K012181097
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kuliah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Sampul
Abstrak........................................................................................................1
Daftar Isi.......................................................................................................3
1. Pendahuluan ......................................................................................5
2. Deskripsi Masalah..............................................................................6
3. Analisi dan Kebijakan .......................................................................7
4. Kesimpulan dan Rekomendasi...........................................................8
3
1. PENDAHULUAN
4
akan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan program jaminan atas kecelakaan
kerja, kematian, pensiun dan hari tua. Secara eksplisit, UU SJSN
menyatakan bahwa 4 (empat) BUMN di bidang asuransi yaitu PT Jamsostek
(Persero), PT Taspen (Persero), PT Asabri (Persero), dan PT Askes
(Persero) akan ditransformasi menjadi BPJS. Berkaitan dengan institusi
BPJS Kesehatan, UU BPJS secara jelas menyatakan bahwa PT Askes
(Persero) akan bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan. Pelayanan
kesehatan BPJS terdiri dari tiga tingkatan. Dalam menjalankan pelayanan
kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat yang lebih rendah wajib melakukan
sistem rujukan. Tanpa mematuhi sistem rujukan ini BPJS kesehatan tidak
akan melayani.
5
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau d. perujuk
tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
2. MASALAH KEBIJAKAN
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan
tingkat yang lebih rendah wajib melakukan sistem rujukan. Tanpa mematuhi
sistem rujukan ini BPJS kesehatan tidak akan melayani. Fasilitas Kesehatan
yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS Kesehatan akan melakukan
recredentialing terhadap kinerja fasilitas kesehatan tersebut dan dapat berdampak
pada kelanjutan kerjasama. Ada dua aturan yang membedakan dari system
yang sebelumnya. Yang pertama adalah system rujukan yang harus
berjenjang dari klinik, Rumah Sakit tipe A, B, dan C , baru bisa ke RS tipe A.
Yang kedua adalah sisten zonasi dimana pasien tidak bisa memilih sendiri
rumah sakit rujukan. Selain penghematan, system ini berusaha agar
masyarakat berobat di rumah sakit terdekat, supaya terjadi pemerataan dan
tidak terjadi penumpukan pasien di rumah sakit tertentu. Ada banyak manfaat
yang diberikan melalui sistem online dan rujukan berjenjang namun itu bukan
masalahnya. Yang menjadi persoalan bagi banyak peserta adalah sistem
Zonasi dan semakin kakunya system rujukan berjenjang tersebut dibanding
dengan system sebelumnya serta lemahnya sosialisasi sebelum penerapannya
Dengan sistem zonasi, secara otomatis pasien dirujuk ke rumah sakit tertentu.
Kebebasan pasien untuk memilih rumah sakit yang mereka rasa cocok untuk
mereka telah dibatasi. Hak dasar pasien untuk memilih rumah sakit maupun
dokter yang memberikan kualitas yang baik untuk mereka tidak di akomodasi
oleh sistem yang kaku seperti ini.
6
3. ANALISIS DAN KEBIJAKAN
BPJS merupakan badan hukum dengan tujuan yaitu mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup yang layak bagi setiap peserta dan atau anggota keluarganya. BPJS
kesehatan telah mengeluarkan suatu sistem yang baru, rujukan online dengan
berbagai janji akan manfaat dan kemudahan. Namun ada berbagai ekses yang
timbul dari kurangnya persiapan dan sosialisasi kepada peserta BPJS.
Kebijakan yang diawali dengan sosialisasi terkesan asal jadi dan tidak
komprehensif, sehingga begitu banyak masyarakat yang tidak menerima dan
memahami informasi ini.
Saat ini masalah yang muncul dari implementasi BPJS yang belum
terselesaikan adalah :
a. System Pelayanan Kesehatan
Penolakan pasien tidak mampu di fasilitas pelayanan kesehatan ,
Pelaksanaan di lapangan, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh PPK I (Puskesmas klinik) maupun PPK II ( Rumah Sakit) sampai
saat ini masih bermasalah. Pasien harus mencari-cari kamar dari satu
RS ke RS lainnya karena dibilang penuh oleh RS, bukanlah hal yang
baru dan baru sekali terjadi.
b. System Pembayaran ( health care payment system )
Belum tercukupinya dana yang ditetapkan BPJS dengan real
cost, terkait dengan pembiayaan dengan skema INA CBGs dan
kapitasi yang dikebirioleh permenkes No. 69 tahun 2013.
Dikeluarkannya SE No. 31 dan 32 tahun 2014 oleh menteri kesehatan
untuk memperkuat pemenkes No. 69 ternyata belum bisa mengurangi
masalah dilapangan.
Kejelasan area pengawasan masih lemah baik dari segi internal
maupun eksternal. Pengawasan internal seperti melalui peningkatan
jumlah peserta dari 20juta ( dulu dikelola PT Askes ) hingga lebih dari
111 juta peserta, perlu diantisipasi dengan perubahan system dan pola
pengawasan agar tidak terjadi korupsi. Pengawasan eksternal, melalui
pengawasan otoritas jasa keuangan OJK, dewan jaminan Sosial
7
Nasional ( DJSN ) DAN Badan Pengawasan Keuangan ( BPK ) masih
belum jelas area pengawasannya.
c. System mutu pelayan kesehatan ( Health Care Quality System )
Keharusan perusahan BUMN dan swasta Nasional, menengah
dan kecil masuk menjadi peserta BPJS Keselahan belum terealisasi
mengingn manffat tambahan yang diterima pekerja BUMN tau swasta
lainnya nelaui regulasi turunan belum slesai dibuat. Hal ini belum
sesuai amanat Perpres No 111 Tahun 2013 Pasal 24 dan 27 mengenai
keharusan pekerja BUMN dan swasta menjadi peserta BPJS
Kesehatan paling lambat 1 januari 2015 dan regulasi tambahan ini
harus dikomunikasikan ecara transparan dengan asuransi kesehatan
swasta, serikat pekerja dan Apindo sehingga soal manfaat tambahan
tidak ada lagi terjadi asalah.
Masih kurangnya tenaga kesehatan yang tersedia di fasilitas
kesehatan sehingga peserta BPJS tidak tertangani dengan cepat.
8
DAFTAR PUSTAKA