BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Jenis Mixer/Molen
Drum-type mixer mempunyai kombinasi bilah (blade) dan bentuk drum
yang memungkinkan pertukaran material dari ujung ke ujung sejajar sumbu
7
4. Kapasitas
Campuran tidak boleh melebihi kapasitas pengaduk karena akan
menghasilkan campuran yang tidak merata. Mixer harus dioperasikan pada
kurang lebih kecepatan yang direncanakan. Bila ingin menambah kapasitas
pengecoran maka harus memakai mixer tambahan, daripada mempercepat atau
memberi beban terlalu banyak pada alat yang ada. Jika beton tercampur baik,
contoh diambil dari tempat yang berbeda harus mempunyai berat satuan,
kandungan udara, slump dan kadar agregat kasar yang sama. Perbedaan
maksimum yang diijinkan dalam hasil tes dalam satu kali pengecoran (batch)
ditentukan dalam ASTM C49.
5. Pengaruh Overmix
Kalau waktu pengadukan kurang lama akan berakibat campuran tidak
menyatu (belum seragam). Sebaliknya apakah ada pengaruhnya kalau terlalu
lama pencampuranya?. Secara umum tidak bermasalah, hanya saja
konsistensinya dapat menurun. Jika dipakai bahan kimia air entrainment, kadar
udaranya akan berkurang bila waktu pencmpuran terlalu lama.
8
6. Pengantaran ( Conveying)
Beton harus diantarkan dari alat pencampur ke tempat pengecoran akhir
dengan metoda yang mencegah pemisahan (segregasi) atau tercecernya bahan.
Peralatan pengantar harus mampu mengantarkan beton ketempat pengecoran
tanpa pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat mengakibatkan hilangnya
plastisitas campuran.
7. Penuangan
Untuk melakukan penuangan ada berbagai hal yang perlu diperhatikan ada
langkah-langkah yang harus dicermati.
1) Persiapan sebelum penuangan
Persiapan yang perlu dilakukan adalah memadatkan, merapikan, dan
membasahi tanah dasar (subgrade) . Mendirikan acuan, memasang tulangan,
dan material-material yang terbenam lainnya. Subgrade perlu dibasahi,
khususnya pada cuaca panas, supaya tidak menyerap air dari beton. Bila beton
duduk diatas batu, semua material lepas harus dibuang. Potongan harus hampir
vertikal atau horizontal, tidak boleh miring. Acuan harus diletakkan secara
tepat, kokoh, bersih, diikat (bracing) cukup, dan dibuat dengan material yang
akan menghasilkan permukaan akhir yang dikehendaki.
2) Tujuan penuangan
Tuanglah beton sedekat mungkin dengan kedudukan akhirnya dengan
secepat dan seefisien mungkin, sehingga pemisahan dapat dihindari dan beton
dapat dipadatkan secara penuh.
3) Tiap lapisan
Tuangkan campuran dalam lapisan-lapisan yang seragam. Hindari
menuang dalam tumpukan yang besar atau miring karena akan terjadi
pemisahan material, pada kolom dan dinding tiap lapisan sebaiknya tidak lebih
tebal dari 45 cm. bila lebih tebal dari itu maka udara akan terjebak dan tidak
dapat keluar, biarpun memakai penggetar. Tiap lapisan harus dipadatkan
terlebih dahulu sebelum dituangi dengan lapisan baru.
4) Kolom
9
8. Perawatan
Beton harus dirawat pada suhu diatas 10˚C dan dalam kondisi lembab
untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran, kecuali jika
dirawat sesuai dengan metode perawatan cepat.
Beton kekuatan awal tinggi harus dirawat pada suhu 10˚C dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali jika
dirawat sesuai dengan perawatan percepatan.
2.4 Kerusakan pada beton
2.4.1 Segregasi
Segregasi pada beton adalah pemisahan agregat pada campuran, agregat
tidak menyatu dan tidak homogen. Hal ini akan menimbulkan masalah pada hasil
adukan yang diinginkan. Dilapangan pada saat pengecoran ada banyak kendala
yang dihadapi saat melakukan pelaksanaan, dan segregasi bisa disebabkan karena
bendungan air pada material yang melebihi dari air yang diperkirakan atau
direncanakan, atau pada saat mixing material dalam kondisi basah yang
disebabkan kondisi hujan atau gerimis. Selain karena kandungan air pada material
yang berlebihan segregasi juga bisa disebabkan karena pelaksanaan pengadukan
atau dan teknik pengecoran yang salah.
Ada tiga jenis segregasi yang dapat terjadi pada beton, yaitu:
1. Pemisahan agregat kasar dari adukan
2. Pemisahan pasta semen dari adukan
3. Pemisahan air dari adukan semen (bleeding)
Adukan beton segar terdiri dari semen, pasir, dan agregat kasar, adukan yang
bagus dan baik itu adalah adukan yang terdiri dari masing-masing bagian
penyusun atau yang menyatu dan homogen. Adukan yang tidak proporsional akan
menyebabkan terjadinya segregasi, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
specific gravity bahan penyusunnya. Specific gravity semen diantara 3,1-3,, dan
agregat ada sekitar 2.6-2.7. karena perbedaan inilah yang menjadi dasar terjadinya
segregasi pada adukan.
13
Segregasi juga terjadi karena karena pelaksanaan yang tidak benar pada saat
proses pengecoran. Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada saat proses
pengecoran yaitu :
1. Jarak transportasi adukan yang terlalu jauh
2. Campuran proporsional adukan dimana material penyusunnya tidak bisa saling
mengisi/ menahan material penyusun yang lain.
3. Tinggi jatuh adukan lebih dari 1 m
4. Proses vibra yang terlalu lama
Selain beberapa hal seperti yang terjadi pada saat pengecoran tersebut,
segregasi juga dapat terjadi karena beberapa hal secara umum yaitu :
1. Penggunaan air pencampur yang terlalu banyak
2. Campuran beton yang terlalu kering
3. Gradasi agregat yang kurang baik
4. Perbandingan agregat kasar lebih banyak dibandingkan dengan agregat halus
5. Penggunaan alat penggetar terlalu lama
6. Slump yang terlalu rendah
7. Tinggi jatuh pengecoran yang terlalu jauh
Cara meminimize segregasi pada beton
1. Segregasi bisa diatasi dengan menyesuaikan proporsional masing-maasing
material penyusunnya. Misalnya dengan menambah pasir untuk menahan
agregat agar tidak jatuh kebawah adukan.
2. Menyesuaikan kondisi pelaksanaan sesuai dengan yang dibutuhkan baik itu
proses penuangan, tranportasi pemadatan maupun finishing.
3. Menggunakan air entraning agent, admixture dan material pozzolan.
14
tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan
dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan
angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi
tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom
menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat,
terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya
agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom
dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan
tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah
material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan
gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
2.5.1 Jenis-Jenis Kolom
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga
jenis kolom beton bertulang yaitu:
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan
kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang,
yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok
memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
17
Sumber : Ariestadi, Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK,
Jakarta,Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, (194 – 203).
2.6 Struktur Balok
(Ariestadi Dian, 2008) Secara sederhana, balok sebagai elemen lentur digunakan
sebagai elemen penting dalam kosntruksi. Balok mempunyai karakteristik internal yang
lebih rumit dalam memikul beban dibandingkan dengan jenis elemen struktur lainnya.
Balok menerus dengan lebih dari dua titik tumpuan dan lebih dari satu tumpuan jepit
merupakan struktur statis tak tentu. Struktur statis tak tentu adalah struktur yang reaksi,
gaya geser, dan momen lenturnya tidak dapat ditentukan secara langsung dengan
menggunakan persamaan keseimbangan dasar Fx =0, Fy =0, dan Fz =0. Balok statis
18
tak tentu sering juga digunakan dalam praktek, karena struktur ini lebih kaku untuk
suatu kondisi bentang dan beban daripada struktur statis tertentu. Jadi ukurannya bisa
lebih kecil. Kerugian struktur statis tak tentu adalah pada kepekaannya terhadap
penurunan (settlement) tumpuan dan efek termal.
timbul pada struktur yang efek jaringnya adalah untuk menghasilkan momen
rotasional yang sama besar tapi berlawanan arah dengan momen lentur eksternal
dan gaya vertikal yang sama dan berlawanan arah dengan gaya geser eksternal.
2.6.2 Bengkokan pada Sambungan
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Bengkokan 180˚ ditambah perpanjang 4db, tapi tidak kurang 60 mm,
pada ujung bebas kait.
2. Bengkokan 135˚ ditambah perpanjang 6db, tapi tidak kurang dari 75
mm, pada ujung bebas kait.
3. Bengkokan 90˚ ditambah perpanjang 12db pada ujung bebas kait.