Anda di halaman 1dari 9

NAMA : I KADEK DWI ARTIKA PUTRA

NIM : 1705542012
JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO PARALEL

A. Faktor Daya
Istilah faktor daya atau power faktor (PF) atau cos phi merupakan istilah yang
sering sekali dipakai di bidang-bidang yang berkaitan dengan pembangkitan dan
penyaluran energi listrik. Faktor daya merupakan istilah penting, tidak hanya bagi
penyedia layanan listrik, namun juga bagi konsumen listrik terutama konsumen
level industri.

 Kenapa PLN harus menjaga nilai cos phi?


Faktor daya bisa dikatakan sebagai besaran yang menunjukkan seberapa efisien
jaringan yang kita miliki dalam menyalurkan daya yang bisa kita manfaatkan.
Faktor daya dibatasi dari 0 hingga 1, semakin tinggi faktor daya (mendekati 1)
artinya semakin banyak daya tampak yang diberikan sumber bisa kita manfaatkan,
sebaliknya semakin rendah faktor daya (mendekati 0) maka semakin sedikit daya
yang bisa kita manfaatkan dari sejumlah daya tampak yang sama. Di sisi lain, faktor
daya juga menunjukkan “besar pemanfaatan” dari peralatan listrik di jaringan
terhadap investasi yang dibayarkan. Seperti kita tahu, semua peralatan listrik
memiliki kapasitas maksimum penyaluran arus, apabila faktor daya rendah artinya
walaupun arus yang mengalir di jaringan sudah maksimum namun kenyataan hanya
porsi kecil saja yang menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi pemilik jaringan.
 Apa pengaruhnya apabila cos phi naik atau turun?
Dalam sistem tenaga listrik, beban dengan cos phi yang rendah menarik lebih
banyak arus dari beban dengan cos phi tinggi untuk jumlah daya yang sama. Arus
lebih tinggi meningkatkan energi yang hilang dalam sistem distribusi, dan
memerlukan kabel yang besar dan peralatan lainnya. Karena biaya peralatan yang
lebih besar dan energi yang terbuang, utilitas listrik biasanya akan mengenakan
biaya yang lebih tinggi untuk pelanggan industri atau komersial di mana ada cos
phi yang rendah

B. BEBAN LISTRIK
Beban Listrik adalah segala sesuatu yang ditanggung oleh pembangkit listrik
atau bisa disebut segala sesuatu yang membutuhkan tenaga/daya listrik. Dalam
kehidupan sehari-hari contoh beban listrik adalah setrika listrik, lampu listrik,
Television, Kompor listrik, dll. Beban listrik dikatakan juga sebagai
hambatan/resistan(Resistance) dalam ilmu listrik dimana dapat dirumuskan pada
hukum ohm :
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm
apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda
potensial yang dikenakan kepadanya.

Dalam sistem listrik arus bolak-balik, jenis beban dapat diklasifikasikan menjadi
3 mam, yaitu : Beban resistif (R), Beban induktif (L), Beban kapasitif (C)

1. Beban Resistif (R)


Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm
saja (resistance), seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar.
Beban jenis ini hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya
sama dengan satu. Tegangan dan arus sefasa. Persamaan daya sebagai berikut :
P = VI
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)

2. Beban Induktif (L)


Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat yang
dililitkan pada suatu inti, seperti coil, transformator, dan solenoida. Beban ini
dapat mengakibatkan pergeseran fasa (phase shift) pada arus sehingga bersifat
lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa medan magnetis
akan mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan.
Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk
beban induktif adalah sebagai berikut :
P = VI cos φ
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan
Untuk menghitung besarnya rektansi induktif (XL), dapat digunakan rumus :
Dengan :
XL = reaktansi induktif
F = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)

3. Beban Kapasitif (C)


Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi
atau kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik
(electrical discharge) pada suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus
leading terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan mengeluarkan
daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :
P = VI cos φ
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V= tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan
Untuk menghitung besarnya rektansi kapasitif (XC), dapat digunakan rumus seperti
dibawah ini :

Dengan :
XL = reaktansi kapasitif
f = frekuensi
C = kapasitansi (Farad)

C. ALAT UKUR
1. Amperemeter

Untuk mengetahui besarnya arus pada rangkaian listrik, kita dapat menggunakan
Amperemeter yang disusun secara seri. Nantinya, alat ukur listrik ini akan
mendapatkan arus yang melewati penghantar yang dipasangkan pada suatu rangkaian
listrik .
Adapun cara menggunakan Amperemeter adalah sebagai berikut.

 Pasang Amperemeter pada rangkaian listrik secara seri dengan memotong


konduktor agar arus listrik dapat melewati Amperemeter.
 Sambungkan Amperemeter ke konduktor yang sudah dipotong tadi.
 Ukur arus listrik dengan memperhatikan jarum yang menunjukkan angka
pada Amperemeter .
 Untuk mendapatkan besaran arus listrik yang tepat, kita harus benar-benar
memahami dan memperhatikan karakteristik Amperemeter yang
digunakan.
 Untuk hasilnya, kita dapat menghitung besarnya arus listrik dengan
mengalikan angka yang ditunjuk dan angka skala maksimum.

2. Voltmeter

Untuk mengetahui besarnya tegangan pada rangkaian listrik , kita dapat


menggunakan Voltmeter yang disusun secara paralel. Selain menggunakan alat ukur
listrik ini, kita juga dapat menggunakan multimeter dengan mengubah selector
switch-nya menjadi Volt.
Adapun cara menggunakan Voltmeter adalah sebagai berikut.

 Pasang Voltmeter pada rangkaian listrik secara paralel yang memiliki


potensial berbeda.
 Sesuaikan pemasang kutub-kutub Voltmeter , kutub positif dipasangkan
dengan potensial tinggi dan kutub negative dipasangakan dengan potensial
rendah.
 Lakukan pengukuran dengan melihat angka yang ditunjukkan pada
Voltmeter .
 Untuk hasilnya, kita dapat menghitung besarnya tegangan arus listrik
dengan mengalikan angka yang ditunjuk dan angka skala maksimum.
3. Wattmeter

Untuk mengetahui besarnya daya pada rangkaian listrik AC, kita dapat
menggunakan Wattmeter yang terbuat dari perpaduan antara amperemeter AC dan
voltmeter AC. Ada 3 macam wattmeter yang dapat kita gunakan untuk mengukur
daya listrik, yaitu wattmeter analog, wattmeter digital, dan wattmeter induksi.
Adapun cara menggunakan Wattmeter digital adalah sebagai berikut.

 Hubungkan kabel In Put (POWER SOURCE) ke terminal WATT & 10 A.


 Hubungkan kabel Out Put (LOAD) ke terminal COM & V.
 Geser tombol ke posisi ON untuk menghidupkan Wattmeter digital.
 Tekan tombol PILIHAN untuk mengukur daya yang diinginkan. Pilihan
Watt 1 untuk daya 2.000 Watt dan Watt 2 untuk daya 6.000 hingga X10
Watt.
 Pilih WATT ZERO ADJUST di pengaturan untuk membuat tampilan layar
berangka nol.
 Hubungkan kabel In Put ke setop kontak agar LOAD bekerja.
 Jika menggunakan Watt 1, tampilan layar Wattmeter adalah hasil ukur daya
pada LOAD.
Jika menggunakan Watt 2, tampilan layar Wattmeter adalah hasil ukur daya
yang sudah dikalikan 10.
Jika sudah selesai digunakan, matikan Wattmeter dengan menggeser tombol
ke posisi OFF.
D. KWH Meter
1. Fungsi KWH Meter
Seperti yang telah dikatakan tadi bahwa fungsi KWH meter pada instalasi
listrik adalah untuk menghitung pemakaian energi listrik para konsumen PLN. Ada
dua jenis KWH meter yang ada saat ini, yakni jenis prabayar atau pulsa, dan yang
kedua adalah jenis pasca bayar yang biasa disebut dengan KWH meter
konvensional.
KWH meter memiliki tiga buah kumparan, yang terdiri dari satu buah
kumparan tegangan dengan koil berdiameter tipis, dan dua buah kumparan
tegangan dengan koil berdiameter tebal. Selain itu dalam sebuah KWH meter juga
terdapat magnet permanen yang berfungsi untuk menetralkan alumunium dari
induksi medan magnet.
2. Cara Kerja KWH Meter
 Kwh meter digital bekerja berdasarkan program yang dirancang pada
mikroprosesor yang terdapat didalam piranti kwh meter digital tersebut. Pada
prinsipnya, sebuah kwh meter digital akan mengkonversi sinyal analog tegangan
dan arus yang terukur menjadi sinyal digital atau diskrit dengan mengambil nilai-
nilai sampel (menyamplingan) dari sinyal analog tegangan dan arus secara periodic
setiap periode sampling (Ts).
 Kwh meter analog bagian utamanya adalah kumparan tegangan,
kumparan arus, piringan aluminium, dan magnet tetap yang tugasnya menetralkan
piringan aluminium dari induksi medan magnet dan gear mekanik yang mencatat
jumlah perputaran piringan aluminium. Alat ini bekerja menggunakan metode
induksi medan magnet, dimana medan magnet tersebut menggerakkan piringan
yang terbuat dari aluminium. Putaran piringan tersebut akan menggerakkan counter
digit sebagai tampilan jumlah KWH Meter.

E. Apa itu Current Transformer dan Potensial Transformer?


a. Current transformer (CT) atau Trafo Arus adalah peralatan pada sistem
tenaga listrik yang berupa trafo yang digunakan untuk pengukuran arus yang
besarnya hingga ratusan ampere dan arus yang mengalir pada jaringan tegangan
tinggi. Di samping untuk pengukuran arus, trafo arus juga digunakan untuk
pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh, dan rele proteksi. Kumparan
primer trafo dihubungkan seri dengan rangkaian atau jaringan yang akan dikur
arusnya sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau dengan rele
proteksi.
b. Potensial Transformer adalah trafo instrument yang berfungsi untuk
merubah tegangan tinggi menjadi tegangan rendah sehingga dapat diukur dengan
voltmeter

F. Posisi RLC pada segitiga daya

L Ket: R = Resistif
L = Induktif
C C = Kapasitif

R
Dimana :
 R (Resistor) memiliki nilai Z (Impedance)
Zr = R
= R<O°
 L (Induktor) memiliki nilai Z (impedance)
Zl = JωL
= Ωl + 90°
 C ( Kapasitor) memiliki nilai Z (impedance)
1
Zc = 𝐽ωC
1
= ωC <-90°

Dengan Resistans i(R)


R L C
R 0 0

Dengan Resistans i(x)


R L C
0 ωL 1

ωC

Anda mungkin juga menyukai