Anda di halaman 1dari 6

1

LAPORAN SATU KASUS


KARSINOMA SEL SKUAMOSA TELINGA
dr. Purnama*, Dr.dr.Pudji Rahayu,Sp.T.H.T.K.L.(K), dr. Ahmad Dian
Wahyudiono,Sp.T.H.T.K.L.
Lab./ SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/ RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

ABSTRAK
Latar Belakang: Karsinoma sel skuamosa telinga merupakan keganasan yang jarang
dijumpai dengan penyebaran ke tulang temporal hingga organ sekitar, deteksi dan diagnosa
klinis secara dini sulit dibedakan dengan otitis media supuratif kronis, tatalaksana
pembedahan berdasar stadium belum sepenuhnya diterima. Tujuan: Melaporkan satu
kasus karsinoma sel skuamosa telinga. Kasus: Perempuan 60 tahun dengan karsinoma sel
skuamosa pada liang telinga dan telinga tengah. Pasien mengeluhkan adanya benjolan
makin lama makin membesar di telinga kanan sejak 2 tahun, didahului dengan keluarnya
cairan putih kental tidak berbau kadang bercampur darah. Telinga kanan terasa penuh dan
nyeri disertai memberatnya penurunan pendengaran 2 tahun terakhir. Hasil histopatologi
didapatkan keratinizing squamous cell carcinoma. Hasil CT scan didapatkan massa di liang
telinga dan destruksi air cell mastoid kanan. Diagnosa adalah karsinoma sel skuamosa
telinga stadium III (T3N0M0 - menurut Pittsburgh). Dilakukan tindakan eksisi tumor dengan
pendekatan mastoidektomi radikal diikuti radioterapi.
Kata Kunci: Karsinoma sel skuamosa telinga, CT scan, mastoidektomi radikal, radioterapi.

PENDAHULUAN
Keganasan telinga merupakan keganasan yang jarang dijumpai umumnya agresif,
dengan angka kejadian pertahunnya mencapai 1 kasus per satu juta penduduk, atau 1
kasus per 4000 sampai 20.000 pasien dengan infeksi kronis telinga.1 Karsinoma sel
skuamosa merupakan jenis histologis yang paling umum, ditemukan 55 % kasus. 2
Karsinoma sel skuamosa telinga terjadi pada dekade kelima dan keenam kehidupan. Enam
puluh enam persen terjadi pada usia lebih dari 55 tahun. Perbandingan antara pria dan
wanita 1:1, paling sering pada ras kaukasian.1,3,4
Etiologi yang paling sering diduga menjadi penyebab keganasan telinga
adalah inflamasi kronis (otitits media kronis) yang menetap. Delapan puluh lima persen
keganasan pada telinga tengah ditandai dengan otore hemoragik yang kronis.1,4,5
Gejala klinis berupa nyeri, rasa penuh dalam telinga, gangguan pendengaran, dan
1,3,4,6
vertigo bila sistem vestibular terlibat. Tumor ganas daun telinga dapat berupa tumor
superfisial dengan atau tanpa ulserasi tergantung jenis tumornya, sehingga mudah dideteksi

1
2

secara dini. Tumor ganas liang telinga dan telinga tengah seringkali hanya menyerupai
penyakit infeksi. Pada keadaan ini otore yang biasanya purulen berubah menjadi hemoragik,
nyeri hebat bisa disebabkan oleh adanya invasi tumor ke tulang. Akibat invasi tumor ke
tulang menyebabkan kelumpuhan saraf fasial perifer, yang terjadi pada akhir perjalanan
penyakit. Terkenanya saraf kranial IX, X, XI dan XII menandakan penyebaran ke basis fosa
kranii media dan menandakan penyakit yang incurable.1,3,5,6
Diagnosis pasti dengan pemeriksaan histopatologi menunjukkan karsinoma sel
skuamousa.7 Dengan gambaran yang khas berupa proliferative pleomorphic spindle-
shaped epidermal cells dengan mutiara keratin dan intercellular bridges.
Foto polos dan tomogram penting untuk melihat erosi tulang di daerah petromastoid
dan tulang timpani. Gambaran erosi tulang dengan tepi yang kasar pada tempat yang tidak
biasa harus dicurigai sebagai adanya tumor ganas. Lokasi dan perluasan tumor ke fosa
infra temporal dapat dilihat dengan CT scan.1,5
Terapi pilihan adalah tindakan operatif dengan eksisi luas secara intoto. Selanjutnya
dilakukan radioterapi.6
Permasalahan karsinoma sel skuamosa telinga merupakan keganasan yang jarang
dijumpai dengan penyebaran ke tulang temporal hingga organ sekitar, deteksi dan diagnosa
klinis secara dini sulit karena sering didahului dengan otitis media supuratif kronis,
tatalaksana pembedahan berdasar stadium belum sepenuhnya diterima. 8

KASUS
Perempuan usia 60 tahun datang dengan keluhan utama benjolan makin lama makin
membesar di telinga kanan sejak 2 tahun. Awalnya telinga sebelah kanan keluar cairan putih
kental tidak berbau kadang bercampur darah. Telinga kanan dirasakan penuh dan nyeri.
Penurunan pendengaran telinga kanan sejak muda, bertambah berat 2 tahun terakhir.
Selama 2 tahun terakhir rutin berobat ke dokter THT di Jember, diberi obat tetes telinga dan
obat minum. Karena keluhan menetap pasien disarankan ke RSSA. Riwayat penyakit
dahulu keluar cairan sejak muda kumat-kumatan, sakit kepala + kadang-kadang, wajah
merot atau rasa kebas di wajah ─, gangguan pengecapan ─. Riwayat penyakit lain,
hipertensi dan DM disangkal, pengobatan TB kelenjar tahun 1973 selama 6 bulan,
menderita tumor sebelumnya ─. Riwayat keluarga yang menderita tumor ─ . Riwayat sering
makan ikan asin dan yang dibakar ─.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum cukup dengan kesadaran compos
mentis. Parese N.VII tidak ditemukan . Pada pemeriksaan otoskopi telinga kanan didapatkan
massa kemerahan berdungkul, tidak mudah berdarah memenuhi CAE dengan sekret
purulen. Pemeriksaan hidung dan tenggorok dalam batas normal. Pada pemeriksaan
mikroskop pada telinga kanan tampak sekret purulen, massa kemerahan berdungkul tidak
3

mudah berdarah memenuhi kanalis akustikus eksternus, dilakukan ekstraksi, kesan dinding
posterior kanalis akustikus eksternus kanan destruksi, massa melekat pada dinding superior.
Pemeriksaan foto Schὒller didapatkan sklerotik periantral triangle kanan dan kiri.
Pemeriksaan CT Scan non kontras didapatkan massa heterogen memenuhi kanalis
akustikus eksternus kanan disertai destruksi air cell mastoid kanan dengan perselubungan
di dalamnya. Hasil pemeriksaan histopatologi merupakan suatu keratinizing squamous cell
carcinoma. Pada Pemeriksaan audiometri didapatkan tuli campuran D/ sangat berat, tuli
konduksi S/ sedang. Foto thorax PA tidak didapatkan gambaran metastase paru.

Gambar 1. Hasil foto Schὒller didapatkan sklerotik periantral triangle D/S dan CT Scan massa
heterogen memenuhi kanalis akustikus eksternus kanan disertai destruksi air cell
mastoid kanan dengan perselubungan di dalamnya.

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


ditegakkan diagnosis karsinoma sel skuamousa liang telinga dan telinga tengah. Pasien
dilakukan tindakan eksisi tumor dengan pendekatan mastoidektomi radikal kanan dengan
anestesi umum (6 April 2016). Jaringan dikirim ke patologi anatomi dan swab telinga kanan
dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Paska operasi pasien direncanakan USG abdomen dan
radioterapi.
Hasil pemeriksaan USG abdomen tidak tampak nodul metastase pada liver /
limfadenopati paraaorta. Pemeriksaan swab telinga kanan paska operasi tidak ditemukan
pertumbuhan kuman aerob. Pemeriksaan histopatologi paska operasi didapatkan squamous
cell carcinoma dengan mikroinvasi.

PEMBAHASAN
Karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kanalis akustikus eksternus merupakan
keganasan dari telinga luar yang jarang muncul dan menyebar ke tulang temporal dan
sekitarnya. 8,9 Faktor yang paling penting dalam penatalaksanaan pasien dengan keganasan
yaitu deteksi dan diagnosis dini. Hal ini merupakan suatu tantangan tersendiri bagi dokter
untuk mengidentifikasi penyakit ini, menentukan faktor predisposisinya, dan memberikan
4

tatalaksana yang sesuai dengan stadium penyakit sehingga dapat meningkatkan angka
bertahan hidup pasien.8
Keluhan utama pasien ini adalah benjolan makin lama makin membesar di telinga
kanan sejak 2 tahun, didahului telinga kanan keluar cairan putih kental tidak berbau kadang
bercampur darah. Telinga kanan dirasakan penuh dan nyeri. Penurunan pendengaran yang
memberat pada telinga kanan 2 tahun terakhir. Pada pasien ini tidak ditemukan
kelumpuhan saraf fasialis perifer maupun saraf kranialis lainnya. Hal ini disebabkan tumor
belum menyebabkan erosi dinding kanalis fasialis posterior dan fossa media basis kranii.
Gejala yang merupakan peringatan (warning symptom) baik pada otitis medis supuratif
kronis maupun keganasan telinga dapat ditemukan jaringan polip di telinga yang bisa keliru
dengan polip pada umumnya. Perbedaannya hanya dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
histopatologi. Tumor ganas liang telinga dan telinga tengah seringkali menyerupai penyakit
infeksi sehingga menyebabkan diagnosis yang salah. Gejala peringatan keganasan di
telinga dengan otitis media supuratif kronis lainnya seperti sakit telinga yang hebat , otore
yang hemoragik, kelumpuhan saraf fasial perifer dan saraf kranial IX, X, XI dan XII. 10,11
10
Pengalaman Hu XD et all dalam merawat tiga kasus karsinoma sel skuamosa
telinga tengah mendapatkan bahwa ketiga kasus dengan diagnosis awal otitis kronis
purulen dengan kolesteatoma. Menurut HU XD et all kondisi berikut harus mendapatkan
perhatian khusus yaitu: 1). riwayat telinga kadang keluar cairan; 2) pertumbuhan yang cepat
massa polipoid atau granulomatous di telinga luar dan telinga tengah yang mudah berdarah;
3) sakit telinga nokturnal yang berat; 4) kelumpuhan wajah perifer; dan 5) ulserasi kulit tanpa
rasa sakit di daerah mastoid. Maka dokter harus membuat diagnosis banding lesi tulang
temporal destruktif luas yang mencakup baik jinak maupun ganas seperti necrotizing otitis
eksternal, otitis media tuberkulosis, langerhans histiocytosis, osteoclastoma, kolesterol
granuloma, neoplasma tulang primer, serta tumor ganas jaringan lunak.11
Hasil pemeriksaan histopatologi jaringan pasien ini merupakan keratinizing
karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan histopatologi merupakan baku emas diagnosis
karsinoma sel skuamosa. Disarankan untuk mengulang biopsi jika klinis menunjukkan
massa yang mencurigakan suatu keganasan, dengan hasil pemeriksaan histopatologi yang
tidak mendukung. Keterlambatan biopsi dapat mengakibatkan perkembangan lanjut
penyakit.1,12
Hasil rontgen Schὒller menunjukkan bahwa pasien juga mengalami otitis media
supuratif kronis. Infeksi kronis merupakan faktor etiologi dari munculnya keganasan.5
Pemeriksaan CT scan memegang peranan yang sangat penting untuk melihat lokasi dan
perluasan tumor dengan tepat, sehingga rencana pembedahan dan radioterapi dapat
dikerjakan dengan baik.1,2
5

Berdasarkan temuan klinis, pemeriksaan penunjang foto thorax PA dan USG


abdomen tidak didapatkan metastase, tindakan durante operasi, pasien dilakukan staging.
Staging berdasarkan sistem Pittsburgh yaitu T3N0M0 (stadium III).1,2 ,6
Tindakan Bedah diikuti radiasi adalah pendekatan pengobatan utama untuk
keganasan telinga. Pada keganasan telinga dengan T1 hanya dilakukan terapi pembedahan
dan mempunyai 5 years survival rate (5YSR) 95%, T2 dan T3 diterapi dengan
pengangkatan total dan radioterapi mempunyai 5 YSR 85%.1,13 Pada pasien ini dilakukan
operasi eksisi tumor dengan pendekatan mastoidektomi radikal. Terapi radiasi direncanakan
post operasi. Radioterapi paska operasi diindikasikan untuk kasus yang pada saat operasi
tidak jelas batas tumornya sehingga tidak bisa terangkat semua atau pada tumor yang besar
walaupun tepi operasi dianggap telah bebas tumor, adanya limfadenopati regional,
terkenanya saraf yang merupakan kasus beresiko tinggi terjadi rekurensi.6,14
Prognosis karsinoma sel skuamosa telinga relatif buruk. Beberapa peneliti
mengemukakan angka ketahanan hidup yang lebih baik dengan tindakan mastoidektomi
radikal ditambah radioterapi paska operasi. Zang dkk, mendapatkan angka ketahanan hidup
untuk stadium I dan II adalah 100%, stadium III 68,8 % dan stadium IV 19,6%. 6 Prognosa
untuk pasien ini (keganasan telinga stadium III) segera dilakukan tindakan mastoidektomi
radikal dan radioterapi paska operasi diharapkan dapat memberikan harapan hidup yang
lebih baik namun masih harus ditunjang dengan rencana follow up yang baik.15

RINGKASAN
Telah dilaporkan satu kasus karsinoma sel skuamosa telinga, merupakan kasus
yang jarang terjadi. Deteksi dini melalui ketelitian dalam menegakkan diagnosa sangat
dibutuhkan. Sebab penyakit ini mempunyai kemiripan gejala dengan kasus infeksi kronis
pada telinga. Diagnosis yang tepat akan menghasilkan tatalaksana yang tepat sehingga
prognosis pasien semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Madsen AR, Gundgaard MG, Hoff CM, Maare C, Holmboe P, Knap M, et al. Cancer of
the External Auditory Canal and Middle Ear in Denmark from 1992 to 2001. Head &
Neck─ DOI. 2008; 30(10):1332-8.
2. Breau RL, Dornhoffer J.L. Cancer of the Head and Neck In: Myers EN, Suen JY, Myers
JN, Hanna EYN, Eds. Cancer of the Ear and Temporal Bone. 4 th ed. New York; 2003.
531-544.
3. Lee KJ, Farrior J. Noninfectious Disorders of the Ear. In: Lee KJ, Ed. Essential
Otolaryngology Head & Neck Surgery. 10thed. USA: The McGraw-Hill Company 2012:
686-690.
4. Martinez-Devesa P, Barnes ML, Milford CA. Malignant Tumors of the Ear and Temporal
Bone: A Study of 27 Patients and Review of their Management. Skull Base. 2008;
18(1):1-8.
6

5. Stell PM , Mc Cornick MS. Carcinoma of the External Auditory Meatus and Middle Ear.
Prognostic Factors and A Suggested Staging System. The Journal of Laryngology &
Otology. 1985; 99:847-850.
6. Helmi. Tumor Ganas Telinga Luar dan Tulang Temporal. Dalam: Perkembangan Terkini
Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas THT-KL. Surabaya: SMF Ilmu Penyakit
THT FK UNAIR RSUD DR.Soetomo; 2002; 59-70
7. Ouaz K, Robiera A, Lescanne E, Bobillier C, Morinière S, Bakhos D. Cancer of the
External Auditory Canal. European Annals of Otorhinolaryngology, Head and Neck
Diseases. 2013; 130(4):175-182.
8. Visnyei K, Gill R, Azizi E, Culliney B. Squamous Cell Carcinoma of the External Auditory
Canal: A Case Report and Review of the Literature. Oncology Letters. 2013; 5(5):1587-
1590.
9. Mazzoni A, Danesi G, Zanoletti E. Primary Squamous Cell Carcinoma of the External
Auditory Canal: Surgical Treatment and Long-Term Outcomes. Acta
Otorhinolaryngologica Italica. 2014; 34(2):129-137.
10. Hu XD, Wu T, Zhou SH. Squamous Cell Carcinoma of the Middle Ear: Report of Three
Cases. International Journal of Clinical and Experimental Medicine. 2015; 8(2):2979-
2984.
11. Vikram B, Saimanohar S, Narayanaswamy G. Is Squamous Cell Carcinoma of the
Middle Ear A Complication of Chronic Suppurative Otitis Media? The Internet Journal of
Otorhinolaryngology. 2006 ; 6 (1): 1-6.
12. Noorizan Y, Asma A. Temporal Bone Carcinoma: A Case Report Med J Malaysia. 2010;
65(2):162-164.
13. Lobo D, Llorente JL, Suarez C. Squamous Cell Carcinoma of the External Auditory
canal. Skull Base [original article]. 2008; 18(3):167-172.
14. Kang H-C, Lee H-GWH, Park CI, Kim C-S, Oh SH, Heo D-S, et al. Role of Radiotherapy
for Squamous Cell Carcinoma of the External Auditory Canal and Middle Ear. Journal of
Radiation Oncology. 2009; 27(4):173-180.
15. Pontejos A. Ear and Temporal Bone Carcinoma. In: Manual for the Management of
Head and Neck Malignancies. Division of Head and Neck Surgery. Department of
Otorhinolaryngology. College of Medicine – Phillipines Manila.2015;56-65

Anda mungkin juga menyukai