Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA

“ETIKA, MORAL, SUSILA DAN AKHLAK”

Oleh Kelompok 4

1. Nadiva Damara 1711411003


2.Nurul Nabila Safikah 1711412018
3. Noverlyn Ersa 1711413006
4. Dwitesa Harisona 1711413009
5. Dinda Ratna Juwita 1711413008
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pemahaman yang salah, dapat membuat orang satu dengan orang yang
lain menjadikan suatu masalah kecil menjadi masalah yang besar. Kita pasti
sudah mengetahui dalam kehidupan sehari-hari. Pada makalah ini, kami
berusaha menguraikan masalah serupa yaitu antara akhlak, etika, moral dan
susila yang hingga saat ini masih ada kesan seolah-olah istilah akhlak sama
dengan etika, moral dan susila. Selain itu dalam makalah ini perlu juga dilihat
secara jelas hubungan antara keempat istilah tersebut.

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari akhlak, etika, moral dan susila ?


2. Apa persamaan dan perbedaan dari akhlak, etika, moral dan susila ?
3. Apa hubungan antara ke empatnya ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
a. Akhlak

Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk
mufrodnya khulqun yang menurut logat diartikan budi pekerti. Sedangkan
secara istilah akhlak adalah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan
pribadi seseorang dalam kehidupannya sehingga sulit untuk dipisahkan. Karena
kehendak dan tindakan itu sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan, maka
seseorang dapat mewujudkan kehendak dan tindakannya itu dengan mudah,
tidak memerlukan banyak pertimbangan dan pemikiran. Oleh karena itu, tidak
salah apabila akhlak sering diterjemahkan dengan kepribadian lantaran
kehendak dan tindakannya itu sudah menjadi bagian dari kepribadiannya.
Sebagai salah satu contoh: seseorang tidak bisa dikatakan sebagai
berakhlak dermawan, apabila dalam menyerahkan hartanya hanya dimotivasi
oleh kebutuhan yang mendadak bukan oleh keadaan yang sudah menancap dan
melekat di dalam jiwanya. Demikian juga orang yang dalam melakukan
perbuatan dengan terpaksa maka perbuatannya itu tidak bisa dikatakan sebagai
akhlak.

b. Etika

Secara Bahasa, dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan


ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari kebahasaan ini terlihat
bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku.
Sedangkan secara istilah, etika adalah suatu ilmu yang membahas
perbuatan manusia yang bersumber dari pikiran atau filsafat sebagai penilai,
penentu dan penetap yaitu apakah perbuatan tersebut dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, hina dan sebagainya yang bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah
sesuai tuntunan zaman.
Dengan demikian, etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia
untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para
filosof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat dikelompokan
kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir. Dengan demikian
etika sifatnya humanistis dan anthropocentris, yakni berdasar pada pemikiran
manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau
pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruhmanusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang
baik dan buruk sejauhyang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.
Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuanitu, etika mengalami kesulitan,
karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk
mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.

E t i k a t e r b a g i me n ja d i t i g a b a g i a n u t a ma : meta-
etika( s t u d i k o n s e p e t i k a ) , etikanormatif (studi penentuan nilai etika),
danetika terapan(studi penggunaan nilai-nilai etika).Adapun Jenis-jenis Etika
adalah sebagai berikut:

1.Etika Filosofis

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari
kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, eseb
enarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat. Ada dua sifat
etika, yaitu:a.Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-
empiris. Ilmu empiris adalah i l mu ya n g d i d a s a r k a n p a d a f a k t a a t a u
ya n g k o n g k r e t . Na mu n f i l s a f a t
tidaklahd e m i k i a n , f i l s a f a t b e r u s a h a m e l a m p a u i y a n g k o n g k
r e t d e n g a n s e o l a h - o l a h menanyakan apa di balik gejala-gejala
kongkret. Demikian pula dengan etika.Etika tidak hanya berhenti pada apa
yang kongkret yang secara faktual dilakukan,tetapi bertanya tentang apa yang
seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan. b.Praktis Cabang-cabang
filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnyafilsafat hukum
mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas padaitu,
melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan
demikianetika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung
berhubungan denganapa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia.
Etika tidak bersifat teknismelainkan reflektif, dimana etika hanya
menganalisis tema-tema pokok sepertihati nurani, kebebasan, hak dan
kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etikamasa lalu untuk
menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.

2.Etika Teologis

Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis
bukanhanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika
teologisnyamasing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari
etika secara umum,karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang
terdapat dalam etika secara umum,dan dapat dimengerti setelah memahami
etika secara umum.Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai
etika yang bertitik tolak dari presuposisi-
presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antaraetika
filosofis dan etika
teologis.S e t i a p a g a ma d a p a t me mi l i k i e t i k a t e o l o g i sn ya ya n g u n i k
b e r d a s a r k a n a p a ya n g diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang
dianutnya. Dalam hal ini, antara agamayang satu dengan yang lain
dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etikateologisnya

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allahgemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (QS. Al Anfal:2)8Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Rabbnya dan ampunan serta rezki (nimat) yang mulia.(QS. Al
Anfal:4)Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mumin, diri dan
harta mereka denganmemberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada
jalan Allah, lalu merekamembunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang
benar dari Allah di dalam Taurat,Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli
yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At
Taubah: 111)
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu
tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi
kamu, (QS. Yasin:60)9Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka)akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. Sad: 46)
Sabda Rasulullah:
‘Sesungguhnya aku Muhammad s.a.w. tidak diutus melainkan untuk
menyempurnakankemuliaan akhlak.’‘Ketahuilah kamu di dalam badan manusia
terdapat segumpal darah. Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala
perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhantingkah lakunya.
Ketahuilah kamu bahawa ia adalah hati’‘Sesungguhnya Allah tidak melihat
kepada rupa paras kamu dan tidak kepada tubuh badankamu, dan sesungguhnya
Allah tetap melihat kepada hati kamu dan segala amalan kamu
yang berlandaskan keikhlasan hati.’‘Seseorang itu tidak beriman sehinggalah
dia mengasihi terhadap saudaranya seperti manadia kasih terhadap dirinya
sendiri’(Riwayat Bukhari dan Muslim)

‘Sesunggubnya amalan yang sangat dicintai Allah selepas melakukan ibadat


fardhu olehhambanya ialah mengembirakan hati saudaranya sesama
Islam’(Riwayat Baihaqi)

Sebagai Contoh: ketika masuk kerumah orang lain, harus mengetuk pintu rumah
dan memberikan salam.
c. Moral

Dari segi bahasa, moral berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.
Menurut istilah, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.

Sebagai contoh dari moral adalah kalau kita menemukan tas yang
berisikan dokumen penting dan juga sejumlah uang yang terdapat dalam tas
tersebut. Seandainya kita memiliki moral yang baik maka kita akan memberikan
tas itu kepada pemiliknya atau kalau tidak pada yang berwajib.

d. Susila

Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan
ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa sansekerta , yaitu su dan
sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau
norma. Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang
lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan
orang yang asusila adalah orang yang berlakuan buruk, contohnya para pelaku
zina (pelacur) sering diberi gelar sebagai tuna asusila.

Selanjutnya kata susila dapat berarti sopan, beradab, baik budi


bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian
kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan,
membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang berlaku dalam masyarakat.
Kesusilaan menggambarkaan keadaan dimana orang selalu menerapkaan nilai-
nilai yang di pandang baik.
2. PERSAMAAN dan PERBEDAAN

Setelah mengetahui beberapa Pengertian antara Akhlak, Etika, Moral dan Susila
dapat kita tarik persamaan dan perbedaan yaitu:

Persamaan Perbedaan

· Akhlak sebagai
objek yang dikaji
Akhlak · Sumber dari Al
Qur’an & Hadits

· Akal pikiran sebagai


pertimbangan
· Bersifat teoritis
· Menentukan
Etika hukum/ nilai · Umum
perbuatan
manusia
dengan · Menyatakan Ukuran
keputusan Prinsip
baik atau atau
Moral buruk. aturan · Adat kebiasaan
· Mengkaji hidup umum masyarakat
Tentang manusia sebagai pertimbangan
Akhlak · Menjelaskan Ukuran
·Bersifat
praktis · Alat penjaga
Susila
dharma (ajaran agama)
3. Hubungan Antara Akhlak, Etika, Moral dan Susila

Dilihat dari fungsi perannya, dapat dikatakan bahwa akhlak , etika, moral, dan
susila sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang
dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut
sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur,
aman, damai dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah.

Perbedaan antara etika, moral dan susila dengan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam
etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral
dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada
akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu aadalah Al
Quran dan Al Hadits.

Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pada sifat dan kawasan
pembahasannya, Jika etika lebih banyak pada sifat dan kawasan pembahasanya.
Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum,
sedangkan moral dan susila bersifat lokal atau idividual. Etika menjelaskan baik
buruknya, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam
bentuk perbuatan.

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukan dengan jelas bahwa etika,
moral dan susila berasal dari produk rasi dan budaya masyarakat yang scara
selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup
manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang
berdasarkan Al Quran dan Hadits. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila
berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah di atas kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa
antara akhlak islam yang bersumber pada wahyu dapat menerima atau
mengakui peranan yang dimainkan oleh etika, moral dan susila, yaitu sebagai
sarana atau partner untuk menjabarkan akhlak islam yang terdapat dalam Al
Quran dan Hadits, sepanjang etika, moral dan susila itu sejalan dengan Al
Qur’an dan Hadits tersebut.

1. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun, apabila masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan maupun penyampaian saran yang membangun
sangat kami harapkan guna memperbaiki makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nata, M.A.,Prof. Dr. H. Abuddin.2012.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT


RAJAGRAFINDO PERSADA
Nasiruddin, M.Ag.,mohammad.2010.Pendidikan Tasawuf.Semarang:RaSAIL
Media Group
Drs. Zahruddin AR, M,M.Si.2004.Pengantar Studi Akhlak.Jakarata:PT Raja
Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai