semakin mahal biaya pembangunannya.
Untuk perhitungan analitis, ruang proteksi tiga Besar jari-jari ini adalah sama dengan
dimensi dapat dilukiskan secara dua dimensi dan besarnya jarak sambar dari lidah petir. Jarak
karena bentuknya simetri, maka analisis dapat sambar (kemampuan menyambar atau
dilakukan hanya pada separuh bagian terlihat menjangkau suatu benda) dari lidah petir ini
pada Gambar 1.b. ditentukan oleh besarnya arus petir yang terjadi.
Dengan demikian, derajat kelengkungan dari
bidang miring kerucut dipengaruhi oleh besarnya
arus petir yang terjadi.
Bidang Sambar dan Garis Sambar dimana I adalah Arus puncak petir (kA) dan Q
Jangkauan proteksi suatu penangkal petir adalah Muatan lidah petir (Coulombs).
dapat dijelaskan dengan bidang sambar atau Sedangkan hubungan besar arus dengan jarak
garis sambar. Bidang sambar adalah tempat sambaran ditunjukkan Persamaan (7).
kedudukan titik-titik sambar, yaitu titik-titik dimana
S = 8I0,65 (7)
lidah petir telah mencapai suatu jarak terhadap
suatu benda sama dengan jarak sambar. Bidang Jarak sambar S adalah jarak jari-jari yang
sambar merupakan bentuk tiga dimensi dalam dipakai pada ruang proteksi non konvensional.
kondisi nyata. Untuk keperluan penyederhanaan Persamaan yang sering digunakan untuk
analisis dapat dipergunakan bentuk dua dimensi, menentukan jarak sambar adalah persamaan
yaitu garis sambar seperti ditunjukkan pada White head, yang hingga saat ini merupakan
Gambar 3. persamaan yang banyak diakui kebenarannya.
dimana:
1. Tiang terminasi-udara
2. Bangungan gedung yang diproteksi
3. Bidang referensi
4. Kawat terminal-udara horisontal
5. Sudut proteksi
Gambar 5. Sistem penangkal petir metode
Franklin (SNI 03-7015-2004)
dimana:
1 Terminasi-udara
2 Tiang terminasi-udara
3 Konduktor penyalur
4 Sambungan tipe-T bahan korosi
5 Sambungan uji
6 Elektroda bumi, susunan pembumian tipe-A bumi radial
7 Elektroda bumi vertical, jika dapat diterapkan
s Jarak pisah
α Sudut proteksi
Gambar 6. Sistem proteksi petir eksternal Gambar 8. Perancangan masing-masing radius
terisolasi untuk bangunan gedung tanpa saluran (r = 30m) proteksi gedung kampus
pelayanan eksternal (SNI 03-7015-2004)
Kemudian, dilakukan proses untuk
METODE PENELITIAN menentukan tingkat proteksi, kepadatan
Metode Franklin yang digunakan untuk sambaran petir, menentukan besarnya arus petir
perancangan instalasi penangkal petir eksternal terhadap ketahanan gedung-gedung.
ini dilakukan secara bertahap. Pertama adalah Setelah itu, adalah penentuan konduktor
proses pengambilan data dan gambar penyaluran, pentanahan yang akan di tentukan
pengukuran dimensi gedung-gedung. letaknya sesuai nilai ketahanaan yang diizinkan
Informasi mengenai gedung-gedung yang sesuai dengan SNI 03-7015-2004 mengenai
berada di dalam kampus Politeknik Enjinering Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung.
Indorama terdiri gedung Vocational DTY, Gedung
Administrasi, Gedung Kuliah, Gedung Workshop, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gedung UKM dan Gedung Mushola. Hasil Pengukuran Situasi Gedung
Letak dan ketinggian dataran masing- Adapun data-data mengenai gedung-
masing gedung terlihat pada Gambar 7. Pada gedung yang berada di area kampus Politeknik
Gambar 7 diperlihatkan pula perancangan area Enjinering Indorama telah didapatkan. Pada
cakupan proteksi petir pada gedung Politeknik Tabel 1 diperlihatkan data fisik dan non fisik
Enjinering Indorama (Suryadi, 2016). gedung vocational DTY. Kemudian, secara
berurutan, Tabel 2 hingga Tabel 6
memperlihatkan data fisik dan non fisik gedung
administrasi, gedung kuliah, gedung workshop,
gedung UKM dan gedung mushola.
Adapun kondisi daerah cakupan 3 lokasi dengan 5 (lima) kali pengukuran pada
terhadap sambaran petir dapat dipergunakan Tabel 10 sebagai berikut :
Persamaan (3), maka: Alat ukur yang digunakan pada
pengukuran resistansi tanah adalah Earth Tester
Ae = 5896.78 m2
Digital Model 4105A serta dilakukan pemeriksaan
Menentukan jumlah sambaran petir per kondisi alat ukur sebelum digunakan seperti
hari per km2, sesuai Persamaan (8), maka: diperlihatkan pada Gambar 9.
Ne = 0,17466 sambaran petir / hari / km 2
C1 adalah indeks faktor kerusakan
berdasarkan situasi bangunan dengan nilai 1
(satu), dan IKL sebesar 50 pada kota Purwakarta
dimungkinkan gedung di area cakupan 3 (tiga)
pada kampus Politeknik Enjinering Indorama
tersambar petir, sesuai Persamaan (10), maka:
Ps = 0,02345 sambaran petir/tahun
Adapun tingkat bahaya dari gedung di area
cakupan 1 pada kampus Politeknik Enjinering
Indorama dapat ditentukan dengan Persamaan
(11), maka:
Pr = 0,7035
Pada Tabel 9 diperlihatkan indeks
kebutuhan instalasi petir berdasarkan faktor
kerusakan untuk cakupan 3.
Tabel 9. Indeks Kebutuhan Instalasi Petir Gambar 9. Pengecekan alat ukur Model 4105A
berdasarkan Faktor Kerusakan untuk Cakupan 3 Digital Earth Tester.
Faktor Kerusakan berdasarkan
Penggunaan Bangunan A Setelah dilakukan pengukuran dengan 5
1
Bangunan dan isinya cukup penting misalkan
(lima) kali pengukuran untuk masing-masing
menara air, pabrik, gedung pemerintahan 2
Faktor Kerusakan berdasarkan Konstruksi lokasi didapatkan nilai resistansi tanah
Bangunan. B pentanahan akhir rata-rata yang terlihat pada
2
Bangunan dengan kontruksi beton bertulang Tabel 10.
atau rangka besi dengan atau bukan logam 2
Faktor Kerusakan berdasarkan Ketinggian
3 Bangunan (dalam meter) C
>12 s.d 17 3 Tabel 10. Resistansi Tanah Pentanahan
Faktor Kerusakan berdasarkan Situasi Resistansi Tanah
Cakupan Lokasi
Bangunan. D (Ohm)
4 Di kaki Bukit sampai tiga per empat tinggi 1 Gedung DTY 2,41
Bukit atau di Pegunungan sampai 1000 2 Gedung Kelas 2,37
meter. 1 Gedung
Faktor Kerusakan berdasarkan Hari Guruh 3 Workshop 1,27
5 per Tahun E
64 5
Tingkat kebutuhan Instalasi Petir
Pada Gambar 10 diperlihatkan pengukuran yang
berdasarkan faktor kerusakan. R dilakukan untuk cakupan 1 yang berlokasi di
6
Perkiraan bahaya (agak besar) dan Instalasi sekitar gedung DTY. Sedangkan, Gambar 11
Petir (dianjurkan) 13 diperlihatkan pengukuran yang dilakukan untuk
cakupan 2 yang berlokasi di sekitar gedung
kelas. Sementara itu, pengukuran yang dilakukan
Pemilihan Penangkal Petir untuk cakupan 3 yang berlokasi di sekitar gedung
Pada perencanaan instalasi penangkal workshop diperlihatkan pada Gambar 12.
petir untuk gedung kampus Politeknik Enjinering
Indorama tahapan sebagai berikut :
Gambar 10. Pengukuran pentanahan di area Gambar 12. Pengukuran pentanahan di area
cakupan 1 cakupan 3
5896,78 m2 dengan jumlah sambaran petir Manager Deputy Electrical, Indorama Grup
0,17466 sambaran petir/hari/km 2 dan Sumiarsa, Laboran Teknik Elektro,
Selain itu, dari hasil analisa perhitungan Politeknik Enjinering Indorama.
untuk nilai tingkat kebutuhan instalasi petir
berdasarkan faktor kerusakan dari masing- REFERENSI
masing cakupan diperoleh indeks total kerusakan Bandri, Sepannur. Perancangan Instalasi
gedung sebesar 13 (tiga belas) dengan ini dapat Penangkal Petir Eksternal Gedung Bertingkat,
digambarkan bahwa perkiraan bahaya agak Jurnal Teknik Elektro ITP, 2012; 1 (2): 12-18.
besar dan dianjurkan untuk pemasangan Bandri, Sepannur. Sistem Proteksi Petir Internal
instalasi petir. Dan Eksternal. Jurnal Teknik Elektro ITP,
Terakhir, dapat dikatakan bahwa sistem 2014; 3 (1): 51-56.
pentanahan yang digunakan dalam perencanaan Cooray, Vernon. Basic Principles of Lightning
instalasi penangkal petir adalah penanaman Protection. In: An Introduction to Lightning.
elektroda pentanahan secara vertical di dalam Springer, Dordrecht. 2015.
tanah dan penanaman pelat secara horizontal http://dx.doi.org/10.1007/978-94-017-8938-
dengan kedalaman 2 (dua) meter sebanyak 2 7_17
(dua) titik elektroda dan 1 (satu) pelat untuk Du, Y., Binghao Li, Mingli Chen, Surges induced
setiap titik acuan air terminal. in building electrical systems during a
lightning strike, Electric Power Systems
DAFTAR NOTASI Research, 2016; 139: 68-74.
Adapun daftar notasi dapat diuraikan sebagai http://dx.doi.org/10.1016/j.epsr.2015.11.034
berikut: Gagné, Martin., Daniel Therriault, Lightning strike
a = panjang atap gedung protection of composites, Progress in
Ae = luas daerah perlindungan efektif pada Aerospace Sciences, 2014; 64: 1-16.
gedung http://dx.doi.org/10.1016/j.paerosci.2013.07.0
Ag = cakupan daerah di sekitar gedung 02
yang disambar Hosea, Emmy., Iskanto, Edy dan M. Harnyatris
b = lebar atap gedung Luden., Penerapan Metode Jala, Sudut
C1 = faktor kerusakan berdasarkan situasi Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem
bangunan Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan
C2 = faktor kerusakan berdasarkan pada Gedung W Universitas Kristen Petra.
konstruksi bangunan Jurnal Teknik Elektro, 2004; 4 (1): 1-9.
C3 = faktor kerusakan berdasarkan Hutauruk. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga
ketinggian bangunan dan Pengetanahan Peralatan. Jakarta:
C4 = faktor kerusakan berdasarkan hari Erlangga,1991.
guruh per tahun IEC 1024-1-1: Protection of Structures Against
C5 = faktor kerusakan berdasarkan Lightning. International Electrotechnical
penggunaan bangunan Commision 81, 1993.
d = jarak pukul petir IEC, Assement of The Risk of Damage Due to
Fg = kepadatan sambaran petir Lightning, Internasional Standard, CEI IEC
h = tinggi atap gedung 1662 First Edition, 1995.
I = arus puncak petir Johns, David., Designing building structures for
Nd = frekuensi sambaran petir langsung protection against EMP and lightning, IEEE
pertahun Electromagnetic Compatibility Magazine.
Ne = jumlah sambaran petir per hari per km 2 2016; 5 (1): 50-58.
Ng = kepadatan kilat ke bumi pertahun http://dx.doi.org/10.1109/MEMC.2016.747713
Nn = rata – rata frekuensi tahunan dari kilat 4
yang mengenai tanah dekat gedung NFPA 780: Standard for the Installation of
Pr = tingkat bahaya dari gedung Lightning Protection Systems. 2004.
Ps = kemungkinan sambaran petir Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir Untuk
Q = muatan lidah petir Bangunan di Indonesia. Direktorat
S = jari-jari jarak sambar petir penyelidikan masalah bangunan. Jakarta.
T = hari guruh pertahun 1983.
Russell, Katie W., Cochran, Amalia L., Mehta,
UCAPAN TERIMA KASIH Sagar T. Morris, Stephen E., McDevitt, Marion
Ucapan terima kasih kepada pihak yang C. Lightning Burns, Journal of Burn Care &
telah membantu penelitian baik alat ukur, Research. 2014; 35 (6): e436-e438.
peralatan, maupun tempat pada Darwin Bynur,