Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Dalam penerapan proses keperawatan diperlukan cara berpikir yang kritis. Berpikir secara
kritis tentunya akan menunjukkan bagaimana kita akan menangani klien dan
memberikan perawatan yang terbaik. Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa
kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif).
Kemampuan berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi
kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir
yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan
kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan dan membuat keputusan ketika
menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang
tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi dan mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil untuk menentukan beberapa faktor pendukung dalam
membuat keputusan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis berpikir kritis?
2. Seperti apa contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis?
3. Bagaimana pembahasan kasus tersebut?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan bahan kajian ini mahasiswa mampu mengaplikasikan berpikir
kritis dalam keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan analisis berpikir kritis
b) Mampu menerapkan berpikir kritis pada kasus
c) Mampu membahas kasus
D. Manfaat
Dapat memahami, menerapkan pada aplikasi kasus dengan berpikir kitis dalam
keperawatan

1
2

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Berpikir Kritis
1. Pengertian
Berpikir kritis adalah proses kognitif yang aktif dan terorganisasi yang digunakan
untuk mengetahui pikiran seseorang dan pemikiran terhadap orang lain (Chaffe,
2002). Hal tersebut meliputi identifikasi adanya masalah (contohnya masalah klien),
analisis semua informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut (contoh data klinis
klien), evaluasi informasi (meninjau asumsi dan bukti) dan membuat kesimpulan
(Settertsen dan Laure, 2004) .
2. Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Interpretasi Lakukan pengumpulan data secara sistematis. Cari pola
data lalu buat kategori. Klarifikasi semua data yang belum
jelas
Analisis Berpikirlah terbuka dalam melihat data informasi klien.
Jangan membuat asumsi yang ceroboh
Kesimpulan Lihat arti dari data, apakah signifikan, apakah terdapat
hubungan antar data. Apakah data tersebut dapat
membantu untuk mengetahui adanya masalah klien
Evaluasi Lihatlah situasi secara objektive. Gunakan kriteria (contoh
hasil yang diharapkan) untuk menentukan hasil atau
tindakan keperawatan. Evaluasi pada tindakan yang sudah
dilakukan
Penjelasan Jelaskan penemuan dan kesimpulan yang anda buat.
Gunakan semua pengetahuan dan pengalaman untuk
menentukan cara yang tepat dalam merawat klien.
Pengontrolan diri Lihat kejadian yang telah dialami. Temukan cara
bagaimana memperbaiki performa. Apa yang membuat kita
merasa sukses

3. Komponen Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


a. Pengetahuan dasar spesifik dalam keperawatan
b. Pengalaman
c. Kompetensi pemikiran kritis
- Kompetensi pemikiran kritis umum
- Kompetensi pemikiran kritis spesifik pada situasi klinis
- Kompetensi pemikiran kritis spesifik pada keperawatan : proses
keperawatan
d. Perilaku untuk berpikir kritis
2
3

- Percaya diri - Persisten


- Mandiri - Kreatif
- Adil - Rasa ingin tahu
- Tanggung jawab - Integritas
- Mau mengambil resiko - Ramah
- Disiplin
e. Standar untuk berpikir kritis
- Standar intelektual
 Jelas  Logis
 Tepat  Dalam
 Spesifik  Luas
 Akurat  Lengkap
 Relevan  Signifikan
 Beralasan  Tercukupi (untuk tujuan)
 Konsisten  Adil
- Standar profesional
 Kriteria etik untuk penilaian keperawatan
 Kriteria untuk evaluasi
 Tanggungjawab profesional

4. Sintesis Pemikiran Kritis Dalam Praktek Keperawatan

Pengetahuan

Pengkajian

Evaluasi Diagnosis Keperawatan

Pengalaman Analisis Standar

Implementasi Perencanaan

Perilaku
4

B. Gastroenteritis
1. Pengertian
Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai
dengan peradangan pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung dan usus
kecil sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut.
Yang paling utama dalam penanganan penyakit ini adalah hidrasi yang cukup.
Untuk kasus ringan atau sedang, ini bisa dilakukan melalui pemberian larutan
rehidrasi oral. Untuk kasus yang lebih berat, pemberian cairan melalui infus mungkin
diperlukan. Gastroenteritis paling banyak terjadi pada anak-anak dan masyarakat di
negara berkembang
2. Etiologi
Virus (terutama rotavirus) dan spesies bakteri Escherichia
coli dan Campylobacter adalah penyebab utama gastroenteritis. Risiko infeksi lebih
tinggi pada anak-anak karena kurangnya kekebalan mereka dan kebersihan yang
relatif buruk.
3. Patofisiologi
Invasi mikroorganisme patogen pada traktus GI menyebabkan diare lewat : 1)
produksi enterotoksin yang menstimulasi sekresi air serta elektrolit, 2). Invasi serta
destruksi langsung sel-sel epitel usus dan 3) inflamasi lokal serta invasi sistemik oleh
mikroorganisme tsb. Gangguan fisiologis paling serius dan segera terjadi terkait
dengan penyakit diare yang berat adalah : 1). Dehidrasi, 2) gangguan keseimbangan
asam basa dengan asidosis dan 3) syok yang terjadi ketika keadaan dehidrasi berlanjut
hingga titik terjadinya gangguan yang serius pada status sirkulasi.
4. Keseimbangan cairan pada bayi
Bayi dan anak kecil memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap air dan
lebih rentan terhadap perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. Dibandingkan
dengan anak yang lebih besar dan orang dewasa, mereka memiliki asupan dan
haluaran cairan yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
Kehilangan cairan dibagi menjadi kehilangan tak kasat mata, kehilangan lewat
urine serta feses dan bervariasi menurut usia. Kehilangan tak kasat mata dipengaruhi
oleh panas dan humiditas, suhu tubuh serta frekuensi respirasi. Bayi dan anak
memiliki kecenderungan yang jauh lebih besar untuk mengalami demam (febris)
dengan suhu yang tinggi dibandingkan orang dewasa.
5

5. Penatalaksanaan Terapeutik
Tujuan utama dalam penatalaksanaan meliputi :
a. Pengkajian terhadap gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit
 Tanda vital : suhu tubuh (normal, naik atau turun bergantung derajat
dehidrasi), frekuensi nadi (takikardi), respirasi (takipnea) dan tekanan
darah (hipotensi)
 Kulit : warna, temperatur, turgor, ada tidaknya edema dan pengisian ulang
kapiler
 Membran mukosa : kelembaban, warna dan keberadaan sekresi serta
konsistensinya
 Berat badan : menurun dalam hubungannya dengan derajat dehidrasi
 Ubun-ubun (bayi) : cekung, lunak atau normal
 Perubahan sensorik : keberadaan rasa haus
b. Rehidrasi
c. Terapi cairan rumatan
d. Tindakan memulai kembali diare yang memadai
6. Kewaspadaan Keperawatan :
Diare tidak boleh ditangani dengan menganjurkan pemberian cairan jernih lewat
mulut seperti jus buah, minuman ringan bersoda dan gelatin. Makanan cair ini
biasanya memiliki kandungan hidrat arang yang tinggi, kadar elektrolit yang sangat
rendah dan osmolialitas yang tinggi (Lasche dan Duggan, 1999). Minuman soda yang
mengandung kafein harus dihindari karena kafein merupakan diuretik ringan dan
dapat meningkatkan diuretik ringan dan dapat meningkatkan kehilangan cairan serta
natrium. Diet pisang, nasi, apel dan roti kering atau teh (diet BRAT : bananas, rice,
apples, and toast or tea) merupakan kontraindikasi bagi anak khususnya bagi bayi
yang menderita diare akut akrena diet ini memiliki nilai gizi yang rendah, kandungan
hidrat arang yang tinggi dan elektrolit yang rendah.
6

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus
1. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 1 (satu) tahun
2. Data :
Data Subjektif :
Keluarga mengatakan An. A panas 1 hari yang lalu; keluarga mengatakan An. A
muntah 1 kali lebih kurang 300 cc; keluarga mengatakan intake cairan An. A kurang,
lebih kurang 800 cc; keluarga mengatakan nafsu makan An. A menurun; keluarga
mengatakan An.A makan kurang dari 4 sendok; keluarga mengatakan BB sebelum
sakit 8,5 kg; keluarga mengatakan BB sakit 7,3 kg. Keluarga mengatakan sebelum
dan selama sakit BAB An. A tidak ada perubahan terkadang 1 kali atau 2 kali sehari,
dengan karakteristik lembek, warna kuning kecoklatan, tidak diare dan tidak
konstipasi, bau khas feses.
Data Objektif :
Data pemeriksaan fisik menunjukkan data keadaan umum pasien sedang, An. A
rewel, turgor kulit jelek, dengan mulut/ mukosa bibir kering, TTV : S=38,20C, N =
136 x/menit, R = 28 x/menit, kulit teraba hangat; terlihat merah dan berkeringat;
pemeriksaan abdomen bising usus 8 x/menit, tidak ada nyeri tekan, perkusi tympani;
pemeriksaan nutrisi BB turun 1,2 kg, muntah berwarna putih susu, cair; balance
cairan -191,7 cc
Tabel 1. Perhitungan balance cairan

No Jenis Jumlah
(cc)
INTAKE
1 Makan 50
2 Minum 800
3 Infus 1500
TOTAL 2350
OUTPUT
1 BAB 150
2 BAK 1500
3 Muntah 300
4 Keringat 100
5 IWL: 211,7+280 491,7

6
7

TOTAL 2541,7
Balance cairan= INTAKE – OUTPUT
= 2350 – 2461,7 = -191,7 cc
Berdasarkan Skor Mavrice King: penilaian derajat dehidrasi An. A rewel bernilai
1, turgor kulit jelek/ kekenyalan kulit sedikit kurang bernilai 1, mulut/ mukosa bibir
kering bernilai 1, nadi 136 x/menit bernilai 1, nilai derajat dehidrasi pada An. A
adalah 4 menunjukkan derajat sedang (3-6).
Tabel 2. Penilaian derajat dehidrasi
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
diperiksa
0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma, atau
apatis, ngantuk syok
Kekenyalan Normal Sedikit kurang Sangat kurang
kulit
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung
besar
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/ Kuat Sedang (120-140) Lemas >40
mata <120

Keterangan:
(1) Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
(2) Jika mendapat nilai 3-6 derajat sedang
(3) Jika mendapat nilai 7-12 derajat berat

3. Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit 17.200 uL
Hb = 12,7 gr/dl
B. Pembahasan
1. Rumusan masalah
 Tujuan apa yang hendak dicapai ?
 Intervensi apa yang perlu dilakukan dalam kasus tersebut ?
2. Argumen
Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai
dengan peradangan pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung dan usus
kecil sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut.
Yang paling utama dalam penanganan penyakit ini adalah hidrasi yang cukup. Untuk
8

kasus ringan atau sedang, ini bisa dilakukan melalui pemberian larutan rehidrasi oral.
Untuk kasus yang lebih berat, pemberian cairan melalui infus mungkin diperlukan.
Bayi dan anak kecil memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap air dan
lebih rentan terhadap perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. Gangguan
fisiologis paling serius dan segera terjadi terkait dengan penyakit diare yang berat
adalah : 1). Dehidrasi, 2) gangguan keseimbangan asam basa dengan asidosis dan 3)
syok yang terjadi ketika keadaan dehidrasi berlanjut hingga titik terjadinya gangguan
yang serius pada status sirkulasi.
3. Deduksi
An. A panas 1 hari yang lalu, muntah 1 kali lebih kurang 300 cc, intake cairan An. A
kurang, lebih kurang 800 cc, nafsu makan An. A menurun, An.A makan kurang dari 4
sendok, BB sebelum sakit 8,5 kg; BB sakit 7,3 kg (terjadi penurunan BB 1,2 kg),
keadaan umum pasien sedang, An. A rewel, turgor kulit jelek, dengan mulut/
mukosa bibir kering, TTV : S=38,20C, N = 136 x/menit, R = 28 x/menit, kulit teraba
hangat; terlihat merah dan berkeringat; pemeriksaan abdomen bising usus 8 x/menit,
tidak ada nyeri tekan, perkusi tympani, muntah berwarna putih susu, cair; balance
cairan -191,7 cc, selama sakit BAB An. A tidak ada perubahan terkadang 1 kali atau 2
kali sehari, dengan karakteristik lembek, warna kuning kecoklatan, tidak diare dan
tidak konstipasi, bau khas feses, penilaian derajat dehidrasi An. A bernilai 4. Leukosit
17.200 uL.
4. Induksi
Berdasarkan kasus tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa An. A mengalami
masalah keperawatan :
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat
- Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
- Infeksi berhubungan dengan peradangan pada lambung dan usus
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
cairan yang tidak adekuat
5. Keputusan
Tujuan yang hendak dicapai pada kasus tersebut adalah :
a. Mempertahankan hidrasi yang memadai
b. Pemberian cairan untuk rehidrasi serta rumatan
c. Penerapan kembali diet yang memadai
d. Mempertahankan nutrisi
9

Intervensi yang perlu dilakukan dalam kasus tersebut adalah :


a. Memantau kehilangan cairan dengan mengukur asupan serta haluaran cairan
dengan cermat
b. Menimbang berat badan
c. Dorong masukan oral
d. Beri kompres hangat
e. Memantau asupan makanan, khususnya jumlah kalori dan makanan
f. Mengamati tanda-tanda yang membuktikan adanya komplikasi
g. Kolaborasi terapi rehidrasi intravena
10

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Berpikir kritis adalah proses kognitif yang aktif dan terorganisasi yang digunakan
untuk mengetahui pikiran seseorang dan pemikiran terhadap orang lain
2. Dalam berpikir kritis diperlukan keterampilan interpretasi, analisis, kesimpulan,
evaluasi, penjelasan serta pengontrolan diri
3. Komponen berpikir kritis dalam keperawatan meliputi pengetahuan dasar spesifik
dalam keperawatan, pengalaman, kompetensi pemikiran kritis, perilaku untuk berpikir
kritis, dan standar untuk berpikir kritis
4. Sintesis pemikiran kritis sangat diperlukan dalam praktek keperawatan
B. SARAN
1. Sebagai perawat perlu membiasakan diri berpikir dan mengenali langkah apa pada
proses keperawatan yang digunakan
2. Untuk menyediakan perawatan yang terbaik untuk klien diperlukan penerapan
pemikiran kritis

10

Anda mungkin juga menyukai