Lapsus Hemiparesis
Lapsus Hemiparesis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infark adalah (bahasa Latin: infarcire) nekrosis iskemik pada satu tempat di otak, karena
perubahan sirkulasi darah, atau kurangnya pasokan oksigen. Infark biasanya terjadi karena
penyumbatan aliran pembuluh nadi dan kadang bisa terjadi pada pembuluh darah balik. Pons
adalah struktur yang terletak di batang otak, dinamai kata Latin untuk "jembatan" atau anatomi
abad ke-16 Italia dan ahli bedah Costanzo Varolio (pons Varolii). Adalah kranial ke medulla
oblongata, ekor ke otak tengah, dan ventral ke cerebellum.
Infark Pons adalah penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark
pada pons dan medulla oblongata.
Berdasarkan laporan sporadis infark dasar pontine menghasilkan sindrom klinis
hemiparesis motorik murni (PMH), sensorimotor stroke (SMS), hemiparesis ataxic (AH), dan
dysarthria-clumsy hand (DA-CH) syndrome. Namun, laporan jumlah pasien yang cukup jarang
terjadi, dan klinik-radiologi korelasi studi belum dilakukan.
Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling umum dan penting, dan mekanisme
pathogenetic iskemia yang cenderung terjadi oklusi arteri kecil (lacunar) atau oklusi ateromatosa
pada arteri basilar di sebagian besar pasien. Klinis-radiologis studi korelasi kami menyarankan
bahwa lesi besar yang melibatkan paramedian yang caudal atau tengah pons berkorelasi dengan
hemiparesis parah (PMH), sedangkan lesi dengan ukuran hampir sama terletak di paramedian
rostral pons cenderung menghasilkan DA-CH sindrom. Lesi menghasilkan AH berada berbagai
bagian tetapi cenderung terjadi pada cadangan saluran piramida. Prognosis pasien ini baik,
meskipun hemiparesis residu tetap pada pasien dengan hemiparesis awalnya parah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi keempat saraf sensorik termasuk peran dalam pendengaran, keseimbangan, dan
rasa, dan sensasi wajah seperti sentuhan dan rasa sakit, serta peran motor dalam gerakan mata,
ekspresi wajah, mengunyah, menelan, buang air kecil, dan sekresi air liur dan air mata.
Sebuah infark lokal ke dasar paramedian pontin terbagi atas infark basal unilateral dan
infark bilateral. Gejala yang timbul adalah
Dysarthria
Palsy wajah supranuclear
hemiparesis
hemiparesis motorik murni.
dysarthria dan hemiparesis dengan dominasi brakialis.
Dysarthria-clumsy hand sindrom
hemiparesis ataxic
Tanda-tanda neurologis lainnya termasuk persepsi penurunan sentuhan ringan dan nyeri.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk sirkulus Wilisi: arteria karotis interna dan sistem vetebrobasilar atau semua cabang-
cabang nya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus 15-20 menit, akan
terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu
menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah
bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut.
Patologinya dapat berupa:
1. Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan tombosis,
robeknya dinding pembuluh, atau peradangan
2. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
pembuluh ekstra cranium
3. Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Patofisiologi Stroke Iskemik
Oklusi akut dari pada pembuluh darah intrakranial menyebabkan berkurangnya aliran darah
menuju daerah otak yang diperdarahinya. Bagian terpenting dari berkurangnya aliran ini adalah
fungsi dari perdarahan kolateral dan semua ini bergantung dari anatomi pembuluh darah individu
yang bersangkutan, lokasi oklusi, dan tekanan darah sistemik. Penurunan aliran darah otak
sampai angka nol menyebabkan kematian jaringan otak dalam waktu 4-10 menit; berkurangnya
aliran hingga <16 -18 mL/100gr jaringan per menit menyebabkan infark dalam waktu satu jam;
dan berkurangnya aliran hingga <20mL/100 gr jaringan per menit menyebabkan iskemi tanpa
infark kecuali kondisi tersebut terjadi selama beberapa jam atau hari. Jika penurunan aliran darah
tersebut teratasi sebelum kematian sel yang signifikan, pasien hanya akan mengalami simptom
transien, dan sindrom klinisnya disebut TIA (Transient Ischemic Attacks). Jaringan yang
mengelilingi pusat infark yang mengalami iskemi namun dapat mengalami perbaikan disebut
penumbra iskemi. Penumbra dapat terlihat dalam pemeriksaan MRI atau CT-scan menggunakan
perfusion-diffusion imaging. Penumbra iskemi tersebut dapat menjadi infark jika tidak ada
perbaikan aliran darah dan menyelamatkan penumbra dari infark adalah tujuan dari terapi
revaskularisasi.
d. Stretching Exercise
Tujuan : Mencegah kontraktur sekaligus koreksi postur
Teknik : Posisi tidur terlentang, kemudian fisioterapis melakukan stretching pada
extremitas superior dan inferior
e. Positioning
Tujuan : Untuk meningkatkan impuls weight bearing/beban berat badan dan
proprioceptive pada sisi yang lemah
Teknik : Fisioterapis memposisikan sekaligus mengajarkan perubahan posisi tidur
dari posisi terlentang miringke kiri atau ke kanan (teknik mika-miki)
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
Pitting Oedema
Penilaian :
- Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
- Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
- Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
- Derajat IV : kedalamannya 7 mm atau lebih dengan waktu kembali 7 detik
Hasil : Derajat I
Nilai GCS 9
Tes Refleks
a. Reflex Fisiologis
- Biceps
Fisioterapi memegang lengan pasien yang di semiflexikan sambil menempatkan ibu
jari di atas tendon m. Biceps, lalu ibu jari diketuk
Hasil : Refleks meningkat
- Triceps
Fisioterapi memegang lengan bawah pasien yang di semiflexikan.Setelah itu, ketuk
pada tendon m. Triceps, yang berada sedikit di atas olecranon.
Hasil : Refleks meningkat
- Knee Pess Reflex
Tungkai diflexikan dan digantungkan, lalu ketok pada tendon m Quadriceps Femoris
(dibawah patella pada tuberositas tibia)
Hasil : Refleks meningkat
- Achilles Pess Reflex
Tungkai bawah diflexikan sedikit, kemudian Fisioterapi memegang kaki pada
ujungnya untuk memberikan sikap dorsoflexi ringan pada kaki setelah itu tendon
Achilles di ketuk
Hasil : Refleks meningkat
b. Reflex Patologis
- Hoffman Tromner
Rangsang diberikan dengan cara menggores jari tengah pada bagian dalam dan pada
kuku jari tengah. Positif bila fleksi empat jari yang lain.
Hasil : Positif
- Babinsky
Pasien dalam posisi tidur terlentang, kemudian tarik garis dari tumit ke sepanjang arah
lateral kaki ke arah jari-jari kaki dengan cepat.
Hasil : Negatif
- Refleks Chaddock
Rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral maleolus.
Hasil : Negatif
- Refleks Gordon
Memencet/mencubit otot betis.
Hasil : Negatif
- Refleks Schaefer
Memencet (mencubit) tendon achilles.
Hasil : Negatif
Tes Koordinasi
- Finger to finger
Kedua shoulder abduksi 90°, elbow ekstensi, minta pasien membawa kedua lengannya
ke horizontal abduksi & menyentuhkan kedua ujung jari telunjuk satu terhadap yang
lain
Hasil : Tidak bisa dilakukan
- Finger to nouse
Abduksi shoulder 90° dengan elbow ekstensi. Minta pasien untuk menyentuhkan
ujung jari telunjuknya ke ujung hidungnya. Tes dilakukan dalam gerakan cepat &
lambat, ulangi beberapa kali hitungan dengan mata terbuka lalu dengan mata tertutup .
Normal gerakan tetap tidak berubah dengan mata tertutup. Ulangi dan bandingkan
dengan tangan satunya
Hasil : Tidak bisa dilakukan
- Finger to therapist finger
Pasien & terapis saling berhadapan. Jari telunjuk terapis diluruskan menunjuk ke atas
dihadapan pasien. Minta pasien menyentuhkan ujung jari telunjuknya ke jari telunjuk
terapis. Selama pemeriksaan berlangsung posisi jari terapis diubah-ubah dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan merubah jarak, arah dan kekuatan gerakan
Hasil : Tidak bisa dilakukan
- Alternate heel to knee, heel to toe
Posisi pasien lying, minta pasien menyentuh lutut dan ibu jari kakinya secara
bergantian menggunakan tumit kaki yang satunya
Hasil : Tidak bisa dilakukan
Tes sensorik
- Tes tajam/ tumpul
Fisioterapi menyentukan / menggoreskan benda tajam/tumpul pada ekstremitas bawah
pasien
Hasil : Sulit dinilai karena pasien tidak merespon
MMT
Extremitas Superior
Otot Kiri
Fleksi elbow 2
Ekstensi elbow 2
Supinasi 2
Pronasi 2
Fleksi wrist 2
Ekstensi wrist 2
Ekstremitas Inferior
Otot Kanan
Fleksi hip 3
Ekstensi hip 3
Abduksi hip 3
Adduksi hip 3
Fleksi knee 3
Ekstensi knee 3
Interpretasi
No Nilai Keterangan
1 Nilai 0 Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan
palpasi
2 Nilai 1 Adanya kontraksi otot dan tidak ada
pergerakan sendi
3 Nilai 2 Adanya kontraksi otot dan adanya
pergerakan sendi full ROM
4 Nilai 3 Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan
sendi full ROM dan mampu melawan
gravitasi
Hasil : -
5 Nilai 4 Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan
sendi full ROM, mampu melawan gravitasi Ekstremitas superior
dan tahanan minimal
nilai 2 (Adanya
6 Nilai 5 Mampu melawan tahanan maksimal
kontraksi otot dan adanya pergerakan sendi full ROM)
Pemeriksaan Penunjang
CT-SCAN
Hasil: - Infark cerebri lobus parietotemporalis sinistra dan nucleus lentikularis sinistra,
capsula interna dextra dan nucleus lentikularis dextra
- Hematosinus maxillaris dextra
Foto Thorax PA/AP
Hasil: - Pneumonia dextra suspek spesifik
- Infected bronchiectasis
- Cardiomegaly disertai dilatation, elongation et atherosclerosis aortae
Kondisi/Penyakit :
Gangguan Motor Function Hemiparese Sinistra et
causa Infark Pons
Impairment
3. Acivity Limitation Participation Restriction
(Body structure and
- Tidak mampu duduk, Belum mampu melakukan
function) aktivitas fungsional dan
- Oedema berdiri dan berjalan sosial dilingkungannya
- Kelemahan otot - Sulit makan, minum dan
d. Stretching Exercise
Tujuan : Mencegah kontraktur sekaligus koreksi postur
Teknik : Posisi tidur terlentang, kemudian fisioterapis melakukan stretching pada
extremitas superior dan inferior
e. Positioning
Tujuan : Untuk meningkatkan impuls weight bearing/beban berat badan dan
proprioceptive pada sisi yang lemah
Teknik : Fisioterapis memposisikan sekaligus mengajarkan perubahan posisi tidur
dari posisi terlentang miringke kiri atau ke kanan (teknik mika-miki)
K. Evaluasi Fisioterapi
Untuk saat ini belum ada perubahan atau perkembangan dari pasien
L. Edukasi
Keluarga dianjurkan untuk selalu membalikkan badan pasien ke kiri dan kanan serta
menggerakkan lengan dan tungkai pasien.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Infark (bahasa Latin: infarcire) adalah nekrosis iskemik pada satu tempat di otak, karena
perubahan sirkulasi darah, atau kurangnya pasokan oksigen. Infark biasanya terjadi karena
penyumbatan aliran pembuluh nadi dan kadang bisa terjadi pada pembuluh darah balik. Pons
adalah struktur yang terletak di batang otak, dinamai kata Latin untuk "jembatan" atau anatomi
abad ke-16 Italia dan ahli bedah Costanzo Varolio (pons Varolii). Adalah kranial ke medulla
oblongata, ekor ke otak tengah, dan ventral ke cerebellum.
Infark Pons adalah penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark
pada pons dan medulla oblongata.
Stroke iskemik adalah Infark otak fokal yang menyebabkan defisit neurologis mendadak
lebih dari 1 jam. Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena adanya hambatan atau
sumbatan pada pembuluh darah otak yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut tidak
mendapatkan pasokan energi dan oksigen, sehingga pada akhirnya jaringan sel-sel otak di daerah
tersebut mati dan tidak berfungsi lagi.
Adapun modalitas fisioterapi yang bisa diberikan adalah IR (Infra Red), Passive ROM
exercise, PNF (Propioceptif Neuromuscular Facilitation), streatching exercise dan positioning.
DAFTAR PUSTAKA
Burnside JW, McGlynn TJ. Diagnosis fisik. Edisi 17. Jakarta:EGC;2003.hal. 267-83.
Bickley LS, Szilagyi PG. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.edisi 8.
Jakarta:EGC;2009. Hal. 166-290.
Junadi,Purnawan, Kapita selekta kedokteran, Jilid ke II, Penerbit FKUI, Jakarta. 2005.h. 17-
26.
Aliah A, Kuswara F.F, Limoa RA, Wuysang. Gangguan Peredaran Darah Otak. Dalam:
Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2003:79-102
Price SA, Wilson LM . Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Volume 2. Edisi
6. Jakarta: EGC; 2005. Hal.966-71.
McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis and treatmen. International
Edition. USA:McGraw-Hill Companies; 2008. Hal 975-80.
Fauci AS, et al. Harrison’s principles of internal medicine.Edisi 18. USA: McGraw-Hill
Companies; 2011. Hal. 3270-99.