oleh:
Kelompok 7
oleh:
KELOMPOK 7
2
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
BAB I. PENDAHULUAN
1. 1 Data Penyakit
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
diderita oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2007). Penyakit infeksi ini menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2007). Program pemberantasan
penyakit ISPA membagi penyakit ISPA menjadi 2 golongan yaitu pneumonia dan
bukan pneumonia. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia (Depkes
RI, 2007).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negaranegara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA
merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas
pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007).
Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia adalah 25,0 persen (Riskesdas, 2013).
ISPA menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya.Antara 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah
karena penyakit ISPA (Depkes, 2009).
Data dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, penyakit infeksi
saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang masuk sebagai
penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Laporan dari berbagai sarana
pelayanan kesehatan pemerintah menunjukkan bahwa pada tahun 2010 dilaporkan
sebanyak 1.813, pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 1.739 kasus pneumonia
pada balita yang ditangani, sedangkan pada tahun 2012 ditemukan 2.936 kasus
Pneumonia Balita.
3
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
1. 2 Perumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit ISPA?
1.2.2 Apa penyebab penyakit ISPA?
1.2.3 Apa tanda dan gejala penyakit ISPA?
1.2.4 Bagaimana cara deteksi dini penyakit ISPA?
4
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
2. 1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pelatihan selama 4x30 menit, masyarakat
mampu mengetahui tentang ISPA beserta cara mendeteksinya
2. 2 Manfaat
2.2.1 Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan, informasi, dan wawasan mengenai manfaat
pendidikan kesehatan terkait penyakit ISPA
2.2.2 Bagi Masyarakat
Mendapatkan informasi kesehatan terkait penyakit ISPA
2.2.3 Bagi Praktik Keperawatan
Memberi informasi tambahan bagi praktik keperawatan untuk dapat
memberi promosi kesehatan terkait penyakit ISPA
2.2.4 Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberi pengetahuan dan wawasan penyakit ISPA
2.2.5 Bagi Penelitian Keperawatan
Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penulisan atau penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan penyakit ISPA
2.2.6 Bagi Pemerintah
Pemerintah dapat membantu pelaksanaan pendidikan kesehatan terkait
penyakit ISPA.
BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
3. 1 Dasar Pemikiran
5
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
6
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
7
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
4. 2 Khalayak Sasaran
Target sasaran adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah Desa
Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
DAFTAR PUSTAKA
Beben. 2010. Infeksi Saluran Nafas Akut pada Anak. Available at : http://askep-
benny.blogspot.com/2010/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html.
Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. http://www.depkes.go.id.
Depkes RI. 2007.Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI
Dinkes Kota Yogyakarta, 2010. Status Gizi Balita dan Kecamatan Rawan Gizi
Kota Yogyakarta Tahun 2010. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta.
8
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Berita Acara
Lampiran 2. Daftar Hadir
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4. Materi
Lampiran 5. Media
BERITA ACARA
Pada hari ini, Rabu, 17 Mei 2017 pukul 09.00- Selesai bertempat di Dusun
Krajan, Desa Nogosari , Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Propinsi Jawa
Timur telah dilaksanakan kegiatan Pendidikan kesehatan terkait pencegahan dan
penanganan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) oleh mahasiswa
9
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Program Profesi Ners (P2N) PSIK Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh
orang (daftar hadir terlampir)
Jember, ........................................
mengetahui,
Pelaksana Program,
10
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
11
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
1. PENDAHULUAN
Kecamatan rambipuji merupakan salah satu kecamatan di kabupaten jember.
Karakteristik masyarakat di kecamatan rambipuji merupakan masyarakat
pedesaan yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan berkebun. Lingkungan
di sekitar rumah masyarakat di kecamatan rambipuji merupakan daerah
perkampungan yang tidak terlalu padat penduduknya. Hasil pengamatan di
lingkungan warga masyarakat kecamatan rambipuji ditemukan banyak fenomena
dimana terdapat lokasi pembakaran batu bata yang berada di tengah-tengah
lingkungan tempat tinggal warga yang mana pembakarannya menggunakan sekam
kulit padi. Pembakaran terjadi tidak sempurna sehingga banyak gas-gas sisa
pembakaran yang mencemari lingkungan warga. Kejadian ini merupakan
beberapa factor resiko penyebab penyakit saluran pernafasan, salah satunya
adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
diderita oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2007). Penyakit infeksi ini menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2007). Program pemberantasan
penyakit ISPA membagi penyakit ISPA menjadi 2 golongan yaitu pneumonia dan
bukan pneumonia. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia (Depkes
RI, 2007).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negaranegara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA
merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas
pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007).
Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia adalah 25,0 persen (Riskesdas, 2013).
ISPA menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya, antara 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah
karena penyakit ISPA (Depkes, 2009).
12
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
2. MASALAH KEPERAWATAN
Defisiensi kesehatan komunitas mengenai penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA)
3. TUJUAN
3.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 1x45 menit
menit, masyarakat mampu mengetahui tentang ISPA beserta cara
pencegahannya
13
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
5. STRATEGI PELAKSANAAN
1. METODE
Pada pendidikan kesehatan kali ini dengan menggunakan metode :
a. Diskusi
b. Demonstrasi/ praktek
3. SETTING TEMPAT
a. Posisi pemateri dilingkari oleh peserta
b. Media alat di pengang oleh pemateri dan peserta.
c. Domentasi berkeliling mengambil gambar dan video
: pemateri
: Peserta
4. MEDIA
Booklet, leaflet, lembar balik dan alat demonstrasi
14
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
15
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
6. KRITERIA EVALUASI
a. Persiapan
Persiapan tempat : tempat yang digunakan untuk penkes
Persiapan media : media yang digunakan lembar balik, leaflet,
booklet dan alat demonstrasi
Persiapan peserta : jumlah target peserta pendidikan kesehatan adalah
15 orang
b. Proses
Selama acara berlangsung peserta diharapkan aktif mengikuti pendidikan
kesehatan dan pemateri dalam menyampaikan materi mampu menguasai
materi serta interaktif dengan peserta.
c. Hasil
Hasil yang diharapkan dari pendidikan kesehatan tentang pencegahan dan
penanganan penyakit ISPA adalah peserta mampu memahami materi yang
telah dijelaskan dan dapat menerapkannya.
16
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Lampiran 4. Materi
1. DEFINISI
17
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
2. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
a. Untuk golongan umur kurang 2 bulan, ISPA dibedakan menjadi 2
yaitu:
1) Pneumonia berat: klasifikasi pneumonia berat ditandai dengan
adanya napas cepat (fast brething), yaitu frekuensi pernapasan
sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah kedalam (severe chest indrawing).
2) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat
b. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun, ISPA dibagi menjadi 3
yaitu :
1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik
napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak
menangis atau meronta)
2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk
usia 2 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1
-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih
3) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
c. Klasifikasi infeksi saluran nafas berdasarkan tempat terjadinya:
1) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas
Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) bagian atas diantaranya adalah :
Nasofaringitis akut (selesma), Faringitis Akut (termasuk Tonsilitis
dan Faringotosilitis) dan rhinitis
2) Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian bawah: Laringitis,
Asma Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho
Pneumonia atau Pneumonia (suatu peradangan tidak saja pada
jaringan paru tetapi juga pada bonkioli) (Pusdiknakes, 1993 : 105
dalam Bahsein, 2000)
18
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
3. PENYEBAB
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri,virus dan riketsia dapat menyerang sendiri-sendiri maupun dengan
berbarengan (Depkes RI, 1998: 5 dalam Bahsein, 2000).
19
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
20
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
21
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
d) Vitamin A
Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi
akan menyebabkan peningkatan titer antibodi yang spesifik dan
tampaknya tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi. Bila
22
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
e) Status Imunisasi
Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat
akan mendapat kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai
komplikasi campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari
jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi seperti difteri, pertusis, campak, maka
peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya
23
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
3) Faktor perilaku
a. praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu
ataupun anggota keluarga lainnya.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul
dan tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota
keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lainnya.
b. Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA
Hal ini sangat penting karena penyakit ISPA merupakan
penyakit yang ada sehari-hari di dalam masyarakat atau keluarga.
Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua karena
penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan
anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita
24
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
b. Demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 derajat celsius
25
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
c. sesak nafas.
d. Bersin
e. sakit kepala
f. Nafas cepat
26
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
batuk yang dahak dan ingus atau lendir yang ke luar dari hidung sebenarnya
merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh untuk melawan bakteri dan
kuman yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Batuk dan bersin
merupakan mekanisme kerja bulu-bulu halus yang berada di permukaan
saluran pernapasan di hidung dan tenggorokan melawan debu, bakteri dan
virus yang masuk supaya keluar dari tubuh. Apabila batuk juga disertai
lendir atau skutum (dahak) yang berwarna hijau dan kental, hal itu
menandakan terjadi infeksi di dalam saluran tersebut.
27
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
5. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar ispa didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru,
partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran
napas bagian bawah dan menyebabkan Pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan
normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari
satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
28
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
6. KOMPLIKASI
ISPA merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya apabila
diobati dengan baik, namun apabila tidak dilakukan pengobatan dan perawatan
dengan baik maka akan menimbulkan beberapa komplikasi antara lain:
a. Bronchitis
Sinusitis adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada
membran mukosa sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari mekanisme
29
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
c. Otitis media
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid atau yag lebih
sederhana dapat disebut sebagai infeksi ada telinga.
d. Pneumonia (Rasmaliah 2010)
30
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Perawatan dirumah
Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
31
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,
diberikan tiga kali sehari.
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi (gizi seimbang) sedikit-sedikit tetapi
berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
32
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya (lebih dari 8 gelas per hari). Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang
diderita.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang
sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama
perawatan dirumah keadaan memburuk maka dianjurkan untuk membawa
ke dokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat
antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh
tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita
33
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah
34
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Langkah 3
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil
kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau
menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
Gunakan masker
35
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
36
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
37
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Pelaksana pemberantasan
Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di
wilayah kerjanya. Sebagian besar kematian akibat penyakit pneumonia terjadi
sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran
serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat membantu menemukan
kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik
(kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlu segera dirujuk ke
rumah sakit.
Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :
• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau
sarana dan tenaga yang tersedia.
• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar
kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.
• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit
dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan
merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.
• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke
rumah sakit.
• Bersama dengan staff puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu
yang mempunyai anak balita. Perihal pengenalan tanda-tanda penyakit
pneumonia serta tindakan penunjang di rumah.
• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang diberi
wewenang mengobati penderita penyakit ISPA.
• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat
memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA.
• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan
pemberantasan penyakit ISPA. Menditeksi hambatan yang ada serta
menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta
pencapaian target.
38
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Kader kesehatan
• Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.
• Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa
(bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal
tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.
Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan
pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk
putih.
• Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
• Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-
daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak
menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus
pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.
• Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk (anonim, 2001).
39
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
menerus lebih tinggi dari 37oC (peroral) atau 38.8oC (perrektal) karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (Linda Juall
Corpenito, 2006).
b. Definisi Kompres Hangat
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
(Uliyah & Hidayat, 2008). Kompres hangat dapat dilakukan dengan
menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah
direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri. Sebaiknya diikuti
dengan latihan pergerakan atau pemijatan. Dampak fisiologis dari kompres
hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks,
menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah
(Simkin, 2005).
Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit lokal,
melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah, mengurangi
spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri, menghilangkan sensasi rasa
nyeri, serta memberikan ketenangan dan kenyamanan (Simkin, 2005).
Air merupakan sarana yang baik bagi suhu panas, dan lebih baik daripada
udara. Dengan air, kita tidak terlalu banyak terpengaruh oleh panas maupun
dinginnya suhu udara, seperti saat kita mencelupkan (merendam) tubuh kita ke
dalam air panas maupun dingin. Maksudnya, suhu udara di luar bukanlah satu-
satunya hal yang mempengaruhi (rasa tubuh), tetapi media pemindah dan
penyampai rasa dan juga berperan besar dalam menghasilkan pengaruh rasa.
Misalnya, suhu air panas yang dapat digunakan dalam kondisi biasa berkisar
sekitar 46oC (Mahmud, 2007).
Tugas utama air di sini adalah memompa suhu panas kepada tubuh,
hingga secara perlahan terjadi peringatan mekanis dan kimiawi yang
berdampak positif. Pengaruh lainnya juga kepada tubuh bagian luar, anggota-
anggota tubuh bagian dalam, dan sirkulasi darah. Suhu panas (panas tubuh)
menjadi pendorong yang positif bagi energi tubuh. Ini terjadi berkat pengaruh
efektifnya terhadap komponen-komponen sel yang terdiri dari berbagai
elektron, ion-ion dan lain sebagainya (Mahmud, 2007).
40
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
41
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
42
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
NO NO
HALAMAN:
DOKUMEN: REVISI:
PROSEDUR TETAP
DITETAPKAN OLEH:
TANGGAL
TERBIT
PENGERTIAN Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa
hangat pada daerah tertentu
TUJUAN a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Menurunkan suhu tubuh
c. Mengurangi rasa sakit
d. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang
pada klien
e. Memperlancar pengeluaran eksudat
f. Merangsang peristaltik usus
INDIKASI a. Pasien demam
b. Pasien dengan perut kembung
c. Pasien yang kedinginan
d. Pasien yang mengalami radang
e. Kejang otot/spasme
f. Adanya abses/ bengakak akibat suntikan
g. Tubuh dengan abses, hematoma.
KONTRAINDIKASI ---
PERSIAPAN a. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan
PASIEN tanyakan kondisi pasien.
b. Jelaskan tentang procedure tindakan yang
akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
pasien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan pasien.
c. Atur posisi yang aman dan nyaman pada
pasien.
43
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
PERSIAPAN ALAT a.
Handuk kecil
b.
Baskom berisi air hangat
CARA KERJA 1.
Beri tahu bahwa tindakan akan segera dimulai.
2.
Cek alat-alat yang akan digunakan
3.
Dekatkan alat-alat disisi pasien.
4.
Posisikan pasien senyaman mungkin
5.
Cuci tangan
6.
Pasang pengalas dibawah area yang akan
diberi kompres.
7. Ambil handuk kecil yang sudah disiapkan
8. Masukkan handuk kecil pada baskom yang
sudah berisi air hangat.
9. Peras handuk kecil yang sudah dimasukkan
kedalam air hangat.
10. Letakkan handuk kecil pada area yang
ingin dikompres (dahi, belakang
leher/tengkuk, lipatan ketiak, lipatan paha,
lipatan lutut)
11. Lakukan tindakan ini selama 15-30 menit
atau sesuai program terapi dengan
memasukkan handuk kecil kedalah
baskomyang sudah berisi air hangat secara
berkala.
12. Kaji respon pasien
13. Bersihkan alat-alat yang sudah dilakukan
14. Cuci tangan.
HASIL a. Subyektif
1) Klien merasa lebih nyaman
2) Klien merasa lebih rileks
b. Obyektif
Suhu badan menurun
HAL YANG PERLU a. Handuk kecil diganti pada waktunya dan suhu
DIPERHATIKAN kompres dipertahankan untuk tetap hangat.
b. Cairan kompres jangan terlalu panas,
hindarkan jangan sampai kulit terbakar.
c. Handuk kompres harus lebih besar dari bagian
yang akan dikompres.
d. Untuk kompres hangat basah pada luka
terbakar, harus streil
e. Untuk permukaan tetutup (bengaka, mamar),
peralatan harus bersih (tidak steril)
44
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanti, Y., Putriani, R., dan Damayanti, I.P., 2014. Panduan Lengkap
Keterampilan Dasar Kebidanan I. Edisi 1. Yogyakarta : Deepublish.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan :Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa
Aksara. 2002. Jakarta.
Simkin, Penny & Ancheta, Ruth, 2005. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC
45
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Uliyah, Musrifatul & Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Praktikum Klinik: Aplikasi
Dasar-Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
46
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Lampiaran 5. Leaflet
47
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
48
Laporan Pre Planning P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Gambar 1. Dokumentasi Puskesmas Keliling Dusun Krajan dan Promosi Kesehatan ISPA
Gambar 2. Dokumentasi Puskesmas Keliling Dusun Krajan dan Promosi Kesehatan ISPA
49