Longsoran Baji
Longsoran Baji
OLEH :
1. YUNI TEJANINGSIH
2. YAYAT ANGGRIAWAN
3. MUH. KHAIRIL RUSMAN
4. MASRUDIN
5. LA ODE MUH. ZULKIFLI
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang
lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah
tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Berdasarkan hal tersebut,
pengamatan mengenai longsoran baji perlu dikaji lebih lanjut.
1.3 Tujuan
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih
besar dari pada gaya penahan. Gaya penahan pada umunya dipengaruhi oleh kekuatan
batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan daya pendorong dipengaruhi oleh
besarnya sudut lereng, beban serta berat jenis batuan.
Proses terjadinya tanah longsor dapat di jelaskan sebagai berikut, air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi
licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan luar
lereng.
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang
lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah
tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Berdasarkan hal tersebut,
pengamatan mengenai longsoran baji perlu dikaji lebih lanjut. Bidang lemah ini dapat
berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji
dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun melalui garis perpotongan
kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai
berikut :
Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan bidang
lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.
Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan
lereng.
Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua bidang
lemah.
2.2 Sifat Fisik Dan Mekanik Batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah : bobot isi
(density), porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat mekanik batuan antara lain
kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan juga sudut geser dalam batuan.
Semakin besar bobot isi suatu batuan, maka gaya penggerak yang
menyebabkan lereng longsor juga semakin besar. Dengan demikian kestabilan lereng
semakin berkurang.
2) Porositas batuan
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kestabilan
lereng. Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang akan
memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih
mudah longsor.
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi
semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat geser batuannya menjadi
semakin kecil, sehingga kestabilannya berkurang.
Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan semakin
besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil
Kelerengan menjadi faktor yang sangat penting dalam proses terjadinya tanah
longsor. Semakin miring lereng suatu tempat maka daerah tersebut semakin
berpotensi terhadap terjadinya tanah longsor. Kondisi kemiringan lereng lebih 15º
perlu mendapat perhatian terhadap kemungkinan bencana tanah longsor dan tentunya
dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung. Biasanya
lereng/lahan yang mempunyai kemiringan melampaui 40% sudah bisa menimbulkan
longsor. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah
perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Namun tidak selalu
lereng atau lahan yang miring berbakat atau berpotensi longsor. Potensi terjadinya
gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun
lerengnya, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup, dan penggunaan lahan
pada lereng tersebut.
Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor,
antara lain :
a. Geometri lereng
b. Struktur batuan
Metode Hoek & Bray dapat digunakan untuk menganalisis keempat macam
longsoran pada lereng batuan. Dalam analisis ini, longsoran baji dianggap hanya
akan terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah. Faktor keamanannya
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana :
X = 2.na) 45sin24/(sinsin
Y = 1.nb) 35sin13/(sinsin
A = na.nb) 5sin2na.nb)/(sinbcosa-cos(cos
B = na.nb) 5sin2na.nb)/(sinacosb-cos(cos
Keterangan :
nb = sudut antara bidang lemah A dengan garis perpotongan bidang lemah A
dan muka lereng.
na = sudut antara bidang lemah B dengan garis perpotongan bidang lemah B
dan muka lereng.
dsb = sudut-sudut yang diperoleh dengan menggunakan stereonet seperti
terlihat pada Gambar 3.5.
Gambar 2.4.3
Stereoplot Data Longsoran Baji
Jika tahanan bidang longsorannya tidak terdapat kohesi, maka penentuan
faktor keamanannya dapat menggunakan persamaan berikut ini :
Sudut , x dan i ini akan sangat mudah ditentukan dengan bantuan stereonet.
b. Metode Janbu
1. Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang bidang longsornya
tidak berbentuk busur lingkaran.
2. Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan berdasarkan zona lemah
yang terdapat pada massa batuan atau tanah.
Cara lain yaitu dengan mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu yang
tidak terlalu rendah. Kemudian melakukan perhitungan beberapa kali untuk
mendapatkan bidang longsor yang memiliki faktor keamanan terendah.
Gambar 2.4.4. Aplikasi Metode janbu
Metode Janbu, untuk tanah berbutir kasar :
Qp = Ap (c · Nc’+ q’· Nq’)
Dimana :
c = Kohesi tanah (kN/m2)
Nc’, Nq’ = Faktor daya dukung ujung tiang berdasarkan tabel Janbu
Gambar 2.4.5 Faktor Daya Dukung Ijin Dengan Sudut Geser Dalam
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peristiwa gerakan massa tanah yang terjadi
di Dusun Lucu Palongan. Gerakan massa tanah yang terjadi berupa tanah gerak
dengan retakan tanah yang sudah mengalami penurunan sampai 3 meter pada bagian
mahkota. Tanah gerak tersebut terjadi pada lahan pertanian masyarakat, yang
sewaktu-waktu bisa mengalami keruntuhan dan akan mengancam kelestarian alam
dan keselamatan jiwa maupun harta benda penduduk setempat. Untuk mengurangi
dampak yang akan ditimbulkan oleh bencana alam gerakan massa tanah tersebut,
maka perencanaan sistem peringatan dini bencana tanah tongsor di daerah penelitian
sangat diperlukan dan penting untuk dilaksanakan. Lokasi penelitian terletak di
Dusun Lucu Palongan, Desa Campoan, Kecamatan Mlandingan, Kabupaten
Situbondo, Jawa Timur, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Penelitian ini bertujuan
untuk investigasi dan mitigasi gerakan massa tanah di daerah penelitian. Investigasi
antara lain untuk mengetahui kondisi lingkungan fisik dan kondisi masyarakat,
mempelajari faktor-faktor penyebab terjadinya gerakan massa tanah, jenis dan
mekanismenya serta mengidentifikasi daerah rawan yang akan terkena dampak dari
bencana alam gerakan tanah. Mitigasi antara lain untuk memberikan rekomendasi
penanganan bencana alam gerakan tanah dengan pendekatan sistem peringatan dini.
Pengeboran
Pengeboran dilakukan untuk menjelaskan struktur geologi dan bidang longsor pada
daerah longsoran. Pengeboran dilaksanakan sepanjang garis tinjauan yang dibuat
sesuai dengan posisi dan arah longsoran, pada interval antara 30 m – 50 m. Tiga atau
lebih lubang bor dibuat dalam blok longsor dan sedikitnya satu lubang bor dibuat di
belakang mahkota longsoran dengan minimun empat lubang bor secara keseluruhan.
Pengukuran muka air tanah untuk menentukan hubungan antara curah hujan
dan fluktuasi air tanah dan pengaruh pada tekanan pori pada bidang gelincir.
Pengukuran muka air tanah dapat dilakukan pada setiap lubang bor. Alat yang
digunakan untuk mengukur muka air tanah adalah pore pressure gauge. Jarak waktu
pengamatan untuk pengukuran muka air tanah selama hujan yang sangat lebat pasti
akan lebih ditingkatkan, untuk memahami hubungan antara curah hujan dengan muka
air tanah.
SOLUSI
Penanganan yang dilakukan adalah dengan pendekatan sistem peringatan dini.
Untuk bisa menjalankan suatu sistem peringatan dini bencana alam tanah longsor,
alat-alat pemantau gerakan tanah harus dihubungkan dengan sirine. Jika sirine
berbunyi, seluruh warga Dusun Lucu Palongan dan masyarakat yang berada di dalam
blok longsoran akan mendengar bunyi sirine tersebut, masyarakat harus segera
meninggalkan blok longsoran. Informasi terjadinya longsoran harus secepat mungkin
dapat sampai ke warga Dusun Bretan dan Batuampar. Setelah mendapatkan
informasi, warga harus segera mengungsi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan pada kesempatan ini adalah sebagiknya proses
belajar mengajar dapat berlangsung dengan intensif, sehingga ilmu yang di dapat
menjadi maksimal.
REFERENSI
Zakaria, Zufialdi. 2009. Analisa Kestabilan Lereng, seri mata kuliah Geoteknik.
Laboratorium Geologi Teknik Fakultas Teknik Geologi Universitas
Padjadjaran. Tidak diterbitkan.