Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENGENALAN HIV/AIDS

Disusun oleh :
Kelompok 1

1. Ilham Thohir (1511311017)


2. Dzikra Fitria Amita (1511314025)
3. Mutia Ilham (1511314019)
4. Hafsari Wulandari (1511314024)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
A. LATAR BELAKANG
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat
terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan
pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenai penyakit (AIDS ), virus (HIV)
tetapi juga reaksi/dampak negatif berbagai bidang seperti kesehatan, sosial, ekonomi,
politik, kebudayaan dan demografi.
Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi baik oleh negara maju
maupun negara berkembang. Sampai saat ini obat dan vaksin yang diharapkan dapat
membantu memecahkan masalah penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan. Salah
satu alternatif dalam upaya menanggulangi problematik jumlah penderita yang terus
meningkat adalah upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang mengharuskan
kita untuk tidak terlibat dalam lingkungan transmisi yang memungkinkan dapat
terserang HIV.
Kejadian HIV/AIDS masih menjadi masalah global. Pada tahun 2015, sebanyak
36,7 juta penduduk dunia terkena HIV dan 1,1 juta terkena AIDS. Sekitar 5700 orang
terkena HIV setiap harinya.1 Indonesia merupakan negara dengan angka kejadian
HIV/AIDS yang cukup tinggi. Pada tahun 2015, kejadian HIV di Indonesia sebanyak
30.935 orang dan AIDS sebanyak 7.185 orang.2 Prevalensi HIV/AIDS di Kalimantan
Selatan juga masih cukup tinggi yaitu 1.365 orang. Pada tahun 2015, Provinsi
Kalimantan Selatan menduduki peringkat ke-21 dari 33 provinsi di Indonesia yaitu
AIDS 505 kasus dan HIV 509 kasus.3 Kota Banjarbaru memiliki angka kejadian diatas
10% yaitu 178 kasus.4 Berdasarkan data tersebut belum ada indikasi dalam
menghentikan laju penyebaran HIV/AIDS. (Husaini,2006)
Melihat permasalahan kasus HIV dan AIDS yang terus meningkat dan
penyebarannya yang cepat dibutuhkan program yang dapat membantu menurunkan
angka kasus HIV-AIDS. strategi yang efektif untuk memfasilitasi perubahan perilaku
untuk pencegahan HIV dan mengurangi perilaku berisiko salah satunya melalui
penyuluhan langsung pada kelompok remaja. Penyebab meningkatnya prevalensi HIV-
AIDS karena kurangnya pemahaman tentang HIV-AIDS dan VCT terutama bagi orang
risiko tinggi (Purwaningsih, 2011). Pengetahuan tentang adanya VCT masih sangat
rendah yaitu 6,2 persen (Riskesdas, 2010).

B. TUJUAN PENYULUHAN
1. Tujuan Umum

Diharapkan setelah mendengar penyuluhan, yang dilakukan di Rumah Sakit


Jiwa HB Saanin Wisma Nuri dalam memahami tentang pencegahan dan penanganan
HIV/AIDS.

2. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat :
- Menjelaskan pengertian dari HIV/AIDS
- Menyebutkan cara pencegahan HIV/AIDS
- Menjelaskan pencegahan pada penderita HIV/AIDS

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pokok Bahasan : HIV belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan
yang bisa digunakan untuk memperlambat
perkembangan penyakit. Pengobatan ini juga akan
membuat penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa
menjalani hidup dengan normal.
2. Sasaran dan Target : Penghuni Wisma Nuri RSJ HB Saanin Padang
3. Metode : Persentasi dan tanya jawab
4. Media dan Alat : PPT, Leaflet, LCD proyektor, dan Laptop.
5. Waktu dan Tempat : 9.00-9.30 WIB / Wisma Nuri RSJ HB Saanin Padang
6. Pengorganisasian dan Fungsinya/Uraian tugas
 Moderator : Hafsari Wulandari
 Presenter : Mutia Ilham
 Observer : Ilham Tohir
 Fasilitator : Dzikra Fitria Amita
7. Setting tempat
: Moderator

: Presenter
: Peserta
: Observer

: Fasilitator

8. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta


1. Pembukaan :
 Memberi salam,
memperkenalkan diri, dan
membuka penyuluhan
5 menit  Menjelaskan tujuan Memperhatikan
pembelajaran
 Sebutkan masalah atau subjek
yang disampaikan
 Menjelakan Kontrak
2. Pelaksanaan :
 Menggali pengetahuan Klien  Menjawab pertanyaan
tentang pencegahan dan
penanganan HIV/AIDS.
 Menjelaskan materi tentang:  Memperhatikan
− Pengertian HIV
20 menit − Penyebab HIV/AIDS
− Penyebaran HIV
− Tes infeksi HIV
− Langkah pengobatan bagi
penderita HIV
− Upaya pencegahan
HIV/AIDS.
 Proses tanya jawab  Memberi Pertanyaan
 Memberikan kesempatan
pada audien untuk
bertanya
 Menjawab pertanyaan
audien

3. Penutup :
 Menyimpulkan materi bersama
audien
5 menit
 Melakukan evaluasi
 Menutup dan memberi salam  Memperhatikan dan
membalas salam

9. Materi (Terlampir)
10. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
- Kesiapan Penyuluhan yaitu anggota kelompok datang 30 menit lebih
awal dari mulainya proses Penyuluhan. Pesrerta telah siap untuk
melakukan Penyuluhan di ruang Nuri.
- Kesiapan media yaitu media dan alat lengkap, semua media dapat
digunakan dengan baik dalam proses Penyuluhan.
b. Evaluasi Proses
- 70% peserta antusias dalam mengikuti Penyuluhan.
- 70% peserta dapat memahami tentang penyakit HIV/AIDS.
c. Evaluasi Hasil
- 70 % tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan sampai cara selesai
- 70% peserta dapat memahami kegiatan
11. Penutup

Demikianlah proposal ini kami buat, semoga dapat dilaksanakan sesuai


dengan rencana.
Padang, 9 Februari 2019
Ketua Kelompok

Ilham Tohir
1511311017

Disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


D. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Hiv
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan penyakit.HIV belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan yang
bisa digunakan untuk memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan ini juga
akan membuat penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani hidup dengan
normal. Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak
akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada
tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

2. Penyebab HIV/AIDS
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada
tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada
tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau
melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T,
karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel
Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup
lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh
pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat
ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan
bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian
RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein.
Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120
berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus
(lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap
pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan
dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan
sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar
tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan
otak.

3. Penyebaran Hiv
HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh
manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan
yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV
tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine.
Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum
suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:
- Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau
menyusui.
- Melalui seks oral.
- Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.
- Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.
- Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah
terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.

4. Tes Infeksi Hiv


Jika Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk
mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang disertai konseling. Segeralah
mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat (klinik VCT) untuk tes HIV. Dengan tes ini
akan diketahui hasil diagnosis HIV pada tubuh Anda. tes HIV dan konseling ini disebut
sebagai VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV
Sukarela). Tes ini bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling
diberikan terlebih dahulu. Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi
dan juga pola hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil
tes HIV jika terbukti positif.
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi terhadap
HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem
kekebalan tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes HIV mungkin akan
diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan aktivitas yang dicurigai
bisa membuatnya tertular virus HIV.
Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan pada
rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan
dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
- Komunitas AIDS Indonesia
- ODHA Indonesia
- Himpunan Abiasa
- Yayasan Spiritia
- Yayasan Orbit
- Yayasan AIDS Indonesia
Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani
HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).
Jika hasilnya positif, Anda akan dirujuk menuju klinik atau rumah sakit spesialis
HIV. Beberapa tes darah lainnya mungkin akan diperlukan. Tes ini untuk
memperlihatkan dampak dari HIV kepada sistem kekebalan Anda. Anda juga bisa
membicarakan tentang pilihan penanganan yang bisa dilakukan.

5. Langkah Pengobatan Bagi Penderita Hiv


Meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi langkah
pengobatan HIV yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa
memperpanjang usia hidup penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola hidup yang
sehat.
Terdapat obat-obatan yang dikenal dengan nama antiretroviral (ARV) yang
berfungsi menghambat virus dalam merusak sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan
tersebut diberikan dalam bentuk tablet yang dikonsumsi setiap hari. Anda akan
disarankan melakukan pola hidup sehat. Misalnya makanan sehat, tidak merokok,
mendapatkan vaksin flu tahunan, dan vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi risiko terkena penyakit berbahaya.
Tanpa pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan
menurun drastis. Dan mereka cenderung menderita penyakit yang membahayakan
nyawa seperti kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium akhir atau AIDS.

6. Upaya pencegahan HIV/AIDS


Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk mencegah
AIDS belum ditemukan, maka alternatif untuk menanggulangi masalah AIDS yang
terus meningkat ini adalah dengan upaya pencegahan oleh semua pihak untuk tidak
terlibat dalam lingkaran transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV.
Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua
pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS. Ada 2 cara pencegahan
AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang :
D.6.1. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek
Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan KIE,
memberikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola
penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah
pencegahannya.
Ada 3 pola penyebaran virus HIV :
1. Melalui hubungan seksual
HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti
berperan dalam penularan AIDS adalah mani, cairan vagina dan
darah.
HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari
wanita ke pria dan dari pria ke pria.
Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual
maka upaya pencegahan adalah dengan cara :
• Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat
efektif, namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan
kebutuhan biologis.
• Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual
yang setia dan tidak terinfeksi HIV (homogami)
• Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
• Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular
AIDS.
• Tidak melakukan hubungan anogenital.
• Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual
dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.
2. Melaui darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS.
Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan :
o Transfusi darah yang mengandung HIV.
o Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik)
bekas pakai orang yang mengidap HIV tanpa disterilkan dengan
baik.
o Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang
yang mengidap virus HIV.
Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui
darah adalah:
 Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV
dengan jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih belum
dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang tingi serta
peralatan canggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih
rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya dengan uji
petik.
 Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk
tidak menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena menolak,
menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah yang
dicurigai harus di buang.
 Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan
secara baku setiap kali habis dipakai.
 Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita
AIDS harus disterillisasikan secara baku.
 Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan
kebiasaan penyuntikan obat ke dalam badannya serta
menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik bersama.
 Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
 Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.
3. Melaui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus
tersebut kepada janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu
bayi di dalam kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah
bayi di lahirkan.
Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan
hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak
hamil.
D.6.2. Upaya Pencegahan HIV/AIDS jangka panjang
Penyebaran AIDS di Indonesia (Asia Pasifik) sebagian besar adalah
karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang
menimpa orang Indonesia adalah mereka yang pernah ke luar negeri dan
mengadakan hubungan seksual dengan orang asing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko penularan dari suami
pengidap HIV ke istrinya adalah 22% dan istri pengidap HIV ke suaminya
adalah 8%. Namun ada penelitian lain yang berpendapat bahwa resiko
penularan suami ke istri atau istri ke suami dianggap sama. Kemungkinan
penularan tidak terganggu pada frekuensi hubungan seksual yang dilakukan
suami istri. Mengingat masalah seksual masih merupakan barang tabu di
Indonesia, karena norma-norma budaya dan agama yang masih kuat, sebetulnya
masyarakat kita tidak perlu risau terhadap penyebaran virus AIDS. Namun
demikian kita tidak boleh lengah sebab negara kita merupakan negara terbuka
dan tahun 1991 adalah tahun melewati Indonesia.
Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah
merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan
kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial sehingga
masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.
Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab adalah
:
 Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.
 Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang
setia dan tidak terinfeksi HIV (monogamy).
 Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.
 Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai
lebih dari satu mitra seksual.
 Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.
 Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
 Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular
AIDS.
 Tidak melakukan hubungan anogenital.
 Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual.
Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh-tokoh agama,
penyebarluasan informasi tentang AIDS dengan bahasa agama, melalui
penataran P4 dan lain-lain yang bertujuan untuk mempertebal iman serta norma-
norma agama menuju perilaku seksual yang bertanggung jawab.
Dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab diharapkan mampu
mencegah penyebaran penyakit AIDS di Indonesia.
REFERENSI
Djuanda, Adi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Grace, Edward, dkk. 2007. Praktik Kebidanan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

Novel, Sinta Sasika. 2011. Ensiklopedi Penyakit Menular dan Infeksi. Yogyakarta : Familia

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Semarang : Erlangga

YBP-SP. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai