Anda di halaman 1dari 17

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton


Beton didefinisikan sebagai sebuah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan
agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil / batu pecah), semen, air, dan bahan
tambahan lain (admixtures) bila diperlukan dan telah mengeras. Bila campuran beton
belum mengeras (plastis), bahan tersebut disebut spesi beton. Agar beton dapat menahan
gaya tarik, maka di dalam beton diberi besi tulangan dan biasa disebut beton bertulang.
Definisi beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan, dengan atau tanpa pratekanan
dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material (beton dan besi tulangan)
bekerja bersama-sama dalam menahan beban yang diterima. Agregat sebagai salah satu
komposisi bahan beton (baik agregat halus atau agregat kasar) bisa didapat dari alam
(alami: kerikil, pasir sungai), atau dari industri (buatan: batu pecah, pasir giling).
Keduanya harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti kebersihan yang terjaga,
gradasi yang baik, dan kadar organik yang rendah sebelum digunakan sebagai campuran.
Begitu pula semen dan air. Harus disesuaikan dengan kebutuhan bahan beton yang akan
dipakai.
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh
bahan-ikat. Singkatnya dapat dikatakan bahwa pasta semen mengikat pasir dan bahan-
bahan agreget lain (kerikil,basalt, dll). Sifat-sifat beton pada suhu tinggi di pengaruhi
dalam batas tertentu oleh jenis agregat.
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton
Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan kekuatan
tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat
digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif.
Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan
dengan cara khusus, umpamanya di ekspose agregatnya.
5

 Kelebihan dari beton


a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi
b. Mampu memikul beban yang berat
c. Tahan terhadap temperature yang tinggi
d. Biaya pemeliharaan yang kecil.
 Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
c. Berat
d. Daya pantul suara yang besar.
Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan local kecuali semen Portland
atau bahan tambah kimia sehingga sangat menguntungkan secara ekonomi. Namun
,pembuatan beton akan menjadi mahal jika perencana tidak memahami karakteristik
bahan-bahan penyusun beton yang harus disesuaikan dengan perilaku struktur yang
akan dibuat.
2.3 Pencampuran Beton Ready Mix dan Beton Konvensional
Beton ready Mix adalah beton siap pakai yang tanpa dilakukan pengolahan
kembali di lapangan. Proses pencampuran beton ready mix pada umumnya lebih
akurat karena dilakukan oleh komputer yang dioperasikan oleh tenaga ahli. Hal ini
menyebabkan beton ready mix lebih diminati untuk skala proyek menengah-
proyek besar. Beton ready mix lebih akurat dalam ketepatan perencanaannya, baik
untuk komposisi agregatnya maupun kekuatannya.
Material harus dicampur sampai terdistribusi rata. Ini akan terlihat pada warna
dan konsistensi, dan harus seragam dengan takaran sebelumnya. Beton yang
dicampur dilapangan (job-mixed) harus dicampur sesuai dengan :
a. Pencampuran harus dilakukan dalam alat pencampur aadukan dengan jenis yang
telah disetujui.
b. Alat pencampur harus diputar dengan kecepatan yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuatnya.
6

c. Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus secara selama sekurang-


kurangnya 1 menit 30 detik setelah semua bahan berada dalam wadah
pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat
dapat memenuhi persyaratan uji keseragaman campuran ASTM C94M
d. Penanganan, pengadukan, dan pencampuran bahan harus memenuhi ketentuan
yang sesuai dari ASTM C94M.

Cara mencampur yang baik adalah seperti dibawah ini :


1. Urutan Pencampuran
Kalau urutan pencampurannya sempurna, urutan yang bagaimanapun akan
menghasilkan adukan yang merata. Namun dalam praktiknya waktu
pencampuran terbatas sehingga urutan perlu diperhatikan. Ide pencampuran
adalah sandwich. Dengan pengertian bahwa material yang mahal, yaitu semen,
kita bungkus dengan agregat, agar terjamin merata. Umumnya yang
dimasukkan cenderung agregat kasar dulu, kemudian semen, lalu agregat halus.
Air ditambahkan terakhir.
Pada umumnya pencampuran dimulai dengan memasukkan sedikit air
terlebih dahulu sebelum material yang lain dimasukkan. Sisa air ditambahkan
setelah semua material masuk.
2. Waktu Pencampuran
Pencampuran harus dilakukan cukup lama untuk mendapatkan campuran
yang seragam. Waktu pencampuran tergantung jenis pengaduk, lama
pencampuran dapat berkisar dari 30 detik. Campuran dengan kelecakan rendah
mungkin memerlukan waktu pengadukan lebih lama. Agregat yang menyerap
air, seperti yang dipakai untuk beton ringan, dapat juga memerlukan waktu
yang lebih lama untuk pori menyerap air.

3. Jenis Mixer/Molen
Drum-type mixer mempunyai kombinasi bilah (blade) dan bentuk drum
yang memungkinkan pertukaran material dari ujung ke ujung sejajar sumbu
7

rotasi maupun gerakan menyebar. Jenis counter-current. Bilah berputar


berlawanan araj jarum jam, berfungsi lebih baik dan lebih mudah mengawasi
dan menyesuaikan takaran untuk koreksi kelecakan. Seperti yang ditunjukan
pada gambar 2.1.

(gambar2.1. Alat untuk mencampur material untuk pengecoran beton)

4. Kapasitas
Campuran tidak boleh melebihi kapasitas pengaduk karena akan
menghasilkan campuran yang tidak merata. Mixer harus dioperasikan pada
kurang lebih kecepatan yang direncanakan. Bila ingin menambah kapasitas
pengecoran maka harus memakai mixer tambahan, daripada mempercepat atau
memberi beban terlalu banyak pada alat yang ada. Jika beton tercampur baik,
contoh diambil dari tempat yang berbeda harus mempunyai berat satuan,
kandungan udara, slump dan kadar agregat kasar yang sama. Perbedaan
maksimum yang diijinkan dalam hasil tes dalam satu kali pengecoran (batch)
ditentukan dalam ASTM C49.

5. Pengaruh Overmix
Kalau waktu pengadukan kurang lama akan berakibat campuran tidak
menyatu (belum seragam). Sebaliknya apakah ada pengaruhnya kalau terlalu
lama pencampuranya?. Secara umum tidak bermasalah, hanya saja
konsistensinya dapat menurun. Jika dipakai bahan kimia air entrainment, kadar
udaranya akan berkurang bila waktu pencmpuran terlalu lama.
8

6. Pengantaran ( Conveying)
Beton harus diantarkan dari alat pencampur ke tempat pengecoran akhir
dengan metoda yang mencegah pemisahan (segregasi) atau tercecernya bahan.
Peralatan pengantar harus mampu mengantarkan beton ketempat pengecoran
tanpa pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat mengakibatkan hilangnya
plastisitas campuran.

7. Penuangan
Untuk melakukan penuangan ada berbagai hal yang perlu diperhatikan ada
langkah-langkah yang harus dicermati.
1) Persiapan sebelum penuangan
Persiapan yang perlu dilakukan adalah memadatkan, merapikan, dan
membasahi tanah dasar (subgrade) . Mendirikan acuan, memasang tulangan,
dan material-material yang terbenam lainnya. Subgrade perlu dibasahi,
khususnya pada cuaca panas, supaya tidak menyerap air dari beton. Bila beton
duduk diatas batu, semua material lepas harus dibuang. Potongan harus hampir
vertikal atau horizontal, tidak boleh miring. Acuan harus diletakkan secara
tepat, kokoh, bersih, diikat (bracing) cukup, dan dibuat dengan material yang
akan menghasilkan permukaan akhir yang dikehendaki.
2) Tujuan penuangan
Tuanglah beton sedekat mungkin dengan kedudukan akhirnya dengan
secepat dan seefisien mungkin, sehingga pemisahan dapat dihindari dan beton
dapat dipadatkan secara penuh.
3) Tiap lapisan
Tuangkan campuran dalam lapisan-lapisan yang seragam. Hindari
menuang dalam tumpukan yang besar atau miring karena akan terjadi
pemisahan material, pada kolom dan dinding tiap lapisan sebaiknya tidak lebih
tebal dari 45 cm. bila lebih tebal dari itu maka udara akan terjebak dan tidak
dapat keluar, biarpun memakai penggetar. Tiap lapisan harus dipadatkan
terlebih dahulu sebelum dituangi dengan lapisan baru.
4) Kolom
9

Hindari jarak jatuh yang tinggi bilamana campuran cenderung mengalami


pemisahan. Tuangkan campuran beton secepat mungkin sesuai kapasitas
peralatan. Jangan menunda-nunda. Kecepatan menuang dan pemadatan harus
seimbang. Bila dituntut kolom atau dinding beton yang terekspos maka
kecepatan menuangnya harus lebih dari 2 meter per jam. Kelambatan atau
penundaan akan memunculkan variasi pada warna permukaan.
5) Pemadatan
Setelah beton segar diaduk, diangkut dan dituangkan, ia masih
mengandung udara dalam bentuk rongga udara. Pemadatan adalah untuk
mengeluarkan udara tersebut sebanyak mungkin. Kalau dapat sampai kurang
dari 1% (tidak termasuk penggunaan air-entrainment). Jumlah udara yang
terjebak tergantung pada kelecakan beton segar.
Beton yang dipadatkan dengan baik, akan padat, kuat dan mempunyai
kualitas yang tinggi. Sebaliknya beton yang pemadatannya kurang baik maka
kekuatannya akan lemah.
6) Cara Pemadatan
Rongga udara dapat disingkirkan dengan sekop, dan bahkan dengan
menginjak-injak, namun pemadatan yang terbaik dan terceoat adalah dengan
menggunakan penggetar (vibrator). Bila campuran digetarkan gesekan dalam
antar agregat akan berkurang.
7) Vibrator
Vibrasi baik internal maupun eksternal adalah metode yang paling banyak
dipakai. Bila beton digetarkan, gesekan antara butir agregat kasar dihilangkan
sementara beton menjadi seperti cair. Ia settle di dalam acuan dibawah aktivitas
gravitasi dan buih udara besar yang terjebak lebih mudah naik ke permukaan.
10

(gambar 2.2. Alat penggetar/vibrator)

Ada dua macam penggetar (vibrator)


1. Vibrator dalam (internal vibrator)
Vibrator dalam adalah jenis yang paling sering dipakai karena langsung
masuk kedalam campuran dapat dipindahkan dengan mudah, jarum bergetar
dengan kecepatan lebih dari 7000rpm. Jarum dihubungkan ke motor penggerak
oleh selang yang fleksibel.
Cara penggetaran yang benar yaitu vibrator dimasukkan kedalam beton
secara vertikal hingga sedikit menyentuh lapisan sebelumnya (yang seharusnya
masih belum mengeras). Jika vibrator dimasukkan secara sembarangan dan dengan
sudut yang miring tanpa menyentuh lapisan sebelumnya, tidak akan dihasilkan
sambungan yang baik antar kedua lapisan pada plat yang tipis mungkin harus
dimiringkan agar kepala penggetar terbenam seluruhnya.
penggetar dianggap cukup itu tergantung dari yang cukup untuk digetarkan
yaitu perubahan tampak permukaan, yaitu terbenamnya agregat besar, ratanya
permukaan, timbulnya lapisan tipis pasta yang mengkilat atau naiknya buih-buih
besar udara yang terjebak ke permukaan. Kadang-kadang dilakukan dengan
membedakan suaranya, yaitu selesai bila suaranya mulai konstan.
Bila sudah cukup, tariklah penggetar secara perlahan sampai bekas
lubangnya menutup kembali. Bila tidak menutup masukkan kembali di titik
11

didekatnya. Vibrator jangan dipakai untuk mendorong karena akan menyebabkan


pemisahan, terutama pada campuran yang sangat basah. Vibartor jangan sampai
mengenai tulangan, karena akan mengganggu lekatan dari bagian yang mulai set.
Bila penggetar dibiarkan terbenam setelah pasta berakumulasi di atas maka akan
terjadi pemisahan, yang membuat beton tidak seragam.
Penuangan beton dimulai pada titik terendah agar pemadatan dapat
meningkat dengan pertambahan beton yang baru. Pemakaian vibrator menjadikan
beton bertambah padat. Jika penuangan dimulai dari atas, bagian atas beton
cenderung untuk memisah dan jatuh sehingga tidak menjadi beton yang padat.
2. Vibrator Luar
Vibrator luar (eksternal vibrator – diluar campuran) ada bebarapa jenis,
antara lain form vibrator, meja penggetar, vibrator permukaan seperti vibrating
screeds, plate vibrator, vibrator roller screeds, atau vibratory hands floats atau
trowels.
 Form vibrator
diikatkan ke bagian luar dari bekisting, sering dipakai untuk dinding yang
tipis atau yang padat tulangan, untuk membantu internal vibrator dan untuk
campuran kental dimana internal vibrator tidak dapat digunakan. Penggetar
lebih lama dari internal, yaitu 1-2 menit hanya dapat memanfaatkan setebal
30 cm. tidak seefektif internal vibrator.
 Meja Penggetar
terutama diapakai unit pracetak, dilengkapi dengan kendali sehingga
frekuensi dan amplitude dapat disesuaikan dengan elemen yang digetarkan.
 Vibrating screeds
adalah sceed yang dipasangi mesin getar digunakan pada lantai sampai tebal
150 mm, yang tanpa tulangan atau dengan tulangan ringan.
12

8. Perawatan
Beton harus dirawat pada suhu diatas 10˚C dan dalam kondisi lembab
untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran, kecuali jika
dirawat sesuai dengan metode perawatan cepat.
Beton kekuatan awal tinggi harus dirawat pada suhu 10˚C dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali jika
dirawat sesuai dengan perawatan percepatan.
2.4 Kerusakan pada beton
2.4.1 Segregasi
Segregasi pada beton adalah pemisahan agregat pada campuran, agregat
tidak menyatu dan tidak homogen. Hal ini akan menimbulkan masalah pada hasil
adukan yang diinginkan. Dilapangan pada saat pengecoran ada banyak kendala
yang dihadapi saat melakukan pelaksanaan, dan segregasi bisa disebabkan karena
bendungan air pada material yang melebihi dari air yang diperkirakan atau
direncanakan, atau pada saat mixing material dalam kondisi basah yang
disebabkan kondisi hujan atau gerimis. Selain karena kandungan air pada material
yang berlebihan segregasi juga bisa disebabkan karena pelaksanaan pengadukan
atau dan teknik pengecoran yang salah.
Ada tiga jenis segregasi yang dapat terjadi pada beton, yaitu:
1. Pemisahan agregat kasar dari adukan
2. Pemisahan pasta semen dari adukan
3. Pemisahan air dari adukan semen (bleeding)

Adukan beton segar terdiri dari semen, pasir, dan agregat kasar, adukan yang
bagus dan baik itu adalah adukan yang terdiri dari masing-masing bagian
penyusun atau yang menyatu dan homogen. Adukan yang tidak proporsional akan
menyebabkan terjadinya segregasi, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
specific gravity bahan penyusunnya. Specific gravity semen diantara 3,1-3,, dan
agregat ada sekitar 2.6-2.7. karena perbedaan inilah yang menjadi dasar terjadinya
segregasi pada adukan.
13

Segregasi juga terjadi karena karena pelaksanaan yang tidak benar pada saat
proses pengecoran. Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada saat proses
pengecoran yaitu :
1. Jarak transportasi adukan yang terlalu jauh
2. Campuran proporsional adukan dimana material penyusunnya tidak bisa saling
mengisi/ menahan material penyusun yang lain.
3. Tinggi jatuh adukan lebih dari 1 m
4. Proses vibra yang terlalu lama

Selain beberapa hal seperti yang terjadi pada saat pengecoran tersebut,
segregasi juga dapat terjadi karena beberapa hal secara umum yaitu :
1. Penggunaan air pencampur yang terlalu banyak
2. Campuran beton yang terlalu kering
3. Gradasi agregat yang kurang baik
4. Perbandingan agregat kasar lebih banyak dibandingkan dengan agregat halus
5. Penggunaan alat penggetar terlalu lama
6. Slump yang terlalu rendah
7. Tinggi jatuh pengecoran yang terlalu jauh
Cara meminimize segregasi pada beton
1. Segregasi bisa diatasi dengan menyesuaikan proporsional masing-maasing
material penyusunnya. Misalnya dengan menambah pasir untuk menahan
agregat agar tidak jatuh kebawah adukan.
2. Menyesuaikan kondisi pelaksanaan sesuai dengan yang dibutuhkan baik itu
proses penuangan, tranportasi pemadatan maupun finishing.
3. Menggunakan air entraning agent, admixture dan material pozzolan.
14

2.4.2 Keropos Beton


Keropos beton disebabkan oleh beberapa hal:
1. Bekisting kurang bersih, masih ada beton lama yang menempel pada
permukaannya. Ini biasanya terjadi pada bekisting yang digunakan ulang tapi
tidak dilakukan pembersihan secara total.
2. Pemadatan kurang sempurna saat pengecoran, pada pekerjaan kolom besar
sebaiknya terisi beton dengan sempurna. Pada kolom kecil bisa dilakukan
dengan bantuan kayu atau memukul-mukul palu pada sisi luar bekisting.
3. Adukan tidak tercampur dengan sempurna sehingga antar semen, pasir dan air
tidak bisa menyatu dengan baik.
4. Terlalu cepat membongkar bekisting sehingga permukan beton rusak akibat
benturan benda disekitarnya.
5. Adukan cor terlalu encer sehingga air semen keluar dari cetakan.
6. Posisi besi tidak benar sehingga selimut beton terlalu tipis.

Jika beton mengalami keropos maka akan berakibat:

1. Mengurangi kekuatan struktur kolom, apabila struktur yang dibuat kualitas


kekuatannya dibawah perencanaan maka bisa menyebabkan bangunan rubuh.
2. Jika besinya kelihatan maka bisa terpapar langsung oleh lingkungan seperti air,
embu, dll sehingga menyebabkan korosi atau karat.

Cara untuk mengatasi beton keropos


1. Menutup bagian yang keropos dengan metode grouting
2. Mempertebal dimensi kolom, caranya dengan memasang besi tulangan
tambahan diluar kolom. Lalu dicor lagi menyelimuti kolom yang sudah ada.
3. Jika keroposnya banyak maka harus dilakukan pembongkaran untuk diganti
dengan baru. Untuk mengetahui apakah kolom masih memenuhi syarat atau
tidak, bisa dilakukan dengan hammer test.
15

2.4.3 Porositas beton


Porositas didefenisikan sebagai perbandingan volume pori (volume yang
ditempati oleh fluida)terhadap volume total beton (volume benda uji). Range pori
pada beton umumnya terjadi akibat kesalahan dalam pelaksanaan dan
pengecoran seperti faktor air semen yang berpengaruh padalekatan
antara pasta semen dengan agregat, besar kecilnya nilai slump,
pemilihan tipe susunang r a d a s i agregat gabungan, maupun
t e r h a d a p l a m a n y a p e m a d a t a n . S e m a k i n t i n g g i t i n g k a t kepadatan
pada beton maka semakin besar kuat tekan atau mutu beton, sebaliknya semakin
besar porositas beton, maka kekuatan beton akan semakin kecil.
Porositas memiliki nilai penitng pada suatu material beton. Nilai porositas
langsung dengan sifat mekanik beton seperti kekedapan, keawetan bahkan dengan
kekuatan beton dalam hal ini kuat tekan beton. Menurut powers (1995), semakin
kecil air yang mengisi ruang dari tiap unit semen (semakin kecil w/c ratio) pada
awal proses pengikatan, maka proporsi pori-pori kapiler dalam semen akan
semakin baik. Menurut powers, porositas terbuka terisi oleh evaporebel water.
Evaporebel waater adalah air yang dapat menguap dan sebagian besar merupakan
air yang berada didalam kapiler atau yang tertahan oleh gaya-gaya permukaan
dalam substansi gel itu sendiri. Akibat adanya proses hidrasi, kadar air yang tidak
dapat menguap ini akan bertmbah jumlahnya. Sehingga kadar evaporebel watter
menjadi berkurang, karena ronga-rongga yang ada akan terisi oleh produk hidrasi
(power and brownyard, 1974).

2.5 Pengertian Kolom Beton Dalam Konstruksi Bangunan


Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting
dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis
yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan jug a runtuh total
seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom
adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial
16

tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan
dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan
angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi
tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom
menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat,
terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya
agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom
dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan
tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah
material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan
gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
2.5.1 Jenis-Jenis Kolom
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga
jenis kolom beton bertulang yaitu:
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan
kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang,
yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok
memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
17

sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi


kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum
runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.3.

(gambar 2.3. Jenis-jenis Kolom)

Sumber : Ariestadi, Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK,
Jakarta,Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, (194 – 203).
2.6 Struktur Balok
(Ariestadi Dian, 2008) Secara sederhana, balok sebagai elemen lentur digunakan
sebagai elemen penting dalam kosntruksi. Balok mempunyai karakteristik internal yang
lebih rumit dalam memikul beban dibandingkan dengan jenis elemen struktur lainnya.
Balok menerus dengan lebih dari dua titik tumpuan dan lebih dari satu tumpuan jepit
merupakan struktur statis tak tentu. Struktur statis tak tentu adalah struktur yang reaksi,
gaya geser, dan momen lenturnya tidak dapat ditentukan secara langsung dengan
menggunakan persamaan keseimbangan dasar Fx =0, Fy =0, dan Fz =0. Balok statis
18

tak tentu sering juga digunakan dalam praktek, karena struktur ini lebih kaku untuk
suatu kondisi bentang dan beban daripada struktur statis tertentu. Jadi ukurannya bisa
lebih kecil. Kerugian struktur statis tak tentu adalah pada kepekaannya terhadap
penurunan (settlement) tumpuan dan efek termal.

2.6.1 Prinsip Desain Balok


Pada sistem struktural yang ada di gedung, elemen balok adalah elemen
yang paling banyak digunakan dengan pola berulang. Umumnya pola ini
menggunakan susunan hirarki balok, dimana beban pada permukaan mula-mula
dipikul oleh elemen permukaan diteruskan ke elemen struktur sekunder, dan
selanjutnya diteruskan ke kolektor atau tumpuan. Semakin besar beban, yang
disertai dengan bertambahnya panjang, pada umumnya akan memperbesar ukuran
atau tinggi elemen struktur. Susunan hirarki bisa sangat bervariasi, tetapi susunan
yang umum digunakan adalah satu dan dua tingkat. Sedangkan susunan tiga
tingkat adalah susunan yang maksimum digunakan. Untuk ukuran bentang
tertentu, pada umumnya sistem dengan berbagai tingkat dapat digunakan. Ukuran
elemen struktur untuk setiap sistem dapat ditentukan berdasarkan analisis bentang,
beban dan material. Ada beberapa kriteria pokok yang harus dipenuhi, antara lain
kemampuan layan, efisiensi, kemudahan.Tegangan aktual yang timbul pada balok
tergantung pada besar dan distribusi material pada penampang melintang elemen
struktur. Semakin besar balok maka semakin kecil tegangannya. Luas penampang
dan distribusi beban merupakan hal yang penting. Semakin tinggi suatu elemen,
semakin kuat kemampuannya untuk memikul lentur. Variabel dasar yang penting
dalam desain adalah besar beban yang ada, jarak antara beban-beban dan perilaku
kondisi tumpuan balok. Kondisi tumpuan jepit lebih kaku daripada yang ujung-
ujungnya dapat berputar bebas. Balok dengan tumpuan jepit dapat memikul beban
terpusat di tengah bentang dua kali lebih besar dari pada balok yang sama tidak
dijepit ujungnya. Beban lentur pada balok menyebabkan terjadinya gaya-gaya
internal, tegangan serta deformasi. Gaya serta momen ini berturut-turut disebut
gaya geser dan momen lentur. Agar keseimbangan pada bagian struktur tersebut
diperoleh untuk bagian struktur yang diperlihatkan, sekumpulan gaya internal pasti
19

timbul pada struktur yang efek jaringnya adalah untuk menghasilkan momen
rotasional yang sama besar tapi berlawanan arah dengan momen lentur eksternal
dan gaya vertikal yang sama dan berlawanan arah dengan gaya geser eksternal.
2.6.2 Bengkokan pada Sambungan
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Bengkokan 180˚ ditambah perpanjang 4db, tapi tidak kurang 60 mm,
pada ujung bebas kait.
2. Bengkokan 135˚ ditambah perpanjang 6db, tapi tidak kurang dari 75
mm, pada ujung bebas kait.
3. Bengkokan 90˚ ditambah perpanjang 12db pada ujung bebas kait.

Tabel 2.1 Kait standar untuk tulangan utama

2.6.3 Kait pengikat dan sengkang


Ketentuan untuk sengkang dan kait pengikat adalah sebagai berikut:
1. Batang D-8 sampai D-25 bengkokan 135° ditambah perpanjang 6ds
atau tidak kurang dari 75 mm, pada ujung bebas kait.
2. Batang D-16 dan yang lebih kecil bengkokan 90° ditambah perpanjang
6ds pada ujung bebas kait.
3. Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjang
12ds pada ujung kait.
20

Tabel 2.2 Kait Standar untuk sengkang dan kait pengikat

2.6.4 Diameter Bengkokan Minimum


Diameter untuk bengkokan minimum tulangan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan
tidak boleh kurang dari nilai dalam Tabel 2. Ketentuan ini tidak berlaku
untuk sengkang dan sengkang ikat dengan untuk D-10 hingga D-16
2. Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak
boleh kurang dari 4db untuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk
batang yang lebih besar dari pada D-16.
3. Diameter dalam untuk bengkokan jarring kawat baja las(polos atau ulir)
yang digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang
dari 4db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D-7.

Anda mungkin juga menyukai