Pedoman Penggunaan Obat Narkotika Dan Obat Psikotropika

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT

NARKOTIKA DAN OBAT


PSIKOTROPIKA

PUSKESMAS PATAMUAN
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah
diberikan kepada penyusun, sehingga buku pedoman penggunaan obat narkotika dan
psikotropika Puskesmas Patamuan dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dengan
peresepan dan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di Puskesmas Patamuan. Tidak
lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu
dan menyelesaikan pedoman penggunaan obat narkotika dan psikotropika di Puskesmas
Patamuan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah Indonesia yang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di
segala bidang,baik pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik memberikan harapan
yang baik bagi masyarakat namun disis lain masih ada masalah yang memprihatinkan
khususnya pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dewasa ini berkembang
pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan masyarakat yang disalah gunakan.keprihatinan
tersebut menyangkut perilaku sebagian generasi muda (masyarakat ) kita yang terperangkap
pada penyalahgunaan narkoba / NAPZA ( Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya )
baik mengkonsumsi maupun mengedarkannya.hal tersebut mengisyaratkan kepada kita untuk
peduli dan memperhatikannya,karena bahaya yang ditimbulkan dapat mengancam generasi
muda harapan bangsa yang notabene sebagai pewaris dan penerus perjuangan bangsa di masa
yang akan datang.
Pada dasarnya narkoba merupakan obat yang bermanfaat di bidang medis dan
pengembangan ilmu pegetahuan, namun disatu sisi lain dapat pula menimbulkan addication (
ketagihan dan ketergantungan ) tanpa adanya pembatasan pengendalian dan pengawasan yang
ketat dan seksama dari pihak yang berwenang.untuk itulah disusun buku pedoman penggunaan
obat narkotika dan psikotropika Puskesmas Patamuan dengan harapan dapat membantu dalam
proses pengendalian dan pengawasan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di
Puskesmas Patamuan.

1.2 Tujuan
 Tujuan umum : terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas
tentang penggunaan obat narkotika dan psikotropika
 Tujuan khusus :
 Sebagai acuan bagi tenaga kefarmasian untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas tentang penggunaan obat narkotika dan obat
psikotropika
 Melindungi masyarakat / pasien dari penggunaan obat narkotika dan obat
psikotropika yang tidak rasional
 Meningkatkan mutu hidup
1.3 Sasaran Pedoman
1. Apoteker
2. Tenaga tekhnis kefarmasian / Asisten Apoteker
3. Dokter Umum / Dokter Gigi
4. Paramedis yang diberi kewenangan
5. Staf farmasi

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1. Administrasi dan Pengelolaan
Admisnistrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan dalam
rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan maupun penelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan di evaluasi.
Administrasi untuk sedian farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap
pengelolaan dan pelayanan kefarmasian meliputi :
 Perencanaan
 Permintaan obat ke dinas kesehatan
 Penerimaan
 Penyimpanan menggunakan kartu stok atau computer
 Pendistribusian dan pelaporan menggunakan LPLPO
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan pasien,
penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama 5 tahun dan pemusnahan resep
dilengkapi berita acara pemusnahan termasuk juga untuk kesalahan pengobatan (medication
error), monitoring sefek samping obat (MESO) dan medication record.
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien
dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standart pelayanan keprofesian yang
universal.
1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan
tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi
yang ditetapkan oleh Pimpinan Puskesmas.
2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali dan diubah bila terdapat
hal :
a. Perubahan pola kepegawaian
b. Perubahan standar pelayanan farmasi
c. Perubahan peran puskesmas
d. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3. Kepala Pelayanan Farmasi terlibat dalam perencanaan manajemen dan penentuan
anggaran serta penggunaan sumber daya.
4. Unit Pelayanan Farmasi menyelenggarakan rapat pertemuan untuk membicarakan
masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut
disebarluaskan, dicatat dan disimpan.
5. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan dan farmasi.
6. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasi
terhadap pelayanan farmasi setiap tahun.
7. Kepala Unit pelayanan Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala
keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.

1.4.2 Staf dan Pimpinan


Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayananan.
1. Unit Pelayanan Farmasi Puskesmas dipimpin oleh Apoteker.
2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai
pengalaman minimal dua tahun di bagian Farmasi Puskesmas.
3. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
4. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh tenaga tekhnis kefarmasian dan staf
farmasi yang sudah mendapatkan pelatihan.
5. Kepala Unit Pelayanan Farmasi bertanggung jawab terhadap aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi
barang farmasi.
6. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
7. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan
pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang dihasilkan
dalam meningkatkan mutu pelayanan.

1.4.3 Fasilitas Dan Peralatan


Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung
administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga menjamin
terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
1. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang
farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai
dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
2. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
3. Tersedianya fasilitas pemberian informasi obat.
4. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
5. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai dengan
peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
6. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin keamanan setiap
staf.

1.4.4 Kebijakan dan Prosedur


Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan
standart pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada
pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala unit pelayanan farmasi.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat kesepakatan dari dokter,paramedis,bidan
dan apoteker .Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal
berikut :
 macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter
 label obat yang memadai
 daftar obat yang tersedia
 pencatatan dalam rekam medik pasien beserta dosis obat yang diberikan
 pengadaan dan penggunaan obat di puskesmas
 pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dan rawat jalan.
 pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan,pendistribusian dan penyerahan.
 Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek
samping obat bagi pasien rawat jalan serta pencatatan penggunaan obat yang
salah dan atau dikeluhkan pasien
 pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.
 Pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien maupun keluarga pasien
dalam hal penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat
demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan obat.
 prosedur penarikan/penghapusan obat.
 pengaturan persediaan dan pesanan
 penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf
 masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan/undang-undang
 pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus terjamin.
3. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah dan atau
mengatasi masalah obat.
4. Kebijakan dan prosedur harus dilakukan secara konsisten.
1.5 Batasan Operasional
1.5.1 Bagan Organisasi
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan
kewenangan serta fungsi.
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengolaan perbekalan,
pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan
yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.

1.5.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi


a. Tim formularium puskesmas adalah tim yang mewakili hubungan komunikasi antara
para staf medis dengan staf farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan :
 kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya.
 Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
b. Organisasi dan Kegiatan Tim Formularium Puskesmas :
1. Susunan Tim formularium puskesmas serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap
puskesmas dapat bervariasi sesuai dengan kondisi puskesmas setempat. Tim
formularium puskesmas terdiri dari Dokter, apoteker,bidan dan Perawat
2. Tim formularium puskesmas harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 6
(enam) bulan sekali
3. Membina hubungan kerja dengan tenaga kesehatan lainnya di dalam puskesmas
yang sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
c. Fungsi dan Ruang Lingkup
1. Mengembangkan formularium di Puskesmas dan merevisinya. Pemilihan obat
untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara
subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harus meminimalkan duplikasi
dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama.
2. Tim formularium puskesmas harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak
produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
3. Membantu unit pelayanan farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
puskesmas sesuai peraturan yang berlaku . Melakukan tinjauan terhadap
penggunaan obat di puskesmas dengan mengkaji medical record dibandingkan
dengan standart diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara rasional.
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
5. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan
perawat.
d. Kewajiban Tim formularium Puskesmas
1. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium Puskesmas,
pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
2. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan Puskesmas dalam mencapai budaya
pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
3. Pengelolaan dan penggunaan obat terhadap pihak-pihak yang terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan
umpan balik atas hasil pengkajian tersebut
e. Tugas Apoteker Dalam Tim Formularium Puskesmas
1. Menjadi salah seorang anggota panitia
2. Menetapkan jadwal pertemuan
3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan
dalam pertemuan
5. Semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada pimpinan
puskesmas
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada seluruh
pihak yang terkait
7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan
antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain
9. Membuat formularium puskesmas berdasarkan hasil kesepakatan Tim formularium
puskesmas
10. Pendidikan dan pelatihan
11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat
pada pihak terkait

f. Formularium Puskesmas
 Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Tim
formularium puskesmas untuk digunakan di puskesmas dan dapat direvisi pada
setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi Formularium :
 Halaman judul
 Daftar nama anggota Tim formularium puskesmas
 Daftar Isi
 Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
 Produk obat yang diterima untuk digunakan
 LampiranSistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap
berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu digunakan
oleh staf medis, di lain pihak Tim formularium puskesmas mengadakan
evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran,
dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.
g. Pedoman Penggunaan Formularium
Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk kepada dokter,
tenaga kefarmasian, perawat serta petugas administrasi di puskesmas dalam
menerapkan system formularium meliputi :
1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan Tim
formularium puskesmas dalam menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi,
fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung. Sistem Formularium yang
diusulkan oleh Tim formularium puskesmas
2. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan tiap-
tiap institusi

1.5.3 Standar Prosedur Operasional ( SPO )


Adalah kumpulan instruksi, langkah – langkah yang telah dibakukan untuk
menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.

1.5.4 Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang dipergunakan,
aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen / pasien untuk kebutuhan
pelayanan resep. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan
dan memperoleh sinar matahari / cahaya dalam jumlah yang cukup.

1.5.5 Peralatan Farmasi


Unit pelayanan Farmasi harus dilengkapi dengan semua peralatan yang diperlukan
sesuai dengan layanan yang disediakan sekalipun tidak digunakan secara rutin. Pada saat unit
alat maupun saat kerja rutin, peralatan harus diperhatikan menunjukan kemampuan atau
memenuhi kinerja yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk
pemeriksaan bersangkutan.

1.5.6 Pemantapan Mutu (Quality Assurance)


Farmasi kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian
dan ketepatan hasil pelayanan resep. Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)
adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing petugas
farmasi secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error /
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.

1.5.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di unit pelayanan farmasi


Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) unit pelayanan farmasi merupakan bagian
dari pengelolaan farmasi secara keseluruhan. Farmasi melakukan berbagai tindakan dan
kegiatan terutama berhubungan dengan pelayanan resep pasien. Untuk mengurangi bahaya
yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan farmasi
dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan
sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol cara penyiapan obat menurut
standar pelayanan resep yang benar.

1.5.8 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan Pelaporan kegiatan farmasi diperlukan dalam perencanaan, pemantauan
dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan farmasi. Untuk itu
kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan
pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN PELAYANAN
RESEP NARKOTIKA PSIKOTROPIKA

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Petugas yang memiliki kewenangan dalam pelayanan resep narkotika-psikotropika
adalah apoteker yang memiliki STRA dan SIPA dalam wilayah kerja tersebut dan
Tenaga Tekhnis Kefarmasian yang memiliki STR dan SIKTTK dalam wilayah kerja
tersebut di bawah pengawasan apoteker.

B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kefarmasian yang dibutuhkan dalam pelayanan ini adalah minimal 1 orang
apoteker dan 2 orang Tenaga Tekhnis Kefarmasian
BAB III
STANDAR FASILITAS UNIT FARMASI

A. Denah Unit Pelayanan Farmasi


Gambar 1. Denah Unit Pelayanan Farmasi (Gudang)

RAK OBAT RAK OBAT

LEMARI
PSIKO MEJA
TROPIK
NARKO
TIKA

KULKAS VAKSIN PINTU MASUK

Gambar 2. Denah Unit Pelayanan Farmasi (Apotek)

LEMARI
OBAT
MEJA

LEMARI
PSIKO
TROPIK
NARKO
MEJA
PINTU MASUK TIKA

B. Standar Fasilitas
Terdapat lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika yang dilengkapi
kunci ganda dan kunci hanya dikendalikan oleh apoteker dan tenaga tekhnis
kefarmasian.lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika disertakan
pelabelan obat narkotika-psikotropika.
BAB IV
TATA LAKSANA LAYANAN

4.1.Pengadaan
Narkotika dan psikotropika untuk kebutuhan puskesmas diperoleh dari permintaan
melalui LPLPO kepada Dinas kesehatan. Bukti pengadaan ditelusuri melalui
SBBK obat narkotika dan psikotropika.

4.2.Penyimpanan dan Pelaporan


a. Obat Narkotika dan psikotropika yang berada di Puskesmas Enam Lingkung
wajib disimpan secara khusus sesuai standar fasilitas
b. Apoteker penanggung jawab wajib membuat,menyampaikan dan menyimpan
laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran obat narkotika dan
psikotropika yang berada dalam penguasaannya

4.3.Cara Peresepan Obat Narkotika dan Psikotropika


a. Ditulis oleh dokter / dokter gigi / paramedis yang diberi kewenangan
b. Mencantumkan nama jelas dokter yang menulis resep
c. Ditulis tersendiri ( terpisah )
d. Tidak boleh ada iterasi
e. Mencantumkan nama jelas dan alamat lengkap pasien
f. Signa ( aturan pakai/dosis pemakaian ) ditulis dengan jelas
g. Ditandatangani oleh dokter yang menulis resep ( bukan paraf )
h. Apabila penulisan tidak sesuaidengan ketentuan tersebut maka obat tidak dapat
dilayani

4.4.Penyerahan
a. Penyerahan obat narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan oleh
apoteker dan tenaga tekhnis kefarmasian di bawah pengawasan apoteker.
b. Apoteker hanya dapat menyerahkan obat narkotika dan psikotropika kepada
pasien berdasarkan resep dokter
c. Penyerahan obat narkotika dan psikotropika oleh dokter hanya dapat
dilaksanakan untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
memberikan obat narkotika dan psikotropika melalui suntikan
d. Sebagai penandaan khusus,resep yang berisi obat narkotika harus di beri garis
berwarna merah dan untuk obat psikotropika di beri garis biru
e. Sub unit farmasi hanya boleh melayani resep narkotika dan psikotropika dari
resep asli dan resep narkotika dan psikotropika di pisahkan dari resep lainnya
f. Pasien yang menerima obat narkotika dan psikotropika harus ditanyakan nomor
telefon dan alamat lengkap.

4.5.Pelaporan
Pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan ke
dinas kesehatan.

4.6. Pemantauan
Pemantauan terhadap obat narkotika dan psikotropika yang dilakukan meliputi
pemantauan stok harian,pasien yang mendapatkan resep obat narkotika dan
psikotropika berulang kali dan masa kadaluwarsa obat.

4.7. Pemusnahan
Obat narkotika dan psikotropika yang telah kadaluwarsa / rusak tidak dimusnahkan
di puskesmas tetapi dikembalikan ke dinas kesehatan dengan berita acara
pengembalian.

METODE
Obat narkotika dan psikotropika penggunaan dan pendistribusiannya menggunakan system
peresepan sehingga pengawasan dan pengendaliannya dapat lebih efektif.

LANGKAH KEGIATAN
a. Penggunaan obat narkotika dan obat psikotropika
1. Peresepan obat narkotika psikotropika hanya boleh ditulis oleh dokter/dokter gigi
atau petugas yang diberi kewenangan.
2. Petugas penulis resep mencantumkan TANDA TANGAN penulis resep tiap R/
obat narkotika dan psikotropika dan menuliskan nama dan alamat pasien yang
LENGKAP
3. Petugas penulis resep memastikan resep yang ditulis jelas baik jenis, jumlah dan
cara penggunaannya
4. Petugas penulis resep memastikan resep narkotika dan psikotropika yang ditulis
tidak di ulang tanpa resep dokter
b. Pengawasan dan pengendalian obat narkotika dan obat psikotropika
1. Petugas unit pelayanan memastikan atas kesesuaian diagnosis dengan terapi
penggunaan psikotropika dan narkotika
2. Petugas apotik memberikan penandaan khusus yaitu Resep psikotropika diberi
garis berwarna biru dan resep narkotika diberi garis berwarna merah
3. Petugas apotik mencatat resep narkotika dan psikotropika pada buku narkotika dan
psikotropika
4. Petugas memisahkan resep narkotika dan psikotropika dengan resep lainnya
5. Petugas apotik membuat laporan pengeluaran narkotika dan psikotropika tiap
bulannya
6. Petugas memastikan resep narkotika dan psikotropika yang ditulis tidak bersigna
m.i(mihipsi) artinya untuk di pakai sendiri dan bersigna u.c (usus cognitus ) yang
berarti pemakaian diketahui.
BAB V
LOGISTIK

Obat narkotika dan psikotropika yang tersedia di Puskesmas Enam Lingkung adalah sebagai
berikut:
1. Obat Narkotika :
 Codein Tablet 10 mg

2. Obat Psikotropika
 Amitriptilin Tablet 25 mg
 Diazepam Injeksi
 Diazepam tablet 2 mg
 Fenobarbital Tablet 30 mg
 Haldol Injeksi
 Haloperidol Tablet 0,5 mg
 Haloperidol Tablet 1,5 mg
 Haloperidol Tablet 5 mg
 Karbamazepin Tablet 200 mg
 Klorpromazin Tablet 100 mg
 Risperidon Tablet 2 mg
 Triheksifenidil Tablet 2 mg
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1.Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) puskesmas adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi, :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

6.2. Tujuan
Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai

6.3. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke
dalam tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah
pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati (restricted area)
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak
boleh diletakkan di dalam 1 rak/disandingkan

Tanggung Jawab :
1. Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala instalasi farmasi dan
setiap unit yang terkait
2. Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan ke wakil kepala
masing-masing instalasi atau staff pengganti yang telah ditunjuk.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1.Pedoman Umum
Unit pelayanan Farmasi Puskesmas merupakan unit pelaksana fungsional yang
bertanggungjawab dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmsian secara
menyeluruh di puskesmas dengan ruang lingkup pengelolan perbekalan farmasi.

7.2.Tujuan
7.2.1. Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di unit pelayanan farmasi agar
tercapai pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal.
7.2.2. Tujuan Khusus
a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahay, kebakaran dan
pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar

7.3.Tahapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Untuk terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja secara optimal maka perlu
dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi, Pengukuran dan Analisis : Identifikasi, pengukuran dan analisis
sumber-sumber yang dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja seperti :
a. Kondisi fisik pekerja: Hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebagai
berikut :
1. Sebelum dipekerjakan
2. Secara berkala, paling sedikit setahun sekali
3. Secara khusus, yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi pada saluran
pernafasan (TBC) dan penyakit menular lain, terhadap pekerja terpapar di
suatu lingkungan dimana terjadi wabah, dan apabila dicurigai terkena
penyakit akibat kerja.
b. Sifat dan Beban Kerja adalah beban fisik dan mental yang harus dipikul oleh
pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tak
mendukung merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi Lingkungan Kerja Lingkungan kegiatan Unit pelayanan farmasi
puskesmas dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2 bentuk :
1. Kecelakaan kerja di lingkungan unit pelayanan farmasi seperti terpeleset,
tersengat listrik, terjepit pintu
2. di tangga : terpeleset, tersandung,terjatuh
3. di gudang : terpeleset, tersandung,terjatuh, kejatuhan barang
4. di ruang pelayanan : terpeleset,tersandung, terjatuh, tersengat listrik
5. di ruang produksi : luka bakar, ledakan,kebakaran
d. Penyakit akibat kerja di unit pelayanan farmasi puskesmas
1. tertular pasien
2. alergi obat
3. keracunan obat
4. resistensi obat-obat

7.2.4. Pengendalian
1. Legislatif Kontrol
2. Administratif Kontrol
3. Medikal Kontrol
4. Engineering Kontrol
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Agar upaya peningkatan mutu di unit pelayanan farmasi puskesmas dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya
peningkatan mutu pelayanan.pengendalian mutu dilaksanakan dengan melakukan kegiatan
pengawasan,pemeliharaan dan audit terhadap obat narkotika dan psikotropika untuk menjamin
mutu,mencegah kehilangan,kadaluwarsa,rusak dan mencegah ditarik dari peredaran serta
keamanannya sesuai dengan kesehatan dan keselamatan kerja ,dengan tahapan:
1. Mendefinisikan kualitas pelayanan obat yang diinginkan dalam bentuk criteria
2. Penilaian kualitas pelayanan obat yang sedang berjalan berdasarkan criteria yang
sudah ditentukan
3. Pendidikan personil dan peningkatan fasilitas pelayanan apabila di perlukan
4. Penilaian ulang kualitas pelayanan obat
5. Up date kriteria

8.1. Mutu Pelayanan


1. Pengertian Mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2. Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan Profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.

3. Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya

4. Mutu terkait dengan Input, Proses, Output


Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (
Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

8.2. Upaya Peningkatan Mutu


Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan unit farmasi puskesmas secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan
yang optimal. Upaya ini dilakukan melalui :
a. Optomasi tenaga, sarana dan prasarana
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesinya, sehingga
mutu pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil sesuai
dengan target mutu laboratorium dan kepuasan pelanggan dapat meningkat.

8.3. Evaluasi
8.3.1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan Contoh : pembuatan
standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan Contoh :
memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh Asisten Apoteker.
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan dilaksanakan
Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
8.3.2. Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
b. Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat
BAB IX
PENUTUP

Demikian disusunnya buku pedoman penggunaan obat narkotika dan psikotropika ini
dengan harapan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan wawasan tenaga farmasi di
Puskesmas Enam Lingkung dalam melaksanakan pelayanan obat yang baik dan benar.
Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman Pelayanan
penggunaan obat narkotika dan psikotropika ini dapat dilakukan revisi bila diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Dirdjosisworo, Soedjono. 1990, Hukum Narkotika Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti
Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1997 tentang Konvensi PBB Pemberantasan Peredaran
Gelap Narkotika dan Psikotropika
Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

Anda mungkin juga menyukai