Anda di halaman 1dari 8

Kebangkitan Nasional Tahun 1908

Para pelajar STOVIA mendirikan Boedi Oetomo [historia.id]Menjelang akhir abad ke-19
kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda hampir meliputi seluruh Indonesia. Kalau
ditelusuri maka pemusatan kekuasaan Hindia Belanda dimulai pada kurang lebih awal
abad ke-18, yaitu ketika terjadi perpindahan tangan kekuasaan dari tangan VOC ke
pemerintah Hindia Belanda.

Dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional yang ditulis oleh Bambang Suwondo tahun 1977
menyebutkan pada masa akhir abad ke-19 pengaruh Eropa terutama sekali pengaruh bangsa
Belanda tidak saja terbatas di pulau Jawa, tetapi sudah tersebar keseluruh kepulauan
Nusantara. Bahkan tidak hanya di kota kota, tapi sudah sampai ke pelosok-pelosok.

Kebangkitan nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan,
kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. Dalam masa ini muncul
sekelompok masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya perubahan karena penindasan
dan penjajahan.

Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Tanggal
20 Mei 1908 adalah hari lahirnya organisasi sosial pertama di Indonesia, Budi Utomo.
Tanggal kelahiran Budi Utomo dianggap sebagai mulainya kebangkitan nasional karena
menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan perjuangan sebelumnya.

Tokoh-tokoh sejarah kebangkitan nasional yakni Gunawan, Sutomo, dr. Tjipto


Mangunkusumo, dr. Douwes Dekker, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dan lain-
lain.

Perjuangan sebelumnya ada kelemahan karena perlawanan secara sporadis dan tidak
serentak, perlawanan dipimpin oleh pimpinan karismatik sehingga tidak ada yang
melanjutkan, sebelum masa 1908 perlawanan menggunakan kekerasan senjata, dan para
pejuang di adu domba oleh penjajah.

Perjuangan bangsa Indonesia setelah tahun 1908:

– Perjuangan dilakukan dengan menggunakan organisasi, bukan menggunakan kekerasan.


– Para pemimpin berasal dari kaum intelektual, bukan raja atau sultan.
– Rasa persatuan dan kebangsaan sudah mulai tumbuh. Perjuangan tidak bersifat kedaerahan
lagi.

Keberadaan Budi Utomo tidak bisa dilepaskan dengan adanya politik etis dari pemerintah
kolonial Belanda. Program Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) mampu mengatasi kekosongan kas
Belanda. Orang Indonesia berjasa dalam pemulihan perekonomian negeri Belanda. Van
Deventer berpendapat jika kebaikan budi harus dibayarkan kembali derngan peningkatan
kesejahteraan rakyat. Salah satu dari balas budi tersebut melalui edukasi atau pendidikan.
Pemerintah Belanda membuat program politik etis khususnya dalam bidang edukasi. Adanya
politik etis dalam bidang edukasi bermunculan kaum intelektual pribumi. Kaum intelektual
inilah yang menjadikan adanya pembaharuan dalam mewujudkan cita-cita kebangsaan yang
direalisasikan melalui bentuk pergerakan modern yang disebut sebagai pergerakan nasional.

Dalam penerapan politik etis terkandung di dalamnya usaha memajukan pengajaran dan
pendidikan bagi generasi muda di Indonesia. Salah satu kendala dalam memajukan bidang
pendidikan karena terbatasnya anggaran dana. Hal ini menimbulkan keprihatinan bagi
dr.Wahidin Sudirohusodo sehingga melakukan kegiatan menghimpun dana dengan
melakukan propaganda berkeliling di Jawa tahun 1906.

dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) merupakan pembangkit semangat organisasi Budi


Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan
STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib
bangsanya. Pada tahun 1901 dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah
Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu,
yang dikhususkan untuk kalangan priyayi.

Hal ini mencerminkan perhatian seorang priyayi terhadap masalah-masalah dan status
golongan priyayi itu sendiri. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui
pendidikan Barat. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan barat.
Beliau menghimpun beasiswa agar dapat memberikan pendidikan modern atau barat kepada
golongan priyayi Jawa dengan mendirikan Studie Fonds atau Yayasan Beasiswa.

Ide dr. Wahidin Sudirohusodo selanjutnya menarik perhatian seorang mahasiswa School tot
Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA) bernama Sutomo. Akhirnya Sutomo
mendirikan sebuah organisasi yang bernama Budi Utomo. Budi Utomo merupakan organisasi
modern pertama kali di Indonesia yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Corak baru yang
diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran lokal yang diformulasikan dalam wadah
organisasi modern dalam arti bahwa organisasi ini mempunyai pemimpin, ideologi yang
jelas, dan anggota.

Namun tidak semua golongan priyayi mendukung berdirinya Budi Utomo tersebut. Hal ini
disebabkan kaum priyayi birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengadakan reaksi
jika gerakan tersebut mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang menginginkan situasi
status quo, yaitu keadaan yang dapat menjamin kepentingan mereka. Gerakan kaum
terpelajar tersebut akan membawa perubahan dalam struktur sosial sehingga kaum intelektual
akan mengurangi ruang lingkup kekuasaan elite birokrasi. Meskipun kaum intelektual pada
masa awal pergerakan nasional didominasi kaum priyayi, namun Budi Utomo
dapatmembahayakan kedudukan kaum feodal konservatif terkait status sosialnya.

Program utama dari Budi Utomo adalah mengusahakan perbaikan pendidikan dan
pengajaran. Programnya lebih bersifat sosial disebabkan saat itu belum dimungkinkan
didirikannya organisasi politik karena adanya aturan yang ketat dari pihak pemerintah Hindia
Belanda. Disamping itu, pemerintah Hindia Belanda sedang melaksanakan program edukasi
dari politik ethis sehingga terdapat kesesuaian kedua program. Budi Utomo merupakan
organisasi pelajar dengan para pelajar STOVIA sebagai intinya dengan gerakan awal
jangkauannya hanya terbatas pada Jawa dan Madura.
Jangkauan wilayah yang terbatas ini, menjadikan Budi Utomo dianggap sebagai organisasi
yang bersifat kedaerahan, karena salah satu programnya berbunyi ” de harmonische
ontwikkeling van land en volk van Jawa en Madura” (kemajuan yang harmonis bagi nusa
Jawa dan Madura). Dengan demikian, mencerminkan kesatuan administrasi kedua pulau
tersebut yang mencakup juga masyarakat Sunda yang kebudayaannya mempunyai kaitan
dengan Jawa meski yang dipakai sebagai bahasa resmi organisasi adalah bahasa Melayu.
Budi Utomo tidak langsung terjun dalam lapangan politik praktis karena dalaam rangka
strategi dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu sehingga Budi Utomo
lebih berorientasi kultural.

Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan konggresnya yang pertama di
Yogyakarta. Konggres ini berhasil menetapkan tujuan organisasi yaitu; Kemajuan yang
harmonis antara bangsa dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian,
peternakan dan dagang, tehnik, industri serta kebudayaan. Sebagai ketua Pengurus Besar
yang pertama terpilih R.T Tirtokusumo, Bupati Karanganyar sedangkan anggota-anggota
Pengurus Besar pada umumnya pegawai pemerintahan atau mantan pegawai pemerintahan
dengan pusat organisasi berada di Yogyakarta.

Pengurus hasil konggres ini merupakan dewan pimpinan yang didominasi oleh para pejabat
generasi tua yang mendukung pendidikan yang semakin luas dikalangan priyayi dan
mendorong pengusaha Jawa. Setelah cita-cita Budi Utomo mendapat dukungan semakin luas
dikalangan cendekiawan Jawa maka para pelajar tersebut memberi kesempatan kepada
golongan tua untuk memegang peranan yang lebih besar bagi gerakan ini. Ini dibuktikan
dengan terpilihnya golongan tua sebagai pengurus dalam konggres Budi Utomo I di
Yogyakarta. Ketua terpilih R.T Tirtokusumo, sebagai seorang bupati lebih memperhatikan
reaksi dari pemerintah kolonial Belanda dibanding reaksi dari warga pribumi.

Sebelumnya terjadi persaingan daalam kongres itu, disebabkan terdapat kelompok minoritas
yang dipimpin dr.Cipto Mangunkusumo yang berusaha memperjuangan Budi Utomo berubah
menjadi partai politik yang berjuang untuk mengangkat rakyast pada umumnya tidak terbatas
hanya golongan priyayi dan kegiatannya meliputi seluruh Indonesiaa, tidak hanya Jawa dan
Madura saja. Namun, pandangan dr. Cipto Mangunkusumo gagal mendapat dukungan
bahkan pada tahun 1909, beliau mengundurkan diri dari Budi Utomo dan kemudian
bergabung dengan Indische Partij.

Asas dan tujuan Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan
Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta
penghidupan Bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan. Selain
tujuannya yang lain adalah menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan
menitik beratkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan atau secara samar-samar
menyebutkan kemajuan bagi Bangsa Hindia dimana jangkuan geraknya terbatas pada Jawa
dan Madura serta baru meluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak
memperhatikan perbedaan keturunan, kelamin, dan agama.

Jika dicermati dari pernyataan tersebut, maka secara tersirat nampak pada Budi Utomo yakni
kehormatan Bangsa. Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang memiliki derajat yang sama
dengan Bangsa lain. Karena Bangsa Indonesia pada waktu itu tidak terhormat karena dijajah
Belanda. Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan suatu asas perjuangan yaitu “ikut
berusaha melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia”. Sungguh suatu langkah maju, karena
waktu itu gelora persatuan telah berkumandang di udara pergerakan kita. Disitu nampak
bahwa Budi Utomo sedang berusaha memperluas ruang geraknya.

Tidak hanya menuju kehidupan harmonis bagi Jawa dan Madura tetapi lebih luas lagi yakni
bagi persatuan Indonesia. Walaupun pada awalnya Budi Utomo tidak berperan sebagai
organisasi politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo berubah haluan ke arah politik.
Hal ini terbukti pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam “Inlandsche Militie” dan waktu
Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung dalam “Radicale Concentratic” yakni
persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam Volksraad. Hal tersebut berdampak
dikuranginya anggaran pendidikan Budi Utomo secara drastis oleh pemerintah.

Situasi ini berakibat terjadinya perpecahan antara golongan radikal dan moderat di Budi
Utomo. Pada tahun 1924, dr.Sutomo yang tidak puas dengan Budi Utomo mendirikan
Indonesische Studieclub di Surabaya. Penyebabnya adalah asas kebangsaan Jawa dari Budi
Utomo sudah tidak relevan dengan perkembangan rasa kebangsaan yang menuju pada sifat
nasional. Indonesische Studieclub pada perkembangannya menjadi Persatuan Bangsa
Indonesia. Pada tahun 1927, Budi Utomo masuk dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) yang dipelopori Ir.Sukarno.

Meskipun demikian, Budi Utomo tetap eksis dengan asas kooperatifnya. Pada tahun 1928,
Budi Utomo menambah asas perjuangannya yaitu: medewerking tot de verwezenlijking van
de Indonesischeeenheidsgedachte (ikut berusaha untuk melaksanakan cita-cita persatuan
Indonesia). Hal ini sebagai isyarat Budi Utomo menuju kehidupan yang lebih luas tidak
hanya jawa dan Madura, namun meliputi seluruh Indonesia. Usaha ini diteruskan dengan
mengadakan fusi (bergabung) dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) pimpinan dr.
Sutomo. Fusi ini terjadi pada tahun 1935, hasil fusi melahirkan Parindra (Partai Indonesia
Raya), sehingga berakhirlah riwayat Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama di
Indonesia.

NAMA :

KELAS :

NO ABSEN :
KEBANGKITAN NASIONAL PADA TAHUN 1908

I. Pemerintahan
Menjelang akhir abad ke-19 kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda hampir meliputi seluruh Indonesia.
Kalau kita telusuri maka pemusatan kekuasaan Hindia Belanda dimulai pada kurang lebih awal abad
ke-18, yaitu ketika terjadi perpindahan tangan kekuasaan dari tangan VOC ke pemerintah Hindia
Belanda. (Bambang, sejarah kebangkitan nasional.1977;9)

Dalam masa akhir abad ke-19 ini pengaruh Eropa terutama sekali pengaruh bangsa Belanda tidak saja
terbatas di pulau Jawa, tetapi sudah tersebar keseluruh kepulauan Nusantara. Bahkan tidak hanya di
kota kota, tapi sudah sampai ke pelosok pelosok (Bambang, sejarah kebangkitan nasional.1977;9)

Kebangkitan nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan
nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya tidak
pernah muncul selama masa penjajahan. Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat Indonesia
yang menginginkan adanya perubahan karena penindasan dan penjajahan. Kebangkitan nasional
Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari lahirnya
organisasi sosial pertama di Indonesia, Budi Utomo. Tanggal kelahiran Budi Utomo dianggap sebagai
mulainya kebangkitan nasional karena menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda
dengan perjuangan sebelumnya.

Tokoh-tokoh sejarah kebangkitan nasional, antara lain: Gunawan, Sutomo, dr. Tjipto Mangunkusumo,
dr. Douwes Dekker, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dan lain-lain.

Perjuangan sebelumnya ada kelemahannya karena:

1. Perlawanan secara sporadis dan tidak serentak.


2. Perlawanan dipimpin oleh pimpinan karismatik sehingga tidak ada yang melanjutkan.
3. Sebelum masa 1908 perlawanan menggunakan kekerasan senjata.
4. Para pejuang di adu domba oleh penjajah.

Perjuangan bangsa Indonesia setelah tahun 1908:

1. Perjuangan dilakukan dengan menggunakan organisasi, bukan menggunakan kekerasan.


2. Para pemimpin berasal dari kaum intelektual, bukan raja atau sultan.
3. Rasa persatuan dan kebangsaan sudah mulai tumbuh. Perjuangan tidak bersifat kedaerahan
lagi.

Keberadaan Budi Utomo tidak bisa dilepaskan dengan adanya politik etis dari pemerintah kolonial
Belanda. Program Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) mampu mengatasi kekosongan kas Belanda. Orang
Indonesia berjasa dalam pemulihan perekonomian negeri Belanda. Van Deventer berpendapat jika
kebaikan budi harus dibayarkan kembali derngan peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu dari
balas budi tersebut melalui edukasi atau pendidikan. Pemerintah Belanda membuat program politik
etis khususnya dalam bidang edukasi. Adanya politik etis dalam bidang edukasi bermunculan kaum
intelektual pribumi. Kaum intelektual inilah yang menjadikan adanya pembaharuan dalam
mewujudkan cita-cita kebangsaan yang direalisasikan melalui bentuk pergerakan modern yang
disebut sebagai pergerakan nasional.
II. Budi Utomo

Dalam penerapan politik etis terkandung di dalamnya usaha memajukan pengajaran dan pendidikan
bagi generasi muda di Indonesia. Salah satu kendala dalam memajukan bidang pendidikan karena
terbatasnya anggaran dana. Hal ini menimbulkan keprihatinan bagi dr.Wahidin Sudirohusodo
sehingga melakukan kegiatan menghimpun dana dengan melakukan propaganda berkeliling di Jawa
tahun 1906.

dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) merupakan pembangkit semangat organisasi Budi Utomo.
Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia
merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya. Pada tahun
1901 dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan)
yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu, yang dikhususkan untuk kalangan priyayi. Hal ini
mencerminkan perhatian seorang priyayi terhadap masalah-masalah dan status golongan priyayi itu
sendiri. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Barat. Ia juga berusaha
memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan barat. Beliau menghimpun beasiswa agar dapat
memberikan pendidikan modern atau barat kepada golongan priyayi Jawa dengan mendirikan Studie
Fonds atau Yayasan Beasiswa.

Ide dr. Wahidin Sudirohusodo selanjutnya menarik perhatian seorang mahasiswa School tot Opleiding
voor Inlandsche Arsten (STOVIA) bernama Sutomo. Akhirnya Sutomo mendirikan sebuah organisasi
yang bernama Budi Utomo. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama kali di Indonesia yang
didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Corak baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran
lokal yang diformulasikan dalam wadah organisasi modern dalam arti bahwa organisasi ini mempunyai
pemimpin, ideologi yang jelas, dan anggota.

Namun tidak semua golongan priyayi mendukung berdirinya Budi Utomo tersebut. Hal ini disebabkan
kaum priyayi birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengadakan reaksi jika gerakan tersebut
mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang menginginkan situasi status quo, yaitu keadaan yang
dapat menjamin kepentingan mereka. Gerakan kaum terpelajar tersebut akan membawa perubahan
dalam struktur sosial sehingga kaum intelektual akan mengurangi ruang lingkup kekuasaan elite
birokrasi. Meskipun kaum intelektual pada masa awal pergerakan nasional didominasi kaum priyayi,
namun Budi Utomo dapatmembahayakan kedudukan kaum feodal konservatif terkait status sosialnya.

Program utama dari Budi Utomo adalah mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran.
Programnya lebih bersifat sosial disebabkan saat itu belum dimungkinkan didirikannya organisasi
politik karena adanya aturan yang ketat dari pihak pemerintah Hindia Belanda. Disamping itu,
pemerintah Hindia Belanda sedang melaksanakan program edukasi dari politik ethis sehingga terdapat
kesesuaian kedua program. Budi Utomo merupakan organisasi pelajar dengan para pelajar STOVIA
sebagai intinya dengan gerakan awal jangkauannya hanya terbatas pada Jawa dan Madura. Jangkauan
wilayah yang terbatas ini, menjadikan Budi Utomo dianggap sebagai organisasi yang bersifat
kedaerahan, karena salah satu programnya berbunyi " de harmonische ontwikkeling van land en volk
van Jawa en Madura" (kemajuan yang harmonis bagi nusa Jawa dan Madura). Dengan demikian,
mencerminkan kesatuan administrasi kedua pulau tersebut yang mencakup juga masyarakat Sunda
yang kebudayaannya mempunyai kaitan dengan Jawa meski yang dipakai sebagai bahasa resmi
organisasi adalah bahasa Melayu. Budi Utomo tidak langsung terjun dalam lapangan politik praktis
karena dalaam rangka strategi dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu sehingga
Budi Utomo lebih berorientasi kultural.
Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan konggresnya yang pertama di Yogyakarta.
Konggres ini berhasil menetapkan tujuan organisasi yaitu ; Kemajuan yang harmonis antara bangsa
dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, tehnik,
industri serta kebudayaan. Sebagai ketua Pengurus Besar yang pertama terpilih R.T Tirtokusumo,
Bupati Karanganyar sedangkan anggota-anggota Pengurus Besar pada umumnya pegawai
pemerintahan atau mantan pegawai pemerintahan dengan pusat organisasi berada di Yogyakarta.
Pengurus hasil konggres ini merupakan dewan pimpinan yang didominasi oleh para pejabat generasi
tua yang mendukung pendidikan yang semakin luas dikalangan priyayi dan mendorong pengusaha
Jawa.

Setelah cita-cita Budi Utomo mendapat dukungan semakin luas dikalangan cendekiawan Jawa maka
para pelajar tersebut memberi kesempatan kepada golongan tua untuk memegang peranan yang
lebih besar bagi gerakan ini. Ini dibuktikan dengan terpilihnya golongan tua sebagai pengurus dalam
konggres Budi Utomo I di Yogyakarta. Ketua terpilih R.T Tirtokusumo, sebagai seorang bupati lebih
memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial Belanda dibanding reaksi dari warga pribumi.
Sebelumnya terjadi persaingan daalam konggres itu, disebabkan terdapat kelompok minoritas yang
dipimpin dr.Cipto Mangunkusumo yang berusaha memperjuangan Budi Utomo berubah menjadi
partai politik yang berjuang untuk mengangkat rakyast pada umumnya tidak terbatas hanya golongan
priyayi dan kegiatannya meliputi seluruh Indonesiaa, tidak hanya Jawa dan Madura saja. Namun,
pandangan dr. Cipto Mangunkusumo gagal mendapat dukungan bahkan pada tahun 1909, beliau
mengundurkan diri dari Budi Utomo dan kemudian bergabung dengan Indische Partij.

Asas dan tujuan Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada
diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan Bangsa
disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan. Selain tujuannya yang lain adalah
menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada soal pendidikan,
pengajaran, dan kebudayaan atau secara samar-samar menyebutkan kemajuan bagi Bangsa Hindia
dimana jangkuan geraknya terbatas pada Jawa dan Madura serta baru meluas untuk penduduk Hindia
seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, kelamin, dan agama. Jika dicermati
dari pernyataan tersebut, maka secara tersirat nampak pada Budi Utomo yakni kehormatan Bangsa.
Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang memiliki derajat yang sama dengan Bangsa lain. Karena
Bangsa Indonesia pada waktu itu tidak terhormat karena dijajah Belanda.

Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan suatu asas perjuangan yaitu "ikut berusaha
melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia". Sungguh suatu langkah maju, karena waktu itu gelora
persatuan telah berkumandang di udara pergerakan kita. Disitu nampak bahwa Budi Utomo sedang
berusaha memperluas ruang geraknya. Tidak hanya menuju kehidupan harmonis bagi Jawa dan
Madura tetapi lebih luas lagi yakni bagi persatuan Indonesia. Walaupun pada awalnya Budi Utomo
tidak berperan sebagai organisasi politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo berubah haluan ke
arah politik. Hal ini terbukti pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam "Inlandsche Militie" dan
waktu Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung dalam "Radicale Concentratic" yakni persatuan
aliran-aliran yang dicap kiri dalam Volksraad. Hal tersebut berdampak dikuranginya anggaran
pendidikan Budi Utomo secara drastis oleh pemerintah. Situasi ini berakibat terjadinya perpecahan
antara golongan radikal dan moderat di Budi Utomo.

Pada tahun 1924, dr.Sutomo yang tidak puas dengan Budi Utomo mendirikan Indonesische Studieclub
di Surabaya. Penyebabnya adalah asas kebangsaan Jawa dari Budi Utomo sudah tidak relevan dengan
perkembangan rasa kebangsaan yang menuju pada sifat nasional. Indonesische Studieclub pada
perkembangannya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia.
Pada tahun 1927, Budi Utomo masuk dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia) yang dipelopori Ir.Sukarno. Meskipun demikian, Budi Utomo tetap eksis
dengan asas kooperatifnya. Pada tahun 1928, Budi Utomo menambah asas perjuangannya yaitu:
medewerking tot de verwezenlijking van de Indonesischeeenheidsgedachte (ikut berusaha untuk
melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia).Hal ini sebagai isyarat Budi Utomo menuju kehidupan
yang lebih luas tidak hanya jawa dan Madura, namun meliputi seluruh Indonesia. Usaha ini diteruskan
dengan mengadakan fusi (bergabung) dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) pimpinan dr.Sutomo.
Fusi ini terjadi pada tahun 1935, hasil fusi melahirkan Parindra (Partai Indonesia Raya), sehingga
berakhirlah riwayat Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama di Indonesia.

NAMA :

KELAS :

NO ABSEN :

Anda mungkin juga menyukai