Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru
dan organ tubuh lainnya. Tuberculosis dapat terjadi secara primer (infeksi primer)
dan tuberculosis pasca primer. Infeksi primer terjadi pertama kali saat seseorang
terpapar dengan kuman TBC. Droplet atau kuman yang terhirup sangan kecil
ukurannya sehingga dapat melewati system pertahanan mukosilier bronkus, dan
terus berjalan sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman
TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di paru.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman dan
respon daya tahan tubuh karena pada umumnya daya tahan tubuh yang baik dapat
menghentikan perkembangan kuman. Rendahnya daya tahan tubuh
memungkinkan individu menjadi penderita TB paru dalam waktu beberapa bulan
atau tahun setelah infeksi primer. Ciri khas dari tuberculosis pasca primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Tuberculosis paru ditularkan secara langsung maupun tidak langsung
melalui percikan ludah atau droplet dan terhirup oleh orang sehat melalui jalan
napas dan berkembang di paru, sedangkan penularan secara tidak langsung
melalui sputum yang dibatukkan dan dibuang sembarangan, beterbangan di udara
dan terhirup oleh orang sehat dan terjadi penularan tuberculosis.
Tanda dan gejala dari TB paru yang lazim ditemukan adalah batuk terus
menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih, dan gejala lain seperti
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan
lemah, nafsu makan menurun, BB menurun, rasa kurang enak badan (malaisa),
berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari satu bulan.
Pengetahuan pasien TB paru tentang penyebab tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya sangat penting untuk mengurangi
terjadinya maupun kambuhnya penyakit TB paru. Kurangnya pengetahuan pasien
tentang penyakit TB paru disebabkan karena masih banyak pasien yang kurang
mencari informasi tentang penyakit TB paru melalui media masa, TV, radio atau
kurang mengikuti penyuluhan-penyuluhan, sosialisasi, seminar-seminar yang
diberikan oleh petugas kesehatan baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas.
Berdasarkan pengamatan selama ini diketahui rata-arata masih banyaknya
pasien yang belum mengerti atau memahami tentang penyakit TB paru sehingga
mempengaruhi pasien dalam proses penyembuhan dan pemcegahan kambuh
kembali penyakit tuberculosis paru.

B. Perumusan Masalah
Melihat banyak pasien yang belum mengerti dan memahami tentang penyakit TB
paru serta bagaimana cara pencegahan terhadap kambuhnya kembali penyakit
tuberculosis paru. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk memperlajari bagaimana
tingkat pengetahuan pasien dalam pencegahan kambuhnya kembali penyakit TB
paru
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum : untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien dalam pencegahan
kambuhnya kembali penyakit TB paru.
Tujuan Khusus :
1. mengidentifikasi pendidikan pasien dalam mencegah kambuhnya kembali
penyakit TB paru.
2. Mengidentifikasi pengetahuan pasien dalam mencegah kambuhnya kembali
penyakit TB paru.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti.
Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
serta ketrampilan dalam mengenal masalah yang dihadapi pasien dan sebagai
langkah awal untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Responden
Dapat merubah pola pikir pasien serta meningkatkan pengetahuan pasien
tentang pencegahan kambuh kembali penyakit TB paru.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat memberikan informasi tenaga kesehatan untuk
menggerakkan dan membina masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan
tentang cara mencegah penyakit TB paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberculosis Paru
1. Pengertian tuberculosis paru
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman mycobakterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang
paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Infeksi TB paru terjadi
secara primer (infeksi primer) dan tuberculosis pasca primer. Infeksi primer
terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang
terhirup sangat kecil, sehingga dapat melewati pertahanan mucosilier broncus
dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi
dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan
diri di paru, yang mengakibatkan peradangan didalam paru-paru.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman
yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler) karena
pada umumnya reaksi daya tahan tubuh yang baik dapat menghentikan
perkembangan penyakit TBC. Rendahnya daya tahan tubuh seseorang
memungkinkan individu tersebut menjadi penderita tuberculosis paru dalam
waktu beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Ciri khas dari
tuberculosis paru pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
3. Cara Penularan
Tuberculosis paru ditularkan secara langsung maupun tidak langsung
melalui percikan ludah (droplet TBC) dan terhirup oleh orang sehat melalui
jalan napas dan seterusnya berkembang biak di paru. Sedangkan penularan
secara tidak langsung adalah melalui sputum yang di batukkan dan dibuang
sembarangan ditanah mengering dan menyatu dengan debu dan beterbangan
diudara. Doplet yang mengandung kuman dapat bertahan hidup diudara pada
suhu kamar selama beberapa jam dan orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Setelah kuman TBC masuk
kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya melalui system peredaran darah, system
saluran limfe, saluran napas atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh
lainya (Soeparman dan Suwarno, 1990).
4. Gejala-gejala Tuberculisis
Tanda dan gejala dari TB paru yang lazim ditemukan adalah batuk terus
menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih, dan gejala lain seperti
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan
lemah, nafsu makan menurun, BB menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari
satu bulan.
5. Diagnosis Tuberculosis
Untuk menegakkan diagnosa TB paru diperlukan diagnostik test yang
memadai seperti pemeriksaan darah, tuberkulen test, X – ray, pemeriksaan
kultur atau pemeriksaan BTA (Soeparman dan Suwarno, 1990).
6. Pengobatan Tuberculosis
Jenis dan dosis obat :
a Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi
kuman dalam beberapa hari pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolic aktif yaitu kuman yang sedang
berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg
BB.
b Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi – dormant (persister)
yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan
sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
c Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu dengan dosis 35
mg/kg BB.
d Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.
Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan
untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.
e Etambutol
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg
BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis 30 mg/kg BB
Prinsip pengobatan :
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6 - 8 bulan, supaya semua kuman dapat
dibunuh.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan
a Tahap Intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAP
terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat.
Biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif
(konveri) pada akhir pengobatan intensif.
b Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih seedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
7. Pencegahan Terhadap Kambuhnya Kembali
Penyakit Tuberculosis paru (Wong D.T, 1995, Nursing Care Of Infans And
Children, Fifth Edition “Mosby Year Book, Toronto)
a Menutup mulut saat batuk
b Sputum atau dahak dibuang pada tempat yang tertutup yang berisi cairan
pembunuh kuman : lisol bisa juga dipakai
c Jendela harus dibuka agar pertukaran udara baik
d Tempat makan dan minum dipisahkan
e Peralatan tidur sering dijemur
f Makan makanan bergizi misalnya nasi/ bubur, sayur-sayuran, lauk pauk
(daging, ikan, telur), buah-buahan dan susu
g Pengobatan dengan OAT : obat anti Tuberculosis harus diminum secara
teratur
B. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca indera yang berbeda dengan kepercayaannya, takhyul dan penerapan-
penerapan yang keliru (S. Soekanto, 1996).
Pengetahuan terdidi atas 6 tingkatan yaitu :
1. Know : Tahu, diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termaksud dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall),
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima oleh karena itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
Contoh : dapat menyebutkan kembali penyebab terjadinya Tuberculosis Paru.
2. Comprehesion : memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
mempresentasikan materi tersebut secara benar.
Contoh : mampu menyimpulkan.
3. Aplication : Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, metode, dan prinsip
4. Analisis : Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan masih ada kaitan satu sama lainnya.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan.
5. Synthesis : Sintesis, menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun, dapat
merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluation : evaluasi, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilain
ini didasarkan kepada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Oleh karena itu, pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat penting dan
dimiliki oleh setiap manusia dalam kehidupan sehari-hari agar dapat
mengembangkan potensi diri.
C. Pendidikan
Pendidikan dilaksanakan didalam kesatuan hidup bersama dan makna kehidupan
manusia ditentukan oleh nilai-nilai hidup.
Pendidikan berasal dari bahasa latin “educare” yang berarti mengeluarkan sesuatu
kemampuan dalam bahasa inggris “education” yang berarti pendidikan yang
dikaitkan dengan pendidikan sekolah. Oleh sebab itu pengertian pendidikan bagi
setiap orang adalah berbeda-beda.
1. Pengertian Pendidikan Menurut Beberapa Ahli :
a Hamid Dedi (2003), pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, aklat mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.
b Kihajar Dewantara, pendidikan adalah menuntut segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
c Godfrey (1986), berpendapat bahwa pendidikan adalah pengaruh
lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan
yang permanen didalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap serta
kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri atas tanggung jawab
sendiri.
d Driyarka, pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ketaraf insani.
Dari keempat pengertian pendidikan diatas maka tujuan pendidikan adalah :
 Meningkatkan mutu kehidupan baik sebagai individu maupun sebagai
kelompok dalam kehidupan bermasyarakat
 Mencapai kemampuan dalam segi pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
 Meningkatkan kemampuan sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
alam sekitarnya
 Menjadi warga negara yang baik, sebagai manusia yang utuh, sehat, kuat
lahir dan batin (Drs. Soeparman, 1991).

2. Jenis-jenis pendidikan
a. Pendidikan formal adalah : jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdidri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi (TK, SD, SLTP, SLTA, PT). Pendidikan formal
ini didirikan berdsarkan UU Nomor 12 tahun 1989 tentang system
Pendidikan Nasional yang secara sistematis, bertingkat dan
mempunyai syarat-syarat yang jelas dan ketat, maka jenjang
pendidikan terdiri atas : pra sekolah atau TK lama pendidikan 1–2
tahun, umur 4-6 tahun. Pendidikan dasar atau SD, lama pendidikan 6
tahun, umur sekurang-kurangnya 6 tahun dan kegiatan pendidikan ini
menjadi dasar untuk jenjang pendidikan yang selanjutnya. Sedangkan
pendidikan lanjutan tingkat pertama atau SLTP lama pendidikan 3
tahun, umur 13-17 tahun, sekolah menengah atas , lama pendidikan 3
tahun, umur 17-20 tahun dan pendidikan tinggi adalah jenjang
pendidikan yang lebih tinggi yang terdiri atas pendidikan akademik
dan pendidikan profesional (Soeparman, 1991).
b. Pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah adalah pendidikan
yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah tetapi tidak memiliki
peraturan yang ketat, bersifat fungsional dan praktis misalnya kursus-
kursus ketrampilan.
c. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar dan berlangsung
seumur hidup misalnya pendidikan yang diberikan oleh orangtua
kepada anak sejak masih dalam kandungan sampai tumbuh dewasa.
Karena pendidikan merupakan hal yang penting dalam kecakapan hidup
(life skills) yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial,
kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk pekerjaan atau
usaha sendiri.

D. Kerangka Konsep

Tingkat pendidikan

Pengetahuan pasien dalam


mencegah kambuhnya penyakit Kambuh
TB. Paru Tidak kambuh
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah kwantitatif analisis dengan menggunakan metode
deskriptif.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi adalah keseluruhan dari satu variable yang menyangkut masalah
yang diteliti (Nursalam, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah bapak-
bapak akseptor yang dirawat diruang II, III Laki RSUD Prof Dr. W.Z. Johanes
Kupang.
2. Sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kemampuan
mewakili populasi (Danim Sudarwan, 2003).
3. Sampel yang digunakan adalah bapak-bapak akseptor penyakit TB paru yang
diambil secara proposive sample selama 2 minggu penelitian dan kriteria
sample adalah akseptor yang dapat membaca dan menulis yang dirawat
diruang II, III Laki RSUD Prof Dr. W.Z. Johanes Kupang.
C. Lokasi dan waktu
Penelitian dilakukan di RSUD Prof Dr. W.Z. Johanes Kupang, selama 2 minggu.
D. Variabel penelitian
1) Variabel independen adalah variable bebas sebab atau mempengaruhi yaitu
tingkat pendidikan.
2) Variabel dependen adalah variable akibat atau terpengaruh yaitu pengetahuan
pasien
E. Defenisi Operasional
1) Pengetahuan pasien adalah kesan dalam pikiran sebagai hasil penggunaan
panca indera yang berbeda dengan kepercayaannya dan penerapan-penerapan
yang keliru dalam mencegah kambulnya penyakit TB paru.
2) Tingkat pengetahuan pasien merupakan jenjang pendidikan pasien akseptor :
SD, SLTP, SLTA, PT.
F. Cara pengumpulan data
1) Surat ijin untuk melakukan penelitian yang ditandatangani oleh ketua jurusan
Politeknik Kesehatan Jurusan Keperawatan Kupang ditujukan kepada Kepala
RSUD Prof Dr. W.Z. Johanes Kupang.
2) Berdasarkan persetujuan kepala RSUD Prof Dr. W.Z. Johanes Kupang dan
meminta persetujuan responden.
G. Instrumen Penelitian
Data digunakan dengan lembaran kuisioner yang dibuat sendiri yang terdiri dari
10 pertanyaan dengan jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai
0.
H. Pengolahan dan Analisa Data
Data setelah dikumpulkan diolah dengan cara conding. Data dianalisa secara
deskriptif dengan presentase dalam bentuk tabel, dalam bentuk 3 klasifikasi :
1. Pengetahuan baik dengan score 8-10
2. pengetahuan cukup dengan score 5-7
3. Pengetahuan kurang dengan score 3-4
DAFTAR PUSTAKA

Nasrul Effendi (1998), ”Keperawatan Kesehatan Masyarakat”, EGC, Jakarta.

“Pedoman Nasional PenanggulanganTuberculosis” (2002). Cetakan ke- 8,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Rab, T (1996), “Pasien Ilmu Penyakit Paru”, EGC, Jakarta

Robin dan Kumar (1995), “Buku Ajar Patologi “ Edisi 4, EGC, Jakarta.

S. Soekanto (1996), “Pengetahuan Manusia”, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Soeparman dan Sarwono (1990), “Ilmu Penyakit Dalam”, Balai Penerbit FKUI

Wilson dan June (1990), “Respiratory Disorders”, Mosby Year Book, St Louis,

USA
PROPOSAL PENELITIAN

SURVEY TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DALAM PENCEGAHAN KAMBUHNYA


KEMBALI PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU DI RUANG II, III LAKI
RSUD Prof Dr. W.Z. JOHANES KUPANG

Oleh :
MARIA MAGDALENA NAY
NIM. PO.0320103060

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2006
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman judul ……………………………………………………………. i
Lembaran pengesahan …………………………………………………….. ii
Daftar isi …………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Latar Belakang …………………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………. 2
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 2
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………. 4
A. Tuberculosis Paru ……………………………………………... 4
B. Pengetahuan …………………………………………………… 7
C. Pendidikan …………………………………………………….. 9
D. Kerangka Konsep ……………………………………………... 11
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………… 12
A. Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………… 12
B. Populasi dan Sampel ……………………………………… 12
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………… 12
D. Variabel Penelitian …………………………………………. 12
E. Defenisi Operasional ………………………………………… 12
F. Cara Pengumpulan Data ……………………………………… 13
G. Instrumen Penelitian ………………………………………… 13
H. Pengolahan dan Analisa Data ………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai