ABSTRACT
The sub-watershed Ciseel is classified as one of the critical watersheds in Indonesia. This situation has led to negative
externalities in the form of floods and droughts which can reduce the welfare of society. To eliminate the negative
externalities necessarry rehabilitation and conservation in the upstream sub watershed Ciseel should be carried out is
required. Based on the Soil and Water Assesment Tool (SWAT) analysis shows that rehabilitation and conservation an
area of 1.402 hectares to reduce the rate of erosion in the upstream and increase the supply of water flow in the Ciseel
sub-watershed. Environmental improvements in the upstream is expected to improve the quntity and quality of water
in the sub watershed Cisee, but often the decision makers can not identify environmental damage. This reseach tried to
estimate the value of environmental services in sub watershed Ciseel using Contingent Valuation Method (CVM) approach
to calculate wllingness to pay of society. Based on the results of the research most people (91%) support and willing to pay
for rehabilitation and conservation activities. The mean value of willingness to pay (WTP) amounted Rp.3,491/ person/
month. Factors influencing the society’s willingness to pay is the income level. A total potential value of environmental
services is Rp. 30.201.157.668/ year. Value of environmental services can cover rehabilitation and conservation cost
amounted Rp.21,541,481.93/Ha/year.
ABSTRAK
Sub DAS Ciseel di wilayah DAS Citanduy merupakan salah satu sub DAS yang tergolong kritis di Indonesia. Kondisi ini telah
menimbulkan eksternalitas negatif berupa banjir dan kekeringan yang dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengeliminasi eksternalitas negatif tersebut diperlukan rehabilitasi dan konservasi lahan di daerah hulu sub
DAS Ciseel. Berdasarkan analisis Soil Water Assesment Tool (SWAT) diketahui luas lahan yang perlu direhabilitasi untuk
mengurangi laju erosi dan meningkatkan aliran air bawah tanah (ground water) sekitar 1.402 Ha. Upaya perbaikan
lingkungan di hulu DAS tersebut diharapakan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas air di sub DAS Ciseel. Penelitian
ini mencoba mengestimasi nilai jasa lingkungan kedalam nilai ekonomi menggunakan pendekatan Contingent Valuation
Method (CVM) dengan menghitung kesedian membayar (WTP) masyarakat. Dari hasil survei menunjukkan bahwa
masyarakat sebagian besar (91%) mendukung dan bersedia membayar pembiayan perbaikan lingkungan sub DAS Ciseel.
Rata-rata WTP masyarakat sebesar Rp. 3.491/orang/bulan. Faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap nilai
WTP masyarakat adalah tingkat pendapatan. Nilai total potensi jasa lingkungan adalah sebesar Rp. 30.201.157.668/
tahun. Nilai jasa lingkungan tersebut dapat mengkover biaya rehabilitasi dan konservasi lahan sebesar Rp. 21.541.481,93/
Ha/tahun.
Kata kunci : DAS kritis, Contingent Valuation Mothod, Willingness to pay, dan Kualitas Lingkungan.
2013). Degradasi sub DAS Ciseel tidak terlepas dan kekeringan yang menyebabkan penurunan
dari pola penggunaan lahan di daerah hulu DAS. kuantitas dan kualitas air. Kerusakan daerah
Kecenderungan petani pemilik atau pengelola lahan aliran sungai (DAS) pada dasarnya terkait dengan
di hulu DAS melakukan konversi lahan ke non- kondisi geofisik DAS dan perilaku sosial, ekonomi
vegetasi permanen diduga telah menjadi salah satu dan budaya masyarakat. Sementara air pada DAS
penyebab terjadinya degrdasi DAS yang berdampak merupakan Common Pool Resources (CPRs) yang
pada penurunan kuantitas dan kualitas air. memiliki karakteristik sifat substansial yang dapat
dinikmati oleh semua orang tanpa pengecualian,
Pada daerah-daerah tertentu tutupan lahan sehingga jika tidak ada upaya pelestariannya batas
hutan dipandang sebagai pengatur aliran air ke ketersediaan manfaat CPRs tersebut akan habis.
dalam sungai dimana pada musim hujan dapat Dari perspektif ekonomi, CPR tidak memiliki
menyimpan air dan melepaskannya pada musim mekanisme keseimbangan harga (pasar), sehingga
kemarau. Penelitian yang dilakukan oleh Mubarok, jika terjadi kelangkaan tidak dapat dicerminkan
dkk (2014) di DAS Way Betung menunjukkan bahwa dalam biaya riil setiap pemanfaatnannya (Fauzi
perubahan pola penggunaan lahan mempengaruhi 1999 dalam Pustika 2013).
aliran air bawah permukaan (lateral dan base flow)
terhadap ketersediaan air di sungai. Demikian juga Belum adanya sistem pasar untuk manfaat-
hasil penelitian Nasrullah (2013) di Danau Tempe manfaat intangible air, para ahli telah berusaha
menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan mengembangkan pendekatan teknik penilaian
telah mempengaruhi neraca air dan sedimentasi. jasa air yang dihasilkan ekosistem DAS kedalam
Hasil-hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa nilai moneter yang dikenal dengan valuasi
tutupan lahan dapat mempengaruhi kuantitas dan ekonomi. Barbier (1997) dalam Herwanti (2014)
kualitas air. mengartikan valuasi ekonomi sebagai upaya untuk
memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan
Air di sungai yang merupakan jasa lingkungan jasa yang disediakan oleh lingkungan dan sumber
DAS sampai saat ini masih dianggap common pool daya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
resource yang tidak memiliki harga pasar (non bahwa valuasi ekonomi pada hakekatnya adalah
market value), sehingga nilai jasa lingkungan penterjemahan barang dan jasa non pasar dimana
tersebut sering diabaikan karena sulit diungkapkan untuk memperolehnya tidak terjadi transaksi
dengan angka, padahal manfaat yang diberikan antara penjual dan pembeli, sehingga dibutuhkan
cukup besar bagi kesejahteraan masyarakat. teknik untuk menterjemahkan nilainya kedalam
Untuk mencerminkan nilai sumber daya alam yang satuan harga.
sebenarnya perlu memasukan manfaat non pasar
kedalam analisis biaya manfaat yang menurut Metode valuasi ekonomi untuk kualitas
Mueller (2013) memiliki dampak yang signifikan lingkungan menurut Patunru (2010) dalam Pustika
terhadap keberlanjutan program-program restorasi. (2013) dibagi kedalam 2 kelompok menurut
Nilai manfaat jasa lingkungan tidak akan diperoleh sumber data atau informasinya, yaitu pendekatan
jika kondisi jasa lingkungan tersebut dalam kondisi preferensi tersirat (revaled preference/RP) dan
tidak baik, oleh karena itu untuk memperbaiki pendekatan preferensi tersurat (stated preference/
kualitas jasa lingkungan di sub DAS ciseel perlu SP). Pendekatan RP dilakukan melalui observasi
dilakukan rehabilitasi dan konservasi lahan. Namun atas pilihan individual, sedangkan pendekatan
seringkali para pengambil kebijakan sulit untuk SP dilakukan dengan jalan menanyakan langsung
mengkuantifikasikan nilai kerusakan lingkungan kepada individu berapa kesediaan membayar untuk
kedalam nilai ekonomi, sehingga perlu dilakukan menikmati perbaikan jasa lingkungan pada level
penelitian untuk mengetahui nilai ekonomi jasa tertentu. Salah satu metode yang sering digunakan
lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk dalam pengukuran jasa lingkungan adalah
mengestimasi nilai jasa lingkungan sub DAS Ciseel Contingent Valuation Method (CVM) yang menurut
menggunakan pendekatan Contingent Valuation Loomis et al.(1999) dianggap mampu mengukur
Method (CVM). Nilai jasa lingkungan ini dapat nilai manfaat pasif dari jasa lingkungan. CVM pada
digunakan oleh pengambil kebijakan (policy makers) hakekatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan
sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan membayar (willingness to pay/WTP) masyarakat
kebijakan pengelolaan sub DAS Ciseel agar lebih terhadap suatu perbaikan kualitas lingkungan.
sustainable. Dengan menggunakan pengukuran WTP, maka
nilai jasa lingkungan dapat diterjemahkan ke dalam
KAJIAN PUSTAKA bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter
barang dan jasa (2014).
Permasalahan yang sering dijumpai pada DAS
adalah degradasi lahan, erosi, sedimentasi, banjir,
230
Pendugaan Nilai Jasa Lingkungan Sub Daerah Aliran Sungai Ciseel Menggunakan
Pendekatan Contingent Valuation Method
Kuat Pudjianto, Dudung Darusman, Bramasto Nugroha, Omo Rusdiana
78.337 Ha. Berdasarkan wilayah administrasi, sub dengan responden pemanfaat air irigasi yang
DAS Ciseel berada di Kabupaten Ciamis (66,9%), hanya 88,16%. Tingginya kesediaan membayar
Kabupaten Tasikmalaya (21,95%), Kota Banjar para pelanggan PDAM tersebut disebabkan mereka
(8,2%) dan Kota Tasikmalaya (2,94%). (Gambar 1) merasa sangat kesulitan jika kekurangan air, bahkan
Rata-rata suhu udara di dataran rendah sub DAS ada sebagian pelanggan yang sama sekali tidak
Cisel sekitar 20-34o C dan pada dataran tinggi mendapatkan air dari PDAM pada saat musim
sekitar 18-22 oC. Jumlah curah hujan rata-rata per kemarau, sehingga mereka setuju dan mendukung
tahun berkisar 2.735 mm, tertinggi pada bulan terhadap upaya perbaikan daerah hulu sub DAS
Desember dan terendah pada bulan Agustus- Ciseel yang dianggap penting, karena daerah hulu
September. Rata-rata kelembaban udara di wilayah DAS merupakan sumber air yang perlu dilindungi.
Sub DAS Ciseel berkisar antara 85%-91,71%. Responden pemanfaat air irigasi yang menyatakan
tidak bersedia membayar pada umumnya karena
HASIL DAN PEMBAHASAN keterbatasan pendapatan, sedangkan pelanggan
PDAM yang tidak bersedia membayar pada
Kesediaan Membayar (WTP) Masyarakat umumnya karena merasa sudah cukup puas dengan
Hasil survei terhadap seluruh responden kondisi sub DAS Ciseel saat ini, meskipun mereka
mengenai kesediaan membayar (WTP) untuk kesulitan air pada saat musim kemarau. Berdasarkan
perbaikan lingkungan daerah hulu sub DAS Ciseel data tersebut maka secara umum responden di
disajikan pada Tabel 1. wilayah sub DAS Ciseel memahami pentingnya jasa
Pada Tabel 1 menunjukan bahwa sebagian lingkungan DAS bagi kehidupannya. Oleh karena
besar responden (91%) menyatakan bersedia itu mereka sangat setuju dan mendukung terhadap
untuk membayar perbaikan biaya rehabilitasi dan upaya-upaya perbaikan lingkungan di bagian hulu
konservasi lahan di daerah hulu DAS Ciseel. Mereka DAS sebagai catchment area sekaligus berfungsi
merasa bahwa saat ini air di sungai Ciseel sudah sebagai tata guna air.
mulai berkurang dan semakin kotor, terutama pada
saat musim kemarau. Lahan-lahan sawah pada Identifikasi jasa lingkungan
umumnya kering sehingga para petani merasa
kesulitan. Sebagai solusinya para petani pemanfaat Alih fungsi lahan dari tanaman keras (hutan)
irigasi menggunakan lahan sawahnya untuk menjadi tanaman musiman (jagung, pepaya, padi
tanaman kedelai yang relatif sedikit memerlukan sawah dan palawija) di daerah hulu sub DAS Ciseel
air. Kondisi ini hampir sama dengan masyarakat diduga menyebabkan penurunan kapasitas infiltrasi
petani di China yang pada saat kekeringan dan perkolasi serta peningkatan laju erosi tanah.
mengambil kegiatan ekonomi lain, atau mengikuti Kondisi tersebut menyebabkan sedimentasi di
kebijakan Pemerintah untuk menciptakan situasi sungai yang menimbulkan eksternalitas negatif
yang dapat memaksimumkan keuntungan mereka. berupa banjir dan kekeringan yang merugikan
Kesadaran petani terhadap lingkungan DAS juga masyarakat. Hasil analis SWAT menunjukkan bahwa
cukup tinggi meskipun lebih rendah dibandingkan aliran sungai Ciseel di bagian hulu, tengah dan hilir
dengan masyarakat di wilayah sub DAS Ciseel. sekitar 46% berasal dari aliran permukaan (surface
Hasil penelitian Tao (2012) menunjukkan 61,8% flow), 54% aliran air dibawah permukaan (lateral
dari responden menyatakan kesediaan membayar dan ground water flow). Kecilnya kontribusi aliran air
(WTP) untuk perbaikan hutan dan konstruksi. bawah tanah tersebut merupakan salah satu faktor
Tingkat kesediaan membayar responden dari penyebab menurunnya tingkat ketersediaan air di
pelanggan PDAM di wilayah sub DAS Ciseel adalah sungai pada musim kemarau, karena ketersediaan
sebesar 93,75%, masih lebih tinggi dibanding air dalam DAS tergantung pada magnitute dari
232
Pendugaan Nilai Jasa Lingkungan Sub Daerah Aliran Sungai Ciseel Menggunakan
Pendekatan Contingent Valuation Method
Kuat Pudjianto, Dudung Darusman, Bramasto Nugroha, Omo Rusdiana
input-output dan kapasitas penyimpanan (Verdin, semakin tinggi. Gambar 2 menununjukkan bahwa
2012). laju erosi di lahan terbuka relatif lebih tinggi
Tingkat erosi tanah dalam DAS ditentukan oleh dibandingkan dengan jenis tutupan yang lain
kondisi tutupan lahan, terutama di daerah hulu dengan semakin meningkatnya kelerengan lahan.
DAS. Dari hasil analisa SWAT diketahui luas lahan Jika dilihat secara umum laju erosi di sub DAS
dengan laju erosi yang tergolong sedang, berat dan Ciseel masih tergolong aman karena sekitar 98,22%
sangat berat di sub DAS Ciseel adalah seluas 1.402 H masih dalam katagori sangat ringan dan ringan.
(Tabel 2). Untuk menurunkan laju erosi dari lahan Meskipun demikian dengan semakin bertambahnya
tersebut perlu dilakukan rehabilitasi, terutama pada penduduk dan aktivitas ekonomi perlu diantisipasi
lahan terbuka, pertanian lahan kering dan semak kemungkinan meningkatnya laju erosi secara
belukar di kelerengan lebih dari 15% (Gambar 2). berjenjang dari sangat ringan menjadi sangat berat
Tabel 2 : Klasifikasi area di sub DAS Ciseel berdasarkan sediment yield
No. Sedimen yield Katagori Luas area %
(ton/Ha/Th) (Ha)
1 0 – 15 Sangat ringan 73,671 94,04
2 15 – 60 Ringan 3,271 4,18
3 60 – 180 Sedang 1,306 1,67
4 180 – 480 Berat 80 0,10
5 >480 Sangat berat 16 0,02
Sumber : Diolah, 2015
300
Sediment yield (ton/ha/year)
250
200
Forest
150 Agroforestry
Shrub
100
Dry Land Agriculture
50
Bare soil
0
0-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40%
Class Slope
Gambar 2 : Rata-rata laju erosi di setiap jenis tutupan lahan berdasarkan kelas lereng di sub DAS Ciseel
Sumber : Hasil Analisis SWAT, 2015
Disamping itu lahan-lahan dengan laju erosi yang karena dengan kondisi sekarangpun sub DAS Cisel
masih tergolong sangat ringan dan ringan tetap sudah mengalami pendangkalan sungai. Oleh
harus dipertahankan karena konservasi ekosistem karena itu agar lingkungan dapat terjaga dengan
yang berkontribusi terhadap pasokan air lebih baik diperlukan partisipasi dari seluruh masyarakat
efektif daripada memperbaiki kondisi lahan yang di wilayah sub DAS Ciseel untuk menjaga dan
telah rusak (Hull, 2013). Dengan mempertahankan melindungi DAS agar tetap berfungsi dengan baik.
kondisi lahan yang masih baik dan merehabilitasi
lahan yang rusak di hulu DAS, diharapkan laju Konstruksi Skenario Hipotesis
erosi bisa terkendali dan aliran air bawah tanah Skenario yang ditawarkan kepada masyarakat
meningkat, sehingga dapat mengeliminasi adalah melakukan rehabilitasi dan konservasi
ekternalitas negatif yang saat ini dirasakan oleh lahan di wilayah hulu sub DAS Ciseel untuk
masyarakat di wilayah sub DAS Ciseel. mengembalikan atau memperbaiki kondisi lahan
Tingginya laju erosi tergantung pada kondisi agar fungsi hidrologi DAS dapat lebih optimal,
kelerengan lahan, semakin berlereng laju erosi
233
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.3, November 2015, hal 229 - 239
sehingga kuantitas dan kualitas air dapat terjamin. Ciseel kemungkinan lebih rendah dibanding dengan
Dengan terjaminnya kuantitas dan kualitas air, maka masyarakat di wilayah DAS Arau, karena banyak
masyarakat dapat meningkatkan nilai guna (utility) penelitian (Ndetewio 2013; Manlosa et al., 2013;
dari jasa air yang di konsumsinya (marginal utility). dan Calderon et al. 2013) menunjukan bahwa WTP
Sebagai konsekwensinya masyarakat diminta masyarakat terhadap jasa lingkungan berkaitan
kesediaannya untuk membayar pembiayaan dengan tingkat pendapatan. Kedua, tingkat
perbaikan jasa lingkungan tersebut. kesadaran masyarakat di sub DAS Ciseel terhadap
kelestarian lingkungan juga lebih rendah di banding
Nilai WTP Masyarakat dengan masyarakat di wilayah DAS Arau. Namun
Hasil survai dengan menggunakan kuesioner dugaan ini masih perlu dikaji lebih lanjut.
terbuka kepada seluruh responden pemanfaat air Jika dilihat per satuan wilayah, maka dengan
irigasi dan pelanggan PDAM diperoleh nilai rata- luas wilayah 78.337 ha, potensi jasa lingkungan sub
rata WTP sebesar Rp. 4.807,-/bulan. Berdasarkan DAS Ciseel per satuan luas adalah Rp. 385.528,65/
nilai rata-rata WTP tersebut, maka dengan Ha/ tahun (Rp.30.201.157.668 : 78.337). Dari hasil
jumlah penduduk sebesar 720.929 jiwa maka perhitungan laju erosi (Tabel 2), maka potensi jasa
nilai p o t e n s i j a s a l i n g k u n g a n s u b DA S lingkungan sebaiknya diarahkan kepada perbaikan
C i s e e l s e b e s a r Rp. 2.516.763.139,-/bulan atau lahan dengan laju erosi yang tergolong sedang,
Rp. 30.201.157.668,-/tahun (Tabel 3). Nilai jasa berat dan sangat berat seluas 1.402 Ha. Pelaksanaan
lingkungan sub DAS Ciseel ini masih lebih rendah dapat dilakukan melalui 2 tahap sesuai dengan
jika dibanding dengan dana kompensasi biaya kondisi laju erosi. Tahap pertama adalah lahan
konservasi untuk penyedia jasa wilayah hulu dari dengan laju erosi yang tergolong berat dan sangat
berbagai kelompok pengelola air minum sebagai berat seluas 96 hektar menjadi prioritas pertama,
pengguna jasa lingkungan di DAS Cisadane Hulu dan tahap kedua adalah lahan dengan laju erosi
yang mencapai 110, 46 milyar/tahun Sutopo (2010). yang tergolong sedang seluas 1.306 hektar menjadi
Perbedaan ini disebabkan karena rata-rata WTP prioritas kedua.
masyarakat sub DAS Ciseel yang diperhitungkan
hanya pemanfaat air irigasi dan pelanggan PDAM Dari hasil perhitungan potensi jasa lingkungan per
(tidak termasuk dunia usaha). Oleh karena itu satuan wilayah sebesar Rp.385.528,65/ha/tahun,
masih perlu digali lagi potensi jasa lingkungan dari jika seluruh nilai potensi jasa lingkungan sub DAS
sektor swasta. Ciseel digunakan untuk rehabilitasi dan konservasi
Tabel 3 : Rata-rata WTP Masyarakat dan Nilai Jasa Lingkungan sub DAS Ciseel
Jml Rata-rata Nilai Jasa Lingkungan
No Responden
Res WTP Per bulan Per tahun
Tabel 3 menunjukan rata-rata WTP masyarakat lahan seluas 1.402 Ha (lahan dengan laju erosi berat
(Pemanfaat air irigasi dan pelanggan PDAM) dan sangat berat), maka nilai jasa lingkungan dapat
sebesar Rp. 6.535.152/orang/tahun. Nilai ini mengcover biaya rehabilitasi dan konservasi lahan
masih lebih kecil jika dibanding dengan nilai di sub DAS Ciseel sebesar Rp. 21.541.481,93/ha/
WTP masyarakat di DAS Arau yang mencapai Rp. tahun (Rp.30.201.157.668:1.402). Apabila nilai
9.390.432,95 - Rp.15.624.087,13/tahun (Nursidah, jasa lingkungan ini dapat terealisir maka akan
2012). Rendahnya nilai WTP di sub DAS Ciseel menjadi modal alam yang potensial untuk dijadikan
dapat disebabkan oleh 2 kemungkinan yaitu : sebagai sumber pembiayaan pengelolaan DAS yang
Pertama kondisi ekonomi masyarakat di sub DAS sustainable.
234
Pendugaan Nilai Jasa Lingkungan Sub Daerah Aliran Sungai Ciseel Menggunakan
Pendekatan Contingent Valuation Method
Kuat Pudjianto, Dudung Darusman, Bramasto Nugroha, Omo Rusdiana
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi WTP adalah factor yang paling mempengaruhi kesediaan
membayar (WTP) masyarakat, semakin tinggi
Hasil analisis korelasi antara faktor jenis tingkat pendapatan, maka kesediaan membayarnya
kelamin, umur, tingkat pendidikan, luas tanah (WTP) cenderung semakin tinggi atau sebaliknya.
garapan, tingkat pendapatan, dan persepsi Demikian juga untuk faktor tingkat pendidikan,
masyarakat dengan nilai WTP menunjukkan bahwa luas tanah garapan dan jenis kelamin. Hasil-hasil
semua variabel tersebut memiliki hubungan yang penelitian yang dilakukan oleh Ndetewio (2013).
signifikan dengan WTP masyarakat (pemanfaat Manlosa et al.(2013), dan Calderon et al. (2013), juga
air irigasi dan pelanggan PDAM), kecuali variabel menunjukkan bahwa faktor-faktor ekonomi sosial
tingkat pendidikan. Hasil analisis uji korelasi tersebut, terutama faktor pendapatan memiliki
Product Moment (Pearson) menggunakan software hubungan signifikan yang kuat dengan nilai WTP
SPSS versi 16 secara lengkap disajikan pada Tabel 4. masyarakat. Keinginan membayar masyarakat
Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor pendapatan dapat diukur dalam bentuk kenaikan pendapatan
merupakan faktor yang memiliki korelasi nyata yang menyebabkan sesorang berada dalam posisi
paling kuat terhadap WTP dibanding faktor yang indifferent terhadap perubahan eksogenous karena
Tabel 4 : Hubungan antara variabel bebas (umur, tingkat pendidikan, luas tanah garapan,
pendapatan dan persepsi lingkungan) terhadap variabel terikat (nilai WTP)
Variabel Koe�isien Multikolinieritas
Signi�ikansi
No Terikat Bebas Korelasi Toleran VIF
1 Pemanfaat Air Irigasi:
WTP (Y) Jenis Kelamin (X1) 0,354** 0,002 0,935 1,070
Umur (X2) 0,073 0,528 0,893 1,120
Tingkat Pendidkan (X3) 0,558** 0,000 0,625 1,600
Luas tanah garapan (X4) 0,637** 0,000 0,452 2,211
Pendapatan (X5) 0,838** 0,000 0,345 2,896
Persepsi (X6) 0,383** 0,001 0,953 1,049
2 Pemanfaat Air Pelanggan PDAM:
WTP (Y) Jenis Kelamin (X1) 0,741** 0,000 0,365 2,736
Umur (X2) 0,198 0,079 0,854 1,170
Tingkat Pendidkan (X3) 0,609** 0,000 0,574 1,743
Luas tanah garapan (X4) 0,449** 0,000 0,797 1,255
Pendapatan (X5) 0,880** 0,000 0,367 2,723
Persepsi (X6) 0,307** 0,006 0,992 1,008
Sumber : Diolah, 2015
Keterangan : **) Korelasi signifikan pada tingkat 0,05
lain, baik untuk pemanfaat air irigasi maupun perubahan harga atau perubahan kualitas sumber
pelanggan PDAM dengan nilai koefisien korelasi daya (Fauzi, 2014). Oleh karena itu variabel
>0,8. Ukuran kekutan hubungan korelasi antar pendapatan menjadi penting dalam penerapan
variabel memang masih bersifat relatif, namun Lin konsep WTP.
et al. (2008) menyatakan bahwa nilai koefisien
korelasi > -0,50 (negatif) dan >0,50 (positif) memiliki Hasil analisis regresi berganda menggunakan
hubungan linier yang kuat. Berdasarkan pernyataan metode Moment Product (Pearson) menghasilkan
ini maka faktor lain yang memiliki hubungan nyata persamaan linier untuk nilai WTP masyarakat sub
kuat untuk pemanfaat air irigasi adalah tingkat DAS Ciseel sebagai berikut :
pendidikan dan luas tanah garapan, sedangkan
Model persamaan WTP Petani pemanfaat air
untuk pelanggan PDAM adalah jenis kelamin
irigasi,..............(1)
dan tingkat pendidikan, sedangkan faktor-faktor
yang lain meskipun memiliki korelasi nyata pada Y = - 4.681,29(b0) + 1.192,25X1 + 15,23X2 + 367,28X3
tingkat signifikan 0,05, namun korelasinya lemah + 0,46X4 + 0,001X + 1.580.76X6
(dibawah 0,50). Hal ini berarti faktor pendapatan
235
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.3, November 2015, hal 229 - 239
Model persamaan WTP Pelanggan PDAM,............. tanah garapan, dan pendapatan nilainya tetap
..........................(2) dan nilai persepsi masyarakat berubah (naik
atau turun) 1 poin, maka nilai WTP akan
Y = - 4.037,35(b0) + 536,43X1 + 9,52X2 + 388,44X3 + berubah (naik atau turun) sebesar Rp.1.580,76.
0,83X4 + 0,001X5 + 2.310.73 X6
Dimana, Berdasarkan hasil uji regresi, nilai koefisien
b0 = Konstanta korelasi (R) model WTP Pemanfaat air irigasi adalah
X1 = Jenis kelamin 0,898, maka koefisien determinasi (R Square/
X2 = Umur R2) adalah sebesar 0,898 x 0,898 = 0,806. Berarti
X3 = Tingkat pendidikan kemampuan variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6)
X4 = Luas tanah garapan dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya
X5 = Pendapatan (Y/WTP pemanfaat air irigasi) adalah sebesar 80%,
X6 = Persepsi masyarakat berarti terdapat 20% varians variabel terikat yang
dijelaskan oleh faktor lain.
Model Persamaan (1)
Untuk menguji apakah model regresi tersebut
• Konstanta Bo = -4.681,29, artinya jika variabel terdapat korelasi diantara variabel bebas,
jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, luas maka dilakukan uji multikolinieritas. Hasil uji
tanah garapan, pendapatan dan persepsi multikolinieritas menunjukkan bahwa nilai toleran
masyarakat nilainya 0, maka WTP nilainya semua variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6)
negatif. lebih besar dari 0,10 (Tabel 4), sementara itu nilai
Variance Inflation Factor (VIF) semua variabel bebas
• Koefisien X1 = 1.192,25, artinya jika variabel (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) lebih keci dari 10, sehingga
umur, tingkat pendidikan, luas tanah garapan, model regresi tersebut tidak terjadi multikolineritas
pendapatan dan persepsi masyarakat nilainya terhadap data yang diuji (antar variabel bebas).
tetap dan nilai jenis kelamin berubah (naik atau
turun) 1 poin, maka nilai WTP akan berubah Model Persamaan (2)
(naik atau turun) sebesar Rp.1.192,25.
• Konstanta Bo = -4.037,35, artinya jika variabel
• Koefisien X2 = 15,23, artinya jika variabel jenis jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, luas
kelamin, tingkat pendidikan, luas tanah garapan, tanah garapan, pendapatan dan persepsi
pendapatan dan persepsi masyarakat nilainya masyarakat nilainya 0, maka WTP nilainya
tetap dan nilai umur berubah (meningkat atau negatif.
turun) 1 poin, maka nilai WTP akan berubah
(naik atau turun) sebesar Rp.15,23. • Koefisien X1 = 536,43, artinya jika variabel
umur, tingkat pendidikan, luas tanah garapan,
• Koefisien X3 = 367,28, artinya jika variabel jenis pendapatan dan persepsi masyarakat nilainya
kelamin, umur, luas tanah garapan, pendapatan tetap dan nilai jenis kelamin berubah (naik atau
dan persepsi masyarakat nilainya tetap dan turun) 1 poin, maka nilai WTP akan berubah
nilai tingkat pendidikan berubah (naik atau (naik atau turun) sebesar Rp. 518,08.
turun) 1 poin, maka nilai WTP akan berubah
(naik atau turun) sebesar Rp.367,28. • Koefisien X2 = 9,52, artinya jika variabel jenis
kelamin, tingkat pendidikan, luas tanah garapan,
• Koefisien X4 = 0,46, artinya jika variabel jenis pendapatan dan persepsi masyarakat nilainya
kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan tetap dan nilai umur berubah (naik atau turun)
dan persepsi masyarakat nilainya tetap dan 1 poin, maka nilai WTP akan berubah (naik
nilai luas tanah garapan berubah (naik atau
atau turun) sebesar Rp. 9,52.
turun) 1 poin, maka nilai WTP akan berubah
(naik atau turun) sebesar Rp.0,46. • Koefisien X3 = 388,44 , artinya jika variabel jenis
kelamin, umur, luas tanah garapan, pendapatan
• Koefisien X5 = 0,001, artinya jika variabel jenis dan persepsi masyarakat nilainya tetap dan
kelamin, umur, tingkat pendidikan, luas tanah nilai tingkat pendidikan berubah (naik atau
garapan dan persepsi masyarakat nilainya turun) 1 poin, maka nilai WTP akan berubah
tetap dan nilai pendapatan berubah (naik atau
(naik atau turun) sebesar Rp. 388,44.
turun) 1 poin, maka nilai WTP akan berubah
(naik atau turun) sebesar Rp.0,001. • Koefisien X4 = 0,83, artinya jika variabel jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan
• Koefisien X6 = 1.580,76, artinya jika variabel dan persepsi masyarakat nilainya tetap dan
jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, luas nilai luas tanah garapan berubah (naik atau
236
Pendugaan Nilai Jasa Lingkungan Sub Daerah Aliran Sungai Ciseel Menggunakan
Pendekatan Contingent Valuation Method
Kuat Pudjianto, Dudung Darusman, Bramasto Nugroha, Omo Rusdiana
turun) 1 poin, maka nilai WTP akan berubah Berdasarkan hasil analisis regresi berganda
(naik atau turun) sebesar Rp.0,83. tersebut, meskipun variabel pendapatan masyarakat
memilki korelasi nyata paling kuat (0,838 dan
• Koefisien X5 = 0,001, artinya jika variabel jenis 0,880), namun nilai koefisien regresinya relatif
kelamin, umur, tingkat pendidikan, luas tanah kecil dibanding dengan variabel tingkat pendidikan,
garapan dan persepsi masyarakat nilainya tetap luas tanah garapan dan jenis kelamin yaitu 0,001,
dan nilai pendapatan berubah (naik atau turun) sehingga kenaikan atau penurunan pendapatan
1 poin, maka nilai WTP akan berubah (naik masyarakat hanya berpengaruh kecil terhadap nilai
atau turun) sebesar Rp. 0,001. WTP masyarakat. Oleh karena itu, meskipun nilai
jasa lingkungan sub DAS Ciseel potensial sebagai
• Koefisien X6 = 2.310,73, artinya jika variabel sumber pembiayaan perlindungan DAS, namun
jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, luas pengelolaan DAS dalam skala tertentu (besar)
tanah garapan, dan pendapatan nilainya tetap saat ini tidak dapat hanya bertumpu pada nilai
dan nilai persepsi masyarakat berubah (naik jasa lingkungan (WTP masyarakat), tetapi harus
atau turun) 1 poin, maka nilai WTP akan didukung oleh sumber pembiayaan lain dengan
berubah (naik atau turun) sebesar Rp. 2.310,73. sistem sharing cost. Implementasinya dapat melalui
penerapan instrumen kebijakan skema pembayaran
Berdasarkan hasil uji regresi, nilai koefisien
jasa lingkungan.
korelasi (R) model WTP Pelanggan PDAM adalah
0,925, maka koefisien determinasi (R Square/ Pengujian Normal Probability (distribusi data)
R2) adalah sebesar 0,925 x 0,925 = 0,855. Berarti dapat dilihat pada output regresi yang disajikan
kemampuan variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) pada Gambar 3 dan Gambar 4.
dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya
(Y/WTP Pelanggan PDAM) adalah sebesar 85%, Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa data
berarti terdapat 15% varians variabel terikat yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
dijelaskan oleh faktor lain. arah garis diagonal, maka distribusi data normal dan
model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
Untuk menguji apakah model regresi tersebut Dengan demikian kesimpulan-kesimpulan yang
terdapat korelasi diantara variabel bebas, dibuat berdasarkan uji global didukung oleh hasil
maka dilakukan uji multikolinieritas. Hasil uji dari evaluasi ini.
237
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.3, November 2015, hal 229 - 239
238
Pendugaan Nilai Jasa Lingkungan Sub Daerah Aliran Sungai Ciseel Menggunakan
Pendekatan Contingent Valuation Method
Kuat Pudjianto, Dudung Darusman, Bramasto Nugroha, Omo Rusdiana
239