Tugas Satuan Operasi Dan Proses
Tugas Satuan Operasi Dan Proses
Etanol anhidrat secara luas digunakan dalam pelarut kuat dalam industri
kimia dan bahan baku atau sebagai sintesis kimia ester, organik dan
rantai senyawa siklik, deterjen, cat, kosmetik, aerosol, parfum, obat-
obatan dan makanan. Beberapa proses yang digunakan untuk dehidrasi
etanol seperti heterogen distilasi azeotropik, yang menggunakan pelarut
yang berbeda seperti benzena, pentana dan sikloheksana, distilasi
ekstraktif dengan pelarut dan garam sebagai pemisah agen adsorpsi dengan
saringan molekul dan proses yang meliputi penggunaan membran
pervaporasi. Distilasi ekstraktif adalah proses penguapan parsial,
dimana non-volatile dan titik didih tinggi memisahkan agen massa yang
biasanya disebut entrainer atau memisahkan agen, yang ditambahkan untuk
campuran azeotropik untuk mengubah relatif volatilitas komponen kunci
tanpa tambahan pembentukan azeotrop. Distilasi ekstraktif dengan garam
dan pelarut sebagai pemisah agen muncul sebagai kemungkinan baru untuk
mendapatkan produk kemurnian tinggi. Proses ini menggabungkan distilasi
ekstraktif tradisional dengan prinsip “garam efek “. Dengan metode
gabungan ini, memungkinkan untuk memecahkan beberapa masalah seperti
transportasi, pembubaran, korosi dan obstruksi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensimulasikan dan menganalisis
proses distilasi ekstraktif untuk azeotropik ethanol dehidrasi dengan
etilena glikol dan campuran kalsium klorida sebagai entrainer.
Perhitungan koefisien digunakan untuk menggambarkan sistem keseimbangan
uap cairan etanol – air – etilena glikol – kalsium klorida dilakukan
dengan NRTL-E persamaan dan mereka divalidasi dengan data eksperimen.
Proses dehidrasi menggunakan dua kolom yaitu kolom ekstraktif utama dan
kolom pemulihan. Penelitian menggunakan dua versi yaitu aspen ditambah
dengan simulator dan aspen yang dipisah dengan simulator.
Disusun Oleh :
1. Syifa’ Robbani (125100301111002)
2. Ardi Suherman (125100301111049)
3. Atika Diahningrum H. (125100301111077)
4. Selfi Dwi Anzani (125100301111081)
5. I Made Madya Sanjaya (125100307111025)
Kelas F
Kelas F
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui mesin-mesin
dan cara kerjanya yang digunakan dalam proses destilasi bahan
agroindustri. Selain itu untuk mengetahui aplikasi mesin pengecilan
ukuran dalam agroindustri dan perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemiahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan atau di definisikan juga teknik pemisahan kimia yang bedasarkan
perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campurn zat dididihkan
sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam
bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
lebih dulu. Metode ini merupakan unit operasi kimia jenis perpindahan
massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu
larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model
ideal destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Sakinah,
2010).
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan
minyak mentah menjadi bagianbagian untuk penggunaan khusus seperti untuk
transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dan lainnya. Udara
didistilasi menjadi komponenkomponen seperti oksigen untuk penggunaan
medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan
sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap
larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling. Sedangkan
destilator adalah suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan ethanol
dari air sehingga didapatkan ethanol dengan kemurnian 95 %. Untuk
mencapai kemurnian yang tinggi, maka destilasi harus dilakukan secara
bertingkat. Destilator memiliki beberapa bagian penting yaitu boiler,
kolom beer, kolom rectifier, pre- heater dan kondensor. Boiler berfungsi
untuk menghasilkan uap panas bertekanan tinggi yang akan digunakan untuk
mencuci beer pada kolom destilasi. Kolom Beer berfungsi untuk mencuci
beer sehingga menghasilkan ethnaol dengan kemurnian rendah, sedangkan
kolom rectifier berfungsi untuk memurnikan ethanol sampai tingkat
kemurnian diatas 95 %. Pre-heater berfungsi sebagai tempat pertukaran
panas antara bahan yang masuk kolom destilasi dan uap panas yang keluar
dari destilasi sehingga bahan masuk mengalami pemanasan dan uap panas
mengalami pendinginan. Pendinginan uap panas akan menyebabkan kondensasi
jika kemurnian ethanol masih rendah. Ethanol dengan tingkat kemurnian
yang masih rendah akan dikembalikan menuju kolom rectifier untuk
dimurnikan lebih lanjut. Kondensor berfungsi untuk mengkondensasi
ethanol yang lolos dari tangki pre-heater untuk selanjutnya menuju
tabung penampung ( Darmadji, 2004).
b. Destilasi vakum
Titik didih dapat didefinisikan sebagai suhu pada tekanan atmosfer atau
pada atekanan tertentu lainnya, dimana cairan akan berubah menjadi uap
atau suhu pada saat tekanan uap dari cairan tersebut sama dengan tekanan
gas atau uap yang berada disekitarnya.Jika dilakukan roses penyulingan
pada tekanan atmosfer maka tekanan uap tersebut akan sama dengan tekanan
air raksa dalam kolom setinggi 760 mmHg. Berkurangnya tekanan pada
ruangan di atas cairan akan menurunkan titik didih, dan sebaliknya
peningkatan tekanan di atas permukaan cairan akan menaikkan titik didih
cairan tersebut (Taufiq, 2010).
Beberapa bahan organik tidak dapat didistilasi secara memuaskan pada
tekanan atmosfer, sebab akan mengalami penguraian ataudekomposisi
sempurna sebelum titik didih nirmal tercapai. Dengan mengurangi tekanan
eksternal 0,1-30 mmHg, titik didih dapat diturunkan dan distilasi dapat
berlangsung tanpa mengakibatkan terjadinya dekomposisi. Jika cairan yang
disuling tidak stabil pada kisaran suhu tertentu, atau jika titik
didihnya pada kondisi normal terlalu tinggi, maka destilasi dapat
dilakukan pada suhu yang direndahkan dengan menurunkan tekanan atmosfer
distilasi. Teknik distilasi ini disebut distilasi vakum.Memisahkan dua
komponen yang titik didihnya sangat tinggi, metode yang digunakan adalah
dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1atm sehingga
titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan
untuk mendestilasinya tidak terlalu tinggi.
Rangkaian Alat Destilasi Vaccum
Keterangan :
1. Pendingin 6. Klem dan Statif
2. Tangki air pendingin 7. Regulator
3. Labu destilasi 8. Labu penampung pelarut
4. Penangas air 9. Pompa Vaccum
5. Kompor listrik
3. Prinsip kerja Destilator
Alat atau mesin destilasi (Taufiq, 2010) adalah alat yang digunakan
untuk mengekstraksi suatu zat cair atau padat yang terdapat dalam dua
atau lebih campuran zat, berdasarkan tinggi rendahnya titik uapnya. Alat
destilasi ini ada dua macam yaitu alat destilasi secara basah dan alat
destilasi secara kering.
Cara kerja alat destilasi dengan air, skala laboratorium (Taufiq, 2010):
a. Pasanglah peralatan dengan betul dan teliti terutama pada tempat
penyambungan supaya tidak terjadi kebocoran.
b. Masukkanlah air dan bahan yang akan didestilasi ke dalam labu pemanas
dan penyuling.
c. Hubungkan labu pemanas dan penyuling dengan kondensor.
d. Hubungkan pula kondensor dengan air pendingin dan usahakan aliran air
pendingin dalam kondensor berlawanan dengan aliran uap bahan yang
didestilasi.
e. Pasanglah alat penampung cairan kondensat pada lubang pengeluaran
kondensat dari kondensor.
f. Pasanglah alat pemanas hingga air dalam labu pemanas akan mendidih
dan memanasi bahan sehingga akan terjadi uap bahan.
g. Uap bahan akan mengalir dalam kondensor karena adanya air pendingin
maka uap bahan tersebut akan mengalami kondensasi dan terbentuklah
kondensat yang keluar dari kondensor dan tertampung dalam alat
penampung.
h. Selanjutnya kondensat dimasukkan dalam alat pemisah cairan destilasi.
Alat penyuling skala komersil juga terdiri dari empat bagian yaitu ketel
uap sebagai penghasil panas, ketel penyuling, alat pendingin dan alat
penampung dan pemisah. Berdasarkan sumber panas yang digunakan destilasi
dengan alat skala komersil juga ada tiga macam yaitu destilasi dengan
uap air panas, destilasi dengan uap air panas dan air, destilasi dengan
air. Alat destilasi skala komersil digunakan dalam indus ter industri
minyak atsiri seperti minyak cengkeh, minyak kayu putih, minyak sereh,
minyak nilam dan sebagainya.
Cara kerja alat destilasi dengan uap skala komersil (Taufiq, 2010):
a. Buka tutup ketel penyuling dan istilah dengan bahan yang akan
didestilasi sampai penuh. Kemudian tutup kembali dengan erat. Perhatikan
baud-baud pengancingnya jangan sampai kendor.
b. Sebelumnya ketel uap telah dipanasi dan bila tekanan uap dalam ketel
uap telah cukup (8 atmosfir) yang dapat dilihat dalam manometer pada
ketel uap tersebut.
c. Karena aliran uap panas tersebut dalam bahan, maka inyak atsiri akan
menguap dan uap minyak tersebut selanjutnya mengalir ke alat kondensor
hingga mengalami kondensasi dan terbentuklah kondensat yang selanjutnya
ditampung dalam alat penampung dan pemisah untuk dipisahkan antara
minyak atsiri ( cairan destilasi) dengan air.
2.3.2 PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. Surabaya
PT. SMART merupakan perusahaan yang memproduksi minyak goreng, dimana
dalam tahap pengolahan CPO menggunakan prinsip destilasi seperti pada
proses deodorizing. Proses deodorasi adalah suatu tahapan proses
pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang
tidak enak dalam minyak karena masih mengandung asam lemak bebas (FFA).
Prosesnya adalah dengan destilasi, yaitu ketika minyak berada dalam
tangki dilakukan proses steam dengan cara di spray. Adapun peralatan
yang digunakan dalam proses deodorizing adalah ( Christianto, 2011):
• Pompa Packed Column (P-304)
Berfungsi untuk mengalirkan semi RBDPO (Refined Bleached Degummed Palm
Oil) dari packed column ke Deodorizer
• Deodorizer (T-302)
Berfungsi untuk menghilangkan bau khas kelapa sawit
• Splash Oil Tank (V-307)
Berfungsi untuk menampung sebagian RBDPO yang keluar dari deodorizer
untuk mengalirkan kembali ke deodorizer
• Pompa Splash Oil Tank (P-315)
Berfungsi untuk mengalirkan RBDPO kembali ke deodorizer
• Pompa Deodorizer (P-302A, P-302B)
Berfungsi untuk mengalirkan RBDPO dari deodorizer ke crystallizer (CR-01
– CR-26) dengan melalui proses pendinginan (spiral heat exchanger (E-
302), economic atau plate heat exchanger 1 (E-205), plate heat exchanger
4 (E-304)) dan proses penyaringan (catridge filter)
• Plate Heat Exchanger 4 (E-304)
2.3.3 PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang
Dalam laporan PKL (Taufiq, 2010) di PTPN XI Lumajang memproduksi etanol,
dimana destilasi merupakan tahap terakhir dari proses produksi alkohol
dari tetes tebu. Mesin destilasi yang digunakan adalah desrilator.
Komponen Destilator terdiri dari Mash & degasification Column, Pre-
running Separating Column, alcohol Column, Less & Ractifying Column dan
Repurifying Column. Destilasi yaitu pemisahan dua komponen senyawa atau
lebih berdasarkan pada titik didih masing-masing komponen dengan cara
pemanasan penguapan, untuk memperoleh produk alkohol dengan kualitas
prima. Setelah proses fermentasi selesai, maka cairan fermentasi masuk
ke dalam destilator. Proses destilasi dilakukan pada suhu antara 79-
81⁰C. Pada suhu ini, etanol sudah menguap namun air tidak menguap. Maka
uap etanol dialirkan ke destilator. Bioetanol akan keluar dari pipa
pengeluaran destilator. Destilasi pertama biasanya di dapat kadar etanol
masih 50-55%. Apabila kadar etanol masih di bawah 95%, maka destilasi
perlu diulangi lahi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%. Apabila sudah
mencapai 95% maka dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk
menghilangkan air bisa digunakan kapur tohor atau zeolit sintetis.
Tambahkan kapur tohor pada etanol dan biarkan selama semalam. Setelah
itu didestilasi lagi hingga kadar etanolnya kurang lebih 99,5%.
2.3.4 PT Salim Ivomas Pratama Surabaya
Dalam laporan PKL (Permatasari, 2008) BPO dari filtrate tank dilewatkan
melalui plate heater (E701) kemudian dialirkan menuju zorro box
economizer (E702) untuk meningkatkan temperature dan diteruskan ke final
heater. Proses pemanasan yang terjadi di E703 menggunakan steam yang
dialirkan dari high pressure boiler(G701). Dari E703, BPO dialirkan
menuju mesin deodorizer tank (DEO701) untuk dilakukan proses deodorisasi
yang berdaya vacuum kuat. Proses deodorisasi atau penyulingan juga dapat
berfungsi untuk mengurangi kandungan FFA dari BPO. Kandungan FFA yang
diharapkan sebesar ± 0.03-0.05%. DEO701 terdiri dari beberapa tray atau
palka yang dilengkapi dengan steam sparging untuk membantu proses
penguapan pada proses deodorisasi. RBDPO yang bersuhu tinggi kemudian
dialirkan menuju E702, dan terjadi cross dengan BPO. Dari E702, RBDPO
dialirkan menuju heat exchanger (E001). Di dalam E001 terjadi cross
antara RBDPO yang bersuhu tinggi dengan CPO yang bersuhu rendah sehingga
suhu RBDPO menjadi turun sedangkan suhu CPO menjadi naik. Apabila suhu
CPO daro E001 masih kurang dari ketentuan maka dipanaskan kembali dengan
bantuan E002. RBDPO yang keluar dari E001 kemudian dialirkan menuju
cooler (E704) dengan media pendinginnya berupa air. Penurunan suhu RBDPO
yng keluar dari E704 kemudian dilewatkan bag filter(F701 dan F702) untuk
memastikan bahwa RBDPO yang dihasilkan bersih dari kotoran. Setelah itu,
RBDPO ditampung dalam tangki timbun atau dialirkan langsung ke proses
fraksinasi. Hasil samping dari proses penyulingan yaitu berupa palm
fatty acid destilate (PFAD) yang kemudian ditampung di intermediate tank
(T703).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Destilasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian dan
pemisahan larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih yang
relatif jauh. Contoh jenis alat destilasi yaitu destilasi uap, destilasi
air dan vakuum. Cara kerja destilasi dibagi menjadi dua cara yaitu cara
kerja destilasi basah dan cara kerja destilasi kering. Pada pembahasan
jurnal diatas dijelaskan mengenai prosees reaktif destilasi yang
merupakan proses dimana reaktan direaksikan dan komponen-komponen hasil
langsung dipisahkan. Dengan proses reaktif destilasi dengan garam dan
pelarut sebagai pemisah agen muncul sebagai kemungkinan baru untuk
mendapatkan produk kemurnian tinggi. Proses ini menggabungkan distilasi
ekstraktif tradisional dengan prinsip “garam efek “. Dengan metode
gabungan ini, memungkinkan untuk memecahkan beberapa masalah seperti
transportasi, pembubaran, korosi dan obstruksi. Tujuan dari penelitian
jurnal ini adalah untuk mensimulasikan dan menganalisis proses distilasi
ekstraktif untuk azeotropik ethanol dehidrasi dengan etilena glikol dan
campuran kalsium klorida sebagai entrainer. Perhitungan koefisien
digunakan untuk menggambarkan sistem keseimbangan uap cairan etanol –
air – etilena glikol – kalsium klorida dilakukan dengan NRTL-E
persamaan dan mereka divalidasi dengan data eksperimen. Proses dehidrasi
menggunakan dua kolom yaitu kolom ekstraktif utama dan kolom pemulihan.
Penelitian menggunakan dua versi yaitu aspen ditambah dengan simulator
dan aspen yang dipisah dengan simulator.
Alat destilasi telah banyak digunakan pada perusahaan besar. Berikut
adalah contoh perusahaan yang menggunakan alat destilasi pada proses
produksinya antara lain UD. Tirta Kencana Nusantara, PT. Sinar Mas Agro
Resources and Technology Tbk., PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang,
PT Salim Ivomas Pratama Surabaya dan PT. Bromo Steel Indonesia.
Perusahaan tersebut menggunakan alat destilasi pada proses produksi
produknya dengan jenis mesin destilasi yang berbeda-beda.
3.2 Saran
Dalam pembahasan yang disajikan perlu diperhatikan proses perawatan
dalam mesin destilasi agar mesin dapat terjaga dengan baik. Sehingga
masa pakai mesin destilasi dapat dipakai dalam jangka yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Nama Blog UB
1. Syifa’ Robbani (125100301111002) blog.ub.ac.id/banisyifa
http://blog.ub.ac.id/banisyifa/files/2014/06/BISMILLAH-TUGAS-SATOP-FIXC-
SYIFA.doc
A = 2 – log % T
Dimana :
A = Serapan
T = Transimisi
Beberapa senyawaan yang tak-dapat-larut, dalam jumlah-jumlah sedikit,
dapat disiapkan dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh
suspensi yang sedang-sedang stabilnya. Sifat-sifat dari suspensi akan
berbeda-beda menurut konsentrasi fase terdispersinya. Bila cahaya
dilewatkan melalui suspensi tersebut, sebagian dari energi radiasi yang
jatuh dihamburkan dengan penyerapan, pemantulan, pembiasan, sementara
sisanya ditransmisi (diteruskan). Pengukuran intensitas cahaya yang
ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi adalah
dasar dari analisis turbidimetri. Dalam membuat kurva kalibrasi
dianjurkan dalam penerapan turbidimetri karena hubungan antara sifat-
sifat optis suspensi dan konsentrasi fase terdispersinya paling jauh
adalah semi empiris. Agar kekeruhan (turbidity) itu dapat diulang
penyiapannya haruslah seseksama mungkin, endapan harus sangat halus.
Intensitas cahaya bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel dalam
suspensi sehingga aplikasi analitik dapat dimungkinkan
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter, dan
nefelometer. Untuk turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang
tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh
suspensilah yang diukur. Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi
mempunyai kegunaan praktis, sedang akurasi pengukuran tergantung pada
ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrument spektroskopi absorpsi
dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer memerlukan
resptor pada sudut 90oC terhadap lintasan cahaya. Metode nefelometer
kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi lebih
tinggi, absorpsi bervariasi secara linear terhadap konsentrasi,
sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te dan
SnCl2, tembaga ferrosianida dan sulfide-sulfida logam berat tidak
demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu
gelatin pelindung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu
disperse koloid yang seragam dan stabil (Khopkar, 1990). Turbiditas yang
diakibatkan suatu suspensi adalah :
S = log
Di mana S = turbidans,
Persamaan-persamaan ini berlaku untuk larutan encer. Untuk radiasi
monokromatis α, K, d, λ adalah tetapan sehingga persamaan diatas dapat
diringkus menjadi :
S ∞ bc atau S = Kbc
Persamaan ini sepadan dengan hukum Beer, Aplikasi teknik turbidimeter
cukup luas, misalkan dalam studi pencemaran air, jumlah sulfat dalam air
dapat diukur dengan turbidimeter. Penentuan sulfat dalam air laut, dapat
dilakukan dengan mengubah sulfat menjadi suatu partikel yang tersuspensi
dalam air laut tersebut, sehingga memungkinkan dilakukannya analisa
secara turbidimetri