Bab 1 Kti
Bab 1 Kti
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi menular seksul (IMS) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau
ditularkan atau melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa
timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin. Kegagalan deteksi dini
IMS dapat menimbulkan berbagai komplikasi misalnya kehamilan di luar
kandungan, kanker anogenital, infeksi pada bayi yang baru lahir atau infeksi pada
kehamilan. Pada prakteknya banyak IMS yang tidak menunjukkan gejala
(asimtomatik), sehingga mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit
ini (Widoyono, 2011).
Infeksi menular seksual merupakan penyakit yang mudah ditularkan
melalui hubunga seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang
terjadi terutamadi daerah genital. Dahulu kelompok penyakit ini dikenal sebagai
penyakit kelamin yang hanya terdiri dari 5 jenis penyakit yaitu gonorrhea
(kencing nanah), syphilis (raja singa), ulkus mole, limfogranuloma inguinale
(bungkul) dan granuloma inguinale (Widiyono. 2011).
1
kekerasan dalam rumah tangga.
2
Dinas Kesehatan Kota Palu dalam rilisnya menyebutkan dari 25 kasus IMS
pada 2010, 50 persen di antaranya dialami remaja (Profil Kesehatan
Sulteng,2010).
Di puskesmas birobuli sendiri angka kejadian infeksi menular seksual pada
tahun 2016 berjumlah 48 kasus kemudian mengalami penurnan kasus pada tahun
2017 menjadi 30 kasus (Profil Puskesmas Birobuli, 2016).
Dengan angka kejadian infeksi menular seksual yang terus meningkat, maka
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
jumlah infeksi menular seksual di puskesmas birobuli tahun 2017
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah di dalam
penelitian ini adalah :
Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dengan jumlah infeksi
menular seksual di puskesmas birobuli tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan jumlah
infeksi menular seksual di puskesmas birobuli tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai infeksi
menular seksual di puskesmas birobuli tahun2017
b. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan jumlah
infeksi menular seksual di puskesmas birobuli tahun 2017
D. Manfaat Penelitian
3
b. Pihak puskesmas dapat memberikan penyuluhan mengenai infeksi menular
seksual baik di dalam gedung maupun di luar gedung puskesmas birobuli
2. Bagi Peneliti
a. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai gambaran
pengetahuan mengenai infeksi menular seksual
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang
penelitian.
E. Keaslian Penelitian
Anom Widyaningrum, Sri Hendarsih, dalam penelitian mengenai
‘Pengetahuan dan sikap dengan perilaku seksual pada pasien infeksi menular
seksual di puskesmas srandakan bantul yogyakarta’ penelitian ini menggunakan
desain kuantitatif, analisis bivariat (Spearman Rank), analisis multivariat (Regresi
Linear). Sampel pasien ini adalah 50 pasien IMS yang berada di puskesmas
srandakan dengan metode total sampling. Hasil uji spearman rank didapatkan
perhitungan antara pengetahuan dengan perilaku seksual 0,074 (p>0,05). Jadi
pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku seksual pasien
(Widyadiningrum, A & Sri H. 2014).
Nurningtyas, dalam penelitian mengenai ‘Tingkat pengetahuan remaja
tentang infeksi menular seksual di SMA Al-Asiyah Cibinong Bogor Tahun 2015’
sampel penelitian ini adalah 132 responden usia 15-17 tahun dengan teknik
pengambilan sampel yaitu disproporsional stratified sampling. Jenis penelitian ini
adalah kuantitatif dengan rancangan desai penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Hasil analisa kuesioner menunjukkan (37,9%) responden
mengetahui dengan benar mengenai tanda dan gejala infeksi menular seksual.
Pengetahuan remaja tentang tanda dan gejala memberikan hasil <70%. Secara
keseluruhan tingkat pengetahuan remaja di SMA Al-Asiyah berada pada kategori
cukup (Nurningtyas,2015).
Resti Suwandani, dalam penelitian mengenai ‘Pengetahuan dan sikap berisiko
waria dengan kejadian infeksi menular seksual pada waria di sidoarjo’ penelitian
4
ini menggunakan desain penelitian analitik dimana jenis penelitian adalah kasus
kontrol. Responden dalam penelitian ini adalah waria yang berada dalam
jangkauan KPA sidoarjo sebanyak 54 orang yang dibagi dalam dua kelompok
yaitu kelompok kasus 18 dan kelompok kontrol 36 orang. Terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan kejadian IMS pada waria (p=0,007) p < α. Terdapat
hubungan antara sikap dengan kejadian IMS pada waria (p=0,001) p < α.
(Suwandani, R. 2015).