Anda di halaman 1dari 59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 2.1. Pakreas


GAMBAR
Sumber:ORGAN yang berhubungan dengananatomi
(http://www.google.com/gambar diagnosa medis pasien
pankreas)

Gambar 2. 2. Pembuluh Darah


Sumber: (http://www.google.com/gambar pemnuluh darah)
a. Sistem Endokrin
1) Pengertian
Kelenjar endokrin adalah kelenjar-kelenjar yang mengirimkan hasil
sekresinya langsung kedalam daerah yang beredar dalamjaringan
kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya
disebut hormon. Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan
satu macam hormon tunggal, disamping itu ada juga yang
menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda, misal
kelenjar hipofisis sebagai pengatur kelenjar.

2) Fungsi Kelenjar Endokrin


a) Menghasilkan hormon-hormon yang dialihkan kedalam darah yang
diperlukan oleh jaringan-jaringan dalam tubuh tertentu.
b) Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh.
c) Merangsang aktivitas kelenjar tubuh.
d) Merangsang pertumbuhan jaringan.
e) Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa
pada usus halus.
f) Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrang arang, vitamin,
mineral dan air. (Syaifuddin, 2013)

b. Kelenjar Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan. Strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira – kira 15 cm, mulai dari
duodenum sampai limpa dilukiskan terdiri dari 3 bagian:
1) Kepala pankreas, yang paling lebar. Terletak disebelah kanan rongga
abdomen dan didalam lekukan duodenum yang melingkarinya.
2) Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya
dibelakang lambung dan didepan vertebrata lumbalis pertama.
3) Ekor pankreas, adalah bagian yang runcing disebelah kiri dan
sebenarnya menyentuh limpa.
Jaringan pankreas terdiri atas labula dari pada sel secretori yang
tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari
persambungan saluran-saluran kecil dari labula yang terletak didalam ekor
pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluran-
saluran kecil itu menerima saluran dari labula lain dan kemudian bersatu
untuk membentu saluran utama, yaitu duktus wirsungi. (Syafuddin, 2013)

c. Pulau Langerhans
Pankreas terdiri dari dua jenis jaringan, yakni asini yang
mensekresikan getah pencernaan ke dalam duodenum. Dan pulau
langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya
keluar, namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung ke
dalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 sampai 2 juta pulau langerhans.
Setiap pulau langerhans berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi
pembuluh darah kapiler kecil yang merupakan tempat penampungan
hormon yang diseresikan oleh sel-sel tersebut. Pulau langerhans
mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta dan delta, yang dapat
dibedakan dari ciri morfologik dan pewarnaannya. Sel beta yang
mencakup kira-kira 60% dai semua sel, terletak terutama di tengah dari
setiap pulau dan mensekresikan insulin. Sel alfa yang mencakup 25% dari
seluruh sel, mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10% dari
seluruh sel, mensekresikan somastotatin. Selain itu, paling sedikit terdapat
satu jenis sel lain yang disebut sel PP, yang terdapat dalam jumlah sedikit
dalam pulau langerhans dan mensekresi hormon yang fungsinya masih
diragukan yakni polipetida pankreas.
Hubungan yang erat antara jenis sel yang terdapat dalam pulau
langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi
beberapa jenis hormon oleh hormon lainnya. Contohnya insulin
menghambat sekresi glukagon dan somatostain menghambat sekresi
insulin dan glukagon. (Syafuddin, 2013)
Berikut dijelaskan fungsi-fungsi insulin, glukagon dan somastotain
menurut Syaifuddin (2013) dalam bukunya yang berjudul Anatomi Tubuh
Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan :
1) Fungsi insulin yaitu:
a) Menigkatkan metabolisme glukosa di dalam otot dan menyimpan
glikogen didalam otot.
b) Insulin mempunyai berbagai efek yang dapat menyebabkan
timblnya penyimpanan lemak didalam jaringan lemak.
c) Insulin menghambat kerja lipase sensitif hormon.
d) Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membrane sel
ke dalam sel-sel lemak.
e) Insulin menyebabkan timbulnya pengankutan secara aktif sebagian
besar asam amino kedalam sel.
f) Di dalam hati, insulin menekan kecepatan glukoneogenesis.

2) Fungsi glukagon yaitu:


a) Menigkatkan konsentrasi glukosa darah yang merupakan suatu efek
yang jelas bertentangan dengan efek insulin.
b) Pemecahan glikogen hati (glikogenesis).
c) Meningkatkan proses glikogenesis di dalam hati.

3) Fungsi somastostain yaitu:


a) Menekan sekresi insulin dan glukagon.
b) Menurunkan gerakan lambung, duodenum dan kandung empedu.
c) Mengurangi sekresi dan absorbpsi dalam saluran cerna.
(Syaifuddin, 2013)
B. DEFINISI
- Menurut Baradero (2009), Diabetes Mellitus adalah penyakit sestemik,
kronis dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan
hiperlipidemia.
- Menurut Price (2013), Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme
yang secara ginetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi
berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
- Menurut Darmono (2010) dalam Muttaqin (2011), Diabetes Mellitus
adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah
melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif
maupun absolute.
- Berdasarkan beberapa definisi di atas, Penulis menyimpulkan Diabetes
Mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar
gula dalam tubuhnya, tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan
gula sehingga mengganggu kerja tubuh secara keseluruhan.

Menurut Patriani (2011), klasifikasi Diabetes Mellitus:


a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM)
Disebut juga diabetes mellitus tergantung pada insulin. Gambaran klinik
biasanya timbul masa kanak-kanak dan puncakna pada masa dewasa.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM)
Menurut jumlah reseptor insulin dari dalam sel target, diabetes mellitus
tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul
umumnya setelah umur 40 tahun dengan catatan dekade ketujuh kekerapan
diabetes mencapai tiga sampai empat kai lebih tinggi dari pada rata-rata
pada masa dewasa.
c. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Ada beberapa tipe diabetes seperti defek genetic fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena
obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindrom
genetika lain berkaitan dengan diabetes mellitus.
d. Diabetes Mellitus Gastasional
Diabetes Mellitus Gastasional adalah diabetes yang timbul selama
kahamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada
janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.

C. ETIOLOGI
Etiologi dari diabetes mellitus sampai saat ini masih belum secara pasti
dari study-study eksperimental dan klinis dapat diketahui bahwa diabetes
mellitus merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang
berbeda-beda dengan lebih dari satu sebab yang mendasarinya.
Menurut Patriani (2011) dalam bukunya yang berjudul Asuhan
Keperawatan, yang sering dianggap penyebab diabetes mellitus, yaitu:
a. Faktor Genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes. Pincus dan White berpendapat,
perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan
kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang
menderita diabeter mellitus mencapai 8,33% dan 5,33%, bila
dibandingkan dengan keluarga sehat hanya 1,96 %.
b. Faktor Non-Genetik
1) Infeksi, virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetik terhadap diabetes mellitus.
2) Nutrisi, obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
Alkohol juga dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis. Juga
malnutrisi protein.
3) Stress, stress berupa pembedahan,infark miokard, luka bakar dan
emosi biasanya menyebabkan hiperglikemia sementara.
4) Hormonal sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam
darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,
feokromositoma karena konsentrasi glucagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat.
c. Faktor Imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal
dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah – olah sebagai
jaringan asing yaitu autoantibody terhadap sel – sel pulau langerhans dan
insulin endogen.
d. Faktor Lingkungan
Adanya virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta. (Patriani,2011)

D. EPIDEMIOLOGI
Penderita diabetes mellitus mengalami peningatan dari tahun ke
tahun. Menurut data WHO pada tahun 2010 lebih dari 105 juta penduduk
dunia menderita diabetes mellitus dan pada tahun 2012 jumlahnya meningkat
menjadi 152 juta yang merupakan 6 % dari populasi dewasa. (Ridwanmirudin
2013).

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan keempat dengan


jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika
Serikat. Pada tahun 2012 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,8 juta penduduk
Indonesia yang mengidap diabetes. Namun pada tahun 2014 diperkirakan
jumlah penderita di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana
baru 50% yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30%
yang dating berobat teratur. (Medicastor, 2014)

Dari data rekam medis rumah sakit suaka insan dari bulan januari
sampai juni didapatkan data pasien dengan masalah diabetes mellitus
berjumlah 124 orang, laki – laki berjumlah 77 orang dan perempuan
berjumlah 4 orang. Dengan 3 orang yang meninggal dan 121 orang mulai
sembuh. (Medical Record, 2014)
E. PATOFISIOLOGI
1. Narasi
Ada faktor –faktor yang dikaitkan dengan diabetes. Diabetes type 1
ditandai oleh penghancuran sel – sel beta pankreas. Kombinasi faktor
genetik, imunologi dan mungkin pola infeksi virus yang menimbulkan
destruksi sel beta. Penderita diabetes tidak mewarisi suatu predisposisi
atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1.
Kecendrungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. Resiko terjadinya diabetes
type 1 meningkat tiga hingg lima kali lipat pada inividu yang memiliki
antigen HLA ini. Pada dibetes type 1 terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Autoimun
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insuli endogen terdeteksi saat
diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-
tanda klinis diabetes type 1. Pada kasus diabetes type 1 yang terjadi pada
anak, sering kali infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang.
Penyebabnya adalah infeksi oleh virus seperti mumps dan xsackie. Hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus tertentu mengeluarkan toksin
yang dapat merusak sel pankreas dan menimbulkan diabetes. Sebagian
besar gambaran paologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu
efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal.
3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat


mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi yang
melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-
180mg/100ml) akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotic yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar
bersama urin maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negative
dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain
adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah
dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein
tuuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama menyebabkan artrsklerosis, penebelan
membrane basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren (Ismal, 2013)

Mekanisme yang tepat, yang menyebabkan resistensi insulin dan


gangguan sekresi insulin pada diabetes type 2 masih belum diketahui
faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu
terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes type 2 seperti obesitas atau life style dan riwayat
keluarga. Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes type 2 adalah mereka
yang gemuk (obesitas) dengan gaya hidup sedentary life atau hidup santai.
Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin
resistensi terhadap kerja insulin terutama bila lemak tubuh atau kelebihan
berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut. Dengan pengeluaran
adipokinase dari lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa
tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah
(hiperglikemia). Kurangnya insulin baik relative atau absolute, akan
mengakibatkan hyperglycemia dan terganggunya metabolisme lemak.
Setelah makan jumlah insulin tidak cukup atau tidak efektif, maka glukosa
tidak bisa ditarik dari peredaran darah dan glycogenesis (pembentukan
glycogen dan glucose) akan terhambat. Karena sel-sel tidak memperoleh
bahan bakar, maka hepar memproduksi glucose (melalui glycogenolysis
atau gluconeogenesis) dan mengirim glucose ini ke dalam peredarah
darah. Keadaan ini akan mmperhambat hyperglycemia. Jaringan-jaringan
lemak, karena tidak bisa mengambil bahan bakar dari darah, akan
mematabolisme glycogen yang tersimpan dalam otot-otot dan jaringan
lemak.

Transport asam amino ke dalam sel-sel otot memerlukan insulin


maka tanpa insulin sintase dan uptake protein ke dalam sel-sel akan
terganggu juga metabolism triglycerides dan lemak dan glycerol ikut
terganggu. Seharusnya yang terjadi adalah lypolisis. Maka hepar akan
meneruskan dan mengakibatkan pembentukan ketone bodies dari asam
lemak. Perubahan-perubahan dalam metabolism ini mengakibatkan
glycosuria karena blood glucose sudah mencapai tingkat “renalthreshold “
yaitu 180 mg/dl pada ginjal normal. Dengan tingkat blood sugar 180 mg/dl
maka ginjal sudah tidak bisa mengreabsorbsi gukosa dari glomerular
filtrate maka timbul glycosuria. Karena glukosa menarik air maka osmotic
diuresis akan terjadi yang mengakibatkan polyuri. Polyuria akan
mengakibatkan hilangnya banyak air dan elektrolit lewat urin terutama
sodium, chloride potassium dan phosphate. Hilangnya air dan sodium akan
mengakibatkan sering merasa haus dan peningkatan intake air. Karena sel-
sel tubuh juga mengalami kekurangan bahan bakar, maka pasien merasa
sering lapar dan ada peningkatan intake makanan. Pada diabetes type 1
lingkaran setan dengan hilangnya banyak glukosa lewat urin dan glukosa
yang tidak dapat dipakai (dalam darah) akan mengakibatkan banyak kalori
yang hilang dan berat badan pasien menurun sekalipun dia banyak makan.
(Muttaqin, 2011)
Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi yang
paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi
terus-menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan
struktur internal lainnya. Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam
dinding pembuluh darah menebal. Akibat penebalan ini maka aliran darah
akan berkurang terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Kadar gula darah
yang tidak terkontrol juga cenderung mengakibatkan kadar zat berlemak
dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis
(penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6
kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes. Sirkulasi darah yang
buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa merusak se otak,
jantung, dan pembuluh darah kecil (mikro) bisa merusak mata, ginjal, saraf
dan kulit serta memperlambat penyembuhan luka. Kerusakan pada
pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan akibat
kerusakan pada retina mata (retinopati) diabetikum. Kelainan fungsi ginjal
bisa mengakibatkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci
darah (hemodialisa). Gangguan pada saraf bisa bermanifestasi dalam
beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi
(mononeuropati) maka sebuah lengan atau tungkai bisa secara tiba-tiba
menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki
mengalami keusakan (polineuropati diabetikum) maka pada lengan dan
tungkai bisa dirasakan kesemutan dan nyeri seperti terbakar dan
kelemahan. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering
megalami cedera karena penderita tidak dapat membedakan perubahan
tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa
menyebabkan ulkus dan semua penyembuhan luka berjalan lambat.
Penderita diabetes ini bisa mengalami berbaagai komplikasi jangka
panjang jika diabetesny tidak dikelola dengan baik. Komplikasi yang
sering terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke.
(Soegondo, 2011)
2. Skema
Predisposisi : Presipitasi: Ligkungan, HDL
Usia, Obesitas, Etiologi
kolesterol, Kebiasaan diet,
Genetik, Hipertensi
Kurang aktivitas

DM Type I DM Type II

Genetik Imunologi Infeksi virus Obesitas Life Style Riw. Keluarga

Kelainan HLA Respon abnormal Toksin Virus Jaringan lemak Kurang gerak
autoantibody meningkat badan
Produksi Insulin terhadap sel-sel Respon autoimun
menurun pulau langerhans Pengeluaran
Destruksi sel beta adipokines
Destruksi sel beta
Produksi insulin
Memblokir kerja
menurun
insulin

Defisiensi insulin Resistensi insulin


Glukose tidak dapat digunakan oleh sel-sel

Hiperglikemia

Nutrisi ke sel-sel menurun Sel-sel kekurangan bahan bakar

Daya tahan tubuh menurun

Resiko infeksi

Glykolisis Glukoneogenesis
Lipolisis Trigliserida
menigkat
Keton meningkat
Plak-plak
Atherosclerosis Ginjal tidak bisa Ketoasidosis pembuluh
mengabsorbsi glucose darah
Kematian
yang berlebihan
PD Makro PD mikro Glucouria
Aterosklerosis
Otak (stroke), Peningkatan BP Retinopati Ggn penglihatan Osmotik deuresis
jantung (infark
miocard akut) Gagal ginjal Resiko cidera Poliuria
Saraf (kesemutan, kelemahan
Hilangnya air dan
lengan atau tungkai).
natrium

Intoleransi aktivitas
Kulit (ulkus) Dehidrasi/hipovolemik

shok

kematian
F. MANAJEMEN KOLABORASI
1. Pemeriksaan Penunjang
Untuk Diabetes Melitus, Kriteria pemeriksaan penunjang WHO
untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

a. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)


b. Glukosa plsma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam Post Prandial > 200 mg/dl).
( Tarwoto, 2012 )

2. Medikasi
a. Obat hipoglikemia oral
Golongan sulfonylurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes
tipe I. Contohnya: glipized, gliburid, tolbutamid dan klorpopamid.
Obat menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang
pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
Obat lain yaitu melformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin
tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulin sendiri. Akarbos
bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
b. Terapi Insulin
Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin
sehingga harus diberikan insulin penggaanti, berbeda dengan diabetes
mellitus type II yang tidak bergantung pada insulin, tetapi
memerlukannnya sebagai pendukung untuk menurunkan glukosa
darah dalam mempertahankan kehidupan. Pemberian insulin hanya
dapat dilakukan melalui suntikan. Insulin dihancukan didalam
lambung sehingga tidak dapat diberi per oral. Insulin di suntikan di
bawah kulit ke dalam lapisan lemak,, biasanya lengan, paha atau
dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa
terlalu nyeri. (Tarwoto, 2012)

3. Terapi Non Medikasi


Pada pasien penderita Diabetes Mellitus yang sudah memiliki
gangrene harus diberikan terapi non medikasi berupa perawatan luka dan
balutan luka sesuai indikasi. (Tarwoto, 2012)

4. Pembedahan
Tidak ada pembedahan pada penderita diabetes mellitus, akan
tetapi pembedahan dilakukan apabila mengalami komplikasi. Pada
penderita diabetes mellitus dengan komplikasi disbetes ketoasidosis,
pasien yang mengalami nyeri abdomen dan gejala-gejala fisik pada
pemeriksaan dapat begitu berat sehingga tampaknya terjadi suatu proses
intraabdominal yang memerlukan tindakan pembedahan.
Bentuk penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstremitas bawah ini
merupaka penyebab utama meningkatkan insiden gangrene dan amputasi
pada pasien-pasien diabetes mellitus. (Tarwoto, 2012)

5. Diet
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa
bagian antara lain:
Diet A : Diberikan kepada semua penderita diabetes mllitus pada
umumnya, terdiri dari makanan yang mengandung
karbohidrat 50%, lemak 30% dan protein 20%.
Diet B : Diberikan kepada penderita diabetes terutama yang kurang
tahan dengan dietnya, terdiri dari karbohidrat 68%, lemak
20%, dan protein 12%.
Diet B1 : Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet
protein tinggi, terdiri dari karbohidrat 60%, lemak 20%, dan
protein 20%.
Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada saat
keadaan tertentu, misalnya pasien dengan diet rendah protein dan yang
mendapatkan makanan cair, gula boleh diberikan untuk mencukupi
kebutuhan kalori, dalam jumlah yang terbatas yaitu 2 sendok makan per
hari. (Tarwoto, 2012)

6. Aktifitas
Latihan fisik bagi penderita diabetes mellitus sangat dibutuhkan,
karena pada saat latihan fisik energi yang dipakai adalah glukosa dan asam
lemak bebas. Latihan fisik bertujuan untuk:
 Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme karbohidrat
 Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan ideal
 Meningkatkan sensitifitas insulin
 Meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar trigliseria
 Menurunkan tekanan darah
Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan
aerobic, jalan kaki, lari, bersepeda, berenang. Yang perlu diperhatikan
dalam latihan fisik pasien diabetes mellitus adalah frekuensi, durasi waktu,
dan jenis latihan. Misalnya pada olah raga sebaiknya secara teratur
3x/minggu, lamanya 15-30 menit. (Tarwoto, 2012)

7. Pendidikan Kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan diabetes
mellitus adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal penting yang perlu
dsampaikan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah:
a. Penyakit diabetes mellitus yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, patofisiologi dan test diagnosis.
b. Diet atau management diet pada pasien diabetes mellitus, perencanaan
makan yang baik dan seimbang untuk mendapatkan berat badan sesuai
dengan umur dan jenis kelamin.
c. Pencegahan terhadap komplikasi diabetes mellitus diantaranya
penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi gangrene pada kaki
dengan latihan senam kaki dan keikutsertaan pasien dalam usaha
mengendalikan kadar glukosa darahnya.
d. Pemberian obat-obatan diabetes mellitus da cara injeksi insulin.
e. Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara
mandiri.(Tarwoto, 2012)

G. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Anamnase
1) Identitas Penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbu,
adanya rasa nyeri pada luka.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka,
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes mellitus atau penyakit-penyakit
lainnya yang ada kaitannya dengan difisiensi insulin, misalnya
penyakit pankreas, adanya riwaat penyakit jantung, obesitas,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang
biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita diabetes mellitus atau penyakit keturunan
yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin, misalnya
hipertensi, jantung.
6) Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita. (Muttaqin, 2011)

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi
berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien diabetes mellitus yaitu:
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan euresis
osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupaninsulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia.
d. Kelelahan berhubungan dengan produksi energi metabolik.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan mengingat
kesalahan interpretasi informasi. (Muttaqin, 2011)

3. Hasil Yang Diharapkan


a. Diagnosa 1
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2) Warna kulit dan suhu normal.
3) Kadar elektrolit tetap dalam rentang normal.
4) Volume cairan adequat.
5) Turgor kulit dan mukosa bibir normal.
b. Diagnosa 2
1) Berat badan pasien ideal.
2) Pasien makan makanan sesuai diet diabetes mellitus.
3) Tidak ada ciri-ciri obesitas.
4) Pasien mempu memilih makanan sesuai diet yang dianjurkan.
c. Diagnosa 3
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2) Sekresi pernapasan bersih dan tidak berbau.
3) Tidak ada tanda-tanda infeksi.
4) Luka insisi dalam keadaan bersih dan kering.
5) Pesien tidak memperlihatkan adanya bukti gangguan kulit.
d. Diagnosa 4
1) Pasien mampu beraktivitas dengan mandiri.
2) Pasien mampu memperhitungkan periode beraktivitas dan periode
istirahat yang cukup.
e. Diagnosa 5
1) Pasien mengetahui tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
2) Pasien mampu secara mandiri menyadari ciri-ciri penyakit secara
dini.
3) Pasien mengetahui dan mampu menerapkan pola diet diabetes
mellitus
4) Pasien mengetahui tindakan yang akan dilakukan jika menyadari
akan penyakit yang diderita. (Mutttaqin, 2011)

4. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1
1) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi
dan takikardi.
2) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan
pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
3) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari
status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
4) Berikan terapi cairan sesuai indikasi
Rasional : tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon pasien secara
individual.
b. Diagnosa 2
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Rasional : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan
dari kebutuhan terapeutik.
2) Timbang berat badan tiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : mengkaji masukan makanan yang adequat.
3) Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan
Rasional : jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan
dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang.
4) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya: memberikan
informasi pada keluarga untuk memenuhi nutrisi
pasien.
5) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi, SOD
Rasional : membantu memindahkan glukosa kedalam sel.

c. Diagnosa 3
1) Observasi tanda-tanda peradangan
Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasana
telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami
infeksi nasokomial.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan
pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit
atau iritasi dan infeksi.
4) Lakukan perubahan posisi, ajarkan batuk efektif dan tarik nafas
dalam.
Rasional : membantu dalam memventilasi semua daerah paru
dan memobilisasi secret.
d. Diagnosa 4
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternativ dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan kepercayaan diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
e. Diagnosa 5
1) Ciptakan hubungan saling percaya
Rasional : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan
sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam
proses belajar.
2) Diskusikan dengan pasien tentang penyakitnya.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : diskusikan tentang pentingnya kontrol diet akan
membantu pasien dalam merencanakan makan dan
mentaati program.
4) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur
dan jawab pertanyaan pasien atau orang terdekat.
Rasional : membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan
lebih dekat. (Muttaqin, 2011)

5. Evaluasi
a. Pasien dapat mempertahankan hidrasi adequat dibuktikan oleh tanda
vital stabil, nadi perifer teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
b. Pasien dapat mempertahankan berat badan yang stabil, makan
makanan yang sesuai kalori yang dibutuhkan, menunjukkan tingkat
energi biasanya.
c. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup yang
mencegah terjadinya infeksi.
d. Kadar gula dalam darah normal.
e. Pasien mampu mempertahankan tingkat kesadaran orientasi.
f. Pasien mengungkapkan paningkatan energi.
g. Pasien dan keluarga paham tentang penyakit, menghubungkan tanda
dan gejala dengan proses penyakit, faktor penyebab, melakukan
prsedur dengan benar dan menjelaskan rasional tindakan. (Muttaqin,
2011)
BAB III
STUDI KASUS

A. ANECDOTAL RECORD
Pasien Tn.A, berusia 56 tahun, laki-laki, beragama islam,suku
banjar, kebangsaan Indonesia, status menikah, pendidikan terakhir S1 sarjana
hukum, pekerjaan pengacara, alamat jalan x komplek x, No.xx, Rt.xx, Rw.xx
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Nomor Registrasi 143xxx.
Pada hari selasa tanggal 17 mei 2016, pukul 20.30 WITA, pasien
datang ke UGD diantar oleh istri pasien Ny.C. Pasien datang dengan keluhan:
”  20 menit yang lalu kepala pusing, ada batuk, buang air besar 2x cair,
muntah 4x”.Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD = 130/90 mmHg, Nadi =
107x/menit, Pernapasan = 22x/menit, Suhu = 37,3OC, BB= 84kg, TB=170cm.
Pasien diperiksa oleh dr.A. Dari pemeriksaan tersebut diperoleh hasil sebagai
berikut Pemeriksaan fisik: keadaan umum pasien tampak lemas, mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik (kembali ‹3 detik), akral teraba hangat, tidak terdapat
edema, pasien muntah 2 kali di UGD. Pemeriksaan diagnostik pendukung dan
hasilnya: GDS 245 mg/dl. Diagnosa medis sementara: Diabetes millitus Type
II. Kemudian dr.A memberikan terapi: infus RL terpasang 20 tetes/menit di
vena radialis sinistra, injeksi trovensis 3mg 1 ampul (IV) dan injeks topazol 1
vial (IV). Setelah diberikan tindakan, pasien diantarkan oleh petugas UGD
perawat E ke ruang rawat inap M, kamar VIP 27. Pasien ditangani oleh dr.
K.SpPD.
Pada hari selasa, tanggal 17 mei 2016 pukul 21.00 WITA,
mahasiswa perawat S melakukan pengkajian terhadap pasien. Dari pengkajian
tersebut diperoleh hasil: pasien mengatakan “kepala masih sakit, badan berasa
demam, mual masih ada, sejak diruangan inap muntah sudah 3x, buang air
besar 2x cair, sekitar 3 tahun yang lalu pernah di rawat di RS MAS karena
gula darah tinggi, ada nyeri di perut, tangan dan kaki kadang kesemutan”.
Keadaan umum pasien tingkat kesadaran komposmentis GCS: E4, V5, M6
tampak lemah, pasien masuk dalam kategori aktivitas II (sebagian aktivitas
dibantu oleh keluarga dan perawat), pasien terbaring telentang dengan 1
bantal, infus RL terpasang di vena radialis sinistra dengan 20 tetes/menit.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pukul 21.00 WITA hasilnya TD: 120/70
mmHg, suhu 38OC/axilla sinistra, Nadi 98x/menit di radialis dekstra,
Pernapasan 24x/menit pernapasan dada, BB: 84kg, TB:170cm (BBI= 63 – 77
kg). GDS pukul 24.00 WITA 252mg/dl. Hasil pemeriksaan Fisik head to
toe:kepala: inspeksi= bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, warna
rambut hitam dan terdapat uban, tidak ada fraktur, mata: inspeksi= bentuk
mata simetris, terdapat kantung mata atau mata panda, warna konjungtiva
merah muda (tidak anemis), sklera mata sedikit kuning (scleral icterus), reflek
pupil saat dberi rangsangan cahaya maka pupil, mulut: inspeksi= warna
mukosa merah muda, bibir lembab, terdapat lubang pada gigi geraham bawah
dekstra, warna gusi merah muda, tidak ada pembengkakan tonsil, hidung dan
sinus: inspeksi= bentuk simetris, mukosa merah muda, tidak ada
pembengkakan polip, palpasi= sinus maksilaris; tidak ada nyeri, telinga:
inspeksi= daun telinga simetris, warna sama dengan warna kulit disekitarnya,
leher: inspeksi= tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
vena jubularis, palpasi= tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, thorak:
inspeksi= bentuk dada simetris, tidak ada dada gentong atau dada burung,
palpasi= frekuensi seluruh lapang paru resonan, auskultasi= vesikular
(normal), jantung: Palpasi= frekuensi 100x/menit diduktus cardis, auskultasi=
irama lup dup tidak terdapat suara tambahan, perkusi= dullnes, abdomen:
inspeksi= bentuk simetris, tidak ada pelebaran pembuluh darah (spider naevi),
auskultasi= bunyi usus 9x/menit, palpasi= turgor kulit pada abdomen baik,
perkusi= ada nyeri tekan dan nyeri lepas pada epigastrium, ekstremitas:
inspeksi= ROM mampu bergerak sendiri sesuai perintah, tidak ada lesi, warna
kulit sama dengan warna kulit disekitarnya, palpasi= tidak ada edema, BAK
2x, BAB 2x cair (sejak masuk ruang rawat inap pukul 20.30 WITA).
Name : Tn.A No. Laboratorium :160xxxxx
Age/Sex :56th/male No. Med.Rec :930.xx.xx.xx
Address :- Room or Bed No. : M.27
Dokter :Dr.Kasan W.SpPD Sample : Feces
Date/Time :18 may 2016/09:06:53

MICROSCOPY RESULT
Examine Value Normal Value Methods
-FECES RESULT-
Color Consistency Kuning Kuning Visual
Lendir Lembek Lembek Visual
Leukosit (+) Visual
Eritrosit 5 - 10 4-6 Microscopic
Parasites 0-2 0-1 Microscopic
Amoeba Negative Negative Microscopic
Benzedine Test Negativ Negative Mocroscopic
(+) Negative Dipstick

Name : Tn.A No. Laboratorium :160xxxxx


Age/Sex :56th/male No. Med.Rec :930.xx.xx.xx
Address :- Room or Bed No. : M.27
Dokter :Dr.Kasan W.SpPD Sample : Urine
Date/Time :18 may 2016/09:06:53

MICROSCOPY RESULT
Examine Value Normal Value Methods
-URINE RESULT-
Warna Kuning Visual
Kekeruhan Keruh Jernih Visual
pH 6.0 4.0 – 8.7 Semi Automatic
Berat Jenis 1.030 1.003 – 1.030 Semi Automatic
Glukosa (+ + +) Negative Semi Automatic
Albumin (+) Negative Semi Automatic
Bilirubin Negativ Negative Semi Automatic
Urobilinogen (+) Posititive Semi Automatic
Leukosit 1-2 Mocroscopic
Lendir (+) Visual
Epitel (+) Mocroscopic

Name : Tn.A No. Laboratorium :160xxxxx


Age/Sex :56th/male No. Med.Rec :143.xx.xx.xx
Address :- Room or Bed No. : M.27
Dokter :Dr.Kasan W.SpPD Sample : Blood
Date/Time :18 may 2016/09:06:53

MICROSCOPY RESULT
Examine Value Normal Value Methods
-DARAH LENGKAP-
Hemoglobin 14,4 L. 13 – 18 Gsm Cyamethodemoglobin
Hematokrit 47,5 L. 40 – 48% E.Impedance
Leukosit 12.600 4.000-10.000mm E.Impedance
Thrombocytes 194.000 150.000-390.000 E.Impedance
MCV 65,6 80 – 100 mm E.Impedance
MCH 19,9 26,5 – 35,5 pg E.Impedance
MCHC 30,4 32,0 – 37.0 g/dl E.Impedance
Name : Tn.A No. Laboratorium :160xxxxx
Age/Sex :56th/male No. Med.Rec :143.xx.xx.xx
Address :- Room or Bed No. : M.27
Dokter :Dr.Kasan W.SpPD Sample : serum
Date/Time :18 may 2016/09:06:53

MICROSCOPY RESULT
Examine Value Normal Value Methods
Glukosa sewaktu 310 ‹ 180 mg/dl Oxidase-PAP
Ureum 31 15-39 Urease
Creatinin 1,2 0,91- 0,31 Alkaline picrate
Cholesterol total 254 ‹ 200 Oxidase-PAP
Kolesterol HDL 30 › 40 Oxidace
LDL cholesterol 206 0 - 150 Oxidace
Trygliceryda 89 ‹ 150 Peroxidace
SGOT 24 ‹ 37 IFCC
SGPT 38 ‹ 40 IFCC
Hba1C 12,0% 4–6 Turbidimetry

Dr.K. SpPD memberikan instruksi terapi: infus RL 20 tetes/menit,


pengobatan: Amiryl 2mg 1-0-0 untuk menurunkan kadar gula dalam darah, Lodia
3x1 tablet (oral) sebagai obat untuk saluran cerna, Invomit 3x4 mg (IV) sebagai
antibiotik, Pumpisel 1 vial/12jam untuk mengurangi mual, metronidazole 1
botol/8 jam drip sebagai antimikroba.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan:
 ” kepala masih sakit”
 ” sejak masuk diruangan rawat inap sudah 3 kali muntah dan 2 kali
BAB cair”
 ” ada nyeri diperut”
 “tangan dan kaki kadang kesemutan

b. Data Obyektif
 Keadaan umum:
- Tingkat kesadaran komposmentis, GCS E4 V5 M6
- GDS pukul 24.00 WITA 252mg/dl
- BAB 2x cair dan muntah 3x
- Pasien tempak lemas
- Badan pasien teraba hangat
 Tanda-tanda vital pukul 21.00 WITA
- TD = TD: 120/70 mmHg
- Nadi = Nadi 98x/menit di radialis dekstra
- Pernapasan = Pernapasan 24x/menit pernapasan dada.
- Suhu = suhu 38 OC/axilla sinistra
 Antopometri:
- TB = 170cm
- BB =84 Kg
- BBI = 63Kg - 77 Kg
 Pemeriksaan fisik:
 Saat di palpasi pasien memiliki nyeri tekan pada bagian
epigastrium.
 Karakteristik nyeri:
P = karena muntah
Q = nyeri seperti diremas
R = di bagian epigastrium
S = 3 (nyeri berat tertahankan)
T = sakitnya kadang-kadang dan kalau ditekan sakit.
 Pemeriksaan diagnostik
- Glukosa dengan hasil (+ + +) nilai normal negative
- Albumin dengan hasil (+) nilai normal negative
- Leukosit dengan hasil12.600mm nilai normal 4.000-10.000mm
- Glukosa sewaktu dengan hasil 310 mg/dl nilai normal ‹180
mg/dl
- Kreatinin dengan hasil 1,2 nilai normal 0,91-0,31
- Kolesterol total dengan hasil 254 nila normal ‹200
- Glukosa sewaktu pada tanggal 17-5-2016 pukul 22.00 WITA
22
c. Pathway

Faktor Predisposisi : Faktor presipitasi:


Faktor genetik Gaya Hidup ( jarang olah
raga, tidak ( mematuhi diet
DM, overweight)
j
a
r
Insulin-hormon yang disekresi oleh pankreasauntuk
n
mengontrol gula dalam darah tidak bekerja maksimal
g (jarang
olah
Resistensi insulin Gangguan sekresi insulin
o raga,
( (
l makan
j j
a tidak
Terbentuknya glukosa a a
h dibatas
dalam darah r r
i diet
(
a a
Ketidakseimbangan produksi insulinr DM,
n j
a overwe ( n
a
Ketidakmampuan sel beta mengimbangi g g
g ight) j r
peningkatan kebutuhan akan insulin a a a
o ( o
, r
l n
Kerusakan sel beta j l
a g
a a ( a
m n
Gula dalam darah meningkat h
r j h
a
(g o
Hiperglikemia k a a
r j l
a n r( r
a ao a
Kerusakan saraf dan pembuluh darah g a a
n jl
g r h
halus n g
aa
a a
t o gr( a
, nh r
kesemutan Saraf pada sistem pencernaan
i l aj ,
g a
rusak/terganggu
( d a ona
r g
j m h l
r ( m
a g
a oa a
a a j a
k g
k l ,
r r o h
n a k
a aa
a d a lg r a
h, m
Gangguan rasa Mual, muntah dan diare
nyaman (
( j
j a
Iritasi mukosa a Resiko kekurangan
r
lambung r volume cairan
a
a (
n
n j
Kebutuhan cairan g
Nyeri akut
g a
dalam tubuh (
r
meningkat o
j
o a
l
a
l n
a
Proses termoregulasirg
a h
tidak seimbang a
h
n
o
r
g
r Hipertermia l
a
a a
g
o
g h
a
l
a ,
a
, r
h
a
m
m g
a
r
a a
k
a
k ,
a
g
a n
a
n m
,
a
t
t k
i
m
i a
d
a
d n
a
k
a k
a
k t
n
i
d
d d
i
b. Analisa Data
Masalah
No. Data-data Etiologi
Keperawatan
1. Data Subyektif: Hiperglikemia Hipertermia
Pasien mengatakan: berhubungan
- badan serasa demam Kerusakan saraf dengan
- selama diruang rawat inap pada sistem pengeluaran cairan
sudah 3x muntah dan 2x pencernaan berlebih ditandai
BAB cair. dengan pasien
Data Obyektif: Mual, muntah, mengatakan “badan
- Pasien tam diare serasa demam,
- pak lemas selama diruang
- Tanda-tanda vital : suhu Pengeluaran rawat inap sudah
38O C/axilla sinistra, Nadi cairan berlebih 3x muntah dan 2x
98x/menit di radialis BAB cair”.
dekstra, Pernapasan Hipertermia Pasien tampak
24x/menit pernapasan lemas, tanda-tanda
dada, TD: 120/70 mmHg vital : suhu= 38OC/
- pasien muntah 3x dan BAB axilla sinistra, Nadi
2x cair 98x/menit di
- leukosit hasil12.600 mm radialis dekstra,
(nilai normal 4.000-10.000 Pernapasan
mm) 24x/menit
pernapasan dada,
TD: 120/70 mmHg,
pasien muntah 3x
dan BAB 2x cair,
leukosit
hasil12.600 mm
(nilai normal
4.000-10.000 mm).
2. Data Subyektif: Kerusakan saraf Nyeri Akut
Pasien mengatakan: pada sistem berhubungan
- ada nyeri pada perut pencernaan dengan iritasi
lambung ditandai
Data Obyektif: Mual, muntah dengan pasien
Dari hasil pemeriksaan fisik: mengatakan “ada
- Saat di palpasi pasien Iritasi lambung nyeri pada perut”,
memiliki nyeri tekan pada dari hasil
bagian epigastrium. Nyeri akut pemeriksaan fisik
- Karakteristik nyeri: Saat di palpasi
P = iritasi lambung pasien memiliki
Q = nyeri seperti diremas nyeri tekan pada
R = dibagian epigastrium bagian epigastrium,
S = 3 nyeri berat Karakteristik nyeri:
tertahankan (1 – 4) P = iritasi lambung
T = sakitnya kadang- Q=Nyeri seperti
kadang diremas
- leukosit hasil12.600 mm R=Dibagian
(nilai normal 4.000-10.000 epigastrium
mm). S=3 nyeri berat
tertahankan (1–
4)
T=sakitnya
kadang-kadang.
Leukosit hasil
12.600 mm (nilai
normal 4.000-
10.000 mm).
3. Data Subyektif: Peningkatan kadar Gangguan Rasa
Pasien mengatakan: gula dalam darah Nyaman
- Tangan dan kaki kadang berhubungan
kesemutan. hiperglikemia dengan
peningkatan kadar
Data Obyektif: merusak saraf dan gula dalam darah
- Glukosa dengan hasil (+ + pembuluh darah ditanda dengan
+) nilai normal negative halus pasien mengatakan
- Glukosa sewaktu dengan “tangan dan kaki
hasil 310 mg/dl nilai kesemutan kadang kesemutan”
normal ‹180 mg/dl Dari hasil
- GDS tanggal 17-5-2016 Gangguan Rasa pemeriksaan
pukul 22.00 WITA dengan Nyaman penunjang
hasil 225mg/dl nilai normal didapatkan hasil
‹180 mg/dl Glukosa dengan
hasil (+ + +) nilai
normal negative,
Glukosa sewaktu
dengan hasil 310
mg/dl nilai normal
‹180 mg/dl, GDS
tanggal 17-5-2016
pukul 22.00 WITA
dengan hasil
225mg/dl nilai
normal ‹180 mg/dl.
4. Data Subyektif: Hiperglikemia Resiko Kekurangan
Pasien mengatakan: Volume Cairan
- mual masih ada Saraf pada sistem dengan faktor
- sejak diruangan inap pencernaan resiko pengeluaran
muntah sudah 3x, buang air rusak/terganggu cairan berlebih
besar 2x cair
Mual, muntah,
Data Obyektif: diare
- sejak masuk ruang rawat
inap pukul 20.30 WITA Pengeluaran
pasien muntah 3x dan BAB cairan berlebih
cair 2x.
- Pasien tampak lemas Resiko
- Glukosa dengan hasil (+ + kekurangan
+) nilai normal negative volume cairan
- Glukosa sewaktu dengan
hasil 310 mg/dl nilai
normal ‹180 mg/dl
- GDS tanggal 17-5-2016
pukul 22.00 WITA dengan
hasil 225mg/dl nilai normal
‹180 mg/dl
2. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan 1: Hipertermia berhubungan dengan
pengeluaran cairan berlebih ditandai dengan pasien mengatakan
“badan serasa demam, selama diruang rawat inap sudah 3x muntah
dan 2x BAB cair”. Pasien tampak lemas, tanda-tanda vital : suhu=
38OC/ axilla sinistra, Nadi 98x/menit di radialis dekstra, Pernapasan
24x/menit pernapasan dada, TD: 120/70 mmHg, pasien muntah 3x
dan BAB 2x cair, leukosit hasil12.600 mm (nilai normal 4.000-10.000
mm).
b. Diagnosa keperawatan 2: Nyeri Akut berhubungan dengan iritasi
mukosa lambung ditandai dengan pasien mengatakan “ada nyeri pada
perut”, dari hasil pemeriksaan fisik Saat di palpasi pasien memiliki
nyeri tekan pada bagian epigastrium, Karakteristik nyeri: P = iritasi
lambung, Q=Nyeri seperti diremas, R=Dibagian epigastrium, S=3
nyeri berat tertahankan (1– 4), T=sakitnya kadang-kadang. Leukosit
dengan hasil 12.600 mm (nilai normal 4.000-10.000 mm).
c. Diagnosa keperawatan 3 : Gangguan Rasa Nyaman berhubungan
dengan peningkatan kadar gula dalam darah ditanda dengan pasien
mengatakan “tangan dan kaki kadang kesemutan” Dari hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Glukosa dengan hasil (+ +
+) nilai normal negative, Glukosa sewaktu dengan hasil 310 mg/dl
nilai normal ‹180 mg/dl, GDS tanggal 17-5-2016 pukul 22.00 WITA
dengan hasil 225mg/dl nilai normal ‹180 mg/dl.
d. Diagnosa keperawatan 4 : Resiko Kekurangan Volume Cairan dengan
faktor resiko pengeluaran cairan berlebih
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama / Umur : Tn. A, 56 tahun
Kamar : M. VIP 27
Dokter : dr. K
Hari / Tanggal : Senin, 27 mei 2016
Diagnosa Keperawatan 1 : Hipertermia berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebih ditandai dengan pasien mengatakan “badan
serasa demam, selama diruang rawat inap sudah 3x muntah dan 2x BAB cair”. Pasien tampak lemas,
tanda-tanda vital : suhu= 38OC/ axilla sinistra, Nadi 98x/menit di vena radialis dekstra, Pernapasan
24x/menit pernapasan dada, TD: 120/70 mmHg, pasien muntah 3x dan BAB 2x cair, leukosit hasil 12.600
mm (nilai normal 4.000-10.000 mm).

HASIL YANG INTERVENSI


RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
DIHARAPKAN KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda-tanda 1. Untuk mengetahui 1. Mengukur tanda- S = Pasien mengatakan
keperawatan dalam waktu vital ada atau tidaknya tanda vital “sudah merasa
±30 menit hipertermia perubahan data (21.00 WITA) berkurang
teratasi dengan kriteria: yang akurat dan demamnya, mual
- Pasien mengatakan dari kondisi pasien masih dan ada
“badan terasa segar, tidak muntah 1x, buang air
- ada mual dan diare”. 2. Kompres pasien 2. Dapat 2. Mengompres pasien besar cair 1x”
- Pasien tampak segar. dengan air hangat menghantarkan dengan air hangat O = Pasien tampak
- TTV: suhu = 36,5 – panas dari tubuh (21.05 WITA) lemas. Tanda-tanda
37,5OC/ axilla sinistra, vital: Suhu: 37,2 OC/
Nadi = 60-80x/menit 3. Ciptakan suhu 3. Dapat 3. Menciptakan suhu axilla sinistra, Nadi
divena radialis dekstra, ruangan yang dingin menghantarkan ruangan yang dingin = 90x/menit divena
Pernapasan = 16- panas dari dalam (21.10 WITA) radialis dekstra,
24x/menit pernapasan tubuh Pernapasan=
dada, TD = 120/80mmHg 24x/menit
- Leukosit dalam batas 4. Anjurkan pasien 4. Agar elektrolit 4. Menganjurkan pernapasan dada,
normal dengan nilai untuk minum air dalam tubuh pasien untuk minum TD= 130/80mmHg.
4.000-10.000mm. banyak normal dan tidak air banyak
terjadi (21.13 WITA) A = Masalah teratasi.
peningkatan suhu
tubuh P = Hentikan intervensi.
(22.30 WITA)
5. Berikan obat sesuai 5. Untuk
order dokter (SOD) menurunkan suhu
tubuh
Nama / Umur : Tn. A, 56 tahun
Kamar : M. VIP 27
Dokter : dr. K
Hari / Tanggal : Senin, 27 mei 2016
Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri Akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung ditandai dengan pasien mengatakan “ada nyeri
pada perut”, dari hasil pemeriksaan fisik Saat di palpasi pasien memiliki nyeri tekan pada bagian
epigastrium, Karakteristik nyeri: P = iritasi lambung, Q=Nyeri seperti diremas, R=Dibagian epigastrium,
S=3 nyeri berat tertahankan (1– 4), T=sakitnya kadang-kadang. Leukosit dengan hasil 12.600 mm (nilai
normal 4.000-10.000 mm).

HASIL YANG INTERVENSI


RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
DIHARAPKAN KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji karakteristik 1. Untuk mengetahui 1. Mengkaji S = pasien mengatakan
keperawatan dalam waktu nyeri. penyebab, kualitas, karakteristik nyeri. “masih nyeri
±30 menit nyeri akut teratasi lokasi, dan skala (21.15 WITA) diperut tapi
dengan kriteria: nyeri pasien. berurang”.
- Pasien mengatakan “tidak
ada nyeri diperut”. 2. Ajarkan pasien 2. Membantu 2. Mengajarkan pasien O = Skala nyeri
- Pasien tampak rileks. teknik relaksasi (tarik mengalihkan teknis relaksasi menurun 2 (1-4)
- Saat dipalpasi pada nafas dalam) perasaan nyeri (tarik nafas dalam). A = Masalah masih
bagian abdomen tidak pasien. (21.18 WITA)
terdapat nyeri tekan atau P=Lanjutkan intervensi.
nyeri lepas. 3. Jelaskan pada pasien 3. Pemahaman pasien 3. Menjelaskan kepada (22.30 WITA)
- Skala nyeri menurun 0 tentang penyebab tentang penyebab pasien tentang
(1-4). timbulnya nyeri nyeri yang terjadi penyebab nyeri.
- Leukosit dalam batas akan mengurangi (21.20 WITA)
normal dengan nilai ketegangan pasien
4.000-10.000mm. dan memudahkan
dalam melakukan
tindakan

4. Berikan obat sesuai 4. Untuk mengurangi 4. Memberikan obat


indikasi, sesuai ordek rasa nyeri. sesuai indikasi
dokter (SOD). Pumpisel 1 vial/12
jam (IV) untuk
mengurangi mual.
(21.30 WITA)
Nama / Umur : Tn. A, 56 tahun
Kamar : M. VIP 27
Dokter : dr. K
Hari / Tanggal : Senin, 27 mei 2016
Diagnosa Keperawatan 3: Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan peningkatan kadar gula dalam darah ditanda dengan
pasien mengatakan “tangan dan kaki kadang kesemutan” Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan
hasil Glukosa dengan hasil (+ + +) nilai normal negative, Glukosa sewaktu dengan hasil 310 mg/dl
nilai normal ‹180 mg/dl.

HASIL YANG INTERVENSI


RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
DIHARAPKAN KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab dan 1. Untuk mengetahui 1. Mengkaji penyebab S = Pasien mengatakan
keperawatan selama ±30 lokasi gangguan penyebab dan dan lokasi gangguan “kesemutan masih
menit gangguan rasa rasa nyaman pasien. lokasi ganguan rasa nyaman. ada”.
nyaman teratasi dengan rasa nyaman pada (21.03 WITA)
kriteria: pasien. O = pasien tampak
- Pasien mengatakan “ lemas, pemeriksaan
tidak kesemutan lagi pada 2. Atur posisi yang 2. Menghindari dari 2. Mengatur posisi gula darah puasa
kaki dan tangan”. nyaman untuk kaki timbulnya rasa yang nyaman untuk 2jpp pada pukul
- Pasien tampak rileks. (diluruskan) dan kesemutan dan kaki (diluruskan) 24.00 WITA
- Pemeriksaan penunjang: tangan pasien. memberikan posisi dan tangan pasien. dengan hasil 205
glukosa negative , yang nyaman. (21.07 WITA) mg/dl.
glukosa sewaktu ‹180
mg/dl, Gula darah 3. Ajarkan pasien dan 3. Membantu pasien 3. Mengajarkan pasien A = Masalah belum
puasa/2jpp 100-140 keluarga cara dan keluarga dan keluarga cara teratasi.
mg/dl menghilangkan dalam melakukan menghilangkan rasa
rasa kesemutan. tindakan mandiri kesemutan. P =lanjutkan intervensi
yang benar. (21.09 WITA) (24.00 WITA)

4. Jelaskan kepada 4. Pemahaman 4. Menjelaskan kepada


pasien dan pasien dan pasien dan keluarga
keluarga tentang keluarga dapat tentang diet DM.
diet DM. membantu proses (21.11 WITA)

perawatan.

5. Berikan obat sesuai 5. Menurunkan kadar 5. Memberikan obat


indikasi, sesuai gula dalam darah Amiryl 2mg 1-0-0
order dokter (SOD). yang dan Onglyza 3x1gr
menyebabkan (IV) untuk
gangguan rasa menurunkan kadar
nyaman gula dalam darah
(kesemutan) (22.00 WITA)

6. Cek gula darah 6. Untuk mengetahui 6. Mengecek gula


puasa 2jpp kadar gula setelah darah puasa pasien
diberi tindakan 2jpp.
kolaborasi obat (24.00 WITA)
sesuai order
dokter.
Nama / Umur : Tn. A, 56 tahun
Kamar : M. VIP 27
Dokter : dr. K
Hari / Tanggal : Senin, 27 mei 2016
Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko Kekurangan Volume Cairan dengan faktor resiko pengeluaran cairan berlebih

HASIL YANG INTERVENSI


RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
DIHARAPKAN KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan 1. Atur tetesan cairan 1. Membantu 1. Mengatur tetesan S = pasien mengatakan
keperawatan selama ±1jam intra vena sesuai mengembalikan cairan intra vena “ mual masih,
resiko kekurangan volume order dokter kadar cairan 20tpm. muntah 2x, buang
cairan teratasi dengan dalam tubuh. (20.30 WITA) air besar cair 1x”.
kriteria:
- Pasien mengatakan “ 2. Anjurkan pasien 2. Membantu 2. Menganjurkan O = mukosa bibir
tidak ada mual, muntah untuk banyak menambah cairan pasien untuk banyak lembab, turgor
dan BAB cair lagi” minum. dalam tubuh minum kulit baik (kembali
- Tidak adanya tanda-tanda pasien. (20.35 WITA) dalam kurang dari
dehidrasi 3 detik), output
- Mukosa bibir lembab 3. Pantau turgor kulit 3. Turgor kulit dan 3. Memantau turgor pasien terganggu.
- Turgor kulit baik dan mukosa bibir mukosa bibir yang kulit dan mukosa
(kembali dalam kurang pasien setiap buruk merupakan bibir pasien setiap A = masalah masih.
dari 3 detik) pergantian dinas. suatu tanda pergantian dinas.
- Input dan output tidak dehidrasi (20.37 WITA) P = lanjutkan intervensi
terganggu (24.00 WITA)
4. Beri obat sesuai 4. Untuk mengurangi 4. Memberikan obat
indkasi, sesuai mual, muntah dan Pumpisel 1
order dokter (SOD) diare pada pasien. vial/12jam (IV)
sebagai antiemetik,
Lodia 3x1 tablet
(oral) sebagai obat
untuk saluran cerna.
Invomit 3x4 mg (IV)
sebagai antibiotik
(24.00 WITA)
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tgl.
CATATAN PERKEMBANGAN (S, O, A, P, I, E) TTD
Jam
Rabu, 18 S : Pasien mengatakan: ”pusing berkurang, mual masih dan
mei 2016, muntah 1x, buang air besar 2x masih cair, nyeri diperut
Pkl. 07.15 berkurang, tangan dan kaki kadang masih kesemutan”
Wita.
O:
1. keadaan umum pasien tampak lemas
2. Kesadaran komposmentis, GCS: E4, V5, M6
3. Tanda-tanda vital: suhu= 36,9OC/ axilla sinistra,
Nadi = 84x/menit divena radialis dekstra,
Pernapasan = 22x/menit pernapasan dada, TD =
130/80mmHg
4. Nyeri tekan pada daerah epigastrium
5. Skala nyeri 2 (1-4)
6. Gula darah puasa/2jpp tanggal 18 mei 2016 pukul
08.30 WITA 195 mg/dl

A : 1. Nyeri Akut berhubungan dengan iritasi mukosa


lambung ditandai dengan pasien mengatakan
“mual masih dan muntah 1x, buang air besar 2x
masih cair, nyeri diperut berkurang”, dari hasil
pemeriksaan fisik Saat di palpasi pasien memiliki
nyeri tekan pada bagian epigastrium, skala nyeri 2
(1-4), karakteristik nyeri: P = iritasi mukosa
lambung, Q=Nyeri seperti diremas, R=Dibagian
epigastrium, S=2 nyeri sedang (1– 4), T=sakitnya
kadang-kadang.
2. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan
peningkatan kadar gula dalam darah ditanda
dengan pasien mengatakan “tangan dan kaki
kadang masih kesemutan” Dari hasil pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil Gula darah puasa/2jpp
tanggal 18 mei 2016 pukul 08.30 WITA 195
mg/dl.
3. Resiko Kekurangan Volume Cairan dengan faktor
resiko pengeluaran cairan berlebih

P : Diagnosa keperawatan 1: Nyeri akut


Lanjutkan intervensi
1. kaji karakteristik nyeri
2. Ajarkan pasien teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
3. Berikan obat sesuai indikasi, sesuai ordek dokter
(SOD).

Diagnosa Keperawatan 2: Gangguan rasa nyaman


1. Kaji penyebab dan lokasi gangguan rasa nyaman
pasien.
2. Atur posisi yang nyaman untuk kaki (diluruskan) dan
tangan pasien.
3. Ajarkan pasien dan keluarga cara menghilangkan rasa
kesemutan.
4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang diet DM.
5. Berikan obat sesuai indikasi, sesuai order dokter
(SOD).
6. Cek gula darah puasa 2jpp

Diagnosa Keperawatan 3: Resiko kekurangan volume


cairan
1. Atur tetesan cairan intra vena sesuai order dokter.
2. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
3. Pantau turgor kulit dan mukosa bibir pasien setiap
pergantian dinas.
4. Beri obat sesuai indkasi, sesuai order dokter (SOD)

I: Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri Akut


1. Mengkaji karekteristik nyeri (07.20 WITA).
2. Mengajarkan pasien teknis relaksasi tarik nafas dalam
(07.25 WITA).
3. Memberikan obat sesuai order dokter: Pumpisel 1
vial/12 jam (IV) untuk mengurangi mual (09.00
WITA).

Diagnosa Keperawatan 2: Gangguan Rasa Nyaman


1. Mengkaji penyebab dan lokasi gangguan rasa nyaman
(07.30 WITA).
2. Mengatur posisi yang nyaman untuk kaki dan tangan
pasien (07.35 WITA).
3. Ajarkan pasien dan keluarga untuk menghilangkan
rasa kesemutan (07.37 WITA).
4. Menjelaskan kepada keluarga tentang diet DM (07.39
WITA).
5. Memberikan obat sesuai order dokter: Amiryl 2mg 1-
0-0 dan Onglyza 3x1gr (IV) untuk menurunkan kadar
gula dalam darah (09.00 WITA).
6. Mengecek gula darah puasa/2jpp (11.30 WITA).

Diagnosa Keperawatan 3: Resiko Kekurangan Volume


Cairan
1. Mengatur tetesan infus 20 tetes/menit (07.18 WITA)
2. Menganjurkan pasien untuk banyak minum (07.19
WITA).
3. Memantau turgor kulit dan mukosa bibir setiap
pergantian dinas (07.22 WITA).
4. Memberikan obat sesuai order dokter: Pumpisel 1
vial/12jam (IV) sebagai antiemetik, Lodia 3x1 tablet
(oral) sebagai obat untuk saluran cerna. Invomit 3x4
mg (IV) sebagai antibiotik (09.00 WITA)

E : 1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa


lambung teratasi sebagian ditandai dengan pasien
mengatakan “mual masih dan muntah tidak ada,
buang air besar 1x masih cair, nyeri diperut
berkurang”, dari hasil pemeriksaan fisik Saat di
palpasi pasien memiliki nyeri tekan pada bagian
epigastrium, skala nyeri 1 nyeri ringan (1-4),
karakteristik nyeri: P = iritasi mukosa lambung,
Q=Nyeri seperti diremas, R=Dibagian epigastrium,
S=2 nyeri sedang (1– 4), T=sakitnya kadang-
kadang.
2. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan
peningkatan kadar gula dalam darah belum teratasi
ditanda dengan pasien mengatakan “tangan dan
kaki kadang-kadang masih kesemutan” Dari hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Gula
darah puasa/2jpp tanggal 18 mei 2016 pukul 11.30
WITA 186 mg/dl.
3. Resiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan
dengan pengeluaran cairan berlebih teratasi
sebagian ditandai dengan pasien mengatakan
“mual masih dan muntah tidak ada, buang air
besar 1x masih cair.
Hari/Tgl.
CATATAN PERKEMBANGAN (S, O, A, P, I, E) TTD
Jam
Kamis, 19 S : Pasien mengatakan: ”pusing berkurang, mual dan
mei 2016, muntah tidak ada, buang air besar 1x sudah berampas,
Pkl. 07.15 nyeri diperut masih ada tapi berkurang, tangan dan kaki
Wita. kadang masih kesemutan”

O:
1. Keadaan umum pasien tampak segar.
2. Kesadaran komposmentis, GCS: E4, V5, M6.
3. Tanda-tanda vital: suhu= 36,5OC/ axilla sinistra, Nadi
= 80x/menit divena radialis dekstra, Pernapasan =
22x/menit pernapasan dada, TD = 120/80mmHg
4. Nyeri tekan pada daerah epigastrium.
5. Skala nyeri 1 nyeri ringan (1-4).
6. Tanggal 19 mei 2016 pukul 08.30 WITA, Gula darah
puasa/2jpp 200 mg/dl.

A : 1. Nyeri Akut berhubungan dengan iritasi mukosa


lambung ditandai dengan pasien mengatakan
“buang air besar 1x sudah berampas, nyeri diperut
masih ada tapi berkurang”, dari hasil pemeriksaan
fisik Saat di palpasi pasien memiliki nyeri tekan
pada bagian epigastrium, skala nyeri 1 nyeri ringan
(1-4), karakteristik nyeri: P = iritasi mukosa
lambung, Q=Nyeri seperti diremas, R=Dibagian
epigastrium, S=1 nyeri ringan (1– 4), T=sakitnya
kadang-kadang.
2. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan
peningkatan kadar gula dalam darah ditanda
dengan pasien mengatakan “tangan dan kaki
kadang masih kesemutan”. Dari hasil pemeriksaan
penunjang pada tanggal 19 mei 2016, pukul 08.30
WITA didapatkan hasil gula darah puasa/2jpp
200mg/dl.
3. Resiko Kekurangan Volume Cairan dengan faktor
resiko pengeluaran cairan berlebih

P : Diagnosa keperawatan 1: Nyeri akut


Lanjutkan intervensi
1. kaji karakteristik nyeri
2. Ajarkan pasien teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
3. Berikan obat sesuai indikasi, sesuai ordek dokter
(SOD).

Diagnosa Keperawatan 2: Gangguan rasa nyaman


1. Kaji penyebab dan lokasi gangguan rasa nyaman
pasien.
2. Atur posisi yang nyaman untuk kaki (diluruskan) dan
tangan pasien.
3. Ajarkan pasien dan keluarga cara menghilangkan rasa
kesemutan.
4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang diet DM.
5. Berikan obat sesuai indikasi, sesuai order dokter
(SOD).
6. Cek gula darah puasa 2jpp

Diagnosa Keperawatan 3: Resiko kekurangan volume


cairan
1. Atur tetesan cairan intra vena sesuai order dokter.
2. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
3. Pantau turgor kulit dan mukosa bibir pasien setiap
pergantian dinas.
4. Beri obat sesuai indkasi, sesuai order dokter (SOD)

I: Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri Akut


1. Mengkaji karekteristik nyeri (07.20 WITA).
2. Mengajarkan pasien teknis relaksasi tarik nafas dalam
(07.25 WITA).
3. Memberikan obat sesuai indikasi Pumpisel 1 vial/12
jam (IV) untuk mengurangi mual (09.00 WITA).

Diagnosa Keperawatan 2: Gangguan Rasa Nyaman


1. Mengkaji penyebab dan lokasi gangguan rasa nyaman
(07.22 WITA).
2. Mengatur posisi yang nyaman untuk kaki dan tangan
pasien (07.30 WITA).
3. Ajarkan pasien dan keluarga untuk menghilangkan
rasa kesemutan (07.35 WITA).
4. Menjelaskan kepada keluarga tentang diet DM (07.38
WITA).
5. Memberikan obat sesuai order dokter: Amiryl 2mg 1-
0-0 dan Onglyza 3x1gr (IV) untuk menurunkan kadar
gula dalam darah (09.00 WITA).
6. Mengecek gula darah puasa/2jpp (11.30 WITA).

Diagnosa Keperawatan 3: Resiko Kekurangan Volume


Cairan
1. Mengatur tetesan infus 20 tetes/menit (07.16 WITA)
2. Menganjurkan pasien untuk banyak minum (07.17
WITA).
3. Memantau turgor kulit dan mukosa bibir setiap
pergantian dinas (07.20 WITA).
4. Memberikan obat sesuai order dokter: Pumpisel 1
vial/12jam (IV) sebagai antiemetik, Lodia 3x1 tablet
(oral) sebagai obat untuk saluran cerna. Invomit 3x4
mg (IV) sebagai antibiotik (09.00 WITA).

E : 1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa


lambung teratasi sebagian ditandai dengan pasien
mengatakan “mual dan muntah tidak ada, buang
air besar tidak ada, nyeri diperut berkurang”, dari
hasil pemeriksaan fisik Saat di palpasi pasien
memiliki nyeri tekan pada bagian epigastrium,
skala nyeri 1 nyeri ringan (1-4), karakteristik
nyeri: P = iritasi mukosa lambung, Q=Nyeri
seperti diremas, R=Dibagian epigastrium, S=2
nyeri sedang (1– 4), T=sakitnya kadang-kadang.
2. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan
peningkatan kadar gula dalam darah belum teratasi
ditanda dengan pasien mengatakan “tangan dan
kaki kadang-kadang masih kesemutan” Dari hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Gula
darah puasa/2jpp tanggal 19 mei 2016 pukul 11.30
WITA 192 mg/dl.
3. Resiko Kekurangan Volume Cairan dengan faktor
resiko pengeluaran cairan berlebih teratasi
ditandai dengan pasien mengatakan “mual dan
muntah tidak ada, buang air besar cair tidak ada’.
Hari/Tgl.
CATATAN PERKEMBANGAN (S, O, A, P, I, E) TTD
Jam
Jum’at, 20 S : Pasien mengatakan: ”pusing tidak ada, mual dan muntah
mei 2016, tidak ada, nyeri diperut sudah tidak ada, tangan dan kaki
Pkl. 07.15 kadang masih kesemutan” .
Wita.
O:
1. Keadaan umum pasien tampak segar.
2. Kesadaran komposmentis, GCS: E4, V5, M6.
3. Tanda-tanda vital: suhu= 36,5OC/ axilla sinistra, Nadi
= 78x/menit divena radialis dekstra, Pernapasan =
24x/menit pernapasan dada, TD = 120/80mmHg
4. Tidak ada nyeri tekan pada daerah epigastrium.
5. Tanggal 20 mei 2016 pukul 08.30 WITA, Gula darah
puasa/2jpp 183 mg/dl.

A: Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan


peningkatan kadar gula dalam darah ditanda dengan
pasien mengatakan “tangan dan kaki kadang masih
kesemutan”. Dari hasil pemeriksaan penunjang pada
tanggal 19 mei 2016, pukul 08.30 WITA didapatkan
hasil gula darah puasa/2jpp 200mg/dl.

P : Diagnosa keperawatan: Gangguang Rasa Nyaman


Lanjutkan intervensi
1. Kaji penyebab dan lokasi gangguan rasa nyaman
pasien.
2. Atur posisi yang nyaman untuk kaki (diluruskan) dan
tangan pasien.
3. Ajarkan pasien dan keluarga cara menghilangkan rasa
kesemutan.
4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang diet DM.
5. Berikan obat sesuai indikasi, sesuai order dokter
(SOD).

I: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Rasa Nyaman


1. Mengkaji penyebab dan lokasi gangguan rasa nyaman
(07.20 WITA).
2. Mengatur posisi yang nyaman untuk kaki dan tangan
pasien (07.25 WITA).
3. Ajarkan pasien dan keluarga untuk menghilangkan
rasa kesemutan (07.30 WITA).
4. Menjelaskan kepada keluarga tentang diet DM (07.33
WITA).
5. Memberikan obat sesuai order dokter: Amiryl 2mg 1-
0-0 dan Onglyza 3x1gr (IV) untuk menurunkan kadar
gula dalam darah (09.00 WITA).
6. Mengecek gula darah puasa/2jpp (11.30 WITA).

E:Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan


peningkatan kadar gula dalam darah belum teratasi
ditanda dengan pasien mengatakan “tangan dan kaki
kadang masih kesemutan” Dari hasil pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil Gula darah puasa/2jpp
tanggal 20 mei 2016 pukul 11.30 WITA 196 mg/dl.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Hasil laporan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa
medis Diabetes Mellitus Tipe II dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Diabetes mellitus adalah keadaan kronik, yang berkarakteristik penyakit
progresif oleh ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein, yang menuju pada hiperglikemia (peningkatan kadar
gula dalam darah). Diabetes mellitus mengacu sebagai “gula yang tinggi”
oleh pasien dan penyedia perawtan kesehatan.
2. Pada diabetes mellitus tipe II terdapat dua masalah tama yang
berhubungan dengan insuin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebaga akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi ulin pada diabetes tipe II disetai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
3. Pada pasien Tn.I ditemukan faktor-faktor munculnya diabetes mellitus tipe
II yaitu faktor herediter (genetik) dan gaya hidup, saat didiagnosa
menderita diabetes mellitus pada umur 56 tahun dan tidak tampak
obesitas.
4. proses keperawatan
a. pengkajian dilakukan pada pasien Tn.A pada tanggal 17 mei 2016 dan
dilanjutkan perkembangan pada tanggal 18 sampai 20 mei 2016.
Selama pengkajian penulis dapat bekerjasama dengan baik bersama
pasien dan keluarga. Pengkajian dilakukan dengan mengobservasi
tanda dan gejala yang tampak, mengkaji pasien dan keluarga, melihat
hasil pemeriksaan laboratorium, hasil GDS dan GDP/2JPP serta
pengkajian pada fisik pasien. Dalam pengumpulan data penulis
menggunakan format 11 Pola gordon.
Penulis menemukan beberapa kesamaan antara teori dengan
data yang ditemukan pasa pasien Tn.A yaitu pada teori pasien dengan
diabetes mellitus akan merasa sering kesemutan dan terkadang ada
mual dan muntah, begitu pula dengan pasien Tn.A saat dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan fisik pasien mengeluh sering merasa
kesemutan, mual dan ada muntah, pasien tidak terlihat obesitas.

b. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien Tn.A didapatkan
beberapa diagnosa sesuai dari data subjektif dan objektif yaitu:
1) Hipertermia berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebih
2) Nyeri Akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
3) Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan peningkatan kadar
gula dalam darah
4) Resiko Kekurangan Volume Cairan dengan faktor resiko
pengeluaran cairan berlebih

B. SARAN
1. Bagi Pasien Dan Keluarga
Pasien diharapkan mampu mengingat dan mempraktekkan apa
yang telah diinformasikan seputar penyakit dan perawatannya, serta dapat
patuh dan me njaga diet, olah raga dan pengobatannya agar tetap
dilanjutkan dengan baik.
Bagi keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan serta
perawatan kepada pasien saat di rumah nantinya, dengan perawatan dan
pengobatan yang dapat dicapai sesuai kemampuan serta mengingatkan
pasien dalam hal pengobatan, aktivitas, pengaturan diet dan olah raga.

2. Bagi Pihak Rumah Sakit Suaka Insan


Bagi pihak rumah sakit suaka insan diharapkan dapat menerapkan
asuhan keperawatan sesuai dengan standar-standar asuhan keperawatan
dan secara holistic yang meliputi bio, psyco, sosio dan spiritual.

3. Bagi Pihak Institusi STIKES Suaka Insan


Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada asuhan
keperawatan Diabetes Mellitus, diharapkan kepada pihak institusi stikes
suaka insan dapat meningkatkan mutu pendidikan tentang perencanaan
dengan profesional pada pasien dengan diabetes mellitus.

4. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat meningkatkan ilmu dan
pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus khususnya melalui buku-
buku sumber dan litelatur-literatur. Serta melibatkan keluarga pasien
dalam melaksanakan semua tindakan keperawatan pada pasien dengan
diabetes mellitus.

Anda mungkin juga menyukai