PROSES PRODUKSI
PEMBUATAN BRIKET BATUBARA
DI SUSUN OLEH
DI SUSUN OLEH :
1.2.3 Screening
Screening atau pengayakan adalah suatu proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel suatu material. Setiap pemisahan padatan
berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Screen mampu mengukur partikel
dari 76 mm sampai dengan 38 µm.
Setelah melakukan penghancuran batubara atau crusher, maka setelah itu
dilakukan penyeragaman ukuran batubara dengan menggunakan screening.
Screening atau pengayakan adalah suatu proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel suatu material.
Operasi screening dilakukan dengan jalan melewatkan material pada suatu
permukaan yang banyak lubang atau opening dengan ukuran yang sesuai. Dari
hasil screening akan didapatkan 2 fraksi yaitu yaitu fraksi oversize (padatan yang
tertahan diatas ayakan akibat diameter partikel padatan lebih besar daripada
diameter lubang yang ada pada ayakan) dan fraksi undersize (padatan yang
berhasil lolos dari ayakan karena diameter partikel padatan lebih kecil daripada
diameter lubang yang ada pada ayakan).
Jika ayakan lebih dari 2 ayakan yang berbeda ukuran lubangnya, maka
akan diperoleh fraksi-fraksi padatan dengan ukuran padatan sesuai dengan ukuran
lubang ayakan.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu
jenis ayakan, cara pengayakan, kecepatan pengayakan, ukuran ayakan, waktu
pengayakan, dan sifat bahan yang akan diayak
Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah mesh
digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inci linear (Parrot,1970). Tabel.1
Menggambarkan nomor standar ayakan dan masing-masing lubang ayakan
dinyatakan dalam milimeter dan inchi.
Tabel 1. Lubang Ayakan Standar
1.2.4 Batubara
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah
batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang
dapat ditemui dalam berbagai bentuk.Analisis unsur memberikan rumus formula
empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut :
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Cellulosa lignit gas metana air
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan
hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman
Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan
batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara
(black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.
Dimana :
W0 = berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gr)
W = berat sampel dan cawan sesudah dikeringkan (gr)
WS0 = berat sampel awal (gr).
Dimana :
𝑚1 = berat cawan dan tutupnya (gr)
𝑚2 = berat cawan dan tutupnya tambah sampel (gr)
𝑚3 = berat sampel dan tutupnya tambah ash (gr)
𝑚4 . = berat sampel dan tutupnya setelah semua ash dibuang dan
dibersihkan
1.2.7.3 Volatile Matter
Volatile matter ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel
dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah
dikoreksi oleh kadar moisture). Semakin banyak kandungan volatile
matter pada biobriket maka semakin mudah biobriket untuk terbakar
dan menyala, sehingga laju pembakaran semakin cepat. Besarnya zat
mudah menguap dihitung menggunakan standar ASTM D-3175-02
dengan rumus :
(𝑚 −𝑚 )
𝑉𝑀 = {(𝑚 2 −𝑚3 ) × 100%} − 𝑀𝑎𝑑 …(pers. 1.3)
𝑚 1
Dimana :
m1 =berat cawan kosong + tutupnya (gr)
m2 =berat cawan kosong + tutupnya +sampel sebelum dipanaskan (gr)
m3 =berat cawan kosong + tutupnya +sampel setelah dipanaskan (gr)
Mad =persen moisture dalam sampel yang dianalisis (gr)
Dimana :
Qgr,v = GCV pada volume konstan dari sampel yang ditentukan (𝐽⁄𝑔)
Keterangan :
m1= massa cawan kosong (gram)
m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)
1.1. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan yaitu dapat membuat biobriket dan dapat
menganalisis kualitas biobriket. Pada Praktikum ini variasi ukuran mesh dalam
pembuatan biobriket dengan menggunakan ukuran ayakan 18 mesh, 70 mesh
dan 80 mesh, variasi banyaknya perbandingan batubara:serbuk kayu yaitu
100%:90%; 90%:10%; 80%:20%; 70%:30% dan 60%:40%, variasi perekat
10%, 15%, 20%.
Dari 45 variasi yang telah dipraktikan hampir sebagian besar hasil tidak
memenuhi standar mutu briket batubara hanya pada variasi ukuran partikel 70
mesh pada perekat 10% memiliki kadar air yang sesuai standar namun pada
parameter ash Content dan Volatill matter memiliki nilai yang jauh dari
standar, hal ini disebabkan karena proses karbonasi yang tidak berlangsung
secara optimum dan proses pengeringan yang terlalu sebentar sehingga
kandungan air yang terdapat dalam bahan tidak teruapkan secara optimum oleh
karena itu briket batubara yang dihasilkan masih belum memenuhi standar
mutu briket batubara
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Biobriket merupakan bahan bakar alternatif yang dapat
dibuat melalui proses karbonasi dan direkatkan dengan
perekat(kanji) kemudian dicetak dengan menggunakan
cetakan yang diberi tekanan ( pressing ) kemudian
dikeringkan dengan menggunakan alat pengering ( Oven)
selama waktu yang telah ditentukan.
Menurut standar Mutu Briket (SNI 01-6235-2000) sifat
batubara briket memiliki kadar air maks 8%, Volatill
Matter maksimum 15%, dan Ash Content maksimum 8%.
Dari 45 variasi yang telah dipraktikan hampir sebagian
besar hasil tidak memenuhi standar mutu briket batubara
hanya pada variasi ukuran partikel 70 mesh pada perekat
10% memiliki kadar air yang sesuai standar namun pada
parameter ash Content dan Volatill matter memiliki nilai
yang jauh dari standar, hal ini disebabkan karena proses
karbonasi yang tidak berlangsung secara optimum dan
proses pengeringan yang terlalu sebentar sehingga briket
batubara yang dihasilkan masih belum memenuhi standar
mutu briket batubara