Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENDIDIKAN

KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN ISPA PADA KEGIATAN


PUSKESMAS KELILING DI DESA NOGOSARI KECAMATAN
RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER
TAHUN 2017

oleh:
Kelompok 7

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Kalimantan no. 37 Kampus Tegal Boto Jember
Telp/Fax : (0331) 323450
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENDIDIKAN


KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN ISPA PADA KEGIATAN
PUSKESMAS KELILING DI DESA NOGOSARI KECAMATAN
RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER
TAHUN 2017

diajukan guna memenuhi syarat kelulusan Program Profesi Ners (P2N)


Stase Keperawatan Komunitas

oleh:

KELOMPOK 7

Bima Satriya D. NIM 112311101030


Ikbar Nurkholisah I NIM 122311101004
Eka Yuliana NIM 122311101013
Desi Rahmawati NIM 122311101021
Zulfa Makhatul I. NIM 122311101024
Alifia Rizqy P.D NIM 122311101025
Umamul Faqih N. Y NIM 122311101044
Agustin Dian R. NIM 122311101063

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Kalimantan no. 37 Kampus Tegal Boto Jember
Telp/Fax : (0331) 323450

2
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

BAB I. PENDAHULUAN

1. 1 Data Penyakit
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
diderita oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2007). Penyakit infeksi ini menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2007). Program pemberantasan
penyakit ISPA membagi penyakit ISPA menjadi 2 golongan yaitu pneumonia dan
bukan pneumonia. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia (Depkes
RI, 2007).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negaranegara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA
merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas
pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007).
Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia adalah 25,0 persen (Riskesdas, 2013).
ISPA menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya.Antara 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah
karena penyakit ISPA (Depkes, 2009).
Data dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, penyakit infeksi
saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang masuk sebagai
penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Laporan dari berbagai sarana
pelayanan kesehatan pemerintah menunjukkan bahwa pada tahun 2010 dilaporkan
sebanyak 1.813, pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 1.739 kasus pneumonia
pada balita yang ditangani, sedangkan pada tahun 2012 ditemukan 2.936 kasus
Pneumonia Balita.

3
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan pengumpulan


data kasus kejadian ISPA di desa nogosari sejumlah 85 (22,4%). Berdasarkan data
primer didapatkan bahwa dalam pengelolaan sampah sebanyak 651 KK (96,7%)
dibakar, 22 KK (3,3%) ditimbun. Hasil dari wawancara masyarakat lebih banyak
memilih untuk dibakar karena dianggap paling mudah dan murah, tidak ada
petugas khusus pengambil sampah pada kebanyakan dusun, kebiasaan merokok
didalam rumah sudah menjadi kebiasaan, dan masih terdapat masyarakat yang
menggunakan tungku untuk memasak, selain itu berdasarkan pegamatan diketahui
masih banyak warga yang memiliki ventilasi kurang dan kesadaran membuka dan
membersihkan rumhah masih kurang.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan
penyakit ISPA, dimulai sejak tahun 1984 bersamaan dengan diawalinya
pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO (Kemenkes, 2012). Namun
sampai saat ini, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Kasus ISPA masih banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, baik di
tingkat Puskesmas maupun di tingkat Rumah sakit. Warga memiliki peranan
penting dalam melakukan upaya pencegahan ISPA. Sehingga diperlukan adanya
pendidikan kesehatan tentang ISPA pada kader dan masyarakat.

1. 2 Perumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit ISPA?
1.2.2 Apa penyebab penyakit ISPA?
1.2.3 Apa tanda dan gejala penyakit ISPA?
1.2.4 Bagaimana cara deteksi dini penyakit ISPA?

4
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2. 1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pelatihan selama 4x30 menit, masyarakat
mampu mengetahui tentang ISPA beserta cara mendeteksinya

2.1.2 Tujuan khusus


Setelah mengikuti kegiatan pelatihan selama 4 x 30 menit, 100%
masyarakat mampu memahami terkait hal-hal berikut :
a. menjelaskan pengertian penyakit ISPA
b. menjelaskan penyebab penyakit ISPA
c. menjelaskan tanda dan gejala penyakit ISPA
d. menjelaskan bagaimana cara mendeteksi penyakit ISPA

2. 2 Manfaat
2.2.1 Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan, informasi, dan wawasan mengenai manfaat
pendidikan kesehatan terkait penyakit ISPA
2.2.2 Bagi Masyarakat
Mendapatkan informasi kesehatan terkait penyakit ISPA
2.2.3 Bagi Praktik Keperawatan
Memberi informasi tambahan bagi praktik keperawatan untuk dapat
memberi promosi kesehatan terkait penyakit ISPA
2.2.4 Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberi pengetahuan dan wawasan penyakit ISPA
2.2.5 Bagi Penelitian Keperawatan
Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penulisan atau penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan penyakit ISPA
2.2.6 Bagi Pemerintah
Pemerintah dapat membantu pelaksanaan pendidikan kesehatan terkait
penyakit ISPA.
BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3. 1 Dasar Pemikiran

5
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan


(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450 dalam Beben
2010).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes RI,
2011).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ISPA
adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh
yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,
tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak
lebih dari 14 hari.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan pengumpulan
data kasus kejadian ISPA di desa nogosari sejumlah 85 (22,4%). Berdasarkan data
primer didapatkan bahwa dalam pengelolaan sampah sebanyak 651 KK (96,7%)
dibakar, 22 KK (3,3%) ditimbun. Hasil dari wawancara masyarakat lebih banyak
memilih untuk dibakar karena dianggap paling mudah dan murah, tidak ada
petugas khusus pengambil sampah pada kebanyakan dusun, kebiasaan merokok
didalam rumah sudah menjadi kebiasaan, dan masih terdapat masyarakat yang
menggunakan tungku untuk memasak, selain itu berdasarkan pegamatan diketahui
masih banyak warga yang memiliki ventilasi kurang dan kesadaran membuka dan
membersihkan rumhah masih kurang.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan
penyakit ISPA, dimulai sejak tahun 1984 bersamaan dengan diawalinya
pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO (Kemenkes, 2012). Namun
sampai saat ini, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Kasus ISPA masih banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, baik di
tingkat Puskesmas maupun di tingkat Rumah sakit. Warga memiliki peranan

6
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

penting dalam melakukan upaya pencegahan ISPA. Sehingga diperlukan adanya


pendidikan kesehatan tentang ISPA pada kader dan masyarakat.

3. 2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan,
meminimalkan ketergantungan, dan memberikan kesempatan pada klien untuk
mengoptimalkan upayanya dalam mempertahankan derajat kesehatnnya yang
optimal. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan perilaku
klien dalam peningkatan upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Hal ini tidak dapat berjalan bila yang melakukan hanya dari pemberi pendidikan
pesehatan saja melainkan klien juga harus turut berperan aktif dalam upaya untuk
mencapai deraja kesehatan yang optimal(Effendi dan Makhfludi, 2009).
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada masyarakat bertujuan sebagai
upaya pencegahan penyakit ISPA, terutama pada kader posyandu dapat
memberikan informasi kesehatan yang dilakukan sebagai upaya perpanjangan
tangan dari puskesmas ataupun pustu terkait dengan penyampaian informasi
kesehatan ISPA. Dengan diberikannya pendidikan kesehatan pada masyarakat,
diharapkan informasi yang diterima masyarakat dapat disebarkan kepada
masyarakat yang lain terkait informasi terkait ISPA dan diharapkan dapat
mengubah perilaku warga untuk mencegah kondisi kesakitan yaitu penyakit ISPA.

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4. 1 Realisasi Penyelesaian Masalah

7
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Penyelesaian masalah untuk penyakit ISPA di Desa Kaliwining yaitu dengan


melakukan kegiatan pelatihan kader terkait penyakit ISPA selama 4 x 30
menit dan dilakukan pada pagi hari.

4. 2 Khalayak Sasaran
Target sasaran adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah Desa
Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.

4.3 Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam pelatihan terkait ISPA adalah ceramah,
diskusi, dan praktik langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Beben. 2010. Infeksi Saluran Nafas Akut pada Anak. Available at : http://askep-
benny.blogspot.com/2010/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html.
Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. http://www.depkes.go.id.
Depkes RI. 2007.Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI
Dinkes Kota Yogyakarta, 2010. Status Gizi Balita dan Kecamatan Rawan Gizi
Kota Yogyakarta Tahun 2010. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta.

8
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Efendy, F dan Makhfludi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI, 2012. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional.
Jakarta : Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.
http://www.depkes.go.id.

Daftar Lampiran
Lampiran 1. Berita Acara
Lampiran 2. Daftar Hadir
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4. Materi
Lampiran 5. Media

Lampiran 1. Berita Acara

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
P2N STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS T.A 2016/2017

BERITA ACARA

Pada hari ini, Rabu, 17 Mei 2017 pukul 09.00- Selesai bertempat di Dusun
Krajan, Desa Nogosari , Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Propinsi Jawa
Timur telah dilaksanakan kegiatan Pendidikan kesehatan terkait pencegahan dan
penanganan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) oleh mahasiswa

9
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Program Profesi Ners (P2N) PSIK Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh
orang (daftar hadir terlampir)

Jember, ........................................

mengetahui,
Pelaksana Program,

Lampiran 2. Daftar hadir

10
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

11
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEHANAN DAN
PENGANANGAN PENYAKIT ISPA)

Topik/materi : pencegahan dan penanganan ISPA


Sasaran : Masyarakat Desa Nogosari , Kecamatan Rambipuji
Waktu : 09.00-selesai
Tempat : Dusun Krajan Desa Nogosari

1. PENDAHULUAN
Kecamatan rambipuji merupakan salah satu kecamatan di kabupaten jember.
Karakteristik masyarakat di kecamatan rambipuji merupakan masyarakat
pedesaan yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan berkebun. Lingkungan
di sekitar rumah masyarakat di kecamatan rambipuji merupakan daerah
perkampungan yang tidak terlalu padat penduduknya. Hasil pengamatan di
lingkungan warga masyarakat kecamatan rambipuji ditemukan banyak fenomena
dimana terdapat lokasi pembakaran batu bata yang berada di tengah-tengah
lingkungan tempat tinggal warga yang mana pembakarannya menggunakan sekam
kulit padi. Pembakaran terjadi tidak sempurna sehingga banyak gas-gas sisa
pembakaran yang mencemari lingkungan warga. Kejadian ini merupakan
beberapa factor resiko penyebab penyakit saluran pernafasan, salah satunya
adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
diderita oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2007). Penyakit infeksi ini menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2007). Program pemberantasan
penyakit ISPA membagi penyakit ISPA menjadi 2 golongan yaitu pneumonia dan
bukan pneumonia. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia (Depkes
RI, 2007).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negaranegara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA
merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas
pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007).
Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia adalah 25,0 persen (Riskesdas, 2013).
ISPA menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya, antara 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah
karena penyakit ISPA (Depkes, 2009).

12
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan pengumpulan


data kasus kejadian ISPA di desa nogosari sejumlah 85 (22,4%). Berdasarkan data
primer didapatkan bahwa dalam pengelolaan sampah sebanyak 651 KK (96,7%)
dibakar, 22 KK (3,3%) ditimbun. Hasil dari wawancara masyarakat lebih banyak
memilih untuk dibakar karena dianggap paling mudah dan murah, tidak ada
petugas khusus pengambil sampah pada kebanyakan dusun, kebiasaan merokok
didalam rumah sudah menjadi kebiasaan, dan masih terdapat masyarakat yang
menggunakan tungku untuk memasak, selain itu berdasarkan pegamatan diketahui
masih banyak warga yang memiliki ventilasi kurang dan kesadaran membuka dan
membersihkan rumhah masih kurang.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan
penyakit ISPA, dimulai sejak tahun 1984 bersamaan dengan diawalinya
pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO (Kemenkes, 2012). Namun
sampai saat ini, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Kasus ISPA masih banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, baik di
tingkat Puskesmas maupun di tingkat Rumah sakit. Warga memiliki peranan
penting dalam melakukan upaya pencegahan ISPA, oleh karena itu pentingnya
pengetahuan masyarakat terkait penyakit ISPA agar dapat melakukan upaya-upaya
pencegahan. Peningkatan pengetahuan ini dilaksanakan dengan pemberian
pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit ISPA dan
pencegahannya.
Data yang akan digali lebih lanjut dalam kegiatan ini adalah pengetahuan
masyarakat terkait penangangan dan pencegahan penyakit ISPA, sehingga
diharapkan adanya peningkatan pengetahuan dan upaya masyarakat dalam
penangangan dan pencegahan penyakit ISPA tersebut.

2. MASALAH KEPERAWATAN
Defisiensi kesehatan komunitas mengenai penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA)

3. TUJUAN
3.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 1x45 menit
menit, masyarakat mampu mengetahui tentang ISPA beserta cara
pencegahannya

3.2 TUJUAN KHUSUS


Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 1x45 menit,
100% masyarakat mampu memahami terkait hal-hal berikut :
1) menjelaskan pengertian penyakit ISPA
2) menjelaskan penyebab penyakit ISPA
3) menjelaskan tanda dan gejala penyakit ISPA
4) menjelaskan bagaimana cara mendeteksi penyakit ISPA

13
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

5) menjelaskan cara pencegahan ISPA


6) mempraktikkan cara penanganan ISPA (mempraktikan etika batuk dan
batuk efektif, penggunakaan masker, rumah sehat, kompres hangat,
pengukuran suhu tubuh)

4. SASARAN DAN TARGET


Masyarakat Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember yang datang di
puskesmas rambipuji

5. STRATEGI PELAKSANAAN
1. METODE
Pada pendidikan kesehatan kali ini dengan menggunakan metode :
a. Diskusi
b. Demonstrasi/ praktek

2. WAKTU DAN TEMPAT


Waktu: Kamis, 30 Juni 2016
Tempat : Musholla Puskesmas Rambipuji

3. SETTING TEMPAT
a. Posisi pemateri dilingkari oleh peserta
b. Media alat di pengang oleh pemateri dan peserta.
c. Domentasi berkeliling mengambil gambar dan video

: pemateri

: Peserta

4. MEDIA
Booklet, leaflet, lembar balik dan alat demonstrasi

5. KEGIATAN YANG DILAKUKAN


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Memberikan salam, Mendengarkan dan 5 menit
memperkenalkan diri, dan menjawab salam
membuka acara
2. Menjelaskan materi secara Memperhatikan
umum dan manfaat bagi
masyarakat
3. Menjelaskan tujuan umum Memperhatikan
dan tujuan khusus
pendidikan kesehatan

14
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Penyajian Pelaksanaan : Menjawab sesuai 35 menit


a. Memberikan pre-test yang diketahui
dengan menggunakan
beberapa pertanyaan Memperhatikan dan
1. Menjelaskan materi memberi tanggapan
pendidikan kesehatan mengenai
terkait penyakit ISPA pembahasan jawaban

2. Anjurkan peserta Menjelaskan kembali


untuk sesuai yang
mengungkapkan dimengerti
kembali
Memperhatikan dan
3. Beri pujian atas memberi tanggapan
kemampuan keluarga
Berperan aktif
4. Berdiskusi dengan menanggapi topik
peserta terkait topic bahasan, bertanya
yang baru saja jika ada yang kurang
dibahas jelas atau tidak
paham
Mempraktikan batuk
5. Melatih batuk efektif, efektif
komres hangat, etika
batuk, pemakaian
masker, pengukuran
suhu tubuh
Penutup 1. Menutup pertemuan Menjawab 5 menit
dengan memberikan pertanyaan yang
pertanyaan tentang diajukan pemateri
materi yang baru
dijelaskan.
2. Melakukan evaluasi Memperhatikan
dengan meminta salah
satu peserta untuk
menyimpulkan hasil
diskusi yang telah
dilakukan.
3. Memberikan pujian Memperhatikan
kepada peserta yang
telah bersedia
menyimpulkan hasil
diskusi. Memperhatikan dan
4. Menutup pertemuan dan membalas salam
memberikan salam.

15
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

6. KRITERIA EVALUASI
a. Persiapan
Persiapan tempat : tempat yang digunakan untuk penkes
Persiapan media : media yang digunakan lembar balik, leaflet,
booklet dan alat demonstrasi
Persiapan peserta : jumlah target peserta pendidikan kesehatan adalah
15 orang
b. Proses
Selama acara berlangsung peserta diharapkan aktif mengikuti pendidikan
kesehatan dan pemateri dalam menyampaikan materi mampu menguasai
materi serta interaktif dengan peserta.
c. Hasil
Hasil yang diharapkan dari pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan
penanganan penyakit ISPA adalah peserta mampu memahami materi yang
telah dijelaskan dan dapat menerapkannya.

16
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Lampiran 4. Materi

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN TERKAIT PENYAKIT


ISPA

MATERI PENYULUHAN ISPA

1. DEFINISI

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan


(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450 dalam Beben
2010)
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli
termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes RI, 2011).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ISPA
adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh
yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,
tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak
lebih dari 14 hari.

17
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

2. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
a. Untuk golongan umur kurang 2 bulan, ISPA dibedakan menjadi 2
yaitu:
1) Pneumonia berat: klasifikasi pneumonia berat ditandai dengan
adanya napas cepat (fast brething), yaitu frekuensi pernapasan
sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah kedalam (severe chest indrawing).
2) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat
b. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun, ISPA dibagi menjadi 3
yaitu :
1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik
napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak
menangis atau meronta)
2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk
usia 2 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1
-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih
3) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
c. Klasifikasi infeksi saluran nafas berdasarkan tempat terjadinya:
1) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas
Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) bagian atas diantaranya adalah :
Nasofaringitis akut (selesma), Faringitis Akut (termasuk Tonsilitis
dan Faringotosilitis) dan rhinitis
2) Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian bawah: Laringitis,
Asma Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho
Pneumonia atau Pneumonia (suatu peradangan tidak saja pada
jaringan paru tetapi juga pada bonkioli) (Pusdiknakes, 1993 : 105
dalam Bahsein, 2000)

18
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

3. PENYEBAB
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri,virus dan riketsia dapat menyerang sendiri-sendiri maupun dengan
berbarengan (Depkes RI, 1998: 5 dalam Bahsein, 2000).

3.1 Faktor resiko


Menurut Depkes RI (2011), beberapa factor resiko terjadinya
ISPA adalah sebagai berikut:
1) Faktor lingkungan
a) Pencemaran udara dalam rumah
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk
memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme
pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini
dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan
dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang
tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan
karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-
sama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi
udara, diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia
pada anak-anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek
ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan dan 6 – 10 tahun.

Memasak menggunakan tungku kayu bakar

19
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Asap Rokok Asap Pembakaran Sampah


b) Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke
atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi
dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
 Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar
oksigen yang optimum bagi pernapasan
 Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun
debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran
udara
 Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang
 Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan
bangunan
 Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh
radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal
 Mendisfungsikan suhu udara secara merata.
c) Kepadatan hunian rumah
Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri
kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m².
Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan
penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal yang
padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah
ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara
kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada bayi, tetapi

20
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan


memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini.
2) Faktor individu anak
a) Umur anak
Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit
pernapasan oleh veirus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak
dan tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur
6 –12 bulan.

b) Berat badan lahir


Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan
berat lahir bayi di bawah 2500 gram. Berat badan lahir menentukan
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa balita.
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko
kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir
normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena
pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih
mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit
saluran pernapasan lainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa berat bayi kurang dari 2500
gram dihubungkan dengan meningkatnya kematian akibat infeksi
saluran pernafasan dan hubungan ini menetap setelah dilakukan
adjusted terhadap status pekerjaan, pendapatan, pendidikan. Data
ini mengingatkan bahwa anak-anak dengan riwayat berat badan

21
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

lahir rendah tidak mengalami rate lebih tinggi terhadap penyakit


saluran pernapasan, tetapi mengalami lebih berat infeksinya.

c) Gizi kurang atau gizi buruk


Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang
penting untuk terjadinya ISPA. Beberapa penelitian telah
membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk dan
infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering
mendapat pneumonia. Disamping itu adanya hubungan antara gizi
buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainnya serta
menurunnya daya tahan tubuh anak terhadap infeksi.
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang
ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya
tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan
menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan
mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita
lebih mudah terserang “ISPA berat” bahkan serangannya lebih
lama.
Penilaian status gizi dapat dilakukan antara lain berdasarkan
antopometri : berat badan lahir, panjang badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas. Pada anak-anak, remaja dan orang dewasa,
pengukuran menggunakan indeks massa tubuh (IMT).
IMT = berat badan
(Tinggi badan)2
Hasil:
Kurus = <18,5
Normal = 18 – 22,9
Kelebihan berat badan = ≥23
Resiko menjadi obesitas = 23 -24,9
Obesitas I = 25 – 29,9
Obesitas II = ≥30

d) Vitamin A
Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi
akan menyebabkan peningkatan titer antibodi yang spesifik dan
tampaknya tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi. Bila

22
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

antibodi yang ditujukan terhadap bibit penyakit dan bukan sekedar


antigen asing yang tidak berbahaya, niscaya dapatlah diharapkan
adanya perlindungan terhadap bibit penyakit yang bersangkutan
untuk jangka yang tidak terlalu singkat. Karena itu usaha massal
pemberian vitamin A dan imunisasi secara berkala terhadap anak-
anal prasekolah seharusnya tidak dilihat sebagai dua kegiatan
terpisah. Keduanya haruslah dipandang dalam suatu kesatuan yang
utuh, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh dan erlindungan
terhadap anak Indonesia sehingga mereka dapat tumbuh,
berkembang dan berangkat dewasa dalam keadaan yang sebaik-
baiknya.

e) Status Imunisasi
Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat
akan mendapat kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai
komplikasi campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari
jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi seperti difteri, pertusis, campak, maka
peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya

23
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

pemberantasan ISPA. Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan


mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita
yang mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita ISPA
dapat diharapkan perkenbangan penyakitnya tidak akan menjadi
lebih berat.
Cara yang terbukti paling efektif saat ini adalah dengan
pemberian imunisasi campak dan pertusis (DPT). Dengan
imunisasi campak yang efektif sekitar 11% kematian pneumonia
balita dapat dicegah dan dengan imunisasi pertusis (DPT) 6%
lematian pneumonia dapat dicegah.

3) Faktor perilaku
a. praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu
ataupun anggota keluarga lainnya.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul
dan tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota
keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lainnya.
b. Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA
Hal ini sangat penting karena penyakit ISPA merupakan
penyakit yang ada sehari-hari di dalam masyarakat atau keluarga.
Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua karena
penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan
anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita

24
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini ketika


anaknya sakit.
Keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan
dini pneumonia dan kapan mencari pertolongan dan rujukan pada
sistem pelayanan kesehatan agar penyakit anak balitanya tidak
menjadi lebih berat. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan
dengan jelas bahwa peran keluarga dalam praktek penanganan dini
bagi balita sakit ISPA sangatlah penting, sebab bila praktek
penanganan ISPA tingkat keluarga yang kurang/buruk akan
berpengaruh pada perjalanan penyakit dari yang ringan menjadi
bertambah berat.

4. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan Gejala ISPA yang dapat dikenali, yaitu:
a. Batuk pilek (flu)

b. Demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 derajat celsius

25
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

c. sesak nafas.

d. Bersin

e. sakit kepala

f. Nafas cepat

26
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

batuk yang dahak dan ingus atau lendir yang ke luar dari hidung sebenarnya
merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh untuk melawan bakteri dan
kuman yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Batuk dan bersin
merupakan mekanisme kerja bulu-bulu halus yang berada di permukaan
saluran pernapasan di hidung dan tenggorokan melawan debu, bakteri dan
virus yang masuk supaya keluar dari tubuh. Apabila batuk juga disertai
lendir atau skutum (dahak) yang berwarna hijau dan kental, hal itu
menandakan terjadi infeksi di dalam saluran tersebut.

27
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

5. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar ispa didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru,
partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran
napas bagian bawah dan menyebabkan Pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan
normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari
satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat

28
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan


lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.

6. KOMPLIKASI
ISPA merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya apabila
diobati dengan baik, namun apabila tidak dilakukan pengobatan dan perawatan
dengan baik maka akan menimbulkan beberapa komplikasi antara lain:
a. Bronchitis

Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran paru-paru yang


diakibatkan oleh infeksi kuman. Gejala yang muncul seperti batuk dan
pilek yang dapat semakin parah jika tidak diobati
b. Sinusitis

Sinusitis adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada
membran mukosa sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari mekanisme

29
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

drainase normal. Dapat diartikan bahwa sinuistis adalah peradangan yang


terjadi pada saluran yang ada di hidung dan kepala. Tanda dan gejala
yang sering muncul adalah hidung tersumbat, sakit kepala dan napas
berbau

c. Otitis media

Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid atau yag lebih
sederhana dapat disebut sebagai infeksi ada telinga.
d. Pneumonia (Rasmaliah 2010)

Pneumonia adalah infeksi yang terjadi ada paru-paru. Gejala yang


muncul adalah sesak yang disertai dengan demam

30
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

7. PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN


• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigen dan sebagainya.
• Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.

Perawatan dirumah
 Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

31
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

 Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,
diberikan tiga kali sehari.

 Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi (gizi seimbang) sedikit-sedikit tetapi
berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.

32
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

 Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya (lebih dari 8 gelas per hari). Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang
diderita.

 Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang
sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama
perawatan dirumah keadaan memburuk maka dianjurkan untuk membawa
ke dokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat
antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh
tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita

33
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa


kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (anonim, 2001).

Pencegahan dan Pemberantasan


Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
 Imunisasi
 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
 Menggunakan etika batuk yang benar
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan
mulut anda dengan menggunakan tissue atau sapu tangan atau lengan
dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan untuk batuk atau
bersin.

Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah

34
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Langkah 3
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil
kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau
menggunakan gel pembersih tangan.





Langkah 4
Gunakan masker

35
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

 Menggunakan etika merokok yang benar


1) lebih baik carilah tempat yang memang disitu merupakan smoking
area.

36
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

2) carilah tempat yang memiliki sirkulasi udara yang baik. Dimana di


tempat tersebut ada jendela besar.
3) Berusahalah untuk tidak merokok di tempat yang tertutup dan tidak
ada sirkulasi udaranya.
4) Intinya adalah dilarang merokok ditempat yang tertutup.
5) Perhatikan abu rokok Anda. Maksudnya adalah ketika Anda
merokok di tempat umum perhatikan abu rokoknya jangan sampai
terkena ke tubuh orang lain. Karena abu mudah terbawa oleh
angin. Abu rokok yang bertebaran dimana-mana selain
menimbulkan bau juga bisa menyebabkan gangguan pernafasan
dan batuk. Kalaupun harus terpaksa merokok di tempat umum
tetap perhatikan kebersihan dan orang-orang disekitarnya
(Mulyono, 2013).

 Menggunakan etika penggunaan masker yang benar


Langkah–langkah pemakaian masker (Potter & Perry, 2005) sebagai
berikut :
1) Ambil bagian tepi atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut /metal
yang tipis).
2) Pegang masker pada dua tali atau ikatan bagian atas. Ikatan dua tali atas
pada bagian atas belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
3) Ikatkan dua tali bagian bawah pas eratnya sekeliling leher dengan
masker sampai kebawah dagu.
4) Dengan lembut jepitkan pita metal bagian atas pada batang hidung

Pemberantasan yang dilakukan adalah :


 Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu
 Pengelolaan kasus yang disempurnakan
 Imunisasi (Rendi, 2002).

37
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Pelaksana pemberantasan
Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di
wilayah kerjanya. Sebagian besar kematian akibat penyakit pneumonia terjadi
sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran
serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat membantu menemukan
kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik
(kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlu segera dirujuk ke
rumah sakit.
Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :
• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau
sarana dan tenaga yang tersedia.
• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar
kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.
• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit
dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan
merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.
• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke
rumah sakit.
• Bersama dengan staff puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu
yang mempunyai anak balita. Perihal pengenalan tanda-tanda penyakit
pneumonia serta tindakan penunjang di rumah.
• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang diberi
wewenang mengobati penderita penyakit ISPA.
• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat
memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA.
• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan
pemberantasan penyakit ISPA. Menditeksi hambatan yang ada serta
menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta
pencapaian target.

38
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu


• Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang
ada.
• Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA
tertentu seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.
• Bersama dokter atau dibawah petunjuk dokter melatih kader.
• Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.
• Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas
sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.

Kader kesehatan
• Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.
• Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa
(bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal
tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.
 Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan
pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk
putih.
• Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
• Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-
daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak
menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus
pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.
• Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk (anonim, 2001).

PENANGANAN AWAL PADA ISPA DENGAN HIPERTERMI


1. KOMPRES HANGAT
a. Definisi Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (36,5oC-
37,5oC) (NANDA, 2015). Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-

39
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

menerus lebih tinggi dari 37oC (peroral) atau 38.8oC (perrektal) karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (Linda Juall
Corpenito, 2006).
b. Definisi Kompres Hangat
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
(Uliyah & Hidayat, 2008). Kompres hangat dapat dilakukan dengan
menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah
direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri. Sebaiknya diikuti
dengan latihan pergerakan atau pemijatan. Dampak fisiologis dari kompres
hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks,
menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah
(Simkin, 2005).
Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit lokal,
melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah, mengurangi
spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri, menghilangkan sensasi rasa
nyeri, serta memberikan ketenangan dan kenyamanan (Simkin, 2005).
Air merupakan sarana yang baik bagi suhu panas, dan lebih baik daripada
udara. Dengan air, kita tidak terlalu banyak terpengaruh oleh panas maupun
dinginnya suhu udara, seperti saat kita mencelupkan (merendam) tubuh kita ke
dalam air panas maupun dingin. Maksudnya, suhu udara di luar bukanlah satu-
satunya hal yang mempengaruhi (rasa tubuh), tetapi media pemindah dan
penyampai rasa dan juga berperan besar dalam menghasilkan pengaruh rasa.
Misalnya, suhu air panas yang dapat digunakan dalam kondisi biasa berkisar
sekitar 46oC (Mahmud, 2007).
Tugas utama air di sini adalah memompa suhu panas kepada tubuh,
hingga secara perlahan terjadi peringatan mekanis dan kimiawi yang
berdampak positif. Pengaruh lainnya juga kepada tubuh bagian luar, anggota-
anggota tubuh bagian dalam, dan sirkulasi darah. Suhu panas (panas tubuh)
menjadi pendorong yang positif bagi energi tubuh. Ini terjadi berkat pengaruh
efektifnya terhadap komponen-komponen sel yang terdiri dari berbagai
elektron, ion-ion dan lain sebagainya (Mahmud, 2007).

40
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Air hangat (46,5-51,5oC) memiliki dampak fisiologis bagi tubuh, yaitu


pelunakan jaringan fibrosa, mempengaruhi oksigenisasi jaringan sehingga
dapat mencegah kekakuan otot, memvasodilatasikan dan memperlancar aliran
darah, sehingga dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri.

c. Jenis-jenis kompres hangat antara lain:


1. Kompres hangat kering
Yakni dengan menggunakan pasir yang telah dipanasi sinar matahari
guna mengobati nyeri-nyeri rematik pada persendian. Selain itu, terapi ini
juga dapat mengurangi berat badan dan menghilangkan kelebihan berat
badan.
2. Kompres hangat lembab
Dewasa ini, kompres jenis ini digunakan dengan sarana atau mediasi
sebuah alat yang dikenal dengan namahidrokolator. Yakni alat elektrik yang
diisi air, digunakan untuk memanaskannya hingga mencapai suhu tertentu.
Di dalam alat ini dicelupkan beberapa alat kompres dengan bobot bervariasi
yang cocok untuk menutupi seluruh bagian tubuh. Terapis mengeluaran
kompre-kompres ini dengan menggunakan penjepit khusus, lalu melipatnya
dengan handuk dan meletakkannya di atas tubuh pasien agar kompres
tersebut berfungsi menghilangkan penyusutan otot dan membuatnya lentur
kembali. Selain itu juga untuk membatasi atau mencegah nyeri dan
memulihkan sirkulasi darah.
3. Kompres bahan wol hangat
Yakni dengan memanaskan bahan wol di atas uap kemudian diperas.
Kompres macam ini memiliki kelebihan dengan kepanasannya yang tinggi
dan tidak akan mencederai atau berbahaya bagi kulit. Kompres ini terdiri
dari kompres dalam yang ditutup dengan tutup plastik tahan air. Juga
memiliki bungkus luar terbuat dari bahan wol untuk mencegah atau
membatasi masuknya hawa panas. Kompres ini digunakan untuk
menghilangkan nyeri-nyeri dan penyusutan otot-otot. Kompres ini juga
dapat digunakan 3-4 kali selama 5-10 menit.
4. Kompres gelatine (jelly)
Kompres model ini memiliki keistimewaan yang mampu menjaga
panas atau dingin untuk beberapa lama. Kelebihan kompres ini terletak pada

41
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

fleksibelitas bentuknya yang dapat dicocokkan dengan anggota tubuh


sehingga mampu menghasilkan suhu yang diharapkan dan sanggup
menggapai seluruh bagian tubuh. Proses pendinginan kompres ini dihasilkan
melalui alat khusus (hidrokolaktor) yang memungkinkan suhu panas untuk
diatur. Kompres gelatine ini memiliki pengaruh dan cara penggunaan yang
sama dengan kompres dingin (Mahmud, 2007).
Ketika memberikan kompres hangat pada klien, harus tetap
diperhatikan suhu dari kompres itu sendiri untuk keefektifan kompres dalam
mengurangi nyeri dan menghindari cedera pada kulit akibat suhu yang
terlalu panas (Potter & Perry, 2010).

d. Tujuan Kompres Hangat


1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
5. Memperlancar pengeluaran eksudat
6. Merangsang peristaltik usus

e. Manfaat Kompres Hangat


Efek darikompres hangat untuk meningkatkan aliran darah ke bagian yang
terinjuri.Pemberian kompres hangat yang berkelanjutan berbahaya terhadap sel
epitel,menyebabkan kemerahan, kelemahan local, dan bisa terjadi kelepuhan.
Kompreshangat diberikan satu jam atau lebih.

42
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

PEMBERIAN KOMPRES HANGAT

PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
NO NO
HALAMAN:
DOKUMEN: REVISI:
PROSEDUR TETAP
DITETAPKAN OLEH:
TANGGAL
TERBIT
PENGERTIAN Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa
hangat pada daerah tertentu
TUJUAN a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Menurunkan suhu tubuh
c. Mengurangi rasa sakit
d. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang
pada klien
e. Memperlancar pengeluaran eksudat
f. Merangsang peristaltik usus
INDIKASI a. Pasien demam
b. Pasien dengan perut kembung
c. Pasien yang kedinginan
d. Pasien yang mengalami radang
e. Kejang otot/spasme
f. Adanya abses/ bengakak akibat suntikan
g. Tubuh dengan abses, hematoma.
KONTRAINDIKASI ---
PERSIAPAN a. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan
PASIEN tanyakan kondisi pasien.
b. Jelaskan tentang procedure tindakan yang
akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
pasien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan pasien.
c. Atur posisi yang aman dan nyaman pada
pasien.

43
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

PERSIAPAN ALAT a.
Handuk kecil
b.
Baskom berisi air hangat
CARA KERJA 1.
Beri tahu bahwa tindakan akan segera dimulai.
2.
Cek alat-alat yang akan digunakan
3.
Dekatkan alat-alat disisi pasien.
4.
Posisikan pasien senyaman mungkin
5.
Cuci tangan
6.
Pasang pengalas dibawah area yang akan
diberi kompres.
7. Ambil handuk kecil yang sudah disiapkan
8. Masukkan handuk kecil pada baskom yang
sudah berisi air hangat.
9. Peras handuk kecil yang sudah dimasukkan
kedalam air hangat.
10. Letakkan handuk kecil pada area yang
ingin dikompres (dahi, belakang
leher/tengkuk, lipatan ketiak, lipatan paha,
lipatan lutut)
11. Lakukan tindakan ini selama 15-30 menit
atau sesuai program terapi dengan
memasukkan handuk kecil kedalah
baskomyang sudah berisi air hangat secara
berkala.
12. Kaji respon pasien
13. Bersihkan alat-alat yang sudah dilakukan
14. Cuci tangan.
HASIL a. Subyektif
1) Klien merasa lebih nyaman
2) Klien merasa lebih rileks
b. Obyektif
Suhu badan menurun
HAL YANG PERLU a. Handuk kecil diganti pada waktunya dan suhu
DIPERHATIKAN kompres dipertahankan untuk tetap hangat.
b. Cairan kompres jangan terlalu panas,
hindarkan jangan sampai kulit terbakar.
c. Handuk kompres harus lebih besar dari bagian
yang akan dikompres.
d. Untuk kompres hangat basah pada luka
terbakar, harus streil
e. Untuk permukaan tetutup (bengaka, mamar),
peralatan harus bersih (tidak steril)

44
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Y., Putriani, R., dan Damayanti, I.P., 2014. Panduan Lengkap
Keterampilan Dasar Kebidanan I. Edisi 1. Yogyakarta : Deepublish.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan :Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika.

___________Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran


Pernapasan Akut Pada Anak. 2001. Jakarta.

____________Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran


pernapasan akut. 2001. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di


Indonesia 2010 - 2014.
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2012/stranasran/stranastb.pdf. Diunduh3 Juli
2016

Kompas, 2009. Kompres, Alternatif Pereda Nyeri (http://www.kompas.com, diakses 12


Februari 2012)

Mahmud, Mahir Hasan, 2007. Terapi Air. Jakarta: Qultum Media.

Potter, Patricia. A & Perry, Anne G. 2010. Foundamental of Nursing. Jakarta:


Salemba Medika

Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa
Aksara. 2002. Jakarta.

Simkin, Penny & Ancheta, Ruth, 2005. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC

45
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Soemantri, I. 2010. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Uliyah, Musrifatul & Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Praktikum Klinik: Aplikasi
Dasar-Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

46
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Lampiaran 5. Leaflet

47
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

48
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017

Lampran 6. Dokumentasi kegiatan

Gambar 1. Dokumentasi Puskesmas Keliling Dusun Krajan dan Promosi Kesehatan ISPA

Gambar 2. Dokumentasi Puskesmas Keliling Dusun Krajan dan Promosi Kesehatan ISPA

49

Anda mungkin juga menyukai