PENDAHULUAN
1
2
PROJECT MANAGER
FITRIANA
CIVIL ENGINEER
VIRA WIARA, ST
PENGAWAS LAPANGAN
ANGGA NOPRIANDI, ST
baik di pandang dari segi personil maupun peralatan yang dimilikinya. Tugas yang
harus dilakukan pelaksanaan adalah:
1. Mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran pelaksana pekerjaan.
2. Mengerjakan pekerjaan berdasarkan gambar bestek dan sesuai dengan peraturan
yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Menempatkan
seorang pemimpin pelaksana atau tenaga ahli yang dapat menerima dan
memutuskan semua petunjuk dari direksi.
3. Menempatkan seorang pemimpin pelaksana atau tenaga ahli yang dapat menerima
atau memutuskan semua petunjuk dari direksi.
4. Menyelesaikan serta menyerahkan pekerjaan tepat pada waktu yang telah
ditetapkan dalam kontrak kerja.
5. Melakukan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung jawab
pelaksanaan.
6. Menyediakan bahan-bahan yang diperlukan; peralatan kerja dan tenaga kerja yang
dibutuhkan.
7. Mengurus IMB (Izin Mendirikan Bangunan )
Berdasarkan surat Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kapubaten Aceh Tengah NOMOR : 620/SPPBJ/DAG-REG/01/2018 dengan
tanggal kontrak 20 Juli 2018 tentang penunjukan Pemborongan (Gunning)
menetapkan PT. DIFFA MUFI JAYA sebagai pelaksana Pembangunan Peningkatan
Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK-REG)
Untuk pekerjaan pelaksana ini dianggap telah sesuai dengan pekerjaan yang
disyaratkan dan melakukan pengawasan disetiap pekerjaan. Ini terbukti dari
ditempatkannya seorang tenaga ahli untuk pengawasan. Setiap pembangunan
pekerjaan selalu diawasi dan dipantau dengan menggunakan alat berupa Theodolit.
Ini dimaksudkan untuk menyesuaikan setiap pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana. Untuk penyediaan bahan juga telah dilakukan sesuai dengan perintah yang
disyarakan. Jika terdapat gambar yang kurang sesuai dengan kondisi lapangan maka
pelaksana mencari solusi agar pekerjaan tersebut dapat dilanjutkan. Setelah mendapat
solusi yang baik, maka dibuatlah gambar sesuai kondisi yang ada untuk mendapatkan
persetujuan dari pemilik proyek.
7
Pemilik Proyek
DINAS PEKERJAAN UMUM ACEH
TENGAH
= Jalur Konsultasi
Gambar 1.2 Sketsa hubungan kerja secara teknis
Dalam melaksanakan tugasnya pimpinan proyek dibantu oleh pengawas
(direksi). Masalah yang berhubungan dengan segi teknis dilapangan ditangani
sepenuhnya oleh direksi dan menyampaikan kepada PPK mengenai kegiatan
dilapangan dan hal lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek.
Pada pelaksanaannya direksi berkuasa penuh untuk menegur pelaksana bila
pekerjaan yang dilaksanakan dilapangan menyimpang dari yang disyaratkan. Apabila
teguran direksi baik secara lisan maupun tulisan tidak dilaksanakan oleh pelaksana
maka direksi dapat menghentikan pekerjaan.
8
KPA
PPK
Pada skema 1.3 terlihat pemilik proyek bertindak selaku pemberi dan pengatur
jalannya proyek demi keberhasilan dan kelancaran pekerjaan. Melalui pemimpin
proyek ini diadakan perjanjian atas nama pemilik proyek dengan pihak perencana,
pengawas dan pelaksana.
Pemilik atau pemimpin proyek, pengawas dan pelaksana mempunyai
kedudukan yang sama secara hukum. Masing-masing pihak dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan kedudukan serta wewenangnya masing-masing dan tidak
menyimpang dari jalur teknik, sehingga tidak ada pihak yang harus disalahkan atau
dirugikan.
Pada proyek ini hubungan kerja sama yang telah terjadi adalah sesuai dengan
jalur - jalur hukum yang telah ada. Baik adanya permasalahan yang terjadi
dilapangan maupun koreksi pekerjaan dari direksi yang melihat langsung kegiatan
proyek.
1.3 Konsentrasi Tinjauan
Pekerjaan yang ditinjau pada pembangunan jalan ini adalah pekerjaan
timbunan pilihan dan lapisan pondasi bawah (Sub Base Course) agregat kelas B
pada STA 0+000 s/d 6+130. Timbunan pilihan direncanakan dibagian bahu jalan L/R
(kanan – kiri) dengan dimensi Lebar 0,750 m dan Tebal 0,350 m. Material yang
digunakan pada lapis pondasi bawah agregat kelas B adalah rata-rata batu pecah 50
mm dan 37,50 mm yang dihasilkan dari stone crusher dan sirtu dengan
perbandingan komposisi tertentu sesuai laporan Design Mix Formula Lapis Pondasi
Kelas B yang pencampurannya dilakukan secara mekanis (blending equipment) di
base camp , untuk lapis pondasi bawah agregat kelas B tebal rencana adalah 20 cm.
1.4 Tujuan Tinjauan
Tujuan tinjauan pada pekerjaan ini adalah penulis dapat memahami proses
pekerjaan pembangunan jalan serta mengetahui tahapan-tahapan dan proses
pekerjaan yang terjadi dilapangan khususnya pada bagian tinjauan yaitu pekerjaan
timbunan pilihan dan pekerjaan lapisan pondasi bawah (Sub Base Course). Penulis
juga mengetahui proses pekerjaan alat yang dilakukan selama pekerjaan dan
kemudian memahami apa yang harus diperhatikan dalam pembangunan jalan pada
proyek ini.
10
Teori yang didapat menyebutkan bahwa material yang digunakan untuk lapis
pondasi atas adalah material yang kuat dan umumnya menggunakan material dengan
nilai CBR > 50%. Untuk bagian timbunan pilihan menggunakan material yang
berada di dekat lokasi pekerjaan jalan dan disyaratkan harus membentuk sub grade
yang rata dan memiliki kelandaian yang cukup dan mendukung faktor lain dalam
pekerjaan jalan selanjutnya.Material yang digunakan dilapangan untuk timbunan
pilihan adalah material yang berupa batu pecah/sertu maupun tanah pasir dan krikil.
Dan untuk lapis pondasi bawah agregat Kelas B Material yang digunakan untuk
lapisan pondasi bawah umumnya harus nilai CBR minimum 20% dan indeks
Plastisitas (PI) £ 10%.
1.5 Hasil Tinjauan
Menurut hasil tinjauan pekerjaan dilapangan yang diperoleh dari kegiatan
praktek kerja lapangan adalah dapat mengetahui tahapan-tahapan pekerjaan dan
pelaksanaan serta alat apa yang digunakan untuk pekerjaan timbunan pilihan dan
pekerjaan lapisan pondasi bawah (Subbase Course). Untuk pekerjaan timbunan
pilihan terlihat beberapa bagian yang sangat perlu untuk di timbun dan yang kurang
penting ditimbun/tidak perlu karnena faktor lapangan. Untuk pekerjaan Lapis
Pondasi Bawah (Sub Base Course) terlihat beberapa bahan organik tercampur pada
lapisan pondasi bawah dan juga pada lapisan pondasi atas (Base course) banyak di
dapati bongkahan-bongkahan kayu busuk serta ada juga batu-batu yang berukuran
basar. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor salah satunya kurangnya ketelitian
pada saat pemilihan agregat dari tempat pengambilan material(base camp).
BAB II
LINGKUP PEKERJAAN
1. Umum
2. Pekerjaan tanah
3. Pekerasan non aspal
4. Perkerasan aspal
5. Drainase
6. Sturktur
11
12
Peralatan : - Excavator
- Dump Truck
Galian tanah biasa dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh direksi pekerjaan dan mencakup
pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah,
batu, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk
pekerjaan permanen. Pekerjaan galian dilaksanakan dengan tidak mengganggu badan
jalan yang telah ada. Titik penggalian umumnya berada disisi kiri dan kanan jalan.
Galian dilakukan dengan menggunakan Excavator, kemudian hasil galian dibuang
dari lokasi pekerjaan dengan menggunakan Dump Truck.
Peralatan : - Excavator
- Dump Truck
- Motor Grader
- Vibrator Roller
- Water Tank Truck
Pada pekerjaan ini material diangkut dari quarry dengan menggunakan dump
truck, selanjutnya material dihampar dengan menggunakan grader. Setelah dihampar
vibrator roller akan memadatkan material tersebut lapis demi lapis sampai benar-
benar padat. Selama proses pemadatan berlangsung water tank membasahi hamparan
material untuk mempertahankan kelembaban. Elevasi atau ketinggian timbunan
dilaksanakan sesuai gambar bestek atau arahan dari direksi.
13
- Vibrator roller
Penyiapan badan jalan hanya dilakukan pada area galian, Motor Grader
meratakan area pemotongan tanah dasar pada area galian, Kemudian dilanjutkan
dengan proses pemadatan yang menggunakan vibrator roller. Proses pemadatan
dilakukan dengan sejumlah lintasan hingga mencapai nilai kepadatan minimum yang
disyaratkan.
Marking untuk lapisan pondasi dipasang dengan acuan center line sub grade
yang telah dipadatkan. Material aggregat Klas B adalah batu pecah 37,50-50 mm 5-
10 mm dan 10-20 mm yang dihasilkan dari Stone Crusher. Material di supply dengan
memakai dump truck dan dihampar dengan menggunakan motor grader, setelah
penghamparan dan dicek elevasi, kemudian dipadatkan dengan menggunakan tandem
roller sewaktu pemdatan dilaksanakan, kadar air agregat tetap dijaga dalam kondisi
optimum dengan menyemprotkan air dari water tanker.
14
Pada pekerjaan ini material diangkut dari base camp dengan menggunakan
dump truck, selanjutnya aspal dan minyak flux dicampur dan dipanaskan sampai
menjadi campuran aspal cair. Aspal cair tersebut kemudian di semprot menggunakan
asphalt distributor kepermukaan yang akan dilapisi yang sebelumnya permukaan
tersebut telah dibersihkan dari debu dan kotoran menggunakan air compressor.
homogen. Material AC-BC diangkut dari AMP dengan menggunakan dump truck.
Dari dump truck, material AC-BC dicurahkan ke mesin panghampar yang disebut
dengan piver. Mesin penghampar (Asphalt Finisher). Apabila terdapat permukaan
yang tidak rata atau terdapat bagian pekerjaan piver yang kurang sempurna, maka
untuk proses perapiannya dilakukan oleh tenaga pekerja yang selalu mengikuti piver
tersebut. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller pada temperatur
110ºC. Setelah pemadatan dengan menggunakan Tandem Roller selesai, pekerjaan
pemadatan berikutnya dilanjutkan oleh Pneumatic Tire Roller yang bekerja sesuai
dengan jalan Tandem Roller. Adapun volume pada pekerjaan laston lapis antara (AC-
BC) (Gradasi halur/kasar) pada Pembangunan Peningkatan Jalan Strategis Desa-
Kandepag (Tahap III) adalah 2.226,15 ton.
- Pasir
- Kerikil
Peralatan: - Mesin molen
- Sekop
- Dan lain lain.
2.5 Struktur
Pekerjaan sturktur yang dimaksud di sini adalah pekerjaan Beton K-250 pada
STA 6 + 185 s/d STA 6 + 200 RS, pekerjaan Beton K-175 pada STA 1 + 650 s/d STA
2 + 800 L/R, pekerjaan Baja Tulangan U-24 polos pada STA 6 + 185 s/d STA 6 +
200 RS, dan Pasangan Batu pada STA 6 +185 s/d STA 6 + 200 RS.
18
BAB III
PEKERJAAN YANG DITINJAU
20
19
20
20
(a).Motor Grader
20
21
Lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar ( sub grade)
dan lapisan pondasi atas (base course) dinamakan lapisan pondasi bawah (sub
base course). Lapisan pondasi bawah berfungsi sebagai:
1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah
dasar.
2. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
3. Lapisan ini untuk mencegah partikel- partikel halus dari tanah dasar naik
kelapisan pondasi atas.
Pada pekerjaan lapisan pondasi bawah yang diamati pekerjaan tersebut
meliputi pemasokan, pemprosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan
dan pemadatan. Material yang digunakan dilapangan sebelumnya telah mengalami
pencampuran. Pencampuran dikerjakan dilokasi Instalasi pemecah batu atau
pencampuran, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasikan
untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen- komponen campuran
dengan proporsi yang benar. Bahan yang digunakan adalah bahan yang bebas dari
bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan yang tidak di kehendaki atau
tidak sesuai dengan yang di syaratkan. Gradasi material untuk Lapisan Pondasi
Kelas B yang digunakan di perlihatkan pada tabel Tabel 1.1 sebelumnya.
20
22
Pada lapisan pondasi bawah agregat kelas B menggunakan agregat keras dengan
ukuran 50
20
21
satu bidang pecah. Gambar material yang digunakan Lapis Pondasi Agregat Kelas B
diperlihatkan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Material Untuk Lapisan Pondasi Bawah Agregat Kelas B Sta 1+700
Sifat dan bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah agregat kelas B
yang syaratkan adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi Agregat pada Lapisan Pondasi Bawah.
Terdapat dua kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu kelas A
dan kelas B. Pada umumnya Agregat kelas A adalah mutu Lapis Pondasi Atas
untuk suatu lapisan dibawah lapisan beraspal, dan lapisan pondasi atas agregat
kelas B adalah untuk lapisan pondasi bawah. Bahan lapis pondasi atas terdiri dari
potongan batu bersudut tajam yang keras, awet dan bersih tanpa potongan-
potongan yang terlalu tipis atau memanjang, dan bebas dari batu-batu yang lunak,
tidak merupakan satuan batu bata pecah atau bercerai-berai.
2. Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar yang tertahan ayakan 9,55 mm harus terdiri dari pertikel atau
pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Untuk Lapis Pondasi atas agregat
Kelas A, maka untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari
100% berat agregat kasar. Untuk Lapis Pondasi atas agregat Kelas B maka untuk
agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 50%, berat agregat kasar
ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
3. Fraksi Agregat Halus
24
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir
alami atau batu pecah dan partikel halus. Fraksi agregat yang lolos ayakan No.4
tidak boleh lebih besar dari dua pertiga dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.
4. Sifat Dan Bahan Yang Disyaratkan
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi.
5. Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi atas Agregat Kelas B.
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dikerjakan dilokasi instalasi pemecah batu atau pencampuran yang disetujui,
dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasikan untuk
memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan
proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan
pencampuran dilapangan. Penyimpanan material yang digunakan ini berupa
gudang yang telah disediakan supaya mutu dari bahan tersebut tetap terpelihara
dengan baik. Tempat penyimpanan material ini bebas dari tanaman dan sampah,
bebas dari genangan air.
Pada Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah untuk penggunaan material sendiri
dianggap telah memenuhi syarat yang ditentukan. Tidak terlihat adanya
pencampuran material selain dari tempat pencampuran yang telah ditetapkan.
Untuk gradasi material ini menggunakan material lebih halus dari yang
disyaratkan.
3.2 Peralatan
Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan serta pengoprasiannya untuk
pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) :
1. Dump Truck
25
Gambar 3.3 Dump truck pengankut material dan sedang melakukan penuangan
material base A pada Sta 0+950
2. Motor grader
Digunakan untuk melakukan pekerjaan penghamparan material agar merata.
Banyaknya motor grader yang digunakan sebanyak 1 unit.
26
Gambar 3.4 Motor Grader sedang menghamparkan material base A pada Sta 0+625
3. Excavator
Digunakan untuk menggali drainase,cut adn fill dan memasukkan material
timbunan pilihan ke dumb truck.Excavator yang digunakan sebanyak 1 unit.
4. Vibrator roller
Digunakan untuk memadatkan material yang sudah dihamparkan terlebih
dahulu. Jumlah vibrator roller yang digunakan sebanyak 1 unit.
Gambar 3.5 Vibrator Roller sedang memadatkan material pada Sta 0+725
5. Water tank
Digunakan untuk menyiram hamparan material supaya terjaga
kelembabannya. Banyak water tank yang digunakan adalah 1 unit.
27
Gambar 3.6 Water Tank sedang menyiram hamparan material pada Sta 0+375
Tabel 3.1 Jadwal Pekerjaan Yang Direncanakan Dan Yang Terjadi Dilapangan
Pada perencanaan waktu pekerjaan adalah 140 Hari dan sesuai dengan
kontrak. Untuk masing- masing pekerjaan yaitu pekerjaan timbunan pilihan di
jadwalkan selama 2 minggu dan dilaksanakan pada minggu ke 3 bulan ke 1 dan
pelaksaannya memakan waktu 3 minggu dikarenakan cuaca buruk yang
menyebabkan alat berat tidak dapat bekerja, dan pekerjaan lapis pondasi bawah
dijadwalkan selama 3 minggu dilaksanakan pada minggu ke 3 bulan ke 2.
Gambar 3.7 Perataan material base B menggunakan motor Grader pada Sta 1+700
Gambar 3.8 Pemadatan material base B menggunakan Vibratory Roller pada Sta
0+250
Gambar 3.9 Perataan material base A menggunakan motor Grader pada Sta 0+200
Gambar 3.10 Pemadatan material base A Mengunakan Vibratory Roller pada Sta
0+625
32
Pada saat water tank truck melakukan penyiraman pada badan jalan, maka
pada saat itu juga langsung diikuti dengan vibrator roller. Pemadatan ini bertujuan
agar pori-pori material ini saling mengisi dan mengunci satu sama lain sehingga
mencapai kepadatan maksimum.
Pada pekerjaan ini material berupa sampah, semak belukar dan longsoran-
longsoran dari tebing jalan di bersihkan dengan menggunakan grader. Setalah
pembersihan dilakuan,kemudian dilakukan pembentukan sub grade,melakukan cut
and fill dibeberapa titik yang diperlukan serta pembuatan drainase sementara dengan
excavator agar air hujan mengalir dengan baik. Selanjutnya sebagian material cut
and fill diangkut dari lokasi dengan menggunakan dump truck, selanjutnya material
dihampar di bagian timbunan pilihan dengan menggunakan grader. Setelah dihampar
vibrator roller akan memadatkan material tersebut sampai benar-benar padat.. Untuk
ketebalan timbunan pilihan ini harus mencapai ketebalan 20 cm dan lebar 5,5 m.
Sesudah hamparan material timbunan tersebut merata, maka dipadatkan secara
berulang-ulang untuk mencapai hasil yang maksimal dan membentuk sub grade jalan
yang sempurna.
33
1. Pada peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG) memiliki
medan yang menanjak dan memiliki jurang yang curam sehingga proses
pekerjaan alat berat tidak maksimum
2. Pada Peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG) sebagian
titik di ruas jalan terdapat jalur air yang cukup deras dari tebing dikala musim
penghujan.
3. Pada peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG) Sering
terjadi longsoran pada bahu jalan dan tebing jalan saatmusim hujan.
4. Cuaca yang tidak mendukung pada saat pelaksanaan Jalan Totor Uyet – Tapak
Moge (DAK - REG), seperti terjadinya hujan yang membuat pekerjaan jadi
terhambat dan sempat terhenti dalam beberapa waktu
5. Pada pelaksanaan peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG)
Sebagian ruas jalan tidak padat pada saat dilakukan pemadatan,
6. Pada pelaksanaan peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG)
pekerjaan sempat terhenti selama bebrapa hari akibat motor Grader yang
rusak,dan bahan bakar solar yang tidak tersedia.
BAB IV
HASIL TINJAUAN DAN PEMBAHASAN
1. Pada penyiapan timbunan pilihan serta penyiapan badan jalan sering terjadi
penundaan dikarenakan cuaca yang buruk maupun kerusakan pada alat motor
grader
2. Pada tenaga kerja, Pada saat proses pelaksanaan dilapangan tidak ada
penambahan pekerja karena keadaan jalan yang begitu sulit di jangkau oleh
kendaraan sehingga penambahan pekerja adalah salah satu pilihan yang tepat
35
36
3. Pada tenaga kerja, Pada saat proses pelaksanaan dilapangan tidak ada
penambahan pekerja karena keadaan jalan yang begitu sulit di jangkau oleh
kendaraan sehingga penambahan pekerja adalah salah satu pilihan yang tepat
karena dapat mempercepat proses pekerjaan tetapi memakan anggaran biaya
yang cukup besar, namun ketersediaan tenaga kerja berupa Grader Excavator
Dumb Truck tidak banyak karena terikat kerja dengan proyek lain.
4. Pada bahan, tidak ada masalah yang terjadi karena sesuai dengan kontrak
Untuk peralatan, pada pekerjaan lapisan pondasi bawah pihak pelaksana/
kontraktor menggunakan 15 dump truck tetap, serta penambahan dump truck
untuk memback-up kerja yang terhambat baik karena cuaca . Dan pada alat-alat
berat lainnya berjumlah 1 unit setiap jenisnya.
37
1. Dump truck
Dump truck yang digunakan berkapasitas 5 m3. Untuk menghitung
produktivitas alat ini maka terlebih dahulu dihitung waktu siklus atau cycle time
(CT). CT terdiri dari beberapa unsur diantaranya waktu muat atau loading time
(LT), waktu angkut atau hauling time (HT), waktu kembali atau return time (RT),
waktu pembongkaran atau dumping time (DT) dan waktu tunggu atau spotting
time (ST). Dengan demikian:
Untuk Dump Truck
CT = LT + HT + DT + RT + ST
CT = 5 menit + 75menit + 40menit + 5menit + 10 menit
CT = 135menit
2. Motor Grader.
Data-data yang diketahui dari hasil pengamatan yaitu Motor Grader berjalan
dengan kecepatan rata-rata (V) 4 km/jam dan lebar efektif per passing (W) adalah
2,4 meter dan dianggap efisiensi kerja (E) adalah 0,83. Dan operator yang
38
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama mengikuti kerja praktek di lapangan ada
beberapa kesimpulan yang dapat diambil, diantaranya sebagai berikut :
1. Dinas Pekerjaan Umun Dan Penataan Ruang Aceh Tengah selaku pemilik proyek
telah menetapkan PT. DIFFA MUFI JAYA sebagai pelaksana pembangunan
peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK-REG) dan PT yang
bersangkutan sebagai pelaksana pekerjaan telah melaksanakan pekerjaannya
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan.
2. Tebal timbunan pilihan full 20 cm dan tebal timbunan pilihan bahu jalan 35 cm
menggunakan material berupa sirtu kerikil dan tanah pasir.
3. Tebal lapis pondasi atas ( Base B ) adalah 20 cm dan agregat kasar yang
digunakan yaitu agregat dengan ukuran rata-rata 37,50 mm - 50 mm dan agregat
kasar yang digunakan tidak kurang dari 50%.
5.2 Saran
Dari hasil pengamatan di lokasi pekerjaan proyek diperoleh beberapa saran
dalam pelaksanaan pekerjaan proyek :
40
41
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHGAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
iii
BAB II....................................................................................................................13
LINGKUP PEKERJAAN......................................................................................13
2.1.1 Mobilisasi.........................................................................................13
2.5 Struktur....................................................................................................19
BAB III..................................................................................................................20
iv
3.1 Spesifikasi Teknis....................................................................................20
3.2 Peralatan..................................................................................................25
BAB IV..................................................................................................................35
BAB V....................................................................................................................40
5.1 Kesimpulan..............................................................................................40
v
5.2 Saran........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................42
vi