BAB II Status Pediatric
BAB II Status Pediatric
PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas
anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan
Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab
kematian bayi di Indonesia.1
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan
keadaan maldiges dan malabsorpsi2. Bila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.2
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau
menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah
dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan
secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam
mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat
kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. DATA DASAR
2.1 Identitas
Nama : An. RA
Umur : 1 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 12 Kg
PB : 88 cm
Alamat : Lrg. Perikanan RT. 20 Mendalo Darat
Nama Ayah : Tn. H
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : karyawan swasta
Nama Ibu : Ny. M
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk : 28 Agustus 2018
2.2 Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu penderita, pada tanggal 29-8-2018
Keluhan Utama
BAB cair > 5 kali perhari sejak 2 hari SMRS.
Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali, usia 0 bulan, scar (+).
DPT : 3 kali, usia 2,3,4 bulan.
Polio : 2 kali, usia 0 dan 2 bulan.
Campak : 1 kali, usia 9 bulan
Hepatitis : 2 kali, usia 0 dan 1 bulan.
Kesan : imunisasi dasar lengkap.
Riwayat Keluarga
Perkawinan : Orang Tua Menikah
Umur : Ayah : 40 Tahun
Ibu : 32 Tahun
Saudara : Anak ke tiga dari dua saudara
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Pertumbuhan
Berat Badan Lahir 3200 gram, panjang lahir 45 cm.
2. Perkembangan
Senyum : 1 bulan Gigi keluar : 1 tahun
Miring : 2 bulan Merangkak : (-)
Tengkurap : 5 bulan Berdiri : 12 bulan
Duduk : 9 bulan Berjalan : 1 tahun 5 bulan
Kesan : perkembangan sesuai umur.
Staus Gizi
Usia 1 tahun 10 bulan dengan berat badan 12 kg dan panjang badan 88
cm
- BB/U : - 2 SD s/d 0 SD ( Normal )
- TB/U : - 2 SD s/d 0 SD ( Normal )
- BB/TB: - 2 SD s/d 0 SD ( Gizi Baik )
HCT : 38 %
PCT : . 0,308 %
GDS : 93
Pemeriksaan Elektrolit:
Na : 130,67
K : 2,55
Cl : 101,20
Ca : 1,25
Makroskopis
1. Warna : Kuning
2. Bau :-
3. Konsistensi : Lunak
4. Lendir :+
5. Darah :-
B. DIAGNOSIS
Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang, status gizi baik.
Diagnosa Banding
1. Diare akut tanpa dehidrasi
2. Dehidrasi berat
C. PENATALAKSANAAN AWAL
1. IVFD RL 900cc/kgbb/4 jam DS ¼ NS 1200/24 jam
2. Zink syrup 1 x 20mg (10 hari)
3. Oralit 50 cc tiap BAB cair
D. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Diare Akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dengan atau tanpa lendir darah, berlangsung kurang dari 7 hari
dan berlangsung mendadak.1
3.2 Klasifikasi
Klasifikasi diare ke dalam jenis akut dan kronis dibedakan atas dasar
waktu berlangsungnya diare. Diare akut adalah diare yang terjadi selama
kurang dari 2 minggu, sedangkan diare kronis adalah diare yang terjadi selama
lebih dari 2 minggu.1
3.3 Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia
dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian
di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun
pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam5 tahun pertama
kehidupan. Hasil survei oleh Depkes RI, diperoleh angka kesakitan diare tahun
2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada
tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab
utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi
kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2%
dengan peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang
berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam
masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta
poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika
Serikat.2,3
3.4 Etiologi 3
1. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
maupun air minum;
2. Infeksi berbagai macam virus; Penyebab diare terbanyak pada balita adalah
diare karena virus, yaitu Rotavirus.
3. Alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung
susu);
4. Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela,
Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri
berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga
disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli (
EIEC).
3.5 Patogenesis
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang
masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan
infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang
baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkant ekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.3
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel ususcAMP ,cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir
sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus
sehingga depat menyebakan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk
ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua
bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.3
Rotavirus,Shigella spp dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas
merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada
anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang. Diare dapat disebabkan oleh alergi atau
intoleransi makanan tertentu seperti susu, produk susu, makanan asing yang
pada individu tertentu terasa pedas atau tidak sesuai kondisi ususnya serta dapat
pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa
macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare.
Antibiotika akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang
tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan berkembang bebas. Di samping
itusifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga memegang peranan penting.
Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria,
schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya
pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.3
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
Diareosmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen
usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin
dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus
terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik.3
3.6 Manifestasi klinis
Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan),
tanda-tandanya : Berak cair 1-2 kali sehari, muntah ( - ), haus ( - ), nafsu makan
tidak berkurang, masih ada keinginan untuk bermain.3,4
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Tanda-
tandanya : Berak cair 4-9 kali sehari, Kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu
tubuh kadang meningkat, Haus, tidak ada nafsu makan, Badan lesu lemas. Pada
anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.Tanda-tandanya: Berak cair
terus-menerus, Muntah terus-menerus, Haus, Mata cekung, Bibir kering dan
biru, Tangan dan kaki dingin, Sangat lemah, Tidak ada nafsu makan, Tidak ada
keinginan untuk bermain, Tidak BAK selama 6 jam atau lebih, Kadang-kadang
dengan kejang dan panas tinggi.4
2. Pemeriksaan fisik1
Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat
berguna dalam menentukan penyebab diare. Keadaan ini dinilai dengan
memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur
tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen merupakan hal yang penting.
Adanya peningkatan bunyi usus dan ada tidaknya distensi abdomen serta nyeri
tekan merupakan tanda untuk menentukan etiologi
.
3. Pemeriksaan penunjang1
a. Pemeriksaan darah rutin: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit, kadar elektrolit serum,
b. Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan
mineral tubuh.
c. Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan
adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
d. Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi
giardiasis dan tes serologic amebiasis.
3.8 Penatalaksanaan
Evaluasi diare akut pada anak memerlukan pendekatan tata laksana yang
cermat, meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik yang diteliti. Pemeriksaan
laboratorium diperlukan pada keadaan tertentu, sedangkan terapi lebih bersifat
suportif untuk mencegah atau mengatasi dehidrasi, selain itu juga
mempersingkat lamanya sakit serta mengurangi periode infeksius penderita.
Tatalaksana terpenting pada diare akut tanpa dehidrasi dan dehidrasi
ringan-sedang adalah pemberian rehidrasi oral (Oral Rehydration Solution,
ORS).1,2
Terdapat lima lintas tatalaksana,yaitu:8,9,10,11
1. Rehidrasi
Salah satu cara untuk mengatasi dehidrasi adalah dengan memberikan
minuman rehidrasi pada anak. Cairan reidrasi dapat membantu mencegah atau
mengatasi dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik yang
diberikan secara oral (diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah
berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang
menderita diare. Oralit merupakan cairan rehidrasi oral (CRO) yang
mengandung elektrolit (Na, K, Cl, HCO3) dan glukosa telah terbukti dapat
mengganti cairan saluran secara efektif dan memperbaiki dehidrasi.
Pada keadaan tanpa dehidrasi, secara klinis anak masih terlihat aktif
dan buang air kecil masih berlangsung normal. Pada keadaan ini tidak perlu
membatasi pemberian makanan dan minuman termasuk susu formula. ASI
diteruskan pemberiannya.Untuk mencegah dehidrasi dapat diberikan CRO
sebanyak 5-10cc/kg BB setiap buang air besar dengan tinja cair. Pada bayi,
oralit dapat diberikan dengan cara berselang-selang dengan cairan yang tidak
mengandung kadar Na seperti air putih atauASI. Rehidrasi dengan
menggunakan clear fluid (air putih, cairan rumah tangga,sari buah, dsb) akan
memberikan hasil tidak optimal. Karena, kandungan natriumnya kurang.
Sebaiknya, pemberian jus buah dan coal dapat memperbesar keadaan
diare,karena mengandung osmolaritas tinggi di samping kadar Na yang rendah.
2. Dukungan nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada
anak sehat sebagai pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi
gizi buruk. ASI tetap diberikan pada diare cair akut (maupun pada diare akut
berdarah) dan berikan dengan frekuensi lebih sering dari biasanya.
3. Suplementasi Zinc
Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasan ilmiah
bahwa zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan
berpengaruh pada fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat proses
penyembuhan epitel selama diare.
5. Antibiotik selektif
Pada diare akut, pemberian antiemetik (metoklopramid), antimotilitas
(loperamid), antidiare (atapulgit, pektin), pada umumnya kurang bermanfaat
karena obat-obatan tersebut tidak mngurangi volume tinja ataupun
mempersingkat lama sakit. Pemberian antibiotik hanya diindikasikan pada
keadaan tertentu seperti adanya patogen yang telah diidentifikasikan, bayi, anak
dengan defek imun (immunocompromised).
3.9 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai komplikasi seperti:10,11
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram)
4. Hipoglikemi
5. Intoleransi laktosa sekunder, sabagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
3.10 Prognosis
Baik, jika penanganan dilakukan secara cepat dan tepat terutama
penangan pada pasien yang mengalami dehidrasi berat yang dapat
mengakibatkan rejatan (shock) hipovolemik.7,8
3.11 Pencegahan
1. Pemberian ASI sejak anak dilahirkan dan minimal selama 6 bulan. Karena
terbukti,dengan peningkatan penggunaan ASI selama 6 bulan pertama, dapat
menurunkan angkat morbiditas dan mortalitas pada anak dan bayi.
2. Perbaikan pola penyapihan
Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh
bakteri, (2) rendahnya kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian
makanan, (4) kurang sabarnya ibu memberikan makanan secara sedikit-sedikit
tetapi sering.
3. Imunisasi Campak
Program imunisasi campak mencakup 60% bayi berumur 9-11 bulan,dengan
efektivitas sebesar 85 %, dapat menurun morbiditas diare sebesar 1,8 % dan
mortalitas diare sebesar 13 % pada bayi dan anak balita.
4. Perbaikan higiene perorangan
Kebisaan mencunci tangan sebelum makan, dan mencuci sebelum masak dan
setelah buang air kecil atau buang air besar dapat menurunkan morbiditas
diare .8,9
BAB IV
ANALISA KASUS
4.2 Diagnosa
a. Anamnesis
Gejala diare atau mencret berupa tinja yang encer dengan frekuensi 3 x atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak
nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran. Rasa mual dan muntah-muntah dapat
mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba
menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau
kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-
gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah
atau demam tinggi. 1
Pada kasus ini didapatkan hasil anamnesa mencret > 5 x sehari @ ½ gelas,
cair, warna kuning, ampas sedikit, ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau asam.
Keluhan juga disertai dengan muntah (+) setiap kali setelah makan kurang lebih > 5x.
Muntahan berisi makanan yang dimakan sebanyak @ ¼ gelas tiap kali muntah.
Pasien tampak lemas, rewel dan nafsu makannya berkurang, pasien tampak kehausan
dan ingin minum terus. Orang tua pasien mengaku bahwa waktu sakit jumlah BAK
pasien berkurang.
b. Pemeriksaan Fisik
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan
kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun
perdarahan otak. Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan
kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang
dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.1
Pada pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan BB pasien 12 kg PB 88 cm,
status gizi kurang, keadaan umum tampak gelisah, Nadi = 96 x/ menit, isi dan
tegangan cukup. RR = 23 x/ menit, reguler. T = 37,6 oC, Spo2: 96% UUB belum
tertutup dan teraba cekung, mata tampak sedikit cekung, air mata tampak kurang saat
pasien menangis, mukosa mulut kering, pemeriksaan paru dan jantung tidak
ditemukan tanda-tanda kelainan, pemeriksaan turgor pada kulit abdomen lambat
kembali, akral teraba hangat.
Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi ditegakkan bila terdapat 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan.2-5
a. Tanda Utama: keadaan umum gelisah/rewel; atau lemah/letargi/koma; rasa
haus; turgor kulit abdomen menurun.
b. Tanda Tambahan: UUB, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut, dan
lidah.
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pada pasien dalam kasus ini
ditemukan :
a. Tanda-tanda utama berupa keadaan umum tampak gelisah , tidak mau makan
maupun minum, dan turgor kulit abdomen lambat kembali.
b. Tanda-tanda tambahan beupa UUB sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
berkurang, mukosa mulut kering.
Maka diagnosa pada pasien ini adalah Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan Sedang
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada
tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Analisa gas darah dan elektrolit
bila secara klinis dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.2
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk melihat adakah
tanda-tanda infeksi maupun kelainan lainnya, dan ternyata tidak ditemukan adanya
kelainan. Pada pasien ini juga disarankan dilakukan pemeriksaan urin rutin dan
pemeriksaan feses, sehingga hasil-hasil pemeriksaan penunjang ini dapat
dipertimbangkan untuk menentukan terapi selanjutnya.
4.3 Penatalaksanaan
a. Terapi Cairan
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan
yang hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas.1-5
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian
secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat
menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila
diare profus dengan pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari) atau
muntah hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali,
atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral
tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun
sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat.1
Berdasarkan teori untuk penatalaksanaan Diare Akut dengan Dehidrasi
Ringan sedang adalah diberikan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau KaEN
3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi
dievaluasi secara berkala: 2
Berat badan 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
Berat badan 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
Berat badan > 15 kg : 135 ml/kgBB/hari
Pada pasien ini diberikan rehidrasi pertama dengan cairan ringer laktat. Cairan
Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan mengandung
konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi
bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung
glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa
dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah
yang cukup. Sehingga ringer laktat lebih dipilih dari NaCl.
b. Pemberian Zink
Zink terbukti secara ilmiah dan terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang
air besar dan volum tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada
anak. Zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak tidak diare lagi,
dengan dosis:2
- Anak umur dibawah 6 bulan : 10 mg/hari
- Anak umur diatas 6 bulan : 20 mg/hari
Itu sebabnya pada pasien ini diberikan zink sirup 1 x 20 mg/hari
c. Medikamentosa
Tidak boleh diberikan obat anti diare. Antibiotik diberikan bila ada indikasi,
misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak
rasional dapat mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang
lama diare, selain itu juga dapat meningkatkan resistensi kuman terhadap antibiotik.2
Pada pasien ini tidak diberikan.
e. Edukasi
KESIMPULAN
Pada tulisan ini dilaporkan kasus seorang anak dengan Diare Akut dengan
Dehidrasi ringan sedang beserta pembahasan diagnosis, penatalaksanaannya.
Telah dilaporkan seorang bayi laki-laki, 1 tahun 10 bulan, BB 12 kg, PB 88 cm. Pada
anamnesis didapatkan bahwa anak mengalami diare akut (>2hari) dengan konsistensi
cair tanpa-sedikit ampas, frekuensinya >5x/hr, Banyaknya ¼-½ gelas belimbing/x
mencret, warna kuning, bau amis, lendir (+), darah (-) dan demam tidak terlalu tinggi
hilang dengan obat; kejang (-), sesak napas (-).pasien tampak lemas, rewel dan nafsu
makannya berkurang, pasien tampak kehausan dan ingin minum terus. Orang tua
pasien mengaku bahwa waktu sakit jumlah BAK pasien berkurang. Pasien
sebelumnya pernah dibawa ke puskesmas terdekat dan telah diberi obat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan BB pasien 12 kg, PB 88 cm, status gizi baik,
keadaan umum tampak lemah dan letargis Nadi = 96 x/ menit, isi dan tegangan
cukup.RR = 23 x/ menit, reguler. T = 37,6 oC, Spo2: 96%. UUB belum menutup dan
teraba sedikit cekung, mata tampak sedikit cekung, air mata tampak kurang saat
pasien menangis, mukosa mulut kering, pemeriksaan paru dan jantung tidak
ditemukan tanda-tanda kelainan, pemeriksaan turgor pada kulit abdomen sangat
lambat kembali, akral teraba hangat.
1. Putra Deddy Satriya dari : Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad / FK
UNRI). Upaya Mengurangi Kejadian Komplikasi Diare Akut dalam: Diare
Akut Pada Anak. Juni 2008. Diunduh dari URL: http://www.dr-
deddy.com/artikel-kesehatan/1-diare-akut-pada-anak.html
2. Pudjiaji AH, Hegar Badriul, Handryastuti S, dkk. Diare Akut dalam: Pedoman
Pelayanan Medis IDAI, Jilid I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. 2010. 58-61.
3. Pusponegoro HD, dkk. Diare akut dalam: Standar pelayanan medis kesehatan
anak. Edisi 1. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. 2004. 49-52
4. Orenstein DM. Diare akut Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin editor. Nelson,
ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta. EGC. 2000 : 889-92
5. Dadiyanto DW, Muryawan H, S Anindita. Diare Akut dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan. Semarang. Bagian IKA FK UNDIP. 2011 : 124-3
6. Salwan Hasri. Terapi cairan pada anak. Palembang. 2007. 6
7. Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : PT.
Rineka Cipta. 2004.
8. Ardhani punky, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak , Pustaka Cendekia Press:
Jogjakarta.. 2008.
9. Behrman Richard et all. Nelson textbook of Pediatrics sanders : Phyladelpia.
2009.
10. Pusponegoro hardiyono et all, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak: Edisi
I , Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004.
11. Poorwo sumarso et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit
Tropis, Ikatan Dokter Indonesia. 2003.