A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya asuhan keperawatan pada klien Ny. S dengan ulkus diabetikum di
bangsal Flamboyan BPK RSU Kabupaten Magelang Jawa Tengah Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya asuhan keperawatan pada klien Ny. S dengan diabetes mellitus di bangsal
Flamboyan BPK RSU Kabupaten Magelang Jawa Tengah Tahun 2008.
b. Diketahuinya asuhan keperawatan pada klien Ny. S dengan ulkus diabetikum di bangsal
Flamboyan BPK RSU Kabupaten Magelang Jawa Tengah Tahun 2008.
TINJAUAN TEORI
A. DIABETES MELLITUS
1. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
2. Klasifikasi Diabetes
Secara klinis DM dapat digolongkan menjadi 2 tipe (Firman, 2008), yaitu
a. Diabetes Mellitus Tipe I (IDDM)
IDDM terdapat paling banyak pada orang muda, biasa dibawah usia 30 tahun
atau bahkan sejak usia anak-anak sehinga disebut Juvenil Onset Diabetes
Mellitus.Penyakit ini disebabkan defisiensi insulin yang absolut. Hal itu terjadi karena
kerusakan total dari sel beta pankreas yang merupakan sel-sel penghasil insulin.
b. DM tipe II (NIDDM)
NIDDM paling banyak menyerang orang (usia sekitar 40 tahun ke atas). Kategori
ini terdapat insulin tidak efektif atau tidak mencukupi (defisiensi insulin relatif) dan
biasanya dapat dikelola melalui terapi diet, atau dengan pengobatan menggunakan
Obat diabetik oral baik yang dibuat dari bahan kimia maupun dari ekstrak tumbuhan
alam, yang dikategorikan dalam 2 tingkatan yaitu Diabetes Mellitus (DM) tipe II kadar
Gula Darah sangat tinggi: jika kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl, Diabetes Mellitus
(DM) tipe II kadar Gula Darah tinggi: jika kadar sewaktu 140 – 199 (Foster cit Herenda,
2005)
c. Diabetes tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu, misalnya
penyakit pankreas, hormonal, obat atau bahan kimia, kelainan reseptor dan kelainan
genital (WHO cit Herenda, 2005).
d. Diabetes mellitus gestational (kehamilan). Diabetes yang terjadi pada wanita hamil tidak
mengidap diabetes. Diabetea Gestational disebabkan oleh peningkatan kebutuhan
energi dan hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan.
e. Diabetes Insipidus. Suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi, sekresi dan
fungsi dari ADH. Diabetes Insipidus disebabkan oleh berkurangnya produksi ADH baik
total maupun parsial oleh hipotalamus atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis
anterior serta ketidakmampuan ginjal berespon terhadap kadar ADH dalam darah,
akibat berkurangnya reseptor atau second messenger (Faktor genetik, pembawa gen
resesif terkait X, Hipokalemia, dan hipokalemia.
3. Etiologi
Menurut rusari (2008), etiologi diabetes mellitus dibagi menjadi 2 bagian,
antara lain:
a. Diabetes tipe I
1) Faktor-faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisisuatu
predisposisiatau kecenderungan genetic ke arahterjadinya diabetes tipe I.
2) Faktor-faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi tertarikterarah pada jaringan normaltubuh
dengan cara bereksi terhadap jaringan tersebutyang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
3) Faktor-faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilaukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal
yang dapat memicu dekstruksi sel beta.
b. Diabetes tipe II
1) Usia (resisten insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
la Diabetes Mellitus
Dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik (Misnadiarly, 2006),
antara lain :
a. Gejala Akut
Gejala penyakit DM ini dari satu penderita ke penderita lainnya tidaklah selalu
sama, dan gejala yang disebutkan disini adalah gejala yang umum timbul dengan tidak
mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain, bahkan ada penderita diabetes
yang tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu.
1) Pada permulaan gejala ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu :
a) Banyak makan (polipagi)
b) Banyak minum (polidipsi)
c) Banyak kencing (poliuri)
Atau disingkat dengan “3P”. Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat
badan yang terus naik – bertambah gemuk, karena pada saat ini jumlah insulin masih
mencukupi.
2) Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai timbul gejala yang
disebabkan oleh kurangnya insulin. Jadi bukan ‘3P’
b. Gejala Kronis
Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukkan gejala akut (mendadak) tetapi
baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap
penyakit DM. gejala ini disebut gejala kronik atau menahun.
Gejala kronik yang sering timbul adalah seorang penderita dapat mengalami
beberapa gejala tersebut, antara lain kesemutan, kulit terasa panas (wedangan) atau
sepaerti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, capek, mudah mengantuk, mata
kabur, gatal di sekitar kemaluan, gigi mudah lepas, kemauan seksual menurun, dan
para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau
dengan berat badan lahir > 4 kg.
5. Patofisiologis
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), patofisiologi diabetes mellitus sebagai
berikut:
a. Diabetes Mellitus Tipe I :
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel- sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan heperglikemia postprandial ( sesudah makan )
Jika konsentrasi glukosa darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar , akibatnya glukosa tersebut m,uncul dalam urin (
glukosuria ).Ketika glukosa dieskresikan kedalam urin, eskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan yang berlebihan ( diuresis osmotic ).Sebagai akibat dari
kehilangan cairan dan elektrolit, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih,
(poliuria dan rasa haus polidipsia)
Defisiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak dan
menyebabkan penurunan berat badan, peningkatan selera makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-
asam amino serta substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventikasi, nafas
berbau aseto, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma,
bahkan kematian. Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat dan mengatasi gejala hiperglikemia serta
ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan glukosa darah yang sering
merupakan komponen terapi yang penting.
b. Diabetes Mellitus tipe II
Pada tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tesebut, terjadi suatu rangkaian reksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi
insulin pada DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian
insulin tidak efektif untuk menstimulasi glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetic tipe II, namun masih ada
insulin dengan jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe
II.
Diabetes tipe II sering terjadi pada penderita pada usia lebih dari 30 tahun dan
obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang lambat (bertahun-tahun) dan progresif maka
awitan DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejalanya bersifat ringan dan
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi).
6. Komplikasi
Menurut Misnadiarly (2004), komplikasi diabetes mellitus terdiri dari
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetikum
Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak bisa menggunakan glukosa sebagai
energi dan karenanya lemak tubuh dimobilisasi tempat penyimpangannya.
Penghancuran lemak untuk melepas energi menghasilkan formasi asam lemak. Asam
lemak ini melewati hepar dan membentuk satu kelompok senyawa kimia bernama
benda keton, benda keton dikeluarkan lewat urin disebut ketonuria.
Kadar benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut ketosis. Ketosis bisa
meningkatkan keasamaam cairan tubuh dan jaringan sehingga kadar yang sangat
tinggi dan menyebabkan satu kondisi yang disebut asidosis. Asidosis akibat dari benda
keton yang meningkat disebut ketoasidosis.
2) Hipoglikemia
Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang terjadi dan sering kali
membahayakan hidup penderitanya serta ditandai kadar gula darah yang melonjak
turun di bawah 50-60 mg/dl
3) Infeksi
Pengidap diabetes cenderung terkena infeksi karena 3 alasan utama, yaitu
a) Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi
b) Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang terkena diabetes
c) Komplikasi terkait diabetes yang meningkatkan risiko infeksi.
Infeksi yang pada umumnya menyerang pengidap diabetes termasuk infeksi
kulit, infeksi saluran kencing, penyakit pada gusi, tuberkulosis, dan beberapa jenis
infeksi jamur
b. Komplikasi kronis
1) Penyakit jantung dan pembuluh darah
Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit
karena penumpukkan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di
kaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah yang
mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan. Jika suplai darah
pada kaki sangat kurang atau terputus dalam waktu lama bisa terjadi kematian pada
jaringan
2) Kerusakan pada mata (Retinopati)
Retina mata terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian atau seluruh
penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik mengalami gejala penglihatan kabur
sampai kebutaan.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Rusari (2008), pemeriksaan penunjang untuk diabetes mellitus, antara
lain:
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu < 100 100-200 >200
• Plasma vena <80 80-200 >200
• Darah kapiler
<110 110-120 >126
Kadar glukosa darah puasa
• Plasma vena <90 90-110 >110
• Darah kapiler
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal (Rukmana,2008):
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi (jika diperlukan)
e. Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Cipto. 2008. Perawatan Luka Penderita DM. Dalam www.pantiwilasa.com. Diakses tanggal 11
Januari 2009
efendi. 2008. Asuhan keperawatan Pada Klien Diabetes Mellitus (kencin Manis). Dalam
www.indonesian nursing.com. dakses tanggal 18 Desember 2008.
Firman, (2008), Pengobatan Herbal Penderita Diabetes Mellitus, Dalam http://www. id-
diabetesMillis@yahoogroups.com. Akses 13 Maret 2008
Herenda, (2005), Korelasi Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: UGM Skripsi
Izn. 2008. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu
Diabetes. Dalam www.pdpersi.co.id. Diakses tanggal 16 Desember 2008.
ANALISA DATA
No Tgl/jam Data Etiologi Masalah
1. 18-05-09 DS : Kegagalan PK : hiperglikemi
08.00WIB pasien menyatakan metabolisme
pusing, dada penuh, glukosa
lemas
DO :
GDS : 204mg/dl
TD: 127/69mmHg
S : 36,6°C
N : 50x/menit
Klien tampak lemas
DO :
- abdomen
hipertympani
- Klien terlihat mau
muntah
Perawat mampu
menangani dan
meminimalkan episode
2. PK : hiperglikemi hiperglikemi 1. Pantau kadar gula darah a. adanya pe
2. Pantau tanda dan gejala penurunan
hipoglikemi b. adanya pe
3. Monitor Vital sign dalam dar
4. Kolaborasi dengan ahli gizi mengakib
tentang pemberian diit DM c. untuk peru
5. Kolaborasi dengan dokter kesehatan
pemberi terapi d. diit rendah
e. terapi pem
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. S Diagnosa medis :
Diabetes Melitus
No. RM : 088677
No Hari/Tgl/jam Diagnosa Implementasi
1. Senin Nausea Jam 20.00WIB
18-05-09 berhubungan Menerima operan jaga Kondisi kli
Shift malam dengan
peningkatan Jam 22.00WIB
glukosa dalam Memberikan terapi injeksi Injeksi Hex
darah Memotivasi klien untuk istirahat Klien respo
Jam 04.30WIB
Menyiapkan air hangat Klien diban
mandi dan
Jam 05.00WIB
Mengukur vital sign TD : 117/7
S : 36,1 ˚
Jam 06.00WIB
Memberikan nutrisi sesuai diet dan monitor (BDM 170
makan&minum
Memberikan terapi oral Farsobid 2x
dexanta 3x
Jam 12.00
Memberikan diit siang BDM dan D
Memberikan terapi oral Farsobid 2x
dexanta 3x
3. Kamis Jam 07.00
21-05-09 Menerima operan jaga Kondisi kli
Shift pagi
Jam 07.30
Mengukur vital sign TD : 98/60
S : 35,4˚C
Mengkaji keluhan klien Klien meng
mual dan m
yang diberi
Jam 10.00
Memberikan terapi injeksi Injeksi hex
Jam 12.00
Memberikan diit siang BDM dan D
Memberikan terapi oral Farsobid 2x
dexanta 3x
No Hari/Tgl/jam Diagnosa Implementasi
1. Senin PK : Jam 20.00WIB
18-05-09 hiperglikemi Menerima operan jaga Kondisi kli
Shift malam
Jam 22.00WIB
Memberikan terapi injeksi Injeksi Hex
Memotivasi klien untuk istirahat Klien respo
Jam 05.00WIB
Mengukur vital sign TD : 117/7
S : 36,1 ˚
Jam 06.00WIB
Memberikan nutrisi sesuai diet dan monitor (BDM 170
makan&minum
Memberikan terapi oral Farsobid 2x
dexanta 3x
Jam 12.00
Memberikan diit siang BDM dan D
Memberikan terapi oral Farsobid 2x
dexanta 3x
3. Kamis Jam 07.00
21-05-09 Menerima operan jaga Kondisi kli
Shift pagi
Jam 07.30
Mengukur vital sign TD : 98/60
S : 35,4˚C
Mengkaji keluhan klien Klien meng
mual dan m
yang diberi
Jam 10.00
Memberikan terapi injeksi Injeksi hex
Jam 12.00
Memberikan diit siang BDM dan D
Memberikan terapi oral Farsobid 2x
dexanta 3x
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/jam No. Perkembangan (SOAP) Paraf
Dx
Senin 1 S : klien mengatakan masih mual
18-05-09 O:
Shift TD : 117/76 mmHg
malam S : 36,1 ˚C N : 73x/menit
Klien tampak lemas
A : masalah nausea belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 3, 4, 5