Anda di halaman 1dari 15

LARUTAN PENYANGGA ATAU BUFFER

GURU PENGAMPU : MUJADALAH, S. Pd.

DISUSUN OLEH:

NAMA : SIFAIYAH

KELAS : IX IPA

MAUF NW PAOK LOMBOK

KELAS IX IPA

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata pelajaran Kimia
yang berjudul “Larutan Penyagga ” ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat tugas mata pelajaran kimia. Makalah ini berisi uraian tentang
pengertian polimer, contoh polimer, jenis polimer, klasifikasi polimer, dan
pembentukan atau polimerisasi.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, terutama untuk guru pengampu kimia kami Ibuk
Mujadalah, S. Pd. Yang telah membimbing kamidalam mata pelajaran kimia.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam


makalah ini. Oleh sebab itu, bila ada saran dan kritik yang membangun akan
selalu diterima dengan hati terbuka. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan selama penyusunan
makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Paok Lombok, 14 Januari 2019

Sifaiyah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... I

KATA PENGANTAR ................................................................................ II

DAFTAR ISI ............................................................................................. III

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................. 2

C. TUJUAN........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. PENGERTIAN LARUTAN PENYANGGA..................................... 3

B. PENTINGNYA FUNGSI LARUTAN PENYANGGA ..................... 4

C. SISTEM PENYANGGA ALAMI ..................................................... 4

D. PERHITUNGAN PH LARUTAN PENYANGGA ........................... 5

E. CARA KERJA SISTEM PENYANGGA .......................................... 5

F. AKIBAT JIKA PH PENYANGGA TERGANGGU ....................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................... 11

A. KESIMPULAN ............................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan
untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi
kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya
berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Buffer terdiri
dari asam lemah dan garam/basa konjugasinya atau basa lemah dan garam/asam
konjugasinya.
Sangat banyak penggunaan larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari,
karena fungsinya yang sangat penting. Salah satu contoh larutan buffer dalam
kehidupan sehari-hari adalah buffer dalam air ludah, buffer dalam darah, buffer
pada bidang industri farmasi, buffer pada bidang industri pembuatan shampo bayi,
dll.
Larutan peyangga dalam darah terdiri dari 3 macam, yaitu larutan penyangga
kabonat, larutan peyangga hemoglobin dan larutan peyangga fosfat. Larutan
peyangga karbonat dan Larutan peyangga fosfat berfungsi untuk mengontrol dan
mengatur pH darah agar tetap stabil. Larutan peyangga hemoglobin berperan dalam
proses mengikatan oksigen oleh darah.
Air ludah mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menjaga
kerusakan gigi dari kikisan asam-asam yang terbentuk dari sisa-sisa makanan
disela-sela gigi yang membusuk.
Larutan penyangga juga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia
terutama dalam bidang kimia analitis, biokimia, bakteriologi, dan bidang kesehatan.
Dalam reaksi-reaksi kimia tersebut dibutuhkan pH yang stabil. Oleh karena itu,
dibutuhkan larutan penyangga untuk mempertahankan pH suatu zat.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dari larutan penyangga.
2. Bagaimana aplikasi larutan penyangga dalam tubuh manusia.
3. Bagaimana manfaat dari larutan penyangga.
4. Bagaimana pengaruh jika larutan penyangga terganggu.

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari larutan penyangga.
2. Mengetahui aplikasi larutan penyangga dalam tubuh manusia.
3. Mengetahui manfaat dari larutan penyangga.
4. Mengetahui pengaruh jika larutan penyangga terganggu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LARUTAN PENYANGGA


Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan
untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi
kimia berlangsung. Larutan penyangga asam adalah suatu campuran larutan yang
tersusun dari asam lemah dengan garamnya. Larutan penyangga basa adalah suatu
campuran larutan yang tersusun dari basa lemah dengan garamnya.
Meskipun ke dalam larutan penyangga ditambahkan sedikit asam atau sedikit
basa atau dilakukan proses pengenceran maka pH larutan tidak berubah. Sebaliknya
penambahan asam atau penambahan basa dalam larutan bukan penyangga
menyebabkan perubahan pH larutan yang dratis

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:

a. Larutan penyangga yang bersifat asam


Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan
garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium (Na), kalium, barium,
kalsium, dan lain-lain.
b. Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garamnya, yang
garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan

3
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya
dicampurkan berlebih.

B. PENTINGNYA FUNGSI LARUTAN PENYANGGA


Kebanyakan reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup hanya dapat
berlangsung pada pH tertentu. Oleh karena itu, cairan tubuh harus merupakan
larutan penyangga agar pH senantiasa konstan ketika metabolisme berlangsung.
Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah 7,35 – 7,5.
Walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metabolisme dari zat-zat,
tetapi keadaan setimbang harus selalu dipertahankan dengan jalan membuang
kelebihan asam tersebut. Hal ini disebabkan karena penurunan pH sedikit saja
menunjukkan keadaan sakit.
Larutan penyangga sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
fungsi larutan penyangga dalam kehidupan dapat kalian pelajari pada uraian di
bawah ini.pH darah tubuh manusia berkisar antara 7,35-7,45. pH darah tidak boleh
kurang dari 7,0 dan tidak boleh melebihi 7,8 karena akan berakibat fatal bagi
manusia. Organ yang paling berperan untuk menjaga pH darah adalah paru-paru
dan ginjal. Kondisi di mana pH darah kurang dari 7,35 disebut asidosis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kondisi asidosis antara lain
penyakit jantung, penyakit ginjal, kencing manis, dan diare yang terus-menerus.
Sedangkan kondisi di mana pH darah lebih dari 7,45 disebut alkolosis. Kondisi ini
disebabkan muntah yang hebat, hiperventilasi (kondisi ketika bernafas terlalu cepat
karena cemas atau histeris pada ketinggian).

C. SISTEM PENYANGGA ALAMI


Untuk menjaga pH darah agar stabil, di dalam darah terdapat beberapa larutan
penyangga alami, yaitu:
1. Penyangga Hemoglobin
2. Penyangga Karbonat
3. Penyangga Fosfat
4. Penyangga Air Ludah

4
5. Penyangga pH Tanaman
6. Dll.

D. PERHITUNGAN PH LARUTAN PENYANGGA


a. Larutan Penyangga Asam
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+
dalam suatu larutan dengan rumus berikut:
pH = -log (Ka .g )
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
b. Larutan Penyangga Basa
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+
dalam suatu larutan dengan rumus berikut:
pH = - log (Kb.g )
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi

E. CARA KERJA SISTEM PENYANGGA


1. Penyangga Asam & Basa Umum
Sebenarnya penambahan sedikit asam, basa, atau pengenceran pada larutan
penyangga menimbulkan sedikit perubahan pH (tetapi besar perubahan pH
sangatlah kecil) sehingga pH larutan dianggap tidak bertambah atau pH tetap
pada kisarannya. Namun, jika asam atau basa ditambahkan ke larutan bukan
penyangga maka perubahan pH larutan akan sangat mencolok.
Prinsip kerja dari larutan penyangga yang dapat mempertahankan harga pH
pada kisarannya adalah sebagai berikut.
a. Larutan Penyangga Asam HA/A-
HA (aq) --> A- (aq) + H+ (aq)
1) Jika ditambah sedikit asam kuat (H+)

5
Ion H+ dari asam kuat akan menaikkan konsentrasi H+ dalam
larutan, sehingga reaksi kesetimbangan larutan terganggu; reaksi akan
bergeser ke kiri. Namun, basa konjugasi (A - ) akan menetralisir H+ dan
membentuk HA
A- (aq) + H+ (aq) → HA (aq)
Sehingga pada kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan
konsentrasi H+ yang berarti, besarnya pH dapat dipertahankan pada
kisarannya.
2) Jika ditambah sedikit basa kuat (OH-)
Ion OH- dari basa kuat akan bereaksi dengan H+ dalam larutan,
sehingga konsentrasi H+ menurun dan kesetimbangan larutan terganggu.
Oleh karena itu, HA dalam larutan akan terionisasi membentuk H+ dan
A- , reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan.
OH-(aq) + H+(aq)→ H2O (l)
HA (aq) → A - (aq) + H+ (aq)
Sehingga, pada kesetimbangan yang baru tidak terdapat
perubahan konsentrasi H+ yang nyata, pH larutan dapat dipertahankan
pada kisarannya. Asam lemah dapat menetralisir penambahan sedikit
basa OH-.
HA (aq) + OH- (aq) → A- (aq) + H2O (l)
3) Jika larutan penyangga diencerkan
Pengenceran larutan merupakan penambahan air (H2O) pada larutan.
Air (H2O) akan mengalami reaksi kesetimbangan menjadi H+ dan OH-,
namun H2O yang terurai sangat sedikit. Jadi, konsentrasi H+ dan OH-
sangat kecil, sehingga dapat diabaikan.
b. Larutan Penyangga Basa B/BH+

B (aq) + H2O (l) --> BH+ (aq) + OH- (aq)

1) Penambahan sedikit asam kuat (H+)


H+ dari asam kuat dapat bereaksi dengan OH- pada larutan, sehingga
konsentrasi OH- menurun dan reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kiri.

6
Basa lemah (B) dalam larutan akan bereaksi dengan H2O membentuk
asam konjugasinya dan ion OH-.
H+ (aq) + OH- (aq) → H2O (l)
B (aq) + H2O (l) → BH + (aq) + OH- (aq)
Pada kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan pH yang
nyata, besarnya pH dapat dipertahankan. Basa lemah dapat menetralkan
penambahan sedikit asam (H+).
B (aq) + H+ (aq) → BH + (aq)
2) Penambahan sedikit basa kuat (OH-)
Adanya basa kuat (OH-) dapat meningkatkan konsentrasi OH- dalam
larutan, sehingga reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Namun
adanya asam konjugasi (BH+) dapat menetralkan kehadiran OH- dan
membentuk B dan H2O. Sehingga pada kesetimbangan tidak terdapat
perubahan konsentrasi OH- yang nyata, dan pH larutan dapat
dipertahankan.
BH + (aq) + OH- (aq) → B (aq) + H2O (l)
3) Penambahan air (pengenceran)
Penambahan H2O dalam larutan akan langsung terionisasi menjadi
H+ dan OH-, namun konsentrasi H+ dan OH- sangat kecil, sehingga dapat
diabaikan.
2. Penyangga Dalam Tubuh Manusia
Dalam tubuh manusia, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga
misalnya pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun
cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya
seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa.
pH darah tubuh manusia berkisar antara 7,35-7,45. Kondisi di mana pH darah
kurang dari 7,35 disebut asidosis. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
kondisi asidosis antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal, kencing manis, dan
diare yang terus-menerus. Sedangkan kondisi di mana pH darah lebih dari 7,45
disebut alkolosis. Kondisi ini disebabkan muntah yang hebat, hiperventilasi

7
(kondisi ketika bernafas terlalu cepat karena cemas atau histeris pada
ketinggian).
Cara kerja yang akan dibahas dibawah ini hanya 3 penyangga alami dalam
tubuh, yaitu penyangga hemoglobin, penyangga karbonat, penyangga fosfat, dan
penyangga air ludah.
a. Penyangga Hemoglobin
Oksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh sel tubuh yang
didapatkan melalui pernapasan. Oksigen diikat oleh hemoglobin di dalam
darah, di mana O2 sangat sensitif terhadap pH. Reaksi kesetimbangan yang
terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
HHb+ + O2 <------> H+ + HbO2
Produk buangan dari tubuh adalah CO2 yang di dalam tubuh bisa
membentuk senyawa H2CO3 yang nantinya akan terurai menjadi H+ dan
HCO3–. Penambahan H+ dalam tubuh akan mempengaruhi pH, tetapi
hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ membentuk asam
hemoglobin.

b. Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H2CO3)
dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO3).
Penyangga karbonat juga berperan dalam mengontrol pH darah. Reaksi
kesetimbangan yang terjadi sebagai berikut :
H+ (aq) + HCO– (aq) <-----> H2CO3 (aq) <-----> H2O(aq) + CO2
(aq)
Perbandingan molaritas HCO3– terhadap H2CO3 yang diperlukan untuk
mempertahankan pH darah 7,4 adalah 20:1. Jumlah HCO3– yang relatif jauh
lebih banyak itu dapat dimengerti karena hasil-hasil metabolisme yang
diterima darah lebih banyak bersifat asam.
Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH
darah. Pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH
darah yang disebabkan oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan

8
produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit
jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang
mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu
peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat
para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas
terlalu banyak, padahal CO2 dapat larut dalam air menghasilkan H2CO3. Hal
ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat
mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-kadang
karena cemas dan histeris).
c. Penyangga Fosfat
Penyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam sel.
Penyangga ini adalah campuran dari asam lemah H2PO4– dan basa
konjugasinya, yaitu HPO42– . Jika dari proses metabolisme sel dihasilkan
banyak zat yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi dengan ion
HPO42– .
HPO4– (aq) + H+ (aq) <------> H2PO4– (aq)
Dan jika pada proses metabolisme sel menghasilkan senyawa yang
bersifat basa, maka ion OH– akan bereaksi dengan ion H2PO4–.
H2PO4– (aq) + OH– (aq) <------> HPO4– (aq) + H2O(l)
Sehingga perbandingan [H2PO4–] / [HPO42– ] selalu tetap dan
akibatnya pH larutan tetap. Penyangga ini juga ada di luar sel, tetapi
jumlahnya sedikit. Selain itu, penyangga fosfat juga berperan sebagai
penyangga urin.
d. Penyangga Air Ludah
Aplikasi dalam tubuh manusia, berupa air ludah. Gigi dapat larut jika
dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang rusak dapat
menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat mempertahankan
pH pada mulut sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan penyangga fosfat
yang dapat menetralisir asam yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa
makanan.

9
F. AKIBAT JIKA PH PENYANGGA TERGANGGU
Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal, seperti dapat terjadi
selama sakit, sehingga pH darah turun di bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8, dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh atau bahkan kematian.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keadaan asidosis (penurunan pH)
adalah penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus (penyakit gula), diare
yang terus menerus, atau makanan berkadar protein tinggi dalam jangka waktu
lama. Keadaan asidosis sementara dapat terjadi karena olahraga intensif yang
dilakukan terlalu lama.
Alkalosis (peningkatan pH darah) dapat terjadi sebagai akibat muntah yang
hebat, hiperventilasi (bernapas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas
atau histeris atau berada di ketinggian). Suatu penelitian yang dilakukan terhadap
para pendaki gunung yang mencapai puncak Everest (8.848 m) tanpa oksigen
tambahan menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,7–7,8. Hiperventilasi
diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah (kira-kira 43
mmHg) di tempat setinggi itu.

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH tertentu terhadap usaha mengubah pH, seperti penambahan
asam, basa, ataupun pengenceran. Dengan kata lain pH larutan penyangga tidak
akan berubah walaupun pada larutan tersebut ditambahkan sedikit asam kuat, basa
kuat atau larutan tersebut diencerkan.
Ada dua jenis larutan penyangga, yaitu : larutan penyangga dari asam lemah
dan basa konjugasinya serta larutan penyangga basa lemah dan asam konjugasinya.
Larutan penyangga didalam tubuh diantaranya adalah Penyangga Hemoglobin,
Penyangga Karbonat, Penyangga Fosfat, Penyangga Air Ludah, dan Penyangga pH
Tanaman.
Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal atau pengaruh dari
larutan penyangga terganggu, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah
turun di bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan permanen
pada organ tubuh atau bahkan kematian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anshory, irfan.2003. Acuan Pelajaran Kimia SMU.Jilid 3. Jakarta:Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional.2006. Standar Isi 2006, Mata Pelajaran Kimia


SMA/MA.Jakarta:Pusat Kurikulum.

12

Anda mungkin juga menyukai