PENDAHULUAN
masjid di suatu kerajaan, menandai bahwa Islam diterima secara resmi sebagai
agama kerajaan. Di situs-situs Islam di Kerajaan Bungku atau yang saat ini di
kenal dengan Kecematan Bungku Tengah, di temukan Masjid Tua Bungku, yang
masih tampak utuh, atau yang hanya tinggal sekedar cerita masa lalu, sebab
banyak wajah masjid yang sudah sangat berubah menjadi masjid modern, bahkan
sebagian ciri ciri kekunoannya sudah hampir hilang hanya sebagian yang
utama, sebuah wilayah itu telah mendapat pengaruh Islam atau sudah diislamkan.
Dengan demikian, masjid menjadi salah satu data yang paling spesifik yang
Warisan keagamaan sejarah Islam nusantara yang kini masih dapat dilacak
sebagai bagian dari budaya yang kelestariannya masih terjaga dalam rangka
1
muncullah bangunan masjid yang merupakan salah satu wujud penampilan
Masjid dapat dianggap sebagai ikon atau ciri utama sebuah situs Kerajaan
Islam, karena dalam tradisi Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW pendirian
sebagai pusat kegiatan dalam segala aspek kehidupan umat (Salam, 1960: 19;
Gazalba, 1966, dalam Mahmud, 2003: 40). Dengan demikian masjid adalah
simbol utama keberagamaan umat Islam, menjadi pusat orientasi dan sumber
utama untuk memperoleh kebajikan dan pengetahuan dan menjadi bagian inspirasi
Masjid Secara bahasa, istilah masjid berasal dari bahasa Arab “sajada-
yasjudu –sujudan” yang berarti meletakkan kening di atas permukaan bumi untuk
beribadah kepada Allah SWT. Dari kata sajada terbentuk kata “Masjid” yang
artinya tempat sujud. Pengertian tempat sujud di sini tidak mengacu pada
bangunannya apakah beratap atau tidak, terbatas atau tidak, yang terpenting
adalah tempat sujud. Di dalam al-Quran terdapat 92 kata sujud, sajada dan
masajid (jamak) 6 kali di dalam al- Quran. Menurut A. Rochym (1983: 4), pada
prinsipnya tujuan utama pendirian masjid sejak awal mula terjadinya sampai saat
2
ini tetap tak berubah, yakni tempat untuk melaksanakan ajaran Islam secara
keseluruhan, dari peribadahan umum, sampai shalat Jumat, juga dakwah, dan
tempat suci untuk mempertemukan diri dengan Dzat Yang Maha Agung. Dan
Masjid yang pertama dibangun pada masa awal pembentukan masyarakat Islam
adalah Masjid Nabawi, yang memiliki peran serta fungsi sebagai tempat ibadah
(Shalat dan zikir), tempat konsultasi dan komunikasi mengenai ekonomi, sosial,
merupakan wujud dan aspek fisik dari kebudayaan Islam. Di Indoonesia kata
Tengah); Masigit (Jawa Barat); meuseugit (Aceh); dan mesigi (Sulawesi Selatan).
Sedangkan bangunan masjid atau bangunan tempat shalat yang tidak dipakai
untuk shalat jumat, umumnya tidak terlalu besar, banyak nama disebut di berbagai
dareah misalnya meunasah (Aceh); surau (minang); langgar (Jawa); tajuk (Sunda);
bale (Banten); langgara (Sulawesi); Suro atau mandersa (Batak); dan santren
(Lombok). Selain itu dikenal pula dengan istilah mushalla sebagai tempat shalat
sehari-hari dn tidak dipakai shalat jumat. Disamping itu terdapat pula istilah
mashad yaitu masjid makam karena masjid yang dibangun di kompleks makam,
fungsi masjid di belahan bumi lainnya. Selain digunakan sebagai tempat shalat,
3
masjid juga seringkali digunakan sebagai tempat pengajian (ceramah keagamaan),
bahkan pelaksanaan akad nikah akhir-akhir ini sering dilakukan di masjid. Masjid
juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan tempat umat Islam belajar dan mengajar,
budaya Islam. Masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan
dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur Islam yang berpedoman pada
pelaksanaan ajaran Islam, dan bangunan sebagai ungkapan tertinggi dari nilai
tentang bagaimana bentuk masjid. Hal ini justru menunjukkan bahwa bentuk
bangunan dan penampilan masjid dapat beraneka ragam sesuai dengan bentuk
ekspresi kebudayaan masyarakat Islam pada masanya (Prihantoro 1994, 9). Selain
itu, selera dan persepsi serta model atau langgam sering ikut mempengaruhi
bentuk masjid (Anom dkk. 1999, 158). Bentuk tata ruang masjid adalah
terbuka semacam teras atau serambi dan dilengkapi dengan sarana wudhu (Glasse
1999, 263).
4
Berbicara mengenai karakteristik berarti membahas mengenai ciri khas
apa yang paling dominan dalam sebuah bangunan. Pengertian karakter secara
umum adalah salah satu atribut atau ciri-ciri yang membuat objek dapat
gambaran atau deskripsi baik fisik maupun nonfisik (tergantung kandungan atau
muatan isi objek) dengan penekanan terhadap sifat-sifat, ciri-ciri yang spesifik dan
khusus, yang membuat objek tersebut dapat dikenali dengan mudah (Suryasari
ciri-ciri dan elemen-elemen arsitekur tersebut memiliki kualitas khusus yang dapat
bangunan dapat dikenali dengan mudah karena memiliki pola yang dapat dibaca
khas yang ditekankan pada ciri-ciri fisik yang dapat dengan mudah dilihat secara
sebuah bangunan yang dapat dipahami dalam bentuk verbal maupun piktorial
tengah merupakan salah satu tempat persinggahan Syekh Maulana Ibrahim, dalam
pustaka dan observasi awal dalam penelitian islam di Desa terdapat temuan
makam dan Masjid Tua Bungku serta ditemukan Istana Kerjaan Bungku atau.
Temuan Arkeologis yang dimaksud adalah makam Abduk Rabbi Raja ke XIX dan
5
Dipilihnya masjid Tua Bungku sebagai objek dalam penelitian ini, didasari
budaya dimasa Raja Bungku yang bernama Moh. Baba; Kedua, Masjid Tua
Ketiga, Masjid Tua Bungku diketahui memiliki ciri arsitektur yang unik. Selain
unik, arsitektur masjid Tua Bungku juga sarat akan makna filosofi.
Bungku dalam penelitian ini lebih pada kajian studi arkeologi arsitektur.
Mengingat dalam penelitian ini, yang menjadi skala prioritas penulis lebih
bahwa dalam bidang ilmu arkeologi, pada dasarnya masjid adalah tinggalan
arkeologi Islam, namun pada prinsipnya masjid adalah kajian arkeologi arsitektur.
Olehnya itu penelitian ini lebih pada penerapan kajian arkeologi arsitektur.
Secara karakter arsitektur masjid Tua Bungku sampai saat ini masih dapat
diamati mengenai sisi kekunoannya, baik dari bahan material yang digunakan
ciri arsitektur masjid Tua Bungku sampai saat ini masih menyajikan nuansa
arsitektur masjid kuna/kuno. Meskipun sebagian dari bahan atau atribut penyusun
Namun, ciri khas arsitektur yang dimiliki masjid Tua Bungku, menurut penulis
memiliki makna berluansa Islami dari ciri arsitektur, khususnya masjid yang ada
di Bungku Tengah. Karena hal itu, penulis memaknai arsitektur Masjid Tua
Bungku sebagai ciri arsitektur masjid yang unik dan memiliki makna tertentu.
6
Sebagai ciri arsitektur yang unik, maka tergugah hati penulis untuk mengangkat
Manfaat penelitian ini manfaat teoritis dan prkatis serta Manfaat bagi yang
1. Manfaat Teoritis
7
arkeologi dalam bingkai kajian arkeologi arsitektur terhadap fenomena budaya
yang diturunkan dalam seni bangunan (masjid). Khususnya bentuk arsitektur pada
bangunan Masjid Tua Bungku yang ada di Desa Marsoleh, Kecamatan Bungku
monumental (masjid).
2. Manfaat Praktis
referensi untuk acuan bagi peneliti selanjutnya terkait dengan arsitektur Masjid
Tua Bungku. Untuk melihat lebih dalam lagi mengenai morfologi dan gaya
arsitektur ataupun unsur lain yang mempengaruhi arsitektur Masjid Tua Bungku
BAB II
beragam bentuk penelitian. Namun dalam penelitian ini, ada beberapa tulisan
8
yang dirujuk oleh penulisa karena dianggap relevan dengan penelitian yang
dilakukan diantaranya:
Kalimantan selatan, skripis yang di buat oleh Mahasiswa Fakhriah Cynthia (2007)
penelitiannya Dalam tulisan ini, diuraikan mengenai ciri khas arsitektur Masjid
Keramat Banua Halat sebagai ciri pembeda dengan ciri arsitektur masjid lainnya.
Serta dilakukan identifikasi dan analisis mengenai ciri kekunoan yang terdapat
pada arsitektur masjid Keramat Banua Halat baik dari sisi arsitektural, dekorasi,
diketahui bahwa karakteristik arsitektur masjid Keramat Banua Halat yang paling
berbentuk atap tumpang tiga dengan bentuk yang sangat mengerucut pada bagian
atasnya. Kesamaan penelitian ini, dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
yang diajukan serta tujuan penelitian yang ingin dicapai memiliki kesamaan.
9
dirujuk menggunakan metode analisis kontekstual sedangkan penelitian yang
penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tinggalan sumber daya arkeologi
Wahid Marzuki (2011) Selain itu, untuk melihat bagaimana tinggalan sumber
generalisasi empiris (Tanudirdjo 1989, 34). Dalam penelitian yang dilakukan pada
situs islam Masjid Tua Bungku lebih khusus kepenelitian Masjid memiliki
kesamaan yaitu memiliki metode yang sama yaitu Penelitian yang dilakukan
20).
Kuno dan perkembagan islam di Maluku” tentang kajian Masjid kuno yang
10
terdapat di Indonesia Khususnya di Maluku yang di lakukan pada tahnu (2013),
oleh Wuri Handoko yaitu, yang didalam penelitiannya juga membahas mengenai
data utama berupa deskripsi arsitektur masjid untuk melihat perkembangan Islam
di wilayah Maluku. Selain itu juga melihat karakteristik masjid kuno di Maluku,
penelitian yang dilakukan pada situs islam Masjid Tua Bungku memiliki
kesamaan yaitu melihat Karakteristik Arsitektur Masjid Tua untuk mencari tahu
kesamaan yaitu atap bertingkat. gaya arsitektur bangunan Masjid yang masih
terlihat seperti bertingkat dan semakin tinggi semakin kecil dan di atas atap masjid
tersebut terdapat huruf Alif, memiliki atap tumpang tiga sampai lima, makin ke
atas makin kecil (Graf, 1963; Pijper, 1984, dalam Dijk, 2009: 52,58).
sebagai tulisan jurnal oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar,
yang mengangkat judul Dalam tulisan ini, diuraikan tentang ciri morfologi,
bahan, teknologi, gaya arsitektur serta fungsi bangunannya. Tulisan ini juga
metodologi yang digunakan, juga menjdi acuan dalam penelitian ini. Kesamaan
tulisan ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni terletak pada
11
telaah tentang arsitektur masjid. Namun penelitian yang dilakukan oleh Abu
Universitas Halu oleo yang dengan bentuk penelitian kualitatif dengan jenis
primer maupun data sekunder untuk dianalisis lebih lanjut langka interpertasi
karakteristik yang terdapat pada bangunan masjid Quba Baadia sebagai faktor
dan teori yang berkenaan dengan teori arsitektur, utamanya teori yang
dilakukan pada Masjid Tua Bungku yaitu mencoba menfasirkan karakteristik dan
member gamaran aksitektur yang terkandung pada Masjid Tua Bungku, dengan
12
Adapun pandangan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori
pernyataan teoritis yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur yang dijadikan
terdapat pada masjid Masjid Tua Bungku, yang menjadi ciri pembeda dengan
masjid lainnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa poin sub teori diantaranya
tinggalan kebudayaan manusia masa lalu, baik benda budaya yang sudah
peninggalan yang terbatas. Oleh karena itu, untuk mengungkap hal tersebut, para
cara hidup masyarakat masa lalu dan (3) memusatkan perhatian pada proses dan
1999/2000:8).
13
sampai pada tujuannya, ilmu arkeologi mengandalkan data masa lampau yang
secara kualitatif dan kuntitatif sangat terbatas. Data-data tersebut berupa artefak,
struktur, bangunan, kawasan, dan situs. Semua tinggalan ini merupakan garapan
manusia di masa lalu berupa budaya materi yang kemudian diteliti dan dianalisa
dengan menggunakan berbagai macam pendekatan teori dan metode, yang pada
ribuan tahun. (Sumantri dalam Hayunira, 2013:15). Hal ini dimaksutkan, bahwa
tentang data arkeologi yang ada, baik dalam kerangka waktu, bentuk, maupun
ddk. 1999/2000:10).
14
kegiatan sejarah budaya lebih bersifat deskiptif dengan mengakumulasikan data-
data arkeologi secara rinci dalam kerangka spasial dan temporalis. Kegiatan
seperti ini dipandang sebagai langka dasar untuk mengamati bagaimana budaya
Oleh karena itu, deskripsi sejarah budaya menurut Sumantri (2004), adalah sebuah
langka awal yang penting dalam upaya yang berhubungan dengan upaya
yaitu pengertian artsitektur secara sederhana dan pengertian arsitektur secara luas.
Sementara pengertian yang kedua adalah pengertian arsitektur sebagai seni dan
proses membangun yang disertai kemampuan tenaga dan intelektual tinggi baik
dijelaskan, arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia yang erat kaitannya
dengan kehidupan manusia yang meliputi seni, teknik, ruang, geografi, dan
sejarah. Dari segi seni, arsitektur adalah sistem mendirikan bangunan yang
menyangkut aspek dekorasi dan keindahan. Dari segi teknik, arsitektur adalah
15
struktur. Dipandang dari segi ruang, arsitektur adalah pemenuhan kebutuhan
tertentu. Dari segi sejarah, kebudayaan dan geografi, arsitektur adalah ungkapan
fisik dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan
Menurut Rochym (1983) masjid sebagai salah satu unsur arsitektur Islam
dibangun dengan bentuk, gaya, corak dan penampilannya dari setiap kurun waktu,
Secara prinsip masjid adalah tempat membina umat, untuk itu masjid dilengkapi
Masjid dapat dianggap sebagai ikon atau ciri utama sebuah situs Kerajaan
Islam, karena dalam tradisi Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW pendirian
sebagai pusat kegiatan dalam segala aspek kehidupan umat (Salam, 1960: 19;
Gazalba, 1966, dalam Mahmud, 2003: 40). Dengan demikian masjid adalah
simbol utama keberagamaan umat Islam, menjadi pusat orientasi dan sumber
utama untuk memperoleh kebajikan dan pengetahuan dan menjadi bagian inspirasi
Masjid Secara bahasa, istilah masjid berasal dari bahasa Arab “sajada-
yasjudu –sujudan” yang berarti meletakkan kening di atas permukaan bumi untuk
16
beribadah kepada Allah SWT. Dari kata sajada terbentuk kata “Masjid” yang
artinya tempat sujud. Pengertian tempat sujud di sini tidak mengacu pada
bangunannya apakah beratap atau tidak, terbatas atau tidak, yang terpenting
adalah tempat sujud. Di dalam al-Quran terdapat 92 kata sujud, sajada dan
masajid (jamak) 6 kali di dalam al- Quran. Menurut A. Rochym (1983: 4), pada
prinsipnya tujuan utama pendirian masjid sejak awal mula terjadinya sampai saat
ini tetap tak berubah, yakni tempat untuk melaksanakan ajaran Islam secara
keseluruhan, dari peribadahan umum, sampai shalat Jumat, juga dakwah, dan
tempat suci untuk mempertemukan diri dengan Dzat Yang Maha Agung. Dan
Masjid yang pertama dibangun pada masa awal pembentukan masyarakat Islam
adalah Masjid Nabawi, yang memiliki peran serta fungsi sebagai tempat ibadah
(Shalat dan zikir), tempat konsultasi dan komunikasi mengenai ekonomi, sosial,
fungsi masjid di belahan bumi lainnya. Selain digunakan sebagai tempat shalat,
bahkan pelaksanaan akad nikah akhir-akhir ini sering dilakukan di masjid. Masjid
juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan tempat umat Islam belajar dan mengajar,
Adapun fungsi masjid itu sendiri seperti yang tercantum dalam al-Qur’an
adalah:
17
َ ح لَ ٍهُ فِي َها بِالغُد ٍُِو َواآل
ٍصا ِل َ ُّللاُ أَنٍ تُرفَ ٍَع َويُذك ٍََر فِي َها اس ُم ٍهُ ي
ٍُ س ِب ٍَ ِنٍَ فِي بُيُوتٍ أَذ
َ اء
ٍالزكَا ِة ٍِ َ صال ٍِة َوإِيت ٍِ َّللاِ َوإِق
َ ام ال ٍَ ارةٍ َول بَيعٍ عَنٍ ذِك ٍِر ِ ( ِر َجالٍ ٍَل تُل ِه36)
َ يهمٍ تِ َج
(37)ار
ٍُ ص
َ وب َواألب ٍَ ُيَ َخاف
ٍُ َون يَو ًما تَت َ َقل
ٍُ ُب فِي ٍِه القُل
Artinya:
dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” (QS. An-
Nur:36-37).
Sementara itu perintah untuk mendirikan masjid sesuai hadist Nabi Muhammad
SAW, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang berbunyi “man
rumah di surga (Juliadi, 2007:5, Wiryoprawiro, 1986:3). Namun kitab suci Al-
Quran dan Al-Hadist tidak menegaskan lebih rinci mengenai aturan-aturan teknis,
budaya Islam. Masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan
dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur Islam yang berpedoman pada
18
kekuatan-kekuatan yang diperintahkan oleh Allah SWT. sebagai tempat
pelaksanaan ajaran Islam, dan bangunan sebagai ungkapan tertinggi dari nilai
yang digambarkan dalam bentuk skema sesuai dengan arah penelitian, yang bisa
penelitian masjid Tua Bungku, skema kerangka pikir tersusun sebagai berikut:
berikut; Pada bagian poin yang Pertama, menerangkan tentang objek dan lokasi
penelitian. Poin yang Kedua, adalah bentuk pandangan teoritis yang terdiri dari
teori arkeologi dan teori arsitektur. Poin Ketiga Teori Arkeologi yang dimaksud
adalah teori sejarah budaya, dijadikan sebagai acuan dan tumpuan dalam
Dari komparasi teori Arkeologi dan teori Arsitektur, maka dapat diuraikan
seperti poin yang ketiga dan yang keempat. Poin yang Ketiga, diuraikan
mengenai ciri arsitektur masjid Masjid Tua yang terdiri atas bentuk dan gaya. Dari
bentuk, dapat diuraikan seperti konstruksi bentuk masjid Tua Bungku seperti
konstruksi bentuk denah masjid, konstruksi bentuk ruang, konstruksi bentuk tubuh
19
dan konstruksi bentuk atap. Sementara untuk gaya, diuraikan mengenai gaya
dan pengaruh makna filosofi oleh masyarakat Bungku Tengah terhadap masjid
ketiga dan yang keempat, maka pada poin yang kelima, digunakan kacamata
analisis visual dengan menerapkan tiga bentuk analisis yakni analisis morfologi,
teknologi dan gaya. Dari pendalaman tiga analisia ini, diperoleh kesimpulan
mengenai karakteristik arsitektur masjid Tua Bungku yang ada di Desa Marsoleh,
20
(1)
(2) (3)
Teori Arkeologi Teori Sejarah
dengan Pendekatan Budaya
Arsitektur.
Arsitektur
(4) (5)
(6)
Analisis Morfologi,
Teknologi dan Gaya
(7)
21
BAB III
METODE PENELITIAN
kesesuaian antara teori dan praktek yang dilakukan pada masjid Tua Bungku di
baik data primer maupun data sekunder untuk dianalisis lebih lanjut.
Tua Bungku Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Lokasi situs yang
Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri dari dua
sumber yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Data Primer, adalah
data yang dikumpulkan oleh penulis lansung dari lapangan penelitian melalui
pengamatan observasi dan perekaman data yang dilakukan pada masjid Tua
22
yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan berupa buku, hasil
penelitian beserta susmber yang ada kaitannya dengan masjid Tua Bungku.
Pengumpulan data dilakukan atas dua bentuk yang terdiri dari observasi
3.4.1 Observasi
metode survey. Pengamatan ini, dilakukan langsung pada masjid Tua Bungku
Pada tahap ini, penulis turun langsung di lapanagan dalam upaya pengamatan
secara seksama berkenaan dengan objek yang diteliti. Guna untuk lebih
3.4.2.2. Survey
23
Pencatatan adalah proses aktif penulis dilapangan dalam perekaman data
tertulis baik data yang diambil lansung dari lapangan penelitian (objek yang
diteliti) maupun data yang diambil di luar objek penelitian. Data yang diambil dari
objek penelitian adalah data arkeologis yang tidak lain adalah atribut-atribut
penyusun Masjid Tua Bungku seperti bahan material yang digunakan, bentuk
konstruksi, serta bentuk denah. Sedangkan data yang diambil di luar objek adalah
fisual yang diambil melalui kamera sebagai bukti otentik dalam penelitian yang
dilakukan pada masjid Tua Bungku yang ada di Desa Marsoleh , Kecamatan
3.4.2.3. Wawancara
data kesejarahan masjid Tua Bungku melalui sumber sejarah lisan ataupun tradisi
agar informan yang diwawancara dapat lebih mendalam dan terfokus pada objek
penelitian.
24
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan
metode analisis arsitektur yang terdiri dari analisis morfologi, teknologi dan gaya.
Dari penerapan tiga model analisis ini, diperoleh gambaran mengenai ciri khas
arsitektur masjid Tua bungku. Selanjutnya langka interpertasi yang diambil dalam
penelitian ini, sebagai langka penafsiran terhadap karakteristik yang terdapat pada
mempengaruhi bentuk dan gaya arsitektur masjid Tua Bungku yang ada di Desa
data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mengunakan teknik analisis visual
yang terdiri dari analisis morfologi, teknologi dan analisis gaya. Berikut ini ulasan
yang digunakan dalam ilmu bahasa. Morfologi yang dimaksud adalah bentuk-
bentuk dari setiap bagian struktur bangunan Masjid yang diamati satu per satu
25
dengan berusaha mengungkap bahan, teknologi dan gaya serta fungsinya.
digunakan untuk mengamati semua bentuk fisik masjid Tua Bungku yang
meliputi tubuh, dan atap. Analisis bentuk Masjid Tua Bungku, variabel yang
diamati adalah bentuk fondasi. Sedangkan analisis bentuk tubuh Masjid Tua
Bungku, variabel yang diamati adalah bentuk dinding beserta pintu dan jendela.
Sementara analisis bentuk atap masjid Tua Bungku, variabel yang diamati adalah
bentuk konstruksi rangka bangunannya. Dari tiga fase ini, diperoleh gambaran
Analisis teknologi yang diterapkan pada Masjid Tua Bungku yaitu teknik
pembuatan (kontruksi) dan bahan yang digunakan. Pada umumnya bahan yang
yang terdiri dari unsur pengaruh arsitektur lokal dan unsur filosofi oleh
masyarakat Bungku.
Dari hasil analisis data yang didapatkan pada masjid Tua Bungku,
ciri arsitektur yang dimiliki oleh masjid Tua Bungu, dengan tujuan untuk
26
masjid Tua Bungku yang ada di Desa Marsoleh, Kecamatan Bungku Tengah,
Kabupaten Morowali.
3.6 Interpertasi
data. Menurut Graaf dan Pijper seperti dikutip Dijk mengatakan prototipe masjid
ditemukan dimana- mana, dari Aceh hingga Ambon (Maluku). Jadi pada tahapan
ini, semua data yang sudah dianalisis akan disinergikan dengan teori yang
terdapat pada masjid Tua Bungku sebagai ciri pembeda dengan masjid lainnya.
27