Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek


Perkembangan suatu daerah sangat di pengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi
daerah tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan suatu daerah
adalah tersedianya sarana dan prasarana perhubungan yang baik, yaitu jalan. Untuk
meningkatkan pembangunan di daerah-daerah, maka perlu adanya pembangunan,
peningkatan jalan dan perbaikan serta perawatan atau pemeliharaan prasarana jalan
agar pengguna jalan dapat dengan aman dan nyaman pada saat melakukan perjalanan
ke suatu tempat. Dan dalam merealisasikan usaha untuk meningkatkan
perkembangan serta pertumbuhan ekonomi maka pemerintah Aceh mengambil suatu
keputusan alternatif untuk meningkatkan sarana transportasi di salah satu Kecamatan
di Kabupaten Aceh Tengah adalah melakukan peningkatan Struktur Jalan Totor Uyet
– Tapak Moge.
Dan pada tahun 2018 Peningkatan Struktur Jalan Totor Uyet – Tapak Moge
kecamatan Bebesen-Kute Panang terealisasikan, dan proyek ini merupakan salah satu
paket yang dilaksanakan dalam anggaran tahun 2018. Sumber dana pembangunan
jalan tersebut berasal dari DAK REGULER-NOMOR : 620/SPK/DAK-
REG/01/2018 dengan tanggal kontrak 20 Juli 2018. Untuk melanjutkan tahap proses
pengerjaan proyek ini hingga selesai maka kemudian di adakan pelelangan yang di
ikuti beberapa kontraktor. Pemenang yang berhak pada pelelangan proyek ini adalah
PT. DIFFA MUFI JAYA dengan sumber dana yang berasal dari DAK REGULER
(DAK – REG) – Rp.13.100.107.000 (Tiga Belas Milyar Seratus Juta Seratus Tujuh
Ribu Rupiah). Masa pemeliharaan rekontruksi / pembangunan jalan adalah 180
(Seratus Delapan Puluh) hari kelender dengan lebar jalan 4 meter dan panjangnya
6130 meter. Apabila terjadi perubahan ketentuan pemerintah dalam hal berakhirnya
masa kontrak proyek maupun tahun anggaran akan di lakukan perubahan waktu
penyesuaian pekerjaan.

1
2

1.2 Struktur Organisasi Proyek


Proyek ini memiliki struktur organisasi yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya. Agar semua ini berjalan lancar maka semua unsur yang terkait telah
membuat kesepakatan untuk pekerjaan ini. Hubungan yang baik ini diharapkan dapat
terus berjalan sampai proyek tersebut selesai. Unsur yang terlibat dalam palaksanaan
pekerjaan ini adalah:
1.Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
2. Pejabat Pelaksana Teknik Kegiatan (PPTK)
3.Konsultan Perencana
4.Konsultan Pengawas
5.Pelaksana/ kontraktor

PROJECT MANAGER

FITRIANA

CIVIL ENGINEER

VIRA WIARA, ST

QUANTITY ENGINEER TENAGA ADMINISTRASI


JURU UKUR

SATRIA AFRIZA, ST ASNIATI, SE


KHAIRUL SYAHMEGA,ST

JURU GAMBAR SAFETY ENGINEER

CUT ERNI SAYATRI, ST MUTIA, ST

PENGAWAS LAPANGAN

ANGGA NOPRIANDI, ST

Gambar 1.1 Struktur organisasi Kontraktor Pelaksana


3

1.2.1 Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Tugas KPA adalah membuat gagasan untuk pekerjaan tersebut baik secara
perorangan atau kelompok yang mewakili suatu perusahaan atau suatu lembaga
pemerintah (Peraturan Presiden No. 4 tahun 2015). Diantara tugas dan tanggung
jawab Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tersebut adalah:
1. Mengatur pelaksanaan dan tata cara kerja proyek.
2. Bertanggung jawab dengan baik dari segi fisik maupun keuangan proyek dan
kelancaran administrasi proyek.
3. Membentuk panitia lelang dan memutuskan pemenang pelelangan berdasarkan
usulan panitia pelelangan.
4. Menyetujui dan menetapkan pengaturan pembayaran dan serah terima pihak
pertama dan pihak kedua.
5. Menyetujui dan menetapkan waktu pelaksanaan proyek.
6. Mengadakan ikatan kontrak dengan konsultan, pengawas dan kontraktor.
Dinas Pekerjaan Umum Aceh Tengah selaku pemilik proyek telah
melaksanakan ketentuan tersebut, sehingga proses pengadaan proyek ini dapat
terwujud.
1.2.2 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) adalah pejabat pada unit kerja
yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan
bidang tugasnya. Berdasarkan pasal 12 ayat (1) PP N0. 58 Tahun 2005, PA atau KPA
menunjuk pejabat pada unit kerja selaku PPTK untuk melaksanakan progam dan
kegiatan, dengan tugas mencakup pasal 12 ayat (2):
1. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan.
2. Melaporkan perkembangan pelaksana kegiatan.
3. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
Dengan demikian PPTK bertanggung jawab kepada PA/KPA (pasal 13 ayat
2). Perpres No. 54 tahun 2010 mengatur bahwa penanggung jawab dalam kegiatan
pengadaan barang/jasa adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), sedangkan
pelaksananya dilakukan oleh unit layanan pengadaan/pejabat pengadaan, tidak ada
kewenangan yang diatur dan diberikan kepada PPTK dalam pengadaan barang/jasa.
4

1.2.3 Konsultan Perencana


Menurut Peraturan Presiden No.4 Tahun 2015, konsultan perencana
merupakan suatu badan yang ahli bidang perencana kontruksi. Dalam merencanakan
suatu proyek konsultan perencana harus mengawasi tujuan dibangunnya bangunan
tersebut, anggaran biaya yang tersedia dan juga keadaan lingkungan yang
berhubungan dengan perencanaan. Setelah memperoleh data-data tersebut barulah
dibuat gambar rencana, detail serta syarat-syarat dalam perencana proyek. Tugas dan
tanggung jawab perencana dalam melaksanakan proyek adalah:
1. Menyelidiki atau mensurvei keadaan tanah dan mengumpulkan data lapangan
yang telah didapatkan.
2. Merencanakan kontruksi gedung, arsitektur, struktur, elektikal, dan mekanikal,
plumbing, site development dan lain-lainnya.
3. Membuat gambar rencana, detail dan lainnya.
4. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat, daftar perhitungan volume dan rencana
anggaran biaya.
5. Mempersiapkan seluruh dokumen proyek yang berisikan syarat-syarat khusus,
syarat-syarat umum, spesifikasi teknis, gambar bestek. penunjukan pelelangan dan
perkiraan waktu pelaksanaan.
6. Memberikan penjelasan pelaksanaan pekerjaan kepada pemborong (pelaksana)
pada waktu rapat penjelasan dan melaksanakan pengawasan berkala baik dari
segi struktur maupun arsitekturnya dalam pelaksanaan pekerjaan.
7. Mengurus izin prinsip data direktorat Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Sebagai konsultan perencana CV. GIZATAMA CONSULT ENGINEERING
mempunyai peranan yang sangat penting dan juga merupakan dasar dari pekerjaan
tersebut. Dalam hal ini konsultan perencana telah melakukan tugas seperti yang
disebutkan. Dimulai dengan pekerjaan pengukuran dan pengumpulan data, membuat
gambar rencana, membuat rencanan kerja, membuat spesifikasi teknis, mengurus
surat izin dan kemudian memberikan penjelasan kepada pemborong atau pelaksana.
5

1.2.4 Konsultan Pengawas


Konsultan Pengawas merupakan suatu badan hukum yang di percaya oleh
pimpinan proyek, agar diperoleh suatu kualitas bangunan yang maksimal dan sesuai
dengan perencanaan. Adapun tugas dan tanggung jawab pengawas dalam mengawasi
pelaksanaan proyek adalah:
1. Mengawasi pembangunan proyek baik dari segi kualitas maupun kuantitas bahan
bangunan yang sesuai dengan bestek.
2. Memeriksa dan menyetujui perubahan-perubahan penyesuaian desain yang terjadi
selama pelaksanaan pembangunan proyek atau persetujuan bersama.
3. Mengawasi kemajuan pekerjaan fisik konstruksi.
4. Mengawasi penetapan waktu pelaksanaan dalam penyelesaian proyek.
5. Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan atas kemajuan pekerjaan.
6. Seksi tata usaha bertugas dalam administrasi teknis, laporan bulanan, laporan
triwulan, laporan berkala dan lain-lain.
7. Menyusun dokumen untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan pendaftaran
gedung-gedung milik negara.
8. Membuat dan menyusun as built drawing.
9. Membuat progress report dan dokumen untuk serah terima pertama dan kedua
pekerjaan pelaksanaan.
10. Mengontrol pelaksanaan pengujian terhadap kualitas pekerjaan (quality control).
Sebagai konsultan pengawas pada proyek ini CV. GRAHA KARYA
CONSULTANT mempunyai tugas besar yaitu mengawasi setiap item pekerjaan.
Pengawas melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah yang telah diberikan. Ini
terbukti dari pengawasan yang mereka lakukan pada setiap pekerjaan. Pengawas ini
melakukan pengawasan pada setiap proses pekerjaan awal di mulainya proyek
Peningkatan Struktur Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK)

1.2.5 Pelaksana/ kontraktor


Menurut Peraturan Presiden No.4 Tahun 2015, pelaksana adalah suatu usaha
berbadan hukum yang didirikan berdasarkan akte notaris dan bergerak dibidang jasa
kontruksi yang disesuaikan menurut golongan keahlian serta kemampuan modal,
6

baik di pandang dari segi personil maupun peralatan yang dimilikinya. Tugas yang
harus dilakukan pelaksanaan adalah:
1. Mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran pelaksana pekerjaan.
2. Mengerjakan pekerjaan berdasarkan gambar bestek dan sesuai dengan peraturan
yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Menempatkan
seorang pemimpin pelaksana atau tenaga ahli yang dapat menerima dan
memutuskan semua petunjuk dari direksi.
3. Menempatkan seorang pemimpin pelaksana atau tenaga ahli yang dapat menerima
atau memutuskan semua petunjuk dari direksi.
4. Menyelesaikan serta menyerahkan pekerjaan tepat pada waktu yang telah
ditetapkan dalam kontrak kerja.
5. Melakukan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung jawab
pelaksanaan.
6. Menyediakan bahan-bahan yang diperlukan; peralatan kerja dan tenaga kerja yang
dibutuhkan.
7. Mengurus IMB (Izin Mendirikan Bangunan )
Berdasarkan surat Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kapubaten Aceh Tengah NOMOR : 620/SPPBJ/DAG-REG/01/2018 dengan
tanggal kontrak 20 Juli 2018 tentang penunjukan Pemborongan (Gunning)
menetapkan PT. DIFFA MUFI JAYA sebagai pelaksana Pembangunan Peningkatan
Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK-REG)
Untuk pekerjaan pelaksana ini dianggap telah sesuai dengan pekerjaan yang
disyaratkan dan melakukan pengawasan disetiap pekerjaan. Ini terbukti dari
ditempatkannya seorang tenaga ahli untuk pengawasan. Setiap pembangunan
pekerjaan selalu diawasi dan dipantau dengan menggunakan alat berupa Theodolit.
Ini dimaksudkan untuk menyesuaikan setiap pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana. Untuk penyediaan bahan juga telah dilakukan sesuai dengan perintah yang
disyarakan. Jika terdapat gambar yang kurang sesuai dengan kondisi lapangan maka
pelaksana mencari solusi agar pekerjaan tersebut dapat dilanjutkan. Setelah mendapat
solusi yang baik, maka dibuatlah gambar sesuai kondisi yang ada untuk mendapatkan
persetujuan dari pemilik proyek.
7

1.2.6 Hubungan kerja antara unsur-unsur organisasi suatu proyek.


Dalam melakukan suatu proyek, masing-masing unsur mempunyai
wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya, hubungan antar unsur
ini meliputi dua hal yaitu :
1. Hubungan secara teknik dan
2. Hubungan secara hukum.

1.2.7 Hubungan secara Teknik


Untuk mewujudkan suatu pelaksanaan proyek sehingga berjalan sesuai
dengan direncanakan, maka diperlukan kerja antar unsur-unsur yang terlibat
didalamnya terdiri dari bagian proyek, pengawas (direksi) dan penyedia jasa
pemborongan (pelaksana) seperti yang digambarkan dibawah ini.

Pemilik Proyek
DINAS PEKERJAAN UMUM ACEH
TENGAH

Perencana Pengawas Pelaksana

CV.GIZATAMA CV. GRAHA KARYA PT. DIFFA MUFI


Keterangan :
CONSULT CONSULTANT JAYA
= Jalur Perintah
ENGINEERING

= Jalur Konsultasi
Gambar 1.2 Sketsa hubungan kerja secara teknis
Dalam melaksanakan tugasnya pimpinan proyek dibantu oleh pengawas
(direksi). Masalah yang berhubungan dengan segi teknis dilapangan ditangani
sepenuhnya oleh direksi dan menyampaikan kepada PPK mengenai kegiatan
dilapangan dan hal lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek.
Pada pelaksanaannya direksi berkuasa penuh untuk menegur pelaksana bila
pekerjaan yang dilaksanakan dilapangan menyimpang dari yang disyaratkan. Apabila
teguran direksi baik secara lisan maupun tulisan tidak dilaksanakan oleh pelaksana
maka direksi dapat menghentikan pekerjaan.
8

1.2.8 Hubungan secara Hukum


Secara hukum masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang sama
dan terikat dengan kontrak, masing - masing pihak melaksanakan tugasnya
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Untuk lebih jelasnya
dapat terlihat ilustrasi dari hubungan kerja secara hukum skema di bawah ini.

KPA
PPK

PPTK ( Pejabat Pelaksana Teknis


Kegiatan)

KONSULTAN KONSULTAN PENYEDIA


PERENCANA PENGAWAS BARANG/JASA
Gambar 1.3 Skema hubungan kerja secara hukum
9

Pada skema 1.3 terlihat pemilik proyek bertindak selaku pemberi dan pengatur
jalannya proyek demi keberhasilan dan kelancaran pekerjaan. Melalui pemimpin
proyek ini diadakan perjanjian atas nama pemilik proyek dengan pihak perencana,
pengawas dan pelaksana.
Pemilik atau pemimpin proyek, pengawas dan pelaksana mempunyai
kedudukan yang sama secara hukum. Masing-masing pihak dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan kedudukan serta wewenangnya masing-masing dan tidak
menyimpang dari jalur teknik, sehingga tidak ada pihak yang harus disalahkan atau
dirugikan.
Pada proyek ini hubungan kerja sama yang telah terjadi adalah sesuai dengan
jalur - jalur hukum yang telah ada. Baik adanya permasalahan yang terjadi
dilapangan maupun koreksi pekerjaan dari direksi yang melihat langsung kegiatan
proyek.
1.3 Konsentrasi Tinjauan
Pekerjaan yang ditinjau pada pembangunan jalan ini adalah pekerjaan
timbunan pilihan dan lapisan pondasi bawah (Sub Base Course) agregat kelas B
pada STA 0+000 s/d 6+130. Timbunan pilihan direncanakan dibagian bahu jalan L/R
(kanan – kiri) dengan dimensi Lebar 0,750 m dan Tebal 0,350 m. Material yang
digunakan pada lapis pondasi bawah agregat kelas B adalah rata-rata batu pecah 50
mm dan 37,50 mm yang dihasilkan dari stone crusher dan sirtu dengan
perbandingan komposisi tertentu sesuai laporan Design Mix Formula Lapis Pondasi
Kelas B yang pencampurannya dilakukan secara mekanis (blending equipment) di
base camp , untuk lapis pondasi bawah agregat kelas B tebal rencana adalah 20 cm.
1.4 Tujuan Tinjauan
Tujuan tinjauan pada pekerjaan ini adalah penulis dapat memahami proses
pekerjaan pembangunan jalan serta mengetahui tahapan-tahapan dan proses
pekerjaan yang terjadi dilapangan khususnya pada bagian tinjauan yaitu pekerjaan
timbunan pilihan dan pekerjaan lapisan pondasi bawah (Sub Base Course). Penulis
juga mengetahui proses pekerjaan alat yang dilakukan selama pekerjaan dan
kemudian memahami apa yang harus diperhatikan dalam pembangunan jalan pada
proyek ini.
10

Teori yang didapat menyebutkan bahwa material yang digunakan untuk lapis
pondasi atas adalah material yang kuat dan umumnya menggunakan material dengan
nilai CBR > 50%. Untuk bagian timbunan pilihan menggunakan material yang
berada di dekat lokasi pekerjaan jalan dan disyaratkan harus membentuk sub grade
yang rata dan memiliki kelandaian yang cukup dan mendukung faktor lain dalam
pekerjaan jalan selanjutnya.Material yang digunakan dilapangan untuk timbunan
pilihan adalah material yang berupa batu pecah/sertu maupun tanah pasir dan krikil.
Dan untuk lapis pondasi bawah agregat Kelas B Material yang digunakan untuk
lapisan pondasi bawah umumnya harus nilai CBR minimum 20% dan indeks
Plastisitas (PI) £ 10%.
1.5 Hasil Tinjauan
Menurut hasil tinjauan pekerjaan dilapangan yang diperoleh dari kegiatan
praktek kerja lapangan adalah dapat mengetahui tahapan-tahapan pekerjaan dan
pelaksanaan serta alat apa yang digunakan untuk pekerjaan timbunan pilihan dan
pekerjaan lapisan pondasi bawah (Subbase Course). Untuk pekerjaan timbunan
pilihan terlihat beberapa bagian yang sangat perlu untuk di timbun dan yang kurang
penting ditimbun/tidak perlu karnena faktor lapangan. Untuk pekerjaan Lapis
Pondasi Bawah (Sub Base Course) terlihat beberapa bahan organik tercampur pada
lapisan pondasi bawah dan juga pada lapisan pondasi atas (Base course) banyak di
dapati bongkahan-bongkahan kayu busuk serta ada juga batu-batu yang berukuran
basar. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor salah satunya kurangnya ketelitian
pada saat pemilihan agregat dari tempat pengambilan material(base camp).
BAB II
LINGKUP PEKERJAAN

Kelancaran suatu proyek sangat ditentukan oleh pengaturan langkah-langkah


kerja untuk setiap pekerjaan. Dengan adanya pengaturan langkah kerja tersebut,
maka dapat di atur rencana kerja peralatan sesuai dengan kegunaannya dari biaya
pengeluaran sejak dari pekerjaan persiapan hingga selesai. Dengan demikian
pekerjaan yang akan dilaksanakan akan dapat berjalan dengan lancar.
Adapun ruang lingkup yang akan dilaksanakan pada proyek Peningkatan
Jalan Totor Uyet – Tapak Moge sebagai berikut :

1. Umum
2. Pekerjaan tanah
3. Pekerasan non aspal
4. Perkerasan aspal
5. Drainase
6. Sturktur

2.1 Pekerjaan umum


2.1.1 Mobilisasi
Setelah dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), dilakukan tinjauan
kelapangan sebagai survey awal guna mengetahui lokasi pekerjaan, maka langkah
selanjutnya adalah membuat kantor (Direksi keet), dalam hal ini sewa barak kerja
dan gudang untuk penyimpanan bahan dan peralatan, selanjutnya mobilisasi
peralatan dan tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan di
lapangan. Adapun volume mobilisasi pada pekerjaan Pembangunan Peningkatan
Jalan Totor Uyet – Tapak Moge adalah 1,00 LS.

11
12

2.2 Pekerjaan Tanah


2.2.1 Galian tanah biasa
Material : Tidak menggunakan material apapun

Peralatan : - Excavator

- Dump Truck

Galian tanah biasa dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh direksi pekerjaan dan mencakup
pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah,
batu, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk
pekerjaan permanen. Pekerjaan galian dilaksanakan dengan tidak mengganggu badan
jalan yang telah ada. Titik penggalian umumnya berada disisi kiri dan kanan jalan.
Galian dilakukan dengan menggunakan Excavator, kemudian hasil galian dibuang
dari lokasi pekerjaan dengan menggunakan Dump Truck.

2.2.2 Timbunan biasa


Material : - Material Bahan Timbunan, bergradasi baik, sesuai
spesifikasi

Peralatan : - Excavator
- Dump Truck
- Motor Grader
- Vibrator Roller
- Water Tank Truck

Pada pekerjaan ini material diangkut dari quarry dengan menggunakan dump
truck, selanjutnya material dihampar dengan menggunakan grader. Setelah dihampar
vibrator roller akan memadatkan material tersebut lapis demi lapis sampai benar-
benar padat. Selama proses pemadatan berlangsung water tank membasahi hamparan
material untuk mempertahankan kelembaban. Elevasi atau ketinggian timbunan
dilaksanakan sesuai gambar bestek atau arahan dari direksi.
13

2.2.3 Penyiapan badan jalan


Material : Tidak menggunakan material apapun

Peralatan : - Motor grader

- Vibrator roller

Penyiapan badan jalan hanya dilakukan pada area galian, Motor Grader
meratakan area pemotongan tanah dasar pada area galian, Kemudian dilanjutkan
dengan proses pemadatan yang menggunakan vibrator roller. Proses pemadatan
dilakukan dengan sejumlah lintasan hingga mencapai nilai kepadatan minimum yang
disyaratkan.

2.3 Perkerasan Non aspal


2.3.1 Lapis pondasi agregat kelas B
Material : - Material agregat kelas B, bergradasi baik, sesuai spesifikasi

Peralatan : - Wheel Loader


- Dump Truck
- Motor Grader
- Vibrator roller
- Water Tank Truck

Pekerjaan Lapisan pondasi Kelas B ini diaplikasikan minimal setebal 20 cm


dan secara garis besar urutan pekerjaan sama dengan pekerjaan pondasi kelas B,
adalah sebagai berikut :

Marking untuk lapisan pondasi dipasang dengan acuan center line sub grade
yang telah dipadatkan. Material aggregat Klas B adalah batu pecah 37,50-50 mm 5-
10 mm dan 10-20 mm yang dihasilkan dari Stone Crusher. Material di supply dengan
memakai dump truck dan dihampar dengan menggunakan motor grader, setelah
penghamparan dan dicek elevasi, kemudian dipadatkan dengan menggunakan tandem
roller sewaktu pemdatan dilaksanakan, kadar air agregat tetap dijaga dalam kondisi
optimum dengan menyemprotkan air dari water tanker.
14

Pemadatan oleh tandem roller bervibrasi diaplikasikan over lapping selebar


setengah dari lebar alat pemadat dengan jumlah lintasan sesuai dengan percobaan
pemadatan.

2.3.2 Lapis pondasi agregat kelas A


Material : - Material aggregat klas A, sesuai laporan rencana campuran

Peralatan : - Wheel Loader


- Dump Truck
- Motor Grader
- Tandem Roller
- Water Tank Truck
Lapisan ini disebut juga lapisan atas dilakukan dilapangan setelah lapisan
pondasi bawah. Wheel Loader memuat Agregat hasil Campuran di Base Camp
kedalam Dump Truck untuk dibawa kelokasi pekerjaan, selanjutnya material
dihampar dengan menggunakan grader. Setelah dihampar vibrator roller akan
memadatkan material tersebut sampai benar-benar padat. Selama proses pemadatan
berlangsung water tank membasahi hamparan agregat untuk mempertahankan
kelembaban. Pekerjaan ini juga menggunakan tenaga manusia untuk merapikan tepi
hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat bantu. Kerikil yang
digunakan tersebut harus yang berkualitas baik agar lapisannya menyatu dan saling
mengikat. Untuk ketebalan lapisan pondasi atas ini harus mencapai ketebalan seperti
yang tercantum dalam bestek. Sesudah hamparan kerikil tersebut merata, maka
dipadatkan secara berulang-ulang untuk mencapai hasil yang maksimal dan
membentuk pondasi badan jalan yang sempurna.

2.4 Perkerasan Aspal


2.4.1 Lapis Resap Pengikat – Aspal Cair
Material : - Aspal Cair
- Kerosene
Peralatan : - Aspahalt Distributor
- Compressor
15

Pada pekerjaan ini material diangkut dari base camp dengan menggunakan
dump truck, selanjutnya aspal dan minyak flux dicampur dan dipanaskan sampai
menjadi campuran aspal cair. Aspal cair tersebut kemudian di semprot menggunakan
asphalt distributor kepermukaan yang akan dilapisi yang sebelumnya permukaan
tersebut telah dibersihkan dari debu dan kotoran menggunakan air compressor.

2.4.2 Lapis Perekat – Aspal Cair


Lapis resap pengikat merupakan lapisan campuran aspal dan kerosin dengan
perbandingan tertentu. Kepadatan aspal diukur dalam berat campuran per meter
luasan. Cara pengukuran aspal dengan jalan menyemprotkan campuran aspal kerosin
(aspal yang telah dicampur dengan pelarut) keselembaran kertas atau triplex. Lapis
resap pengikat berfungsi sebagai lapis pengikat antara aggregat kelas A dengan lapis
pengikat aspal beton (AC-BC), selain itu lapis resap pengikat juga dapat mencegah
terjadinya pelepasan butiran pada pondasi agregat. Aspal resap pengikat ini diberikan
sebelum pekerjaan lapis penutup dilakukan. Peralatan yang digunakan adalah
compresor dan asphal sprayer, aspal disemprotkan pada suhu yang diizinkan. Adapun
volume pada pekerjaan lapis resap pengikat – aspal cair pada Pembangunan
Peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge adalah 17.360 liter.

2.4.3 Laston Lapis Aus (AC-WC)


Asphlt Concrete-Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan perkerasan
yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non
structural, AC-WC dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu
sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari kontruksi perkerasan.
AC-WC mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston
lainnya.

2.4.4 Laston Lapis Antara (AC-BC)


Laston merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari
campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur,
dihampar, dipadatkan pada suhu tertentu. Lapis resap pengikat ditutup (dilapisi)
dengan lapis resap pengikat (AC-BC), dengan ketebalan maksimum 6 cm. Material
harus mengandung agregat kasar, agregat halus dan aspal yang dicampur hingga
16

homogen. Material AC-BC diangkut dari AMP dengan menggunakan dump truck.
Dari dump truck, material AC-BC dicurahkan ke mesin panghampar yang disebut
dengan piver. Mesin penghampar (Asphalt Finisher). Apabila terdapat permukaan
yang tidak rata atau terdapat bagian pekerjaan piver yang kurang sempurna, maka
untuk proses perapiannya dilakukan oleh tenaga pekerja yang selalu mengikuti piver
tersebut. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller pada temperatur
110ºC. Setelah pemadatan dengan menggunakan Tandem Roller selesai, pekerjaan
pemadatan berikutnya dilanjutkan oleh Pneumatic Tire Roller yang bekerja sesuai
dengan jalan Tandem Roller. Adapun volume pada pekerjaan laston lapis antara (AC-
BC) (Gradasi halur/kasar) pada Pembangunan Peningkatan Jalan Strategis Desa-
Kandepag (Tahap III) adalah 2.226,15 ton.

2.4.5 Laston Lapis Pondasi (AC-BASE)


Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1983) Laston Atas atau Lapisan
Pondasi Atas (AC-Base) merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran
agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan dalam
keadaan panas. Lapisan ini terletak dibawah lapis pengikat (AC-BC), perkerasan
tersebut tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas
untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda kendaraan. Lapis
pondasi (AC-Base) berfungsi untuk memberi dukungan lapis permukaan,
mengurangi regangan dan tegangan, menyebarkan dan meneruskan beban kontruksi
jalan dibawahnya (sub grade).

2.5 pekerjaan drainase


2.5.1 Galian untuk selokan drainase dan saluran air
Material : -Tidak menggunakan material
Alat : - Excavator
Galian untuk drainase pada peningkatan jalan Totor Uyet – Tapak Moge
adalah dengan menggunakan Excavator.

2.5.2 Pasangan batu dengan mortar


Material : - Semen
17

- Pasir

- Kerikil
Peralatan: - Mesin molen
- Sekop
- Dan lain lain.

Mortar merupakan campuran dari bahan pengikat (semen,kaupur) bahan


pengisi (pasir) dan air. Yang bermamfaat untuk bahan pengikat antara satu batu
dengan batu yang lainnya. Dan juga bisa bermamfaat untuk meratakan permukaan
batu yang tidak rata.

2.5 Struktur
Pekerjaan sturktur yang dimaksud di sini adalah pekerjaan Beton K-250 pada
STA 6 + 185 s/d STA 6 + 200 RS, pekerjaan Beton K-175 pada STA 1 + 650 s/d STA
2 + 800 L/R, pekerjaan Baja Tulangan U-24 polos pada STA 6 + 185 s/d STA 6 +
200 RS, dan Pasangan Batu pada STA 6 +185 s/d STA 6 + 200 RS.
18

BAB III
PEKERJAAN YANG DITINJAU

Selama melaksankan praktek kerja lapangan (PKL) pada proyek


Peningkatan Struktur Jalan Totor Uyet – Tapak Moge, terhitung dari tanggal 29
Oktober s/d 25 Desember 2017. Adapun kegiatan- Kegiatan yang dapat penulis
ikuti adalah Pekerjaan Timbunan Pilihan dan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base
Course)

20
19

3.1 Spesifikasi Teknis


3.1.1 Pekerjaan Timbunan Pilihan
Pekerjaan ini pada dasarnya dilaksanakan untuk pembentukan /sub grade
preparation sebagai tempat bagi pekerjaan perkerasan diatasnya. Pekerjaan
ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah
dasar atau permukaan jalan kerikil lama atau Lapis Penetrasi Macadam
yang rusak berat, untuk penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis
Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau
Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur lalu lintas (termasuk jalur tempat
perhentian dan persimpangan yang tidak ditetapkan sebagai Pekerjaan
Pengembalian Kondisi).
Pembentukan elevasi dari permukaan tanah dasar/sub grade dibentuk/diratakan
dengan alat motor grader. Selanjutnya dipadatkan dengan alat pemadat
getar ( Vibratory Roller). Dalam tahapan pemadatan ini harus diperhatikan
bahwa timbunan pilihan harus benar padat agar daya dukung tanah
timbunan tinggi dan memiliki daya dukung geser yang kuat.
Untuk sub grade/permukaan tanah dasar untuk ketinggian akhir setelah
pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah satu sentimeter dari
yang diisyaratkan/disetujui dan sesuai gambar rencana Hasil pekerjaan
harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang cukup,dan
mendukung faktor-faktor lain dalam pekerjaan selanjutnya seperti drainase
dan bahu jalan.Berikut alat dan bahan material yang digunakan pada
timbunan pilihan pada gambar 3.1.1

20
20

(a).Motor Grader

(b).Bahan material timbunan pilihan


Gambar 3.1 (a). Motor Grader (b). Bahan material timbunan pilihan

3.1.2 Pekerjaan lapis pondasi Bawah (Sub Base Course)

20
21

Lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar ( sub grade)
dan lapisan pondasi atas (base course) dinamakan lapisan pondasi bawah (sub
base course). Lapisan pondasi bawah berfungsi sebagai:
1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah
dasar.
2. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
3. Lapisan ini untuk mencegah partikel- partikel halus dari tanah dasar naik
kelapisan pondasi atas.
Pada pekerjaan lapisan pondasi bawah yang diamati pekerjaan tersebut
meliputi pemasokan, pemprosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan
dan pemadatan. Material yang digunakan dilapangan sebelumnya telah mengalami
pencampuran. Pencampuran dikerjakan dilokasi Instalasi pemecah batu atau
pencampuran, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasikan
untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen- komponen campuran
dengan proporsi yang benar. Bahan yang digunakan adalah bahan yang bebas dari
bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan yang tidak di kehendaki atau
tidak sesuai dengan yang di syaratkan. Gradasi material untuk Lapisan Pondasi
Kelas B yang digunakan di perlihatkan pada tabel Tabel 1.1 sebelumnya.

20
22

Pada lapisan pondasi bawah agregat kelas B menggunakan agregat keras dengan
ukuran 50

mm dan 37,50 mm dengan ketebalan 20 cm dan minimal mempunyai

20
21

satu bidang pecah. Gambar material yang digunakan Lapis Pondasi Agregat Kelas B
diperlihatkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Material Untuk Lapisan Pondasi Bawah Agregat Kelas B Sta 1+700

Sifat dan bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah agregat kelas B
yang syaratkan adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi Agregat pada Lapisan Pondasi Bawah.
Terdapat dua kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu kelas A
dan kelas B. Pada umumnya Agregat kelas A adalah mutu Lapis Pondasi Atas
untuk suatu lapisan dibawah lapisan beraspal, dan lapisan pondasi atas agregat
kelas B adalah untuk lapisan pondasi bawah. Bahan lapis pondasi atas terdiri dari
potongan batu bersudut tajam yang keras, awet dan bersih tanpa potongan-
potongan yang terlalu tipis atau memanjang, dan bebas dari batu-batu yang lunak,
tidak merupakan satuan batu bata pecah atau bercerai-berai.
2. Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar yang tertahan ayakan 9,55 mm harus terdiri dari pertikel atau
pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Untuk Lapis Pondasi atas agregat
Kelas A, maka untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari
100% berat agregat kasar. Untuk Lapis Pondasi atas agregat Kelas B maka untuk
agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 50%, berat agregat kasar
ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
3. Fraksi Agregat Halus
24

Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir
alami atau batu pecah dan partikel halus. Fraksi agregat yang lolos ayakan No.4
tidak boleh lebih besar dari dua pertiga dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.
4. Sifat Dan Bahan Yang Disyaratkan
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi.
5. Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi atas Agregat Kelas B.
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dikerjakan dilokasi instalasi pemecah batu atau pencampuran yang disetujui,
dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasikan untuk
memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan
proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan
pencampuran dilapangan. Penyimpanan material yang digunakan ini berupa
gudang yang telah disediakan supaya mutu dari bahan tersebut tetap terpelihara
dengan baik. Tempat penyimpanan material ini bebas dari tanaman dan sampah,
bebas dari genangan air.
Pada Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah untuk penggunaan material sendiri
dianggap telah memenuhi syarat yang ditentukan. Tidak terlihat adanya
pencampuran material selain dari tempat pencampuran yang telah ditetapkan.
Untuk gradasi material ini menggunakan material lebih halus dari yang
disyaratkan.

3.2 Peralatan
Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan serta pengoprasiannya untuk
pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) :
1. Dump Truck
25

Digunakan untuk mengangkut material agregat kelas B dari lokasi


pengolahan kelokasi pekerjaan dengan kapasitas sebanyak 5 M3 untuk Dum Truck.
Jumlah Dum Truck yang digunakan berjumlah 10 unit. 1 Dum Truck memakan
waktu 135 menit mulai dari pengangkutan, penghamparan dan kembali
mengambil material ke lokasi pencampuran. Truck ini melakukan tugasnya
masing-masing secara continue sehingga tidak ada kekosongan rotasi. Pada
spesifikasi teknis penggunaan alat ini untuk mengangkut material dengan jarak
tempuh yang relatif jauh. Gambar Dump Truck pengangkut material diperlihatkan
pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Dump truck pengankut material dan sedang melakukan penuangan
material base A pada Sta 0+950

2. Motor grader
Digunakan untuk melakukan pekerjaan penghamparan material agar merata.
Banyaknya motor grader yang digunakan sebanyak 1 unit.
26

Gambar 3.4 Motor Grader sedang menghamparkan material base A pada Sta 0+625
3. Excavator
Digunakan untuk menggali drainase,cut adn fill dan memasukkan material
timbunan pilihan ke dumb truck.Excavator yang digunakan sebanyak 1 unit.
4. Vibrator roller
Digunakan untuk memadatkan material yang sudah dihamparkan terlebih
dahulu. Jumlah vibrator roller yang digunakan sebanyak 1 unit.

Gambar 3.5 Vibrator Roller sedang memadatkan material pada Sta 0+725

5. Water tank
Digunakan untuk menyiram hamparan material supaya terjaga
kelembabannya. Banyak water tank yang digunakan adalah 1 unit.
27

Gambar 3.6 Water Tank sedang menyiram hamparan material pada Sta 0+375

3.3 Jadwal Pelaksanaan


Pada pekerjaan yang ditinjau, yaitu pekerjaan timbunan pilihan (sub grade)
dan lapis Pondasi Atas (base course), menurut kontrak pekerjaan dimulai pada 01
Agustus 2018 dan diselesaikan pada tanggal 18 Desember 2018 (180 Hari Kalender).
Sedangkan yang terjadi dilapangan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
dikontrak. Pekerjaan yang terjadi di lapangan, pekerjaannya telat di mulai dari
tanggal yang telah di tentukan di dalam kontrak. Akan tetapi pekerjaan tersebut dapat
di selesaikan sebelum berakhirnya tanggal kontrak. Pekerjaan telat dilakukan karena
pihak PT. DIFFA MUFI JAYA sedang melakukan pekerjaan di tempat lain atau
dengan kata lain bahwa pihak atau PT yang bersangkutan tidak hanya terfokus pada
pengerjaan Peningkatan Jalan Toto Uyet – Tapak Moge. Dan karena cuaca yang
kurang mendukung menyebabkan alat berat tidak dapat di mobilisasi ke lokasi
pekerjaan dikarenakan ada longsoran menuju lokasi pekerjaan jalan.
28

Tabel 3.1 Jadwal Pekerjaan Yang Direncanakan Dan Yang Terjadi Dilapangan

Ket : Time Schedule Pekerjaan Yang Direncanakan

Time Schedule Pekerjaan Yang Dilaksanakan dilapangan

Time Schedule Pekerjaan Yang diamati

Pada perencanaan waktu pekerjaan adalah 140 Hari dan sesuai dengan
kontrak. Untuk masing- masing pekerjaan yaitu pekerjaan timbunan pilihan di
jadwalkan selama 2 minggu dan dilaksanakan pada minggu ke 3 bulan ke 1 dan
pelaksaannya memakan waktu 3 minggu dikarenakan cuaca buruk yang
menyebabkan alat berat tidak dapat bekerja, dan pekerjaan lapis pondasi bawah
dijadwalkan selama 3 minggu dilaksanakan pada minggu ke 3 bulan ke 2.

3.4 Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam melaksanakan praktek kerja lapangan pada proyek ini kegiatan yang
diikuti selama praktek kerja lapangan diantaranya adalah :
1. Pekerjaan timbunan pilihan (sub grade)
2. Pekerjaan lapisan pondasi bawah (subbase course)
3.4.1 Pekerjaan lapisan pondasi Bawah
Pada pekerjaan ini yang di tinjau pada STA 0 + 000 s/d STA 6 + 130 agregat
yang dipakai yaitu agregat kelas B. Panjang total pekerjaan jalan yang diikuti adalah
6130 M. Berikut adalah pelaksanaan pekerjaan di lapangan:
a. Agregat kelas B di angkat dari tempat pencampuran menggunakan dump truck,
kemudian ditempatkan pada lokasi di atas lapisan tanah dasar yang sudah
disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan penghamparan.
Penghamparan menggunakan motor grader diperlihatkan pada gambar 3.7
29

Gambar 3.7 Perataan material base B menggunakan motor Grader pada Sta 1+700

b. Penghamparan dilakukan dengan batas kelembaban yang optimum, sebagai mana


yang telah ditentukan pada spesifikasi. Agregat dihampar dengan motor grader
sampai satu campuran yang merata seperti agregat dihampar dalam lapisam degan
ketebalan 20 cm, dan dalam satu cara sehingga kepadatan maksimum yang telah
ditetapkan dapat dicapai.
c. Penghamparan akhir sampai ketebalan dan kemiringan yang diperlukan
dilaksanakan dengan cadangan pengurangan ketebalan sekitar 10% yang
dilakukan segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir setiap lapisan
pondasi bawah. Bahan tersebut harus dipadatkan dengan baik dengan alat pemadat
yang sesuai meliputi mesin gilas roda rata, mesin gilas jenis atau mesin gilas roda
getar. Pekerjaan pemadatan diperlihatkan pada gambar 3.7
30

Gambar 3.8 Pemadatan material base B menggunakan Vibratory Roller pada Sta
0+250

d. Penggilas untuk pembentukan dan pemadatan maju mundur secara gradual


(sedikit demi sedikit) dari pinggiran ke tengah dari perkerasan, sejajar dengan
sumbu jalan dan dilaksanakan dalam operasi yang menerus untuk membuat
pemadatan matang yang merata.
e. Kadar air untuk pemasangan dijaga di dalam batas- batas 3 % dari kadar air
optimum sampai 1 % lebih tinggi dari kadar air optimum dengan penyiraman air
atau pengeringan bila perlu, dan bahan lapis pondasi atas tersebut dipadatkan
sampai menghasilkan kepadatan 100% maksimum kepadatan kering yang
diperlukan.

3.4.2 Pekerjaan lapisan pondasi atas


Pada pekerjaan lapisan pondasi atas (base course) ini dimulai dengan
pengambilan material dengan menggunakan dump truck sebagai alat angkut material.
Material diangkut langsung dari Base Camp mengolahan material yang berlokasi di
Kampung Atu Lintang dengan menggunakan dump truck yang berkapasitas 8
ton/dump truck. Jumlah dump truck yang digunakan adalah 10 unit. Setelah material
sampai dilokasi pekerjaan, material ditumpuk pada jarak 2 m antar tiap tumpukan.
31

Penumpukkan material kemudian dihamparkan dan diratakan dengan


menggunakan motor grader dengan pertimbangan persen kemiringan badan jalan,
kemiringan mata motor grader adalah 1 derajat.

Gambar 3.9 Perataan material base A menggunakan motor Grader pada Sta 0+200

Setelah penghamparan material merata, selanjutnya proses pemadatan yang


dilakukan dengan menggunakan vibrator roller, pemadatan yang dilakukan sebanyak
8 kali gilasan (passing), seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.10 Pemadatan material base A Mengunakan Vibratory Roller pada Sta
0+625
32

Setelah proses pemadatan, selanjutnya dilakukan penyiraman pada badan


jalan dengan menggunakan water tank truck. Hal ini gunanya untuk mendapatkan
hasil pemadatan yang lebih baik dan untuk menjaga kelembapan.

Pada saat water tank truck melakukan penyiraman pada badan jalan, maka
pada saat itu juga langsung diikuti dengan vibrator roller. Pemadatan ini bertujuan
agar pori-pori material ini saling mengisi dan mengunci satu sama lain sehingga
mencapai kepadatan maksimum.

3.5 Volume Pekerjaan


Volume pekerjaan pada proyek pelebaran jalan ini yang ditinjau adalah
volume pekerjaan timbunan pilihan dan volume lapisan pondasi bawah. Untuk
pekerjaan timbunan pilihan berupa raising badan jalan dan bahu jalan 5.801,250 m3,
pada pekerjaan lapis pondasi atas menggunakan agregat kelas B sebanyak 4.960,00
m3 . Pada setiap pekerjaan untuk penyiapan material selalu disesuaikan dengan yang
tertera dalam kontrak sehingga jika pada fakta dilapangan material kurang atau lebih
tidak terlalu banyak.

3.6 Metode Pelaksanaan


3.6.1 Timbunan Pilihan(sub grade)

Pada pekerjaan ini material berupa sampah, semak belukar dan longsoran-
longsoran dari tebing jalan di bersihkan dengan menggunakan grader. Setalah
pembersihan dilakuan,kemudian dilakukan pembentukan sub grade,melakukan cut
and fill dibeberapa titik yang diperlukan serta pembuatan drainase sementara dengan
excavator agar air hujan mengalir dengan baik. Selanjutnya sebagian material cut
and fill diangkut dari lokasi dengan menggunakan dump truck, selanjutnya material
dihampar di bagian timbunan pilihan dengan menggunakan grader. Setelah dihampar
vibrator roller akan memadatkan material tersebut sampai benar-benar padat.. Untuk
ketebalan timbunan pilihan ini harus mencapai ketebalan 20 cm dan lebar 5,5 m.
Sesudah hamparan material timbunan tersebut merata, maka dipadatkan secara
berulang-ulang untuk mencapai hasil yang maksimal dan membentuk sub grade jalan
yang sempurna.
33

3.6.2 Lapis pondasi agregat Kelas B (subbase course)


a. Agregat kelas B di angkat dari tempat pencampuran menggunakan dump
truck, kemudian ditempatkan pada lokasi di atas lapisan tanah dasar yang sudah
disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan penghamparan.
Penghamparan menggunakan motor grader .
b. Penghamparan dilakukan dengan batas kelembaban yang optimum, sebagaimana
yang telah ditentukan pada spesifikasi. Agregat dihampar dengan motor grader
sampai satu campuran yang merata seperti agregat dihampar dalam lapisam
dengan ketebalan 20 cm, dan dalam satu cara sehingga kepadatan maksimum
yang telah ditetapkan dapat dicapai.
c. Penghamparan akhir sampai ketebalan dan kemiringan yang diperlukan
dilaksanakan dengan cadangan pengurangan ketebalan sekitar 10% yang
dilakukan segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir setiap lapisan
pondasi bawah. Bahan tersebut harus dipadatkan dengan baik dengan alat
pemadat yang sesuai meliputi mesin gilas roda rata, mesin gilas jenis atau mesin
gilas roda getar.
d. Penggilas untuk pembentukan dan pemadatan maju mundur secara gradual
(sedikit demi sedikit) dari pinggiran ke tengah dari perkerasan, sejajar dengan
sumbu jalan dan dilaksanakan dalam operasi yang menerus untuk membuat
pemadatan matang yang merata.
e. Kadar air untuk pemasangan dijaga di dalam batas- batas 3 % dari kadar air
optimum sampai 1 % lebih tinggi dari kadar air optimum dengan penyiraman air
atau pengeringan bila perlu, dan bahan lapis pondasi atas tersebut dipadatkan
sampai menghasilkan kepadatan 100% maksimum kepadatan kering yang
diperlukan.

3.7 Masalah Yang Terjadi di Lapangan


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini terdapat masalah- masalah yang timbul,
berikut adalah masalah yang timbul dalam pelaksanaan proyek :
34

1. Pada peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG) memiliki
medan yang menanjak dan memiliki jurang yang curam sehingga proses
pekerjaan alat berat tidak maksimum
2. Pada Peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG) sebagian
titik di ruas jalan terdapat jalur air yang cukup deras dari tebing dikala musim
penghujan.
3. Pada peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG) Sering
terjadi longsoran pada bahu jalan dan tebing jalan saatmusim hujan.
4. Cuaca yang tidak mendukung pada saat pelaksanaan Jalan Totor Uyet – Tapak
Moge (DAK - REG), seperti terjadinya hujan yang membuat pekerjaan jadi
terhambat dan sempat terhenti dalam beberapa waktu
5. Pada pelaksanaan peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG)
Sebagian ruas jalan tidak padat pada saat dilakukan pemadatan,
6. Pada pelaksanaan peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK - REG)
pekerjaan sempat terhenti selama bebrapa hari akibat motor Grader yang
rusak,dan bahan bakar solar yang tidak tersedia.
BAB IV
HASIL TINJAUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Tinjauan Pekerjaan


Hasil dari peninjauan selama mengikuti pekerjaan proyek ini dimulai dari
pekerjaan Timbunan Pilihan baik itu timubunan di badan jalan serta cut And fill dan
Lapisan Pondasi sepanjang 6130 meter dengan menggunakan material kelas B.
Pengangkutan dilakukan dengan dumb truck yang di isi excavator serta
penghamparan maupun pembentukan sub grade dilakukan dengan motor grader
dengan passing sebanyak ±10 passing yang kemudian dipadatkan menggunakan
vibro roller sebanyak ±10 passing setiap pembentukan sub grade nya agar sempurna
dan sehingga didapatkan kepadatan sempurna mulai dari Lapis pondasi bawah
agregat kelas B hingga agregat kelas A

4.1.1 Timbunan Pilihan ( sub grade)


Berdasarkan hasil tinjauan pekerjaan timbunan pilihan yang digunakan
bervariasi seperti timbunan pilihan penuh serta timbunan pilihan pada bahu jalan
adalah material dari pegunungan sekitar lokasi yang sesuai dengan spesifikasi dalam
kontrak.. Semua tenaga kerja yang ada adalah orang yang berpengalaman yang dapat
bekerja dengan baik. Peralatan yang digunakan pada timbunan pilihan ini ini adalah
Excavator, Dump Truck, Motor Grader, dan Vibrator Roller.

Setiap uraian pekerjaan dilapangan mempunyai perbedaan baik dari tenaga


kerja, bahan dan peralatan. Faktor dari perbedaan ini disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya :

1. Pada penyiapan timbunan pilihan serta penyiapan badan jalan sering terjadi
penundaan dikarenakan cuaca yang buruk maupun kerusakan pada alat motor
grader
2. Pada tenaga kerja, Pada saat proses pelaksanaan dilapangan tidak ada
penambahan pekerja karena keadaan jalan yang begitu sulit di jangkau oleh
kendaraan sehingga penambahan pekerja adalah salah satu pilihan yang tepat

35
36

karena dapat mempercepat proses pekerjaan tetapi memakan anggaran biaya


yang cukup besar, namun ketersediaan tenaga kerja berupa Grader Excavator
Dumb Truck tidak banyak karena terikat kerja dengan proyek lain.
4.1.2 Lapisan pondasi bawah ( Subbase Course).
Berdasarkan hasil tinjauan material perkerasan lapisan pondasi bawah (LPB)
yang digunakan adalah agregat kelas B yaitu sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak
hanyalah ketebalan 20 cm. Semua tenaga kerja yang ada adalah orang yang
berpengalaman yang dapat bekerja dengan baik. Peralatan yang digunakan pada
lapisan pondasi bawah material kelas B ini adalah Dump Truck, Motor Grader, Water
Tank, dan Vibrator Roller.

Setiap uraian pekerjaan spesifikasi LPB dalam kontrak dengan pengamatan


LPB dilapangan mempunyai perbedaan baik dari tenaga kerja, bahan dan peralatan.
Faktor dari perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :

3. Pada tenaga kerja, Pada saat proses pelaksanaan dilapangan tidak ada
penambahan pekerja karena keadaan jalan yang begitu sulit di jangkau oleh
kendaraan sehingga penambahan pekerja adalah salah satu pilihan yang tepat
karena dapat mempercepat proses pekerjaan tetapi memakan anggaran biaya
yang cukup besar, namun ketersediaan tenaga kerja berupa Grader Excavator
Dumb Truck tidak banyak karena terikat kerja dengan proyek lain.
4. Pada bahan, tidak ada masalah yang terjadi karena sesuai dengan kontrak
Untuk peralatan, pada pekerjaan lapisan pondasi bawah pihak pelaksana/
kontraktor menggunakan 15 dump truck tetap, serta penambahan dump truck
untuk memback-up kerja yang terhambat baik karena cuaca . Dan pada alat-alat
berat lainnya berjumlah 1 unit setiap jenisnya.
37

4.2 Produktivitas Tenaga Kerja dan Peralatan


Pada setiap item pekerjaan ini menggunakan alat berat untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Berikut ini akan diuraikan tentang produktivitas tenaga kerja dan
peratatan untuk masing-masing pekerjaan yang diamati.

1. Dump truck
Dump truck yang digunakan berkapasitas 5 m3. Untuk menghitung
produktivitas alat ini maka terlebih dahulu dihitung waktu siklus atau cycle time
(CT). CT terdiri dari beberapa unsur diantaranya waktu muat atau loading time
(LT), waktu angkut atau hauling time (HT), waktu kembali atau return time (RT),
waktu pembongkaran atau dumping time (DT) dan waktu tunggu atau spotting
time (ST). Dengan demikian:
Untuk Dump Truck

CT = LT + HT + DT + RT + ST
CT = 5 menit + 75menit + 40menit + 5menit + 10 menit
CT = 135menit

Jadi, produktivitas untuk peralatan dump truck adalah:


kapasitas
Produktivitas =
CT
5m 3
=
135menit
= 0,0370 m3/menit/truck
Maka produktivitas untuk satu dump truk adalah 0,0370 m3/menit/truck.

2. Motor Grader.
Data-data yang diketahui dari hasil pengamatan yaitu Motor Grader berjalan
dengan kecepatan rata-rata (V) 4 km/jam dan lebar efektif per passing (W) adalah
2,4 meter dan dianggap efisiensi kerja (E) adalah 0,83. Dan operator yang
38

dibutuhkan adalah 1 orang.Untuk menghitung produktivitas digunakan rumus


Sebagai berikut:
Prod = V.W.E
Prod = 4 km/jam x 2,4 meter x 0.83 x 1 org
= 7,968 m2/jam
Jadi untuk produktivitas motor grader yang bekerja adalah 7,968 m2/jam/org.
3. Vibratory Roller
Pekerjaan pemadatan lapis pondasi atas dilakukan dengan menggunakan
Vibratory Roller. Perkiraan produktivitas alat pemadatan ini dihitung dengan
menggunakan rumus:
10 xWxSxLxE
Prod =
P
Data-data yang didapat dari pengamatan dilapangan untuk pekerjaan pemadatan
adalah jumlah passing untuk pemadatan (P) adalah 8 kali, lebar pemadatan per
passing (W) adalah 1,20 m, kecepatan (S) adalah 4 km/jam, ketebalan lapis akhir
untuk kelas A (L) adalah 15 cm, dan efesiensi (E) 50 menit/jam. Operator yang
diperlukan sebanyak 1 orang. Maka untuk menghitung produktivitas alat ini
adalah sebagai berikut:
10 x1,20mx 4km / jamx15cmx 50
Prod = 60
8kali
= 74,7 km/jam/org.
Jadi untuk produktivitas satu unit vibratory roller adalah 74,7 km/jam/org.
4. Mandor.
Perhitungan produktivitas mandor pada setiap pekerjaan dihitung berdasarkan
panjang pekerjaan yang dilaksanakan dalam waktu 1 hari jam kerja. Pada lapis
perkerasan (lapisan pondasi bawah) dengan panjang pekerjaan dalam satu hari
adalah 250 m2 di awasi oleh 1 orang mandor. Jadi produktivitas mandor pada
pekerjaan lapis perkerasan adalah 250 m2/org/hari.jam

4.3 Solusi Terhadap Masalah


Dalam suatu pekerjaan medan dan cuaca adalah suatu faktor kendala di
lapangan, di suatu pekerjaan. Baik dan buruknya cuaca dapat di prediksi dengan
tabel curah hujan.
39

Masalah terlambatnya pemasukan material dapat menghambat proses


penyelesaian pekerjaan, oleh karena itu sebelum pekerjaan dimulai, pihak kontraktor
telah menunjuk petugas material yang mengurus masalah pemasukan material.
Masalah rusaknya alat berat dapat diatasi dengan menyewa alat yang baru, hal
tersebut harus langsung diantisipasi oleh kontraktor dilapangan.
Masalah yang timbul di masyarakat dapat diatasi dengan mengajak pihak
yang ada dilokasi proyek untuk ikut serta bekerja dalam pelaksanaan proyek jalan
tersebut dan memberikan sedikit pemahaman tentang bagaimana proses pekerjaan
baik dalam segi teknis maupun dalam hal administrasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mengikuti praktek kerja lapangan pada proyek Peningkatan Struktur


Jalan Tapak Moge – Totor Uyet (DAG -REG), banyak didapatkan pengalaman dan
pengetahuan secara langsung dilapangan baik dari pengawas lapangan, konsultan
yang bekerja di dalam kantor, bahkan dari para pekerja atau tukang sekalipun. Hal ini
dapat menjadi perbandingan antara pengetahuan yang didapat di lapangan dengan
teori yang diperoleh dari bangku kuliah.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama mengikuti kerja praktek di lapangan ada
beberapa kesimpulan yang dapat diambil, diantaranya sebagai berikut :

1. Dinas Pekerjaan Umun Dan Penataan Ruang Aceh Tengah selaku pemilik proyek
telah menetapkan PT. DIFFA MUFI JAYA sebagai pelaksana pembangunan
peningkatan Jalan Totor Uyet – Tapak Moge (DAK-REG) dan PT yang
bersangkutan sebagai pelaksana pekerjaan telah melaksanakan pekerjaannya
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan.
2. Tebal timbunan pilihan full 20 cm dan tebal timbunan pilihan bahu jalan 35 cm
menggunakan material berupa sirtu kerikil dan tanah pasir.
3. Tebal lapis pondasi atas ( Base B ) adalah 20 cm dan agregat kasar yang
digunakan yaitu agregat dengan ukuran rata-rata 37,50 mm - 50 mm dan agregat
kasar yang digunakan tidak kurang dari 50%.
5.2 Saran
Dari hasil pengamatan di lokasi pekerjaan proyek diperoleh beberapa saran
dalam pelaksanaan pekerjaan proyek :

1. Sebelum peralatan digunakan sebaiknya bahan bakar solar di stok dahulu


dan alat-alat berat diperiksa terlebih dahulu, apabila terjadi kerusakan agar dapat
diperbaiki, sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

40
41

2. Penempatan material sebaiknya yang lebih dekat dengan lokasi pekerjaan,


agar pada saat penggunaannya tidak butuh waktu lama untuk pengambilannya.
3. Setiap terjadi permasalahan saat pelaksanaan pekerjaan, segera
diselesaikan secara teknis supaya tidak menghambat pekerjaan.
4. Penggunaan waktu pada pelaksanaan pekerjaan saat cuaca bagus dilakukan
semaksimal mungkin dibandingkan pada saat musim hujan, agar pekerjaan bisa
dikerjaakan sesuai jadwal.
5. Penjagaan alat berat pada suatu proyek haruslah di perketat demi untuk
menghindari adanya kehilangan komponen-komponen penting dari alat berat
tersebut.
6. Demi mengurangi dampak negatif lingkungan penyiraman menggunakan
Water tank haruslah dilakukan untuk mengurangi debu yang dihasilkan oleh
pengerjaan lapis pondasi bawah dan atas agar pihak warga nyaman dengan
ketidak adaannya debu yang dapat mengganggu pernafasan..

DAFTAR PUSTAKA

1. Clarkson H. Oglesby, Kontruksi Jalan Raya Jilid 1 Penerbit Erlangga


2. Dinas Bina Marga Aceh (2017), Surat Perjanjian Paket Pekerjaan Kontruksi
(Kontrak).
3. PEDC, 1987, Konstruksi Jalan Raya, Edisi Bandung.
4. Sukirman Silvia (1999) Perkerasan lentur Jalan Raya, Penerbit Nova
Bandung.
42

5. Wulfram I. Ervianto (2002,2003) Menajeman Proyek Kontruksi, Penerbit


Andi Yogyakarta
6. Dinas PU,2006, Manual Konstruksi dan Bangunan No.002-03/BM/2006,
Jakarta
7. Spesifikasi Umum Binamarga 2010 Revisi 2
DARTAR ISI

LEMBAR PENGESAHGAN..................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii

DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH.......................................................................ix

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Proyek..............................................................................1

1.2 Struktur Organisasi Proyek........................................................................2

1.2.1 Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).....................................................2

1.2.2 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)......................................3

1.2.3 Konsultan Perencana..........................................................................3

1.2.4 Konsultan Pengawas..........................................................................4

1.2.5 Pelaksana/ kontraktor.........................................................................5

1.2.6 Hubungan kerja antara unsur-unsur organisasi suatu proyek............8

1.2.7 Hubungan secara Teknik....................................................................8

1.2.8 Hubungan secara Hukum...................................................................9

1.3 Konsentrasi Tinjauan..............................................................................10

1.4 Tujuan Tinjauan......................................................................................11

1.5 Hasil Tinjauan........................................................................................12

iii
BAB II....................................................................................................................13

LINGKUP PEKERJAAN......................................................................................13

2.1 Pekerjaan umum......................................................................................13

2.1.1 Mobilisasi.........................................................................................13

2.2 Pekerjaan Tanah.......................................................................................14

2.2.1 Galian tanah biasa...........................................................................14

2.2.2 Timbunan biasa................................................................................14

2.2.3 Penyiapan badan jalan......................................................................15

2.3 Perkerasan Non aspal..............................................................................15

2.3.1 Lapis pondasi agregat kelas B..........................................................15

2.3.2 Lapis pondasi agregat kelas A..........................................................16

2.4 Perkerasan Aspal....................................................................................16

2.4.1 Lapis Resap Pengikat – Aspal Cair..................................................16

2.4.2 Lapis Perekat – Aspal Cair...............................................................17

2.4.3 Laston Lapis Aus (AC-WC).............................................................17

2.4.4 Laston Lapis Antara (AC-BC)........................................................17

2.4.5 Laston Lapis Pondasi (AC-BASE....................................................18

2.5 pekerjaan drainase...................................................................................18

2.5.1 Galian untuk selokan drainase dan saluran air.................................18

2.5.2 Pasangan batu dengan mortar..........................................................19

2.5 Struktur....................................................................................................19

BAB III..................................................................................................................20

PEKERJAAN YANG DITINJAU..........................................................................20

iv
3.1 Spesifikasi Teknis....................................................................................20

3.1.1 Pekerjaan lapis pondasi Bawah (Sub Base Course).........................20

3.1.2 Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (Base Course)..................................22

3.2 Peralatan..................................................................................................25

3.3 Jadwal Pelaksanaan.................................................................................28

3.4 Pelaksanaan Pekerjaan.............................................................................29

3.4.1 Pekerjaan lapisan pondasi Bawah.........................................................29

3.4.2 Pekerjaan lapisan pondasi atas..............................................................31

3.5 Volume Pekerjaan....................................................................................32

3.6 Metode Pelaksanaan................................................................................33

3.6.1 Lapis pondasi agregat Kelas B (subbase course).................................33

3.6.2 Lapis pondasi agregat kelas A (base course)........................................33

3.7 Masalah Yang Terjadi di Lapangan.........................................................34

BAB IV..................................................................................................................35

HASIL TINJAUAN DAN PEMBAHASAN.........................................................35

4.1 Hasil Tinjauan Pekerjaan.........................................................................35

4.1.1 Lapisan pondasi bawah ( Subbase Course)..........................................35

4.1.2 Lapisan Pondasi Atas ( base Course)...............................................36

4.2 Produktivitas Tenaga Kerja dan Peralatan...............................................36

4.3 Solusi Terhadap Masalah.........................................................................38

BAB V....................................................................................................................40

KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................40

5.1 Kesimpulan..............................................................................................40

v
5.2 Saran........................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................42

vi

Anda mungkin juga menyukai