TINJAUAN PUSTAKA
b. Kelenjar Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan. Strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira – kira 15 cm, mulai dari
duodenum sampai limpa dilukiskan terdiri dari 3 bagian:
1) Kepala pankreas, yang paling lebar. Terletak disebelah kanan rongga
abdomen dan didalam lekukan duodenum yang melingkarinya.
2) Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya
dibelakang lambung dan didepan vertebrata lumbalis pertama.
3) Ekor pankreas, adalah bagian yang runcing disebelah kiri dan
sebenarnya menyentuh limpa.
Jaringan pankreas terdiri atas labula dari pada sel secretori yang
tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari
persambungan saluran-saluran kecil dari labula yang terletak didalam ekor
pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluran-
saluran kecil itu menerima saluran dari labula lain dan kemudian bersatu
untuk membentu saluran utama, yaitu duktus wirsungi. (Syafuddin, 2013)
c. Pulau Langerhans
Pankreas terdiri dari dua jenis jaringan, yakni asini yang
mensekresikan getah pencernaan ke dalam duodenum. Dan pulau
langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya
keluar, namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung ke
dalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 sampai 2 juta pulau langerhans.
Setiap pulau langerhans berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi
pembuluh darah kapiler kecil yang merupakan tempat penampungan
hormon yang diseresikan oleh sel-sel tersebut. Pulau langerhans
mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta dan delta, yang dapat
dibedakan dari ciri morfologik dan pewarnaannya. Sel beta yang
mencakup kira-kira 60% dai semua sel, terletak terutama di tengah dari
setiap pulau dan mensekresikan insulin. Sel alfa yang mencakup 25% dari
seluruh sel, mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10% dari
seluruh sel, mensekresikan somastotatin. Selain itu, paling sedikit terdapat
satu jenis sel lain yang disebut sel PP, yang terdapat dalam jumlah sedikit
dalam pulau langerhans dan mensekresi hormon yang fungsinya masih
diragukan yakni polipetida pankreas.
Hubungan yang erat antara jenis sel yang terdapat dalam pulau
langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi
beberapa jenis hormon oleh hormon lainnya. Contohnya insulin
menghambat sekresi glukagon dan somatostain menghambat sekresi
insulin dan glukagon. (Syafuddin, 2013)
Berikut dijelaskan fungsi-fungsi insulin, glukagon dan somastotain
menurut Syaifuddin (2013) dalam bukunya yang berjudul Anatomi Tubuh
Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan :
1) Fungsi insulin yaitu:
a) Menigkatkan metabolisme glukosa di dalam otot dan menyimpan
glikogen didalam otot.
b) Insulin mempunyai berbagai efek yang dapat menyebabkan
timblnya penyimpanan lemak didalam jaringan lemak.
c) Insulin menghambat kerja lipase sensitif hormon.
d) Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membrane sel
ke dalam sel-sel lemak.
e) Insulin menyebabkan timbulnya pengankutan secara aktif sebagian
besar asam amino kedalam sel.
f) Di dalam hati, insulin menekan kecepatan glukoneogenesis.
C. ETIOLOGI
Etiologi dari diabetes mellitus sampai saat ini masih belum secara pasti
dari study-study eksperimental dan klinis dapat diketahui bahwa diabetes
mellitus merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang
berbeda-beda dengan lebih dari satu sebab yang mendasarinya.
Menurut Patriani (2011) dalam bukunya yang berjudul Asuhan
Keperawatan, yang sering dianggap penyebab diabetes mellitus, yaitu:
a. Faktor Genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes. Pincus dan White berpendapat,
perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan
kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang
menderita diabeter mellitus mencapai 8,33% dan 5,33%, bila
dibandingkan dengan keluarga sehat hanya 1,96 %.
b. Faktor Non-Genetik
1) Infeksi, virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetik terhadap diabetes mellitus.
2) Nutrisi, obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
Alkohol juga dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis. Juga
malnutrisi protein.
3) Stress, stress berupa pembedahan,infark miokard, luka bakar dan
emosi biasanya menyebabkan hiperglikemia sementara.
4) Hormonal sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam
darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,
feokromositoma karena konsentrasi glucagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat.
c. Faktor Imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal
dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah – olah sebagai
jaringan asing yaitu autoantibody terhadap sel – sel pulau langerhans dan
insulin endogen.
d. Faktor Lingkungan
Adanya virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta. (Patriani,2011)
D. EPIDEMIOLOGI
Penderita diabetes mellitus mengalami peningatan dari tahun ke
tahun. Menurut data WHO pada tahun 2010 lebih dari 105 juta penduduk
dunia menderita diabetes mellitus dan pada tahun 2012 jumlahnya meningkat
menjadi 152 juta yang merupakan 6 % dari populasi dewasa. (Ridwanmirudin
2013).
Dari data rekam medis rumah sakit suaka insan dari bulan januari
sampai juni didapatkan data pasien dengan masalah diabetes mellitus
berjumlah 124 orang, laki – laki berjumlah 77 orang dan perempuan
berjumlah 4 orang. Dengan 3 orang yang meninggal dan 121 orang mulai
sembuh. (Medical Record, 2014)
E. PATOFISIOLOGI
1. Narasi
Ada faktor –faktor yang dikaitkan dengan diabetes. Diabetes type 1
ditandai oleh penghancuran sel – sel beta pankreas. Kombinasi faktor
genetik, imunologi dan mungkin pola infeksi virus yang menimbulkan
destruksi sel beta. Penderita diabetes tidak mewarisi suatu predisposisi
atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1.
Kecendrungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. Resiko terjadinya diabetes
type 1 meningkat tiga hingg lima kali lipat pada inividu yang memiliki
antigen HLA ini. Pada dibetes type 1 terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Autoimun
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insuli endogen terdeteksi saat
diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-
tanda klinis diabetes type 1. Pada kasus diabetes type 1 yang terjadi pada
anak, sering kali infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang.
Penyebabnya adalah infeksi oleh virus seperti mumps dan xsackie. Hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus tertentu mengeluarkan toksin
yang dapat merusak sel pankreas dan menimbulkan diabetes. Sebagian
besar gambaran paologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu
efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal.
3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
DM Type I DM Type II
Kelainan HLA Respon abnormal Toksin Virus Jaringan lemak Kurang gerak
autoantibody meningkat badan
Produksi Insulin terhadap sel-sel Respon autoimun
menurun pulau langerhans Pengeluaran
Destruksi sel beta adipokines
Destruksi sel beta
Produksi insulin
Memblokir kerja
menurun
insulin
Hiperglikemia
Resiko infeksi
Glykolisis Glukoneogenesis
Lipolisis Trigliserida
menigkat
Keton meningkat
Plak-plak
Atherosclerosis Ginjal tidak bisa Ketoasidosis pembuluh
mengabsorbsi glucose darah
Kematian
yang berlebihan
PD Makro PD mikro Glucouria
Aterosklerosis
Otak (stroke), Peningkatan BP Retinopati Ggn penglihatan Osmotik deuresis
jantung (infark
miocard akut) Gagal ginjal Resiko cidera Poliuria
Saraf (kesemutan, kelemahan
Hilangnya air dan
lengan atau tungkai).
natrium
Intoleransi aktivitas
Kulit (ulkus) Dehidrasi/hipovolemik
shok
kematian
F. MANAJEMEN KOLABORASI
1. Pemeriksaan Penunjang
Untuk Diabetes Melitus, Kriteria pemeriksaan penunjang WHO
untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
2. Medikasi
a. Obat hipoglikemia oral
Golongan sulfonylurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes
tipe I. Contohnya: glipized, gliburid, tolbutamid dan klorpopamid.
Obat menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang
pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
Obat lain yaitu melformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin
tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulin sendiri. Akarbos
bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
b. Terapi Insulin
Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin
sehingga harus diberikan insulin penggaanti, berbeda dengan diabetes
mellitus type II yang tidak bergantung pada insulin, tetapi
memerlukannnya sebagai pendukung untuk menurunkan glukosa
darah dalam mempertahankan kehidupan. Pemberian insulin hanya
dapat dilakukan melalui suntikan. Insulin dihancukan didalam
lambung sehingga tidak dapat diberi per oral. Insulin di suntikan di
bawah kulit ke dalam lapisan lemak,, biasanya lengan, paha atau
dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa
terlalu nyeri. (Tarwoto, 2012)
4. Pembedahan
Tidak ada pembedahan pada penderita diabetes mellitus, akan
tetapi pembedahan dilakukan apabila mengalami komplikasi. Pada
penderita diabetes mellitus dengan komplikasi disbetes ketoasidosis,
pasien yang mengalami nyeri abdomen dan gejala-gejala fisik pada
pemeriksaan dapat begitu berat sehingga tampaknya terjadi suatu proses
intraabdominal yang memerlukan tindakan pembedahan.
Bentuk penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstremitas bawah ini
merupaka penyebab utama meningkatkan insiden gangrene dan amputasi
pada pasien-pasien diabetes mellitus. (Tarwoto, 2012)
5. Diet
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa
bagian antara lain:
Diet A : Diberikan kepada semua penderita diabetes mllitus pada
umumnya, terdiri dari makanan yang mengandung
karbohidrat 50%, lemak 30% dan protein 20%.
Diet B : Diberikan kepada penderita diabetes terutama yang kurang
tahan dengan dietnya, terdiri dari karbohidrat 68%, lemak
20%, dan protein 12%.
Diet B1 : Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet
protein tinggi, terdiri dari karbohidrat 60%, lemak 20%, dan
protein 20%.
Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada saat
keadaan tertentu, misalnya pasien dengan diet rendah protein dan yang
mendapatkan makanan cair, gula boleh diberikan untuk mencukupi
kebutuhan kalori, dalam jumlah yang terbatas yaitu 2 sendok makan per
hari. (Tarwoto, 2012)
6. Aktifitas
Latihan fisik bagi penderita diabetes mellitus sangat dibutuhkan,
karena pada saat latihan fisik energi yang dipakai adalah glukosa dan asam
lemak bebas. Latihan fisik bertujuan untuk:
Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme karbohidrat
Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan ideal
Meningkatkan sensitifitas insulin
Meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar trigliseria
Menurunkan tekanan darah
Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan
aerobic, jalan kaki, lari, bersepeda, berenang. Yang perlu diperhatikan
dalam latihan fisik pasien diabetes mellitus adalah frekuensi, durasi waktu,
dan jenis latihan. Misalnya pada olah raga sebaiknya secara teratur
3x/minggu, lamanya 15-30 menit. (Tarwoto, 2012)
7. Pendidikan Kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan diabetes
mellitus adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal penting yang perlu
dsampaikan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah:
a. Penyakit diabetes mellitus yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, patofisiologi dan test diagnosis.
b. Diet atau management diet pada pasien diabetes mellitus, perencanaan
makan yang baik dan seimbang untuk mendapatkan berat badan sesuai
dengan umur dan jenis kelamin.
c. Pencegahan terhadap komplikasi diabetes mellitus diantaranya
penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi gangrene pada kaki
dengan latihan senam kaki dan keikutsertaan pasien dalam usaha
mengendalikan kadar glukosa darahnya.
d. Pemberian obat-obatan diabetes mellitus da cara injeksi insulin.
e. Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara
mandiri.(Tarwoto, 2012)
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi
berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien diabetes mellitus yaitu:
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan euresis
osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupaninsulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia.
d. Kelelahan berhubungan dengan produksi energi metabolik.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan mengingat
kesalahan interpretasi informasi. (Muttaqin, 2011)
4. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1
1) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi
dan takikardi.
2) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan
pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
3) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari
status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
4) Berikan terapi cairan sesuai indikasi
Rasional : tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon pasien secara
individual.
b. Diagnosa 2
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Rasional : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan
dari kebutuhan terapeutik.
2) Timbang berat badan tiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : mengkaji masukan makanan yang adequat.
3) Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan
Rasional : jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan
dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang.
4) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya: memberikan
informasi pada keluarga untuk memenuhi nutrisi
pasien.
5) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi, SOD
Rasional : membantu memindahkan glukosa kedalam sel.
c. Diagnosa 3
1) Observasi tanda-tanda peradangan
Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasana
telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami
infeksi nasokomial.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan
pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit
atau iritasi dan infeksi.
4) Lakukan perubahan posisi, ajarkan batuk efektif dan tarik nafas
dalam.
Rasional : membantu dalam memventilasi semua daerah paru
dan memobilisasi secret.
d. Diagnosa 4
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternativ dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan kepercayaan diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
e. Diagnosa 5
1) Ciptakan hubungan saling percaya
Rasional : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan
sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam
proses belajar.
2) Diskusikan dengan pasien tentang penyakitnya.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : diskusikan tentang pentingnya kontrol diet akan
membantu pasien dalam merencanakan makan dan
mentaati program.
4) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur
dan jawab pertanyaan pasien atau orang terdekat.
Rasional : membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan
lebih dekat. (Muttaqin, 2011)
5. Evaluasi
a. Pasien dapat mempertahankan hidrasi adequat dibuktikan oleh tanda
vital stabil, nadi perifer teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
b. Pasien dapat mempertahankan berat badan yang stabil, makan
makanan yang sesuai kalori yang dibutuhkan, menunjukkan tingkat
energi biasanya.
c. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup yang
mencegah terjadinya infeksi.
d. Kadar gula dalam darah normal.
e. Pasien mampu mempertahankan tingkat kesadaran orientasi.
f. Pasien mengungkapkan paningkatan energi.
g. Pasien dan keluarga paham tentang penyakit, menghubungkan tanda
dan gejala dengan proses penyakit, faktor penyebab, melakukan
prsedur dengan benar dan menjelaskan rasional tindakan. (Muttaqin,
2011)
BAB III
STUDI KASUS
A. ANECDOTAL RECORD
Pasien Tn.A, berusia 56 tahun, laki-laki, beragama islam,suku
banjar, kebangsaan Indonesia, status menikah, pendidikan terakhir S1 sarjana
hukum, pekerjaan pengacara, alamat jalan x komplek x, No.xx, Rt.xx, Rw.xx
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Nomor Registrasi 143xxx.
Pada hari selasa tanggal 17 mei 2016, pukul 20.30 WITA, pasien
datang ke UGD diantar oleh istri pasien Ny.C. Pasien datang dengan keluhan:
” 20 menit yang lalu kepala pusing, ada batuk, buang air besar 2x cair,
muntah 4x”.Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD = 130/90 mmHg, Nadi =
107x/menit, Pernapasan = 22x/menit, Suhu = 37,3OC, BB= 84kg, TB=170cm.
Pasien diperiksa oleh dr.A. Dari pemeriksaan tersebut diperoleh hasil sebagai
berikut Pemeriksaan fisik: keadaan umum pasien tampak lemas, mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik (kembali ‹3 detik), akral teraba hangat, tidak terdapat
edema, pasien muntah 2 kali di UGD. Pemeriksaan diagnostik pendukung dan
hasilnya: GDS 245 mg/dl. Diagnosa medis sementara: Diabetes millitus Type
II. Kemudian dr.A memberikan terapi: infus RL terpasang 20 tetes/menit di
vena radialis sinistra, injeksi trovensis 3mg 1 ampul (IV) dan injeks topazol 1
vial (IV). Setelah diberikan tindakan, pasien diantarkan oleh petugas UGD
perawat E ke ruang rawat inap M, kamar VIP 27. Pasien ditangani oleh dr.
K.SpPD.
Pada hari selasa, tanggal 17 mei 2016 pukul 21.00 WITA,
mahasiswa perawat S melakukan pengkajian terhadap pasien. Dari pengkajian
tersebut diperoleh hasil: pasien mengatakan “kepala masih sakit, badan berasa
demam, mual masih ada, sejak diruangan inap muntah sudah 3x, buang air
besar 2x cair, sekitar 3 tahun yang lalu pernah di rawat di RS MAS karena
gula darah tinggi, ada nyeri di perut, tangan dan kaki kadang kesemutan”.
Keadaan umum pasien tingkat kesadaran komposmentis GCS: E4, V5, M6
tampak lemah, pasien masuk dalam kategori aktivitas II (sebagian aktivitas
dibantu oleh keluarga dan perawat), pasien terbaring telentang dengan 1
bantal, infus RL terpasang di vena radialis sinistra dengan 20 tetes/menit.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pukul 21.00 WITA hasilnya TD: 120/70
mmHg, suhu 38OC/axilla sinistra, Nadi 98x/menit di radialis dekstra,
Pernapasan 24x/menit pernapasan dada, BB: 84kg, TB:170cm (BBI= 63 – 77
kg). GDS pukul 24.00 WITA 252mg/dl. Hasil pemeriksaan Fisik head to
toe:kepala: inspeksi= bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, warna
rambut hitam dan terdapat uban, tidak ada fraktur, mata: inspeksi= bentuk
mata simetris, terdapat kantung mata atau mata panda, warna konjungtiva
merah muda (tidak anemis), sklera mata sedikit kuning (scleral icterus), reflek
pupil saat dberi rangsangan cahaya maka pupil, mulut: inspeksi= warna
mukosa merah muda, bibir lembab, terdapat lubang pada gigi geraham bawah
dekstra, warna gusi merah muda, tidak ada pembengkakan tonsil, hidung dan
sinus: inspeksi= bentuk simetris, mukosa merah muda, tidak ada
pembengkakan polip, palpasi= sinus maksilaris; tidak ada nyeri, telinga:
inspeksi= daun telinga simetris, warna sama dengan warna kulit disekitarnya,
leher: inspeksi= tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
vena jubularis, palpasi= tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, thorak:
inspeksi= bentuk dada simetris, tidak ada dada gentong atau dada burung,
palpasi= frekuensi seluruh lapang paru resonan, auskultasi= vesikular
(normal), jantung: Palpasi= frekuensi 100x/menit diduktus cardis, auskultasi=
irama lup dup tidak terdapat suara tambahan, perkusi= dullnes, abdomen:
inspeksi= bentuk simetris, tidak ada pelebaran pembuluh darah (spider naevi),
auskultasi= bunyi usus 9x/menit, palpasi= turgor kulit pada abdomen baik,
perkusi= ada nyeri tekan dan nyeri lepas pada epigastrium, ekstremitas:
inspeksi= ROM mampu bergerak sendiri sesuai perintah, tidak ada lesi, warna
kulit sama dengan warna kulit disekitarnya, palpasi= tidak ada edema, BAK
2x, BAB 2x cair (sejak masuk ruang rawat inap pukul 20.30 WITA).
Name : Tn.A No. Laboratorium :160xxxxx
Age/Sex :56th/male No. Med.Rec :930.xx.xx.xx
Address :- Room or Bed No. : M.27
Dokter :Dr.Kasan W.SpPD Sample : Feces
Date/Time :18 may 2016/09:06:53
MICROSCOPY RESULT
Examine Value Normal Value Methods
-FECES RESULT-
Color Consistency Kuning Kuning Visual
Lendir Lembek Lembek Visual
Leukosit (+) Visual
Eritrosit 5 - 10 4-6 Microscopic
Parasites 0-2 0-1 Microscopic
Amoeba Negative Negative Microscopic
Benzedine Test Negativ Negative Mocroscopic
(+) Negative Dipstick
MICROSCOPY RESULT
Examine Value Normal Value Methods
-URINE RESULT-
Warna Kuning Visual
Kekeruhan Keruh Jernih Visual
pH 6.0 4.0 – 8.7 Semi Automatic
Berat Jenis 1.030 1.003 – 1.030 Semi Automatic
Glukosa (+ + +) Negative Semi Automatic
Albumin (+) Negative Semi Automatic
Bilirubin Negativ Negative Semi Automatic
Urobilinogen (+) Posititive Semi Automatic
Leukosit 1-2 Mocroscopic
Lendir (+) Visual
Epitel (+) Mocroscopic
MICROSCOPY RESULT
Examine Value Normal Value Methods
-DARAH LENGKAP-
Hemoglobin 14,4 L. 13 – 18 Gsm Cyamethodemoglobin
Hematokrit 47,5 L. 40 – 48% E.Impedance
Leukosit 12.600 4.000-10.000mm E.Impedance
Thrombocytes 194.000 150.000-390.000 E.Impedance
MCV 65,6 80 – 100 mm E.Impedance
MCH 19,9 26,5 – 35,5 pg E.Impedance
MCHC 30,4 32,0 – 37.0 g/dl E.Impedance
Name : Tn.A No. Laboratorium :160xxxxx
Age/Sex :56th/male No. Med.Rec :143.xx.xx.xx
Address :- Room or Bed No. : M.27
Dokter :Dr.Kasan W.SpPD Sample : serum
Date/Time :18 may 2016/09:06:53
MICROSCOPY RESULT
Examine Value Normal Value Methods
Glukosa sewaktu 310 ‹ 180 mg/dl Oxidase-PAP
Ureum 31 15-39 Urease
Creatinin 1,2 0,91- 0,31 Alkaline picrate
Cholesterol total 254 ‹ 200 Oxidase-PAP
Kolesterol HDL 30 › 40 Oxidace
LDL cholesterol 206 0 - 150 Oxidace
Trygliceryda 89 ‹ 150 Peroxidace
SGOT 24 ‹ 37 IFCC
SGPT 38 ‹ 40 IFCC
Hba1C 12,0% 4–6 Turbidimetry
b. Data Obyektif
Keadaan umum:
- Tingkat kesadaran komposmentis, GCS E4 V5 M6
- GDS pukul 24.00 WITA 252mg/dl
- BAB 2x cair dan muntah 3x
- Pasien tempak lemas
- Badan pasien teraba hangat
Tanda-tanda vital pukul 21.00 WITA
- TD = TD: 120/70 mmHg
- Nadi = Nadi 98x/menit di radialis dekstra
- Pernapasan = Pernapasan 24x/menit pernapasan dada.
- Suhu = suhu 38 OC/axilla sinistra
Antopometri:
- TB = 170cm
- BB =84 Kg
- BBI = 63Kg - 77 Kg
Pemeriksaan fisik:
Saat di palpasi pasien memiliki nyeri tekan pada bagian
epigastrium.
Karakteristik nyeri:
P = karena muntah
Q = nyeri seperti diremas
R = di bagian epigastrium
S = 3 (nyeri berat tertahankan)
T = sakitnya kadang-kadang dan kalau ditekan sakit.
Pemeriksaan diagnostik
- Glukosa dengan hasil (+ + +) nilai normal negative
- Albumin dengan hasil (+) nilai normal negative
- Leukosit dengan hasil12.600mm nilai normal 4.000-10.000mm
- Glukosa sewaktu dengan hasil 310 mg/dl nilai normal ‹180
mg/dl
- Kreatinin dengan hasil 1,2 nilai normal 0,91-0,31
- Kolesterol total dengan hasil 254 nila normal ‹200
- Glukosa sewaktu pada tanggal 17-5-2016 pukul 22.00 WITA
22
c. Pathway
perawatan.
Hari/Tgl.
CATATAN PERKEMBANGAN (S, O, A, P, I, E) TTD
Jam
Rabu, 18 S : Pasien mengatakan: ”pusing berkurang, mual masih dan
mei 2016, muntah 1x, buang air besar 2x masih cair, nyeri diperut
Pkl. 07.15 berkurang, tangan dan kaki kadang masih kesemutan”
Wita.
O:
1. keadaan umum pasien tampak lemas
2. Kesadaran komposmentis, GCS: E4, V5, M6
3. Tanda-tanda vital: suhu= 36,9OC/ axilla sinistra,
Nadi = 84x/menit divena radialis dekstra,
Pernapasan = 22x/menit pernapasan dada, TD =
130/80mmHg
4. Nyeri tekan pada daerah epigastrium
5. Skala nyeri 2 (1-4)
6. Gula darah puasa/2jpp tanggal 18 mei 2016 pukul
08.30 WITA 195 mg/dl
O:
1. Keadaan umum pasien tampak segar.
2. Kesadaran komposmentis, GCS: E4, V5, M6.
3. Tanda-tanda vital: suhu= 36,5OC/ axilla sinistra, Nadi
= 80x/menit divena radialis dekstra, Pernapasan =
22x/menit pernapasan dada, TD = 120/80mmHg
4. Nyeri tekan pada daerah epigastrium.
5. Skala nyeri 1 nyeri ringan (1-4).
6. Tanggal 19 mei 2016 pukul 08.30 WITA, Gula darah
puasa/2jpp 200 mg/dl.
A. KESIMPULAN
Hasil laporan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa
medis Diabetes Mellitus Tipe II dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Diabetes mellitus adalah keadaan kronik, yang berkarakteristik penyakit
progresif oleh ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein, yang menuju pada hiperglikemia (peningkatan kadar
gula dalam darah). Diabetes mellitus mengacu sebagai “gula yang tinggi”
oleh pasien dan penyedia perawtan kesehatan.
2. Pada diabetes mellitus tipe II terdapat dua masalah tama yang
berhubungan dengan insuin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebaga akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi ulin pada diabetes tipe II disetai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
3. Pada pasien Tn.I ditemukan faktor-faktor munculnya diabetes mellitus tipe
II yaitu faktor herediter (genetik) dan gaya hidup, saat didiagnosa
menderita diabetes mellitus pada umur 56 tahun dan tidak tampak
obesitas.
4. proses keperawatan
a. pengkajian dilakukan pada pasien Tn.A pada tanggal 17 mei 2016 dan
dilanjutkan perkembangan pada tanggal 18 sampai 20 mei 2016.
Selama pengkajian penulis dapat bekerjasama dengan baik bersama
pasien dan keluarga. Pengkajian dilakukan dengan mengobservasi
tanda dan gejala yang tampak, mengkaji pasien dan keluarga, melihat
hasil pemeriksaan laboratorium, hasil GDS dan GDP/2JPP serta
pengkajian pada fisik pasien. Dalam pengumpulan data penulis
menggunakan format 11 Pola gordon.
Penulis menemukan beberapa kesamaan antara teori dengan
data yang ditemukan pasa pasien Tn.A yaitu pada teori pasien dengan
diabetes mellitus akan merasa sering kesemutan dan terkadang ada
mual dan muntah, begitu pula dengan pasien Tn.A saat dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan fisik pasien mengeluh sering merasa
kesemutan, mual dan ada muntah, pasien tidak terlihat obesitas.
b. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien Tn.A didapatkan
beberapa diagnosa sesuai dari data subjektif dan objektif yaitu:
1) Hipertermia berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebih
2) Nyeri Akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
3) Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan peningkatan kadar
gula dalam darah
4) Resiko Kekurangan Volume Cairan dengan faktor resiko
pengeluaran cairan berlebih
B. SARAN
1. Bagi Pasien Dan Keluarga
Pasien diharapkan mampu mengingat dan mempraktekkan apa
yang telah diinformasikan seputar penyakit dan perawatannya, serta dapat
patuh dan me njaga diet, olah raga dan pengobatannya agar tetap
dilanjutkan dengan baik.
Bagi keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan serta
perawatan kepada pasien saat di rumah nantinya, dengan perawatan dan
pengobatan yang dapat dicapai sesuai kemampuan serta mengingatkan
pasien dalam hal pengobatan, aktivitas, pengaturan diet dan olah raga.
4. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat meningkatkan ilmu dan
pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus khususnya melalui buku-
buku sumber dan litelatur-literatur. Serta melibatkan keluarga pasien
dalam melaksanakan semua tindakan keperawatan pada pasien dengan
diabetes mellitus.