Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara Yang Berpenduduk muslim terbesar di


dunia. Dalam pengamalan ajaran Islam Zakat memiliki peran penting sebagai
elemen penunjang dakwah islamiyah dan pembangunan umat. Tujuan dan hikmah
zakat sebagai pranata keagamaan memiliki kaitan secara fungsional dengan upaya
pemecahan masalah kemiskinan dan ketimpangan sosial.Potensi dana umat Islam
yang terkumpul dari zakat merupakan solusi alternative yang dapat
didayagunakan bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan di Indonesia dan
pemberdayaan ekonomi umat, yang tidak dapat terpecahkan dan teratasi hanya
dengan dana APBN yang berasal dari penerimaan pajak maupun hutang luar
negeri.Zakat yang dikelola dengan system dan menejemen yang amanah,
professional dan intregrated, dapat menjadi pamacu gerak ekonomi dalam
masyarakat, sehingga makin berkurangnya kesenjangan antar Kelompok
masyarakat yang mampu dan kelompok yang miskin.

Dalam konteks Islam apabila sistem zakat dapat dijalankan secara baik dan
benar, maka tidak ada orang atau kelompok masyarakat yang menderita sementara
sebagian yang lain hidup berkemakmuran dan kemewahan. Semangat yang ingin
ditanamkan dalam Islam kepada seluruh manusia melalui ajaran zakat, yaitu
semangat untuk berusaha dan memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat
(umat).Untuk itu pendayagunaan zakat perlu diarahkan dan difokuskan sebagai
salah satu instrument dalam pemberdayaan ekonomi dan kehidupan masyarakat
(umat). Perkembangan Zakat Dari masa kemasa Zakat merupakan guru
perekonomian Islam yang sejak lama telah diSyariatkan dan dikembangkan sejak
zaman Rasulullah SAW.
Selain itu Zakat, di samping sebagai rukun Islam yang ketiga, bagian dari
ibadah mahdah kepada Allah SWT, juga ibadah maliyah iztimaiyah yang
memiliki berbagai fungsi sosial yang sangat strategis dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan umat. Secara empirik, hal ini pernah terbukti dalam sejarah pada
masa Khalifah Umar bin Abdul Azis. Ketika itu, zakat dikelola oleh para petugas
(amil zakat) yang amanah dan profesional, di bawah kendali pemerintah yang adil
dan bertanggung jawab, ternyata mampu meningkatkan kesejahteraan umat dan
meminimalisir hal-hal yang berkaitan dengan kemiskinan.
Namun demikian, permasalahan zakat yang dihadapi saat ini sangat
kompleks, dari mulai masih adanya sebagian orang yang belum mempunyai
kesadaran membayar zakat, distribusi zakat yang belum tertata rapi,
sistem pengelolaan model zakat. Sehingga, perlu adanya strategi untuk menyiasati
adanya masalah-masalah tersebut.
Dalam suatu organisasi, strategi menjadi sesuatu yang penting untuk
mempertajam terealisasinya sebuah tujuan. Karenanya, dalam profil BAZNAS
kota Sangatta tercantum tujuh point strategi setelah visi dan misi.
Dari permasalahan tersebut, pemakalah akan membahas permasalahan
strategi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kota Sangatta dalam
peningkatkan jumlah Muzakki untuk menunaikan zakat, dan sejauh mana
pencapaianya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi yang digunakan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Kota Sangatta?.
2. Sejauh mana strategi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Sangatta
dalam meningkatkan jumlah muzakki?.

C. Tujuan
 Mengetahui Bagaimana strategi yang digunakan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kota Sangatta dalam meningkatkan jumlah Muzakki
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Zakat

Zakat merupakan ibadah maaliyyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi


sangat penting, strategis, dan menentukan baik dilihat dari sisi ajaran islam
maupun sisi pembangunan kesejahteraan ummat. Dalam hal ibadah, zakat
termasuk rukun Islam yang ke-tiga dari lima rukun Islam. Karena itulah khalifah
Abu Bakar ash-Shidiq memerangi orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat.
Ketegasan sikap ini menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah
suatu kedurhakaan yang bisa memunculkan kemaksiatan lain.

Menurut Prof. Didin Hafidhudin dalam buku yang berjudul Zakat Dalam
Perekonomian Modern bahwa, salah satu sebab belum berfungsinya zakat sebagai
instrumen pemerataan dan belum terkumpulkan zakat secara optimal di lembaga-
lembaga pengumpul zakat, karena pengetahuan masyarakat terhadap harta yang
wajib dikeluarkan zakatnya masih terbatas pada sumber-sumber konvensional
yang secara jelas dinyatakan dalam al-Quran dan Hadits dengan persyaratan
tertentu. Oleh karena itu, salah satu pembahasasn yang penting dalam fiqih zakat
adalah menentukan sumber-sumber harta yang wajib dikeluarkan zakatnya (al-
amwaal az-zakawiyyah) apalagi bila dikaitkan dengan kegiatan ekonomi yang
terus berkembang dari waktu ke waktu.

Sementara itu, terjadi perkembangan yang menarik di Indonesia bahwa


pengelolaan zakat kini memasuki era baru yaitu dikeluarkanya regulasi atau
undang-undang oleh pemerintah yang berkaitan dengan zakat, sekaligus berkaitan
dengan pajak. Regulasi tersebut adalah Undang-undang No 38 tahun 1999 tentang
Pengelolaan zakat, keputusan menteri agama No 581 tahun 1999, dan keptusan
direktur jendreal bimbingan masyarakat dan urusan haji no D/ tahun 2000 tentang
pedoman tehnis pengelolaan zakat serta undang-undang no 17 no 2000 tentang
perubahan ketiga undang-undang no 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan.

B. Pengertian Zakat

Pengertian zakat ditinjau dari segi bahasa, zakat mempunyai banyak arti
yaitu, al-barakatu yang artinya keberkahan, al-nammaa yang artinya
pertumbuhan dan perkembangan, at-thaharatu yang artinya kesucian, dan as-
shalaahu artinya keberesan.
Secara istilah, Didin Hafidhudin menjelaskan, meskipun para ulama’
mengemukakan dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dan lainya, akan
tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu, bahwa zakat adalah bagian dari harta
dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT. Mewajibkan kepada pemiliknya,
untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu
pula.

Sedangkan Departemen Agama Republik Indonesia memberikan


pengertian Infak dan Shadakah ialah harta benda/jasa kekayaan yang melebihi
kebutuhan seseorang dan atau badan perusahaan, baik yang beragama Islam
ataupun bukan beragama Islam yang dikeluarkan untuk kebajikan dan
kemaslahatan masyarakat, tanpa ada ketentuan mengenai nishab dan haulnya.

Adapun persyaratan harta yang wajib dizakatkan itu, antara lain sebagai
berikut: Pertama, al-Milk at tam yang berarti harta itu dikuasai secara penuh dan
dimiliki secara sah, yang didapat dari usaha, bekerja, warisan, atau pemberian
yang sah, dimungkinkan untuk diambil manfaatnya, atau kemudian disimpan. Di
luar itu, seperti hasil korupsi, kolusi, suap, atau perbuatan tercela lainnya, tidak
sah dan tak akan diterima zakatnya. Kedua, an-Namaaadalah harta yang
berkembang jika diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang misalnya
harta perdagangan, peternakan, pertanian, deposito mudhorobah, usaha bersama,
obligasi dan lain sebagainya. Ketiga, telah mencapainishab, harta itu mencapai
ukuran tertentu. Misalnya untuk hasil pertanian telah mencapai jumlah 653 kg,
emas/perak telah senilai 85 gram, perdagangan telah mencapai 85 gram emas,
peternakan sapi telah mencapai 30 ekor, dan sebagainya. Keempat, telah mencapai
satu tahun (haul), untuk harta-harta tertentu, misalnya perdagangan. Akan tetapi,
untuk tanaman dikeluarkan zakatnya pada saat memanen.

Al-Qur’an memperingatkan orang-orang beriman untuk menafkahkan


(menginfaqkan) kekayaan mereka sebelum waktu berlalu. Mereka diperintahkan
untuk berbuat baik pada orang lain sebelum terlambat. Peringatan ini terdapat
dalam surat al-Baqoroh ayat ke 254: Hai orang-orang yang beriman,
belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan
tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.

Dalam ayat tersebut, terdapat kata anfiqu yang merupakan bentuk perintah (fiil
amr) dari anfaqo yang berarti menurut Didin Hafidhuddin sebagai berikut :

Mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut


terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan / penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam. Jika zakat ada nishabnya, infak tidak mengenal nishab. Infak dikeluarkan
oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah,
apakah dia di saat lapang maupun sempit. (surat al-Imran : 134) Jika zakat harus
diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf) maka infak boleh diberikan kepada
siapa pun juga, misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya (al-
Baqoroh : 215).

C. Hikmah Zakat

Zakat adalah ibadah yang mengandung hikmah dan manfaat yang sangat besar
dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat (muzakki), orang
yang menerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi
masyarakat secara keseluruhan. Hikmah tersebut lebih jelasnya tersimpul sebagai
berikut ;

1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmatnya,


menumbuhkan ahlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus, materialistis, menumbuhkan ketenangan
hidup, sekaligus membersihkan den mengembangkan harta yang dimiliki.
2. Menolong fakir miskin kearah yang lebih baik, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidup yang layak, dapat beribadah kepada Allah SWT,
terhindar dari kekuduran, sekaligus menghilangkan sifat dengki.
3. Sebagai pilar amal bersama antara orang-orang kaya dan para mujahid yang
seluruh hidupnya digunakan untuk berjihad dijalan Allah SWT.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang
harus dimiliki umat islam sperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial,
dan ekonomi. Selain itu sebagai sarana pengembangan kualitas sumber daya
manusia (SDM).
5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat bukanlah
membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan hak orang lain dari
harta yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan
ketentuan Alah SWT.
6. Mendorong ummat agar mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki
harta kekayaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan
keluarganya. Sesungguhnya, dengan adanya pengelolaan zakat akan dapat
membuka lapangan kerja yang luassekaligus penguasaan aset-aset oleh umat
islam.
7. Sebagai instrumen pemerataan pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik
dapat membangun pertumbuhan ekonomi suatu bangsa atau negara sekaligus
pemerataan pendapatan, economic with equity.
Didin Hafidudin mengutip Monzer Kahf menyatakan, zakat dan sistem
pewarisan islam cenderung kepadadistriibusi harta yang egaliter dan bahwa
sebagai manfaat dari zakat, harta akan selalu beredar atau berputar.

Zakat adalah sumber utama kas negara, dan sekaligus merupakan sokoguru
dari kehidupan ekonomi yang dicanangkan Al-Qur;an. Zakat akan mencegah
terjadinya akumulasi harta pada satu tangan dan pada saat yang sama mendorong
untuk melakukan investasi dan mempromosikan distribusi. Zakat juga
merupakan institusi yang komprehensif untuk distribusi harta karena hal ini
menyangkut harta setiap muslim secara praktis, saat hartanya sampai melewati
nishab. Akumulasi harta di tangan seseorang atau sekelompok orang kaya
saja secara tegas dilarang Allah SWT, sebagaimana dala Al-Qur’an al-Hasyr : 7

D. Sumber-sumber Zakat

Ajaran Islam selalu menetapkan standar umum pada setiap kewajiban yang
dibebankan pada umatnya, dalam penetapan harta menjadi sumber atau obyek
zakat pun terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila harta seorang
muslim tidak memenuhi salah satu ketentuan, misalnya belum
mencapai nishab, maka harta tersebut belum menjadi sumber atau obyek yang
wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Meski demikian , ajaran Islam telah membuka
pintu yang sangat longgar yang dapat dilakukan setiap muslim dalam dalam setiap
situasi dan kondisi yaitu, infak dan sedekah.

Adapun persyaratan harta yang menjadi sumber-sumber atau obyek zakat


adalah sebagai berikut ;

a. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Artinya
harta yang haram baik substansi benda maupun cara mendapatkanya tidak
dapat dikenakan kewajiban zakat, karena Allah tidak akan menerimanya. Hal
ini dijelaskan dalam surah al-Baqarah : 267, : 188, dan an-Nisaa’ : 29.
b. Harta tersebut harus berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan,
seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan, pembelian saham, atau
ditabungkan, baik melalui sendiri maupun pihak lain. Sebaliknya, harta yang
tidak berkembang atau tidak berpotensi untuk berkembang maka tidak
dikenakan kewajiban zakat.
c. Milik penuh, artinya harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaan
pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa, harta itu berada di
tangan pemiliknya, di dalamnya tidak tersangkut hak orang lain, dan pemilik
harta dapat menikmatinya.
d. Mencapai nishab, harta tersebut menurut jumhur ulama sudah mencapai
nishab, yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena wajib zakat.
Adapun contoh nishab yaitu ; nishab zakat emas 85 gram, nishab zakat ternak
kambing 40 ekor, dan sebagainya.
e. Dalam tenggang satu tahun, artinya sumber-sumber zakat tertentu seperti
perdagangan, peternakan, emes dan perak, harus sudah berada atau dimiliki
ataupun diusahakan oleh muzakki dalam tenggang waktu satu tahun.
Sedangkan untuk zakat pertanian harus dikeluarkan setiap panen.
f. Setelah terpenuhi kebutuhan pokok, sebagian ulama mazhab Hanafi
mensyaratkan bahwa kewajiban mengeluarka zakat setelah terpenuhi
kebutuhan pokok, atau dengan kata lain, zakat dikeluarkan setelah terpenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari yang terdiri atas kebutuhan sandang, pangan, dan
papan.

E. Pengelolaan Zakat

Suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang baik untuk mewujudkan


tujuan. Untuk itu diperlukan pengelolaan zakat secara profesional dan
bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam
hal ini pe gelolaan zakat di Indonesia haruslah sesuai dengan praturan perundang-
undangan yang berlaku.

1. Regulasi Pengelolaan Zakat

Dalam Lembaran Negara, Undang-Uundang Republik Indonesia No 38 Tahun


1999 Tentang Pengelolaan Zakat telah dikemukakan secara eksplisit tentang harta
yang termasuk dalam obyek zakat. Sementara dalam Undang-Undang Tentang
Pajak No 17 No 2000 pasal 9 ayat (1) dikemukakan bahwa, untuk menentukan
besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap tidak boleh dikurangkan ; (g) harta yang dihibahkan, bantuan atau
sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) hurus a
dan b, kecuali zakat atas penghasilan nyata-nyata dibayarkan wajib pajak, orang
pribadi pemeluk agama Islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri yang
dimiliki oleh pemeluk agama islam kepada Badan Amil Zakat (BAZ) atau
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah.

Terkait dengan regulasi tentang zakat yang di terbitkan oleh pemerintah,


Arifin an-Nakhrawie dalam bukunya yang berjudul Sucikan Hati Dan bertambah
Rizki Dangan Zakat, mengutip Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa, negara
berkewajiban dan bertanggung jawab dalam pengelolaan zakat. Hal ini didasarkan
pada beberapa alasan, yaitu ;

a. Banyak yang telah mati jiwanya, buta mata hatinya, tidak sadar akan
tanggung jawabnyaterhadap orang fakir yang mempunyai hak milik yang
tersimpan dalam harta benda mereka.
b. Untuk memelihara hubungan baik antara muzakki dan mustahik, menjaga
kehormatan dan kehormatan para mustahik. Dengan mengambil haknya dari
pemerintah mereka terhindar dari perkataan menyakitkan dari phak pemberi.
c. Agar pendistribusianya tidak kacau, semerawut, dan salah atur,. Bisa saja
seorang atau sekelompokorang fakir miskin akan menerimah jatah
yangberlimpah ruah, sementara yang lainya lebih menderita, tidak mendapat
jatah zakat sama sekali.
d. Agar ada pemerataan dalam pendistribusianya, bukan hannya sebatas pada
orang-orang miskin dan mereka yang dalam perjalanan, namun pada pihak
lain yang berkaitan erat dengan kemaslahatan ummat.
e. Zakat merupakan dana terpenting dan permanen yang dapat membantu
pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam mengayomi dan
membawa rakyatnya dalam kemakmuran dan keadilan yang beradab.

Akan tetapi, pada realisasinya ada saja permasalahan yang timbul jika zakat
harus sepenuhnya ditangani langsung oleh pemerintah, terlebih lagi pemerintah
sendiri juga menetapkan adanya pajak yang wajib dibayar bagi semua rakyat.

Diantara permasalahan yang timbul adalah, apakah pembayaran zakat


nantinya bisa menggantikan pembayaran pajak, atau saat ummat islam sudah
membayar zakat masih dibebani oleh pembayaran pajak untuk negara?. Sehingga,
adanya permasalahan pengelolaan zakat tersebut perlu di musyawarahkan lebih
lanjut secara mendalam oleh pihak pemerintah, Ulama, dan tokoh masyarakat.

2. Organisasi Pengelolaan Zakat

Untuk memahami ta’rif Lembaga Pengelola Zakat, penulis memilah terlebih


dahulu satu kata yang perlu didefinisikan yakni lembaga. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata lembaga didefinisikan sebagai ‘asal yang akan menjadi
sesuatu’; ‘bentuk’ yakni sesuatu yang memberi rupa, wujud kepada orang lain;
‘badan atau organisasi yang bertujuan melakukan sesuatu penelitian atau
melakukan sesuatu usaha’, dan pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas
interaksi sosial berstruktur di suatu kerangka nilai yang relevan.

Adapun lembaga yang dimaksud adalah sarana (organisasi) untuk mencapai


suatu tujuan tertentu dalam hal ini lembaga yang dapat mewujudkan kesejahteraan
ummat melalui instrumen zakat, infak dan sedekah. Bentuk dari lembaga ini
menurut Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 581 Tahun 1999
Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Zakat yakni Badan Amil Zakat yang disingkat dengan BAZ,
Lembaga Amil Zakat yang disingkat dengan LAZ serta Unit Pengumpulan Zakat
yang disingkat dengan UPZ. Dalam Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 dijabarkan
pengertian ketiga bentuk lembaga pengelola zakat sebagai berikut :

Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan :

1. Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh
pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas
mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan
ketentuan agama
2. Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya
dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di
bidang da'wah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam.
3. Unit Pengumpulan Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh badan
amil zakat untuk melayani muzakki, yang berada pada desa/kelurahan,
instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar
negeri.
BAB III
STRATEGI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA
SANGATTA DALAM PENINGKATAN JUMLAH MUZAKKI

Badan Amil Zakat Nasional Kota Sangatta yang semakin dikenal


masyarakat di daerah kabupaten Kutai Timur khususnya kota Sangatta. Hal itu
tidak terlepas dari peran pengurus dan strategi yang digunakan untuk mewujudkan
tujuan yang tertulis dalam missi dan vissi Baznas kota Sangatta.

A. Kondisi Obyaktif Badan Amil Zakat Kota(BAZ) Kota Sangatta

Selayang Pandang, Dalam Profil BAZNAS Kota Sangatta.

Mari membayangkan kota Sangatta di tahun 2021. Sebuah harapan tentang


kota zakat yang sekarang di cita-citakan, tengah terwujud di tengah masyarakat.
Masjid telah menjadi sentrum aktivitas ummat. Karenanya, jumlah zakat, infaq,
dan shadaqah terhimpun dalam angka fantastis . ini yang menjadi indikator kuat
bahwa konsep iman dan taqwa ummat islam tidak lagi wacana , tetapi juga telah
tergambar dalam keseharian

Inilah pula yang kemudian menjadikan ummat berdaya secara ekonomi.


Akses para dhuafa kelayanan kesehatan dan pendidikan , jadi jauh lebih mudah.
Pun dengan kesempatan yang sangat luas dan mudah, bagi para dhuafa untuk
mengakses permodalan dalam rangka membuka kesempatan dan jalan keluar dari
siklus kemiskinan. Ketika terjadi bencana, langkah-langkah penanganan pun
berlangsung secara cepat dan tempat. Sebuah peradaban baru tengah menjalar di
tengah aktivitas ummat islam kota Sangatta, peradaban madani.

Gambaran di atas bukan sebuah harapan dan mimpi tidak berpijak. Karena
sejak mimpi dan harapan kota zakat di kumandangkan, sejak itu pula BAZNAS
kota Sangatta bergerak dengan sejumlah langkah untuk terus mendekatkan mimpi
itu menjadi kenyataan. Sejak awal, baznas kota Sangatta memahami untuk
mendorong mimpi itu menjadi kenyataan, akan tetapi BAZNAS kota Sangatta
tidak dapat bergerak sendiri perlu langkah sinergi dari berbagi pihak seperti dinas
di lingkungan pemerintah kota Sangatta. Maka, sejak awal pula, BAZNAS kota
Sangatta terus berdialog dengan berbagi pihak tersebut untuk terus bersinergi
dalam upaya mendorong mimpi itu menjadi kenyataan.
B. Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Sangatta

Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, BAZNAS Kutai
Timur menjalankan sesuai dengan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan,
kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.

Zakat yang dikelola dengan baik dan progessional dapat meningkatkan


potensi ekonomi yang luar biasa. Zakat merupakan solusi bagi pemecahan
masalah sosial dan ekonomi di tengah masyarakat. Upaya mengangkat martabat
kaum yang disebut juga dhuafa selain menjadi tanggungjawab keagamaan
masyarakat sudah tentu terutama menjadi tanggungjawab kita bersama.

Untuk mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Kutai Timur diperlukan


langkah-langkah strategis untuk bisa menekan angka kemiskinan tsebu. Salah satu
pintu untuk membantu mengurangi angka kemiskinan tersebut adalah melalui
gerakan sadar zakat yang dibarengi dengan pengelolaan yang profesional sehingga
dipercya oleh masyarakat. Jika pengelolaan zakat tersebut dimaksimalkan akan
sangat membantu masyarakat miskin.

C. Visi, Misi, dan Strategi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota
Sangatta

Visi

“TERWUJUDNYA BAZNAS KUTIM YANG MAJU, AMANAH,


PROFESIONAL DAN TRANSPARAN YANG DIPERCAYA MASYARAKAT,
MEMPUNYAI KEMAMPUAN DAN INTEGRITAS SESUAI DENGAN
SYARIAT DALAM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQAH
TAHUN 2016-2021”

Misi

1. Meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam upaya


mewujudkan kesejateraan dan keadilan sosial.
2. Meningkatka kesadaran umat untu berzakat melalui Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Kutai Timur.
3. Meningkatkan fasilitas pelayanan kepada Mustahiq dan Muzaki.
4. Meningkatkan management pengelolaan Zakat, Infaq, shodaqah yang
Transparan, Akuntabel, Responsif, Terintegrasi serta dapat di percaya
Masyarakat.
5. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat infaq bagi kesejateraan
masyarakat.
6. Menjadikan Mustahiq menjadi Muzaqi.

Program Pengumpulan

Tujuan utama program ini adalah meningkatnya pengumpulan zakat infaq


Shodaqoh, dengan kegiatan prioritas:

1. Pendataan dan pemetaan potensi zakat infaq:


2. Pendataan muzakki munfiq;
3. Menyediakan fasilitas untuk memudahkan muzakki munfiq dalam
melaksanakan zakat infaq;
4. Mengadakan kerjasama dengan lembaga keuangan.

Pendistribusian

Tujuan utama program ini adalah meningkatkan pentasyarufan zakat, infaq,


shodaqah sesuai tuntutan syar’i dengan kegiatan prioritas:

1. Pendataan dan pemetaan mustahiq se-Kabupaten Kutai Timur


2. Menyelenggarakan pentasyarufan yang terukur baik dari segi kwalitas
maupun kwantitas
3. Mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Kutai Timur
4. Menyelenggarakan pentasyarufan tepat waktu dan tepat sasaran

Ketua BAZNAS Kota Sangatta : Harun Rsoyid. S.Ag


D. Program Kerja dan Layanan (BAZNAS) Kota Sangatta

a. Program Kutim Cerdas

- Guru Ngajiku

Pemberian santunan bagi guru ngaji dhuafa yang telah secara sukarela
mendedikasikan hidupnya untuk mengajarkan Al-quran pada warga kota Sangatta.

- Beasantri

Merupakan pemberian beasiswa bagi para santri yang khusus berasal dari kota
Sangatta. langkah ini diharapkan untuk memperkokoh dakwah islam di kota
Sangatta dengan menciptakan generasi Qur'ani.

- Beastudi

Mempermudah akses dhuafa terhadap layanan terhadap layanan pendidikan


adalah salah satu langkah yang diyakini akan membuka kesempatan bagi dhuafa
untuk keluar dari kemiskinan. rumusan ini pula yang mendorong BAZNAS Kota
Sangatta melahirkan kota pendidikan.

Salah satu aktifitas rutin yang dilakukan adalah penyeleksiaan dan penyaluran
beasiswa ini diberikan untuk memperbantu para pelajar ditingkat SMP, SMA, dan
SMK/MA dari kalangan dhuafa untuk memastikan proses pendidikan tetap
berlanjut di tengah keterbatasan ekonomi.

b. Program Kutim Peduli

- Kaum Duafa

Kaum Duafa adalah program dimana BAZNAS membantu mustahik yang


kurang mampu dalam kehidupannya untuk memenuhi kebutuhan, berupa bantuan
sembako, dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh BAZNAS

c. program Kutim Sehat

- Kutim Sehat

Program Kutim Sehat diawali tahun 2016 dengan tantangan yang tidak ringan.
Tantangan itu adalah besarnya jumlah pengajuan yang masuk ke BAZ Kota
Sangatta. Program Kutim Sehat merupakan program yang membantu pasien
dhuafa untuk membayar sisa biaya rumah sakit yang sebelumnya dibantu oleh
jamkesda.
E. Layanan (BAZNAS) Kota Sangatta

- Kalkulator Zakat
- Jemput Zakat
- Konfirmasi Zakat
- Registrasi Muzzaki

E. Strategi BAZNAS Dalam Meningkatkan Perolehan Zakat

Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim memiliki potensi


zakat luar biasa. Setiap tahun perolehan zakat Indonesia meningkat drastis. Pada
2011 pendapatan zakat Rp 1,7 triliun dan naik menjadi Rp 2,3 triliun pada
tahun 2012. Menurut Kepala Baznas, Prof. Didin Hafidhuddin, untuk tahun 2013,
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menargetkan perolehan zakat menyentuh
angka Rp 3 triliun, hal ini di ungkapkan oleh

Prof Didin memiliki empat strategi untuk terus melonjakkan nilai


pengumpulan zakat, yaitu ; pertama, sosialisasi dan edukasi berzakat melalui
badan harus semakin agresif. Masyarakat harus diberikan pengertian zakat itu
harus melalui badan karena lebih baik ketimbang individual atau langsung. Selain
itu hikmah zakat dan kegunaan zakat juga menjadi bagian sosialisasi itu.

Kedua, penguatan amil atau pekerja pengumpul zakat semakin berkualitas.


Selain sumber daya manusia yang baik juga penguasaan dan kepemilikan sistem
teknologi informasi yang baik. Penggunaan dana zakat yang efektif. Bahkan bisa
membuka lapangan pekerjaan. :Tak hanya fokus ke hal yang bersifat konsumtif
tapi juga produktif.

Ketiga, penggunaan dana zakat dengan transparan dan terbuka.


Setiap peneliti bisa meneliti penggunaan dana di Baznas.

Keempat, sinergi, atau bekerja sama dengan berbagai lembaga, baik


pemerintahan maupun swasta.

1. Komunikasi Politik Sebagai Penguatan Zakat Kota Sangatta

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pembangunan zakat daerah


adalah kondisi politik yang terjadi di daerah tersebut. Konstelasi dan konfigurasi
politik regional selama ini telah banyak memberikan warna dan dinamika dalam
sejarah pengelolaan zakat di Indonesia. Terkadang memberikan dampak positif,
namun di sisi lain dapat pula memberikan dampak negatif. Pada kenyataannya,
kondisi politik regional ini sangat ditentukan oleh komitmen, dukungan, dan
perilaku politik yang ditunjukkan oleh kepala daerah dan DPRD setempat.

Menurut Irfan Syauqi Beik dalam artikel yang berjudul Politik Regional dan
Penguatan Zakat Daerah menyebutkan, ketika dukungan kepala daerah dan DPRD
sangat kuat, maka pembangunan zakat akan terakselerasi dengan baik. Terjadi
peningkatan jumlah zakat yang berhasil dihimpun dan peningkatan ‘coverage’
penyaluran zakat, baik dari sisi jumlah mustahik maupun cakupan wilayah
penyalurannya. Sebaliknya, lemahnya dukungan kepala daerah dan DPRD akan
berdampak pada lemahnya institusi zakat yang ada, sehingga potensi instrumen
zakat menjadi tidak optimal. Kondisi ini mengakibatkan ketidakseragaman kinerja
pengelolaan zakat di daerah, baik pada tingkat provinsi maupun tingkat
kabupaten/kota.

Untuk itu, perlu dilakukan komunikasi politik yang efektif dengan para
pemimpin di daerah, agar tercipta kondisi yang mendukung pembangunan zakat.
Komunikasi ini dititikberatkan pada dua aspek utama. Pertama, aspek manfaat
atau benefit terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Kedua, aspek
regulasi atau perundang-undangan, dimana setiap daerah dituntut untuk
melaksanakan segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku di negara ini
tanpa kecuali.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Zakat merupakan ibadah maaliyyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi sangat


penting, strategis, dan menentukan baik dilihat dari sisi ajaran islam maupun sisi
pembangunan kesejahteraan ummat. Oleh karena itu, mengingat pentingnya zakat
baik ditinjau dari sisi ibadah maupun manfaat bagi masyarakat, maka perlu
pengelolaan organisasi secara baik. Manajemen pengelolaan yang baik diperlukan
Visi, Misi, dan Strategi yang baik sebagai pedoman yang teraarah untuk mencapai
sebuah tujuan.

Badan Amil Zakat Nasional Kota Sangatta diikenal Seluruh Masyrakat


Kabupaten Kutai Timur. Hal itu tidak terlepas dari strategi yang digunakan
Baznas kota Sangatta untuk meningkatkan perolehan zakat. Adapun strategi yang
telah digunakan Baznas kota Sangatta yaitu ;

- Menggencarkan da’wah yang membangkitkan kesadaran berzakat, berinfaq,


bershodaqoh, dan berwakaf baik secara langsung maupun melalui pemanfaatan
media massa dan sosial.

- Menggalang dukungan dan sinergitas antara pemerintah, kalangan dunia usaha,


dan kaum professional, lembaga ssial islam untuk mengoptimalkan penarikan
zakat, infaq dan shodaqoh.

- Membentuk jaringan relawan penggerak kesadaran berzakat, berinfaq dan


bershodaqoh dari kalangan generasi muda Islam.

- Meningkatkan kapabilitas Pengelola zakat melalui pendidikan dan pelatihan.

2. Saran

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kita semua, hususnya
bagi penulis sendiri. Penulis sadar makalah ini jauh dari kesempunaan, untuk itu
kritik dan saran sangat dibutuhkan dari semua pihak guna menambah wawasan
keilmuan penulis itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Abdad, Zaini, lembaga perekonomian ummat di dunia islam, Angkasa, bandung,


2003

An-Nakhrawi, Asrifin, Sucikan Hati dan Bertambah Rizki Bersama Zakat, Delta
Prima Press, 2011.

Hafidhudin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Gema Insani, Jakarta,


2002.

Marthon, Said Sa’ad, Ekonomi Islam, Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Zikrul
Hakim, Jakarta, 2007.

Qodir, Abdurrachman, Zakat, Dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial, Raja


Grafindo Persada, Jakarta, 1998.

Qaradhawi, Yusuf, Spektrum Zakat, Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan,


Zikrul Hakim, Jakarta, 2005.

http://www.baznaskaltim.org/
http://pusat.baznas.go.id/posko-aceh/baznas-siapkan-strategi-kebangkitan-zakat/

Anda mungkin juga menyukai