Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH FILARIASIS

Disusun Oleh : TUTORIAL B2

Tika Hamidah 1510211092


Yulia Widiastuti 1510211026
Jihan Nabila Regar 1510211158
Alisya Nurulita Eka Putri 1510211160
Rahmalia Dewi Fitriani 1510211013
Novita Mardiyati zain 1510211046
Raja Patar Evan 1510211051
Dias Puspitaning Mawarni 1510211055
Mulia Firza Almuzaki 1510211090
Rizqi Fawazullah 1510211122

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

1
FILARIASIS

Definisi

Infeksi yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti.

Epidemiologi

Filariasis tersebar luas di daerah yang beriklim di seluruh dunia. Banyak di pedesaan, tapi bisa juga
diperkotaan. Banyak menyerang usia dewasa muda, sosial-ekonomi rendah, dan pria.

Etiologi

Filariasis disebabkan salah satunya oleh nematoda jaringanWuchereria bancrofti, dari filum
nematoda dan kelas phasmidia.

Parasitologi

Ukuran dan bentuk cacing dewasa (makrofilaria) betina adalah 65 – 100 mm x 0,25 mm dengan
bentuk halus seperti benang, dan berwarna putih susu. Sementara makrofilaria jantan berukuran 40
mm x 0,1 mm dengan bentuk ekor melingkar. Cacing betina dewasa menghasilkan 50.000
mikrofilaria setiap harinya. Mikrofilaria adalah larva imatur yang ditemukan di darah/kulit dan
mencapi tingkat infektif di dalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria memili ciri-ciri sebagai berikut : ukuran
250 – 300 mikron x 7 – 8 mikron; ruang kepala panjang sama dengan lebar; badan mempunyai inti
teratur; ujung ekor kosong; lekuk badan halus; dan memiliki sarung pucat.

Larva stadium I memiliki panjang 135 – 375 mikron, bentuk seperti sosis, ekor panjang dan lancip,
dan masa perkembangan ½ - 5 ½ hari. Larva stadium II memiliki panjang 310 – 1370 mikron, bentuk
lebih panjang dari stadium I dan gemuk, ekor panjang dan lancip, dan masa perkembangan 6 ½ - 9 ½
hari. Sementara larva stadium III memiliki panjang 1300 – 2000 mikron, bentuk langsing, ekor
mempunyai 3 papil bulat, dan masa perkembangan 9 ½ - 13 ½ hari.

2
Mikrofilaria hidup di dalam darah dan terdapat di aliran darah tepi terutama pada waktu malam hari
(periodisitas nokturna). Pada siang hari terdapat di kapiler organ-organ dalam (paru, ginjal, jantung,
dan lain-lain). Cacing dewasa jantan maupun betina hidup di saluran dan kelenjar limfe.

Terdapat 3 strain Wuchereria bancrofti

• Periodik nokturna
• Subperiodik diurna
• Subperiodik nokturna

Hospes

Hospes definitif parasit ini adalah manusia sementara hospes perantara/vektor adalah
nyamukAnopheles yang menggigit pada malam hari dan banyak terdapat di pedesaan, Culex yang
menggigit pada malam hari dan banyak di perkotaan, serta Aedes yang menggigit pada siang hari
dan banyak terdapat di pedesaan.

Siklus Hidup

3
Gejala Klinis

Gejala klinis disebabkan oleh mikrofilaria dan cacing dewasa baik yang hidup maupun yang mati.
Dibagi dalam beberapa stadium yaitu :

1. Stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis


• Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar limfe terutama daerah inguinal.
Pada pemeriksaan darah ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar ditambah
eosinofilia.Cacing dewasa akan menyumbat limfe dan menyebabkan dilatasi limfe
(limfaektasia). Jika jumlah cacing sangat banyak, akan mengakibatkan limfaektasia
intensif yaitu disfungsi sistem limfatik

2. Manifestasi akut / dengan peradangan


 Ditandai dengan demam tinggi, menggigil, lesu, sakit kepala, dan muntah. Limfangitis
dan limfadenitis lebih sering pada ekstremitas bawah, dapat mengenai alat kelamin dan
payudara. Berlangsung 3 – 15 hari dan bisa terjadi selama beberapa kali / tahun.

4
Limfangitis dapat meluas ke daerah distal dari kelenjar yang terkena tempat cacing ini
tinggal. Pada pria dapat terjadi funikulitis ditambah penebalan dan nyeri, epididimitis,
orkitis, pembengkakan skrotum, saluran sperma membengkak menyerupai tali serta
nyeri pada saat perabaan.

3. Manifestasi kronik / menahun / dengan penyumbatan


• Terjadi selama beberapa bulan – tahun, bervariasi dari ringan – berat dan diikuti dengan
berkembangnya penyakit obstruksi kronis akibat penurunan fungsi limfe. Gejalanya
adalah hidrokel, limfedema, elefantiasis yang mengenai seluruh lengan, testis, payudara,
vulva. Kadang terjadi “chyluria” yaitu urin berwarna putih susu trjadi akibat dilatasi
pembuluh limfe pada sistem ekskretori dan urin.

Tingkat limfedema tungkai :

• Tingkat 1 : edema pitting pada tungkai yang reversible bila tungkai diangkat.
• Tingkat 2 : edema pitting/non-pitting ireversible bila tungkai diangkat.
• Tingkat 3 : edema non-pitting, tidak dapat kembali normal bila tungkai diangkat, kulit
menebal.
• Tingkat 4 : edema non-pitting dengan jaringan fibrosis & verukosa pada kulit
(elefantiasis).

Manifestasi klinis lain yang mungkin muncul adalah hematuria, glomerulonefritis, monoarthritis
sendi lutut, kelumpuhan saraf, tenosynovitis, infeksi sekunder oleh bakteri.

Diagnosis

1. Diagnosis parasitologi dan imunologi


Ditemukan mikrofilaria dalam darah, cairan hidrokel, dan cairan “chyluria”. Pemeriksaan
menggunakan metode pewarnaan Giemsa atau Wright, dan sediaan darah tebal/tipis.
Pengambilan darah dilakukan pada malam hari setelah pukul 20.00. PCR dilakukan untuk
mendeteksi DNA parasit. ELISA dan ICT untuk deteksi antigen parasit yang bersirkulasi.

2. Diagnosis radiologik

5
USG Doppler di skrotum menggambarkan pergerakan aktif cacing (filaria dance sign). Selain
itu, dapat dilakukan limfoskintigrafi dengan menggunakan dextran atau albumin yang
ditandai dengan zat radioaktif, akan menunjukkan abnormalitas sistem limfatik .

Diagnosis Banding

• Infeksi bakteri
• Tromboflebitis
• Trauma
• Penyakit sistemik granulamatosa
• Sarkoidosis
• Lepra

Pengobatan

1. Perawatan umum
Pasien diharuskan istirahat di tempat tidur dan pindah tempat ke daerah yang lebih dingin.
Berikan antibiotik untuk infeksi sekunder dan abses. Lakukan pengikatan pada daerah
bendungan untuk mengurangi edema.

2. Pengobatan spesifik
Dalam mengobati infeksi, dapat digunakan Dietilcarbamazine (DEC) dengan dosis 6
mg/kgBB/hari slm 12 hari, dapat diulang 1 – 6 bln kemudian atau Ivermektin dosis tunggal
400 mg/kgBB atau Albendazol dosis tunggal 400 mg.

3. Pengobatan penyakit
Terapi bedah yang dapat dilakukan adalah limfangioplasti, prosedur jembatan limfe,
transposisi flap omentum, eksisi radikal dan graft kulit, anastomosis pembuluh limfe tepi ke
dalam, bedah mikrolimfatik. Untuk menangani chyluria perlu terapi nutrisi rendah lemak,
tinggi protein dan cairan, suplemen tambahan.

Pencegahan

6
Pencegahan individu berupa obat nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, dan penggunaan
insektisida. Pencegahan massal yaitu berupa 2 regimen obat albendazol 400 mg & ivermectin 200
mg/kgBB, dosis tunggal, per tahun atau DEC dalam bentuk garam 0,2 – 0,4 % selama 9 – 12 bulan.

Edukasi yang perlu diberikan kepada masyarakatan adalah pada ekstremitas yang terkena, cuci
dengan sabun dan air sebanyak 2 kali sehari, menaikkan tungkai yang terkena pada malam hari,
ekstremitas digerakkan teratur untuk melancarkan aliran, menjaga kebersihan kuku, memakai alas
kaki, dan mengobati luka kecil dengan krim antiseptik atau antibiotik.

Prognosis

Prognosis kasus dini dan sedang cukup baik. Namun untuk kasus lanjut dengan edema tungkai,
prognosis buruk.

Filariasis Brugia

7
Filariasis brugia adalah infeksi yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori

Epidemiologi

 B. malayi ditemukan di Asia, termasuk Indonesia


 B. timori hanya terdapat di Indonesia

Cara penularan

B. malayi ditularkan melalui vector nyamuk Anopheles jika di sawah dan nyamuk Mansonnia
yang banyak di rawa-rawa sedangkan B. timori melalui nyamuk Anopheles yang banyak di sawah,
pantai dan pedalaman

Etiologi

Perbedaan B. malayi B. timori


Makrofilaria Panjang: 2,2-2,3 cm Panjang: 2,1-3,3 cm
Lebar : 0,09 mm Lebar : 0,1 cm

Mikrofilaria Ruang kepala : panjang = 2 kali lebar Ruang kepala : panjang = 3 kali lebar
Lekuk badan : kaku Lekuk badan : agak kaku

Gambar

Gejala

- Demam 5-15 hari


- Adenolimfangitis yang hilang timbul
- Adenolimfangitis dapat menjadi bisul/abses pecah  menjadi scar/jaringan parut pada 1
kelenjar limfe (khas)

Pemeriksaan penunjang

8
1. Darah tepi : leukosistosis dan eosinofilia
2. Parasitologi : dengan pewarnaan Giemsa dan waktu pengambilan specimen pada malam hari
3. Serologi : untuk memeriksa antigen terhadap brugia (ELISA)
4. PCR : untuk deteksi DNA brugia

Terapi

1. Dietilkarbamezepin
Dosis : 6mg/kg BB/ hari selama 12 hari

2. Ivermektin
Dosis : 400 mg/kg BB

3. Albendazol
Dosis : 400 mg dosis tunggal setiap hari untuk 2-3 minggu

FILARIASIS (BRUGIA MALAYI)

9
Filariasis (penyakit kaki gajah) merupakan penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis
merupakan 1 dari 6 penyakit tropis mayor (malaria, shistosomiasis, filariasis, leishmaniasis,
trypanosomiasis).

Microfilaria
of B. malayi
Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis. Pada dasarnya gejala
klinis filariasis yang disebabkan oleh infeksi Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori adalah sama, tetapi gejala klinis akut tampak lebih jelas dan lebih berat pada infeksi
oleh Brugia malayi dan Brugia timori. Infeksi Wuchereria bancrofti dapat menyebabkan
kelainan pada saluran kemih dan alat kelamin, tetapi infeksi oleh Brugia malayi dan Brugia
timori tidak menimbulkan kelainan pada saluran kemih dan alat kelamin (Depkes RI, 2009d).

Gejala Klinis Akut


Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis yang disertai
demam, sakit kepala, rasa lemah dan timbulnya abses. Abses dapat pecah dan kemudian
mengalami penyembuhan dengan menimbulkan parut, terutama di daerah lipat paha dan
ketiak. Parut lebih sering terjadi pada infeksi Brugia malayi dan Brugia timori dibandingkan
dengan infeksi Wuchereria brancofti, demikian juga dengan timbulnya limfangitis dan
limfadenitis. Sebaliknya, pada infeksi Wuchereria brancofti sering terjadi peradangan buah
pelir (orkitis), peradangan epididimis (epididimitis) dan peradangan funikulus spermatikus
(funikulitis) (Depkes RI, 2009d).

10
Gejala Klinis Kronis
A. Limfedema
Pada infeksi Wuchereria brancofti terjadi pembengkakan seluruh kaki, seluruh
lengan, skrotum, penis, vulva, vagina, dan payudara, sedangkan pada infeksi Brugia, terjadi
pembengkakan kaki di bawah lutut, lengan di bawah siku dimana siku dan lutut masih
normal.
B. Lymph Scrotum
Adalah pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit skrotum, kadang-kadang pada
kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah dan cairan limfe mengalir keluar
dan membasahi pakaian. Ditemukan juga lepuh (vesicles) besar dan kecil pada kulit, yang
dapat pecah dan membasahi pakaian, ini mempunyai risiko tinggi terjadinya infeksi ulang
oleh bakteri dan jamur, serangan akut berulang dan dapat berkembang menjadi limfedema
skrotum. Ukuran skrotum kadang-kadang normal kadang-kadang sangat besar.
C. Kiluria
Kiluria adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah di ginjal
(pelvis renal) oleh cacing filaria dewasa spesies Wuchereria brancofti, sehingga cairan limfe
dan darah masuk ke dalam saluran kemih. Gejala yang timbul adalah air kencing seperti
susu, karena air kencing banyak mengandung lemak dan kadang-kadang disertai darah
(haematuria), sukar kencing, kelelahan tubuh, kehilangan berat badan.
D. Hidrokel
Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya cairan
limfe di dalam tunica vaginalis testis. Hidrokel dapat terjadi pada satu atau dua kantung
buah zakar, dengan gambaran klinis dan epidemiologis sebagai berikut :
1) Ukuran skrotum kadang-kadang normal tetapi kadang-kadang sangat besar sekali,
sehingga penis tertarik dan tersembunyi .
2) Kulit pada skrotum normal, lunak dan halus.
3) Kadang-kadang akumulasi cairan limfe disertai dengan komplikasi, yaitu komplikasi
dengan chyle (chylocele), darah (haematocele) atau nanah (pyocele). Uji transiluminasi
dapat digunakan untuk membedakan hidrokel dengan komplikasi dan hidrokel tanpa
komplikasi. Uji transiluminasi ini dapat dikerjakan oleh dokter puskesmas yang sudah
dilatih.

11
4) Hidrokel banyak ditemukan di daerah endemis Wuchereria bancrofti dan dapat
digunakan sebagai indikator adanya infeksi Wuchereria bancrofti (Depkes RI, 2009d).

Diagnosis
Pemeriksaan fisik merupakan cara diagnosis paling cepat dan murah dan dapat
digunakan dalam pelaksanaan rapid survey (Soeyoko, 2002). Untuk konfirmasi diagnosis
dipastikan dengan pemeriksaan (Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI, 2008) :

a. Diagnosis Parasitologi
Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau cairan
kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal dan teknik konsentrasi Knott. Pada
pemeriksaan hispatologi, kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai di saluran
dan kelenjar limfe dari jaringan yang dicurigai tumor. Deteksi biologi molekuler dapat
digunakan untuk mendeteksi parasit melalui DNA parasit dengan menggunakan reaksi rantai
polymerase (Polymerase Chain Reaction/PCR).

b. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar getah bening
inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak. Pemeriksaan ini
hanya dapat digunakan untuk infeksi filaria oleh Wuchereria bancrofti. Pemeriksaan
limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan zat
radioaktif menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik sekalipun pada penderita yang
asimptomatik mikrofilaremia.

c. Diagnosis Imunologi
Deteksi antigen dengan immunochromatographic test (ICT) yang menggunakan antibodi
monoklonal telah dikembangkan untuk mendeteksi antigen Wuchereria bancrofti dalam
sirkulasi darah. Deteksi antibodi dengan menggunakan antigen rekombinan telah
dikembangkan untuk mendeteksi antibodi subklas IgG4 pada filariasis brugia.

12
Brugia timori

Hospes dan nama penyakit

• Brugia timori hanya terdapat pada manusia.

13
• Penyakit yang disebabkan oleh B.timori disebut filariasis timori.

Distribusi geografik

• B.timori hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa
pulau kecil di Nusa Teanggara Timur.

Daur hidup dan morfologi

• Cacing dewasa jantan dan betina hidup di pembuluh limfe.

• Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu.

• Cacing betina berukuran 21-23 mm x 0,1 mm dan yang jantan 13-23 mm x 0,08 mm.

• Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung. Ukuran mikrofilaria B.timori 280-
310 mikron x 7 mikron.

• Periodisitas mikrofilia B.timori mempunyai periodik nokturna.

• B.timori ditularkan oleh nyamuk An.barbirostri.

• Daur hidup parasit ini cukup panjang, tetapi lebih pendek daripada W.bancrofti. Masa
pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3
bulan.

• Didalam tubuh nyamuk parasit ini mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang dari
larva stadium I menjadi larva stadium II dan III.

Patologi dan gejala klinis

• Stadium akut: ditandai dgn serangan demam dan peradangan saluran dan kelenjar limfe,
yang hilang timbul berulang kali.

• Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering
timbul setelah penderita bekerja berat diladang dan sawah.

• Limfadenitis biasanya berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh tanpa pengobatan.

• Kadang peradangan pada kelenjar limfe ini menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan
menimbulkan limfangitis retrograd, yang bersifat khas untuk filariasis.

• Peradangan pada saluran limfe ini dpat terlihat sebgain garis merah yang menjalar ke bawah
dan peradangan ini dapat pula menjalar ke jar. Sekitar, menimbulkan infiltrasi pd seluruh
paha atas

• Pd st. Ini tngkai bawah ikut membengkak & menimbulkan gejala limfodema

• Limfadenitis dpt berkembang jd bisul, pecah jadi ulkus

• Bila ulkus sembuh → jar. Parut

14
Limfadema biasanya hilang lg setelah gejala peradangan sembuh → elephantiasis

Enterobius vermicularis

Klasifikasi E. Vermicularis

• Enterobius vermicularis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

• Kingdom               :          Metazoa

15
• Philum                   :          Nemathelmintes

• Kelas                     :          Nematoda

• Sub kelas               :          Plasmidia

• Ordo                      :          Rhabditia

• Famili                    :           Oxyuroidea

• Genus                    :           Enterobius

•  Spesies                 :           Enterobius vermicularis

Morfologi telur E. Vermicularis

Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata 55 x 26 mikron). Telur
berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya
datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa lapisan
albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya.

Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 samapi 3
minggu, sesudah itu cacing betina akan mati.

Morfologi cacing E. Vermicularis

• Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar
dari pada yang jantan.

• Ukuran cacing jantan adalah 2-5 mm, cacing jantan mempunyai sayap dan ekor yang
melingkar seperti tanda tanya.

• Ukuran cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4mm, cacing betina mempunyai sayap , bulbus
esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing.

16
Siklus hidup E. Vermicularis

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif E. Vermicularis dan tidak diperlukan hospes
perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan melakukan
migrasi keluar melalui anus ke daerah : perianal dan perinium. Migrasi ini disebut Nocturnal
migration.

Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus, kemudian telur
melekat didaerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada
temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam.

Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang sampai menjadi
cacing dewasa gravid yang bermigrasi kedaerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2
bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat
ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.

17
Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan :

1. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection).

2. Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.

3. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh
karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus
penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa.

Epidemiologi

• Insiden tinggi di negara-negara barat terutama USA 35-41 %.

• Yang sering diserang yaitu anak-anak umur 5-14 tahun.

• Pada daerah tropis insiden sedikit oleh karena cukupnya sinar matahari, udara panas,
kebiasaan ke WC.

• Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik bagi
pertumbuhan telur.

Enterobiasis

• Enterobiasis adalah kejadian infeksi kecacingan yang diakibatkan oleh masuknya cacing
spesies Enterobiasis vermicularis pada tubuh manusia yang ditandai dengan timbulnya rasa
gatal daerah sekitar anus pada kasus infeksi berat.

18
Gejala

• Pruritus ani

• Berkurangnya nafsu makan

• Berat badan menurun

• Insomnia

Terapi dan pencegahan

• Pengobatan  enterobiasis efektif jika semua penghuni rumah juga di obati, infeksi ini dapat


menyerang semua orang yang berhubungan dengan penderita.

Obat pilihan 1

• Mebendazol

Dosis :

Bentuk sediaan tablet 100 mg dan sirop 20 mg/ml. Dewasa/anak-anak besar dari 2 tahun : 2
x 100 mg/hari selama 3 hari dan pengobatan dapat diulang dalam 2-3 minggu.

• Pirantel Pamoat

Dosis :

Bentuk sediaan : Sirop berisi 50 mg pirantel pamoat basa/mL, tablet 125 dan 250 mg. Dosis
tunggal dianjurkan 10 mg/kgBB dapat diberikan setiap saat tanpa dipengaruhi oleh makanan
dan minuman.

Obat Pilihan 2

• Albendazol

Dosis :

Dewasa/anak diatas 2 tahun : dosis tunggal 400 mg bersamaan dengan makanan.

Pencegahan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei teratur, ganti
celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah, potong kuku secara rutin,
hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu toilet dibersihkan dengan menggunakan
desinfektan.

Trichuris Trichiura

 Manusia adlh hospes cacing ini

19
 Penyakit yang di sebabkan trikuriasis

 Cacing bersifat kosmopolit, terutama ditemukan di daerah panas dan lembab seperti di
indonesia.

 Trichocephalus dispar (cacing cambuk)

P: 5 cm/4cm

Anterior langsing seperti cambuk, pnjang 3/5 dari panjang seluruh tubuh

Posterior > gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul, pd cacing jantan
melingkar dan terdapat satu spikulum.

Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan baian anterior (cambuk) msk ke
mukosa usus.

Seperti tempayang

Telur yg dibuahi dikeluarkan bersama tinja

Matang dlm waktu 3-6 mgg

Telur matang(telur yg berisi larva)

Hospes menelan telur matang

Larva keluar dr dinding telur danmsk ke dlm usus halus

 Gejala klinis

Cacing memasukan kepala ke mukosa usus, shingga menyebabkan iritasi dan Cacing ini jg
menghisap darah sehingga menyebabkan anemia

Pd infeksi berat, terutama anak , cacing tersebar di kolon dan rektum. Kadang terihat
direktum yg mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita.

 Tata Laksana

Albendazol 400 mg (dosis tunggal)

Mebendazol 100 mg (dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut)

20
21
22
Ascarislumbricoides
TAKSONOMI
Kingdom: Animalia
Filum: Nemathelminthes
Kelas: Nematoda
Subkelas: Secernentea
Ordo: Ascaridida
Superfamili: Ascaridoidea
Famili: Ascarididae
Genus: Ascaris
Spesies: Ascarislumbricoides

KARAKTERISTIK

• Ukurancacingdewasa

Jantan Panjang 15-30 cm, lebar 0,2-0,4cm

Betina Panjang 20-35cm, lebar 0,3-0,6cm

• Umurcacingdewasa 1-2 tahun

• Lokasicacingdewasa Usushalus

• Ukurantelur Panjang 60-70m, lebar 40-50m

• Jumlahtelur/cacingbetina/hari ± 200.000 telur

23
24
SIKLUS HIDUP

EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia prevalensiaskariasistinggi, terutamapadaanak. Frekuensinya 60-90%.
Tanah liat, kelembabantinggidansuhu 25O-30OC merupakankondisi yang
sangatbaikuntukberkembangnyatelurA.lumbricoidesmenjadibentukinfektif.
HOSPES
Manusiamerupakansatu-satunyahospesAscarislumbricoides.

GEJALA KLINIS
Gangguankarena larva biasanyaterjadi di paru. Pada orang yang
rentanterjadiperdarahankecil di dinding alveolus dantimbulgangguanpadaparu yang
disertaibatuk, demam, dan eosinophilia. Padafototorakstampak infiltrate yang
menghilangdalamwaktu 3 minggu. KeadaantersebutdisebutsindromLoefller.

25
Gangguancacingdewasabiasanyaringan.
Biasanyapenderitamengalamigangguanususringansepertimual, nafsumakanberkurang,
diareataukonstipasi.
Padaanakdapatterjadimalabsorpsi.
Efekseriusterjadibilacacingmenggumpaldalamusussehinggaterjadiobstruksi.

DIAGNOSIS
Selamafasepulmonalakanditemukan eosinophilia.
Diagnosis
ditegakkandenganmenemukantelurcacingpadatinjaataukarenacacingdewasakeluartubuhdan
ditemukandalamtinja.

PENGOBATAN
Cacinginiseringkaliberadadalamususmanusiabersamadengancacingtambang.
Piperazin. Merupakanobatpilihanutama, diberikandengandosissebagaiberikut:
BB 0-15 kg: 1 g sekalisehariselama 2 hariberturut-turut.
BB 15-25 kg: 2 g sekalisehariselama 2 hariberturut-turut.
BB 25-50 kg: 3 g sekalisehariselama 2 hariberturut-turut.
BB > 50 kg: 3½ g sekalisehariselama 2 hariberturut-turut.
ES: pusing, rasa melayangdangangguanpenglihatan.
Heksilresorsinol. Obatinibaikuntukinfestasicacingdalamusus.
Diberikansetelahpasiendipuasakanterlebihdahulu, kemudiandiberikan 1 g
disusuldenganpemberiamlaksanssebanyak 30 g MgSO4, yang diulangi 3 jam
kemudianuntuktujuanmengeluarkancacing.
PirantelPamoat. Obatinicukupefektifbiladiberikandengandosis 10mg/kgBB, maksimal 1 g. ES:
mual, diare, pusing, ruamkulit, dandemam.
Levamisol. Dosistunggal 150 mg.
Albendazol. Dosistunggal 400 mg.
Mebendazol. Dosis 100 mg 2 x sehariselama 3 hari.

PENCEGAHAN

26
 Mengadakankemotrapimassalsetiap 6 bulansekalididaerahendemikataupundaerah yang
rawanterhadappenyakitaskariasis.
 Memberipenyuluhantentangsanitasilingkungan.
 Melakukanusahaaktifdanpreventifuntukdapatmematahkansiklushidupcacingmisalnyame
makaijamban/WC.
 Makanmakanan yang dimasaksaja.
 Menghindarisayuranmentah (hijau) danselada di daerah yang
menggunakantinjasebagaipupuk.

KOMPLIKASI
Selama larva bermigrasidapatmenyebabkanterjadinyareaksialergik yang beratdan
pneumonitis danbahkandapatmenyebabkantimbulnya pneumonia.

PROGNOSIS
Selamatidakterjadiobstruksiolehcacingdewasa yang bermigrasi, prognosis baik.

27
Tn. Asep 35 th

ANAMNESA

KELUT :

Bengkak dan Nyeri pada tungkai kiri sejak 5 hari yang lalu

Hal ini bisa menandakan pasien terkena infeksi, trauma atau post oprasi

KT:

Kulit tampak merah , terdapat rasa mengganjal di pankal paha di sertai nyeri dan panas

Menunjukan adanya inflamasi di kelenjar getah bening inguinal yang menyebabkan


pembesaran, bisa terjadi karena infeksi maupun keganasan.

Lesu, lemah

Menandakan gejala prodormal akibat infeksi

Testis kiri nyeri, merah, bengkak

Menandakan adanya inflamasi di testis kiri (Orkitis)

Demam sejak 2 minggu yang lalu

Demam bisa disebabkan inflamasi akibat infeksi, juga bisa melemahkan DBD , dan Tifoid.

RPS :

Tidak ada batuk pilek, tidak ada sesak napas.

Menandakan keluhan bukan berasal dari saluran napas

Tidak ada kelainan pada BAB dan BAK

Menandakan keluhan bukan berasal dari saluran cerna dan saluran kemih

Tidak ada riwayat oprasi

Menandakan keluhan bukan berasal dari riwayat oprasi yang pernah dilakukan

28
RPD :

Pernah mengalami hal yang sama sejak 1 tahun terakhir

Menguatkan kearah infeksi akibat filariasis karena pertumbuhan mikrofilaria menjadi


cacing dewasa yang mengganggu KGB mrmbutuhkan waktu 7bulan hingga 1tahun.

Hilang saat istirahat dan kambuh saat beraktifitas banyak

Menunjukan bahwa penyakit ini dipengaruhi aktifitas

RPO :

Tidak ada riwayat pengobatan

Seharusnya didaerah endemis filariasis pasien mengikuti program pengobatan masal dari
pemerintah untuk mengeradikasi penyakit

RPK :

Tetangga pernah mengalami keluhan yang sam adan sekarang kaki tetangga tersebut
bengkak.

Menandakan daerah endemis dan vektor yang menularkan.

R.SOS.EKO

Tn Asep merupakan seorang petani yang tingggal di Soreang, Jawa Barat. Bertempat tinggal
di bilik bambu dengan lingkungan yang padat serta daerah yang berawa. Tingkat ekonomi
yang rendah. Saat tidur Tn. Asep tidak menggunakan kelambu.

Hal diatas menunjukan faktor resiko dari pekerjaan, penebaran penyakit oleh vektor, dan
tidak ada upaya pencegahan dalam menaggulangi penyakit. Sebagai petani, jelas memiliki
resiko terinfeksi cacing atau parasit.

29
HIPOTESIS

1. Infeksi oleh Parasit (Cacing : Ascariasis, Filariasis)


2. Kelainan sirkulasi Sistemik : Gagal Jantung Kongestif
3. Orchitis
4. Varises
5. Demam Tifoid
6. Demam Berdarah Dengue
7. Malaria
8. Keganasan

PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, CM


b. BMI : 65/175 = 21,2 DBN (Melemahkan keganasan dan Ascariasis)
c. TV : TD = 120/70 mmHg; N= 88 bpm; R=24bpm; S=38 C (infeksi)
d. Kepala :
- Conjungtiva : tidak anemis (melemahkan infeksi cacing pada saluran cerna,
ascariasis)
- Sklera : tidak ikterik (tidak ada gangguan pada Hepatobillier)
- Lidah : typhoid tounge (-), (melemahkan demam Tifoid)
e. Leher :
- KGB : dbn (menandakan infeksi tidak sampai pada leher)
- Faring dan Tonsil : dbn (tidak disebabkan ISPA)
f. Jantung dan Paru : dbn (melemahkan Gagal jantung kongestif, dan tidak ada infeksi
parasit yang masuk ke sirkulasi Jantung dan Paru)
Rose Spot (-) (melemahkan Demam Tifoid)
g. Abdomen :
- Datar dan lembut , serta BU (+), Turgor baik. (tidak ada infeksi parasit atau
cacing yang menetap di saluran cerna)
h. Ekstremitas :
- Ekstremitas Inferior Sinistra edeme non pitting, calor, dolor, rubor, dan functio
laesa. (edeme menandakan adanya penumpukan cairan di ruang interstisial,
selain itu melemahkan krn gangguan ginjal, dan menguatkan ke arah filariasis)
- Ekstremitas inferior Dekstra tidak ada Ptekie (dbn) (melemahkan DBD)
i. Status Lokalis :
- KGB inguinal Sinistra berukuran 0,3 x 0,2 x 0,1 cm.
- Terdapat rubor , calor, dolor, functio laesa. Namun tidak ada luka
(terdapat limfadenopati dan tanda tanda infeksi akut)

30
j. Skrotum :
- Edema
- Terdapat kalor, rubor, dolor, functio laesa.
(adanya inflamasi juga penigkatan permeabilitas vaskular)
k. Testis :
- Membesar dengan diameter 8cm (Orchitis, radang pada testis)

PEMERIKSAAN LAB

a. Darah
- Hb : 13,9 gl/dl (tidak ada anemia)
- Ht : 40% (tidak ada peningkatan hemokonsentrasi dan melemahkan DBD)
- WBC : 11.500 (menandakan adanya infeksi)
- Diff Count : 0 / 8 / 3 / 51 / 35 / 3 (terjadi peningkatan eosinofilia akibat infeksi
cacing)
- MCV : 85 fl (mengindikasikan ukuran sel darah merah, melemahkan malaria)
- MCH : 30 pg (mengindikasi berat Hb dalam sel darah merah tanpa
memperhatikan ukuran)
- MCHC : 35 g/dl (mengindikasi konsentrasi Hb per unit vol sel darah merah)
b. Apusan darah = W. Bancrofti (diagnosa pasti Filariasis)
c. Urin : Chyluria (-) (infeksi belum sampai ke ginjal)

DIAGNOSIS

Filariasis e.c. W. Bancrofti dan disertai dengan Orchitis

TERAPI

a. Farmakologi
- DEC (dietilkarbamazine) 6mg/kgBB/hari selama 12 hari
- Ivermectin 200 ng/kgBB Single Doge
- Albendazol 400 mg Single Doge

b. Non Farmakologi

31
- Bed rest
- Elevasi ekstremitas saat istirahat
- Pengikatan pada daerah pembendungan untuk mengurangi edema
- Cuci luka dengan sabun dan rawat luka dengan Antiseptik
- Menjaga kebersihan lingkungan
- Memotong kuku
- Memakai krim antinyamuk
- Fogging untuk mengendalikan Vektor nyamuk

32
REFERENSI

 ILMU PENYAKIT DALAM JILID III


 Parasitologi UI
 Buku Ajar “DIVISI INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIS”

33

Anda mungkin juga menyukai