Anda di halaman 1dari 11

Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living (ADL) pada Pasien Stroke Infark Hemiparese

Elisabet, Dian Taviyanda

TINGKAT KETERGANTUNGAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)


PADA PASIEN STROKE INFARK HEMIPARESE

DEPENDENT LEVEL ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)


TO PATIENTS WITH STROKE INFARCTION HEMIPARASE

Elisabet
Dian Taviyanda
STIKES RS Baptis Kediri
(stikesbaptisjurnal@ymail.com)

ABSTRAK

Permasalahan yang terjadi pada penderita stroke adalah terjadinya kelumpuhan


gerak berakibat pada menurunnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hariannya
(Activity Daily Living). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat ketergantungan
aktivitas sehari – hari pada pasien stroke infark hemiparese. Jumlah Subyek Penelitian
81 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri. Desain penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Populasi yang diteliti adalah seluruh pasien stroke infark
hemiparese dengan menggunakan accidental sampling. Variabel yang digunakan adalah
tingkat ketergantungan Aktivitas kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian didapatkan
semua pasien stroke memiliki ketergantungan dalam pemenuhan Aktivitas kehidupan
sehari-hari dengan tingkat ketergantungan sedang sebanyak 39,5% dan ketergantungan
berat sebanyak 33,3%. Disimpulkan bahwa penderita stroke memiliki kecenderungan
untuk memiliki ketergantungan sedang dan berat dalam pemenuhan Aktivitas kehidupan
sehari-hari.

Kata Kunci: activity daily living, stroke infark hemiparese, kemandirian

ABSTRACT

Problems that occur to patients with stroke is the paralysis of motion results in a
decreased ability to meet the daily needs (Activity Daily Living). The objective of this
researh was to determine the level of dependence Activity Daily Living to patients with
infarction hemiparese. As many as 81 people in Outpatient Installation Kediri Baptist
Hospital. This research design was descriptive. The population was all patients with
stroke infarction using accidental sampling. The variable was is the level of Activity
Daily Living dependent. The results showed all stroke patients had dependent in
fulfillment the Activity Daily Living with dependent level as much as 39.5% was
moderate and 33.3% severe was dependent it was. Concluded that stroke patients had
tendency to have a moderate or severe dependency in Activity Daily Living fulfillment.

Keywords: Activity daily living, stroke infarction hemiparesis, independence

Pendahuluan
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

seluruh penjuru Indonesia (Yastroki,


Stroke adalah gangguan pada 2008). Jumlah penderita stroke di jawa
pembuluh darah otak dimana terjadi timur yaitu sebesar 38.626 jiwa yang
berhenti atau terganggu aliran darah menyebar di sembilan puskesmas yang
secara mendadak ke salah satu atau lebih berada di kota Kediri (Suyono 2005).
daerah otak karena tersumbat atau Berdasarkan data yang didapat pada
pecahnya pembuluh darah yang ada di otak Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis
(Sylvia A. Price, 2007). Permasalahan Kediri tahun 2012 selama bulan Juli
yang terjadi pada penderita stroke adalah sampai dengan September pasien stroke
terjadinya kelumpuhan gerak yang infark berjumlah 515 orang. Hasil studi
berakibat pada menurunnya kemampuan pendahuluan pada 10 orang pasien stroke
dalam memenuhi kebutuhan hariannya yang mengalami kelumpuhan gerak pada
(Activity Daily Living). Kebutuhan ekstrimitasnya, menurut hasil wawancara
penderita stroke dalam bantuan aktivitas dengan keluarga 8 orang mengalami
kehidupan sehari-hari mungkin bersifat ketergantungan pada keluarga dalam
sementara, permanen, atau rehabilitatif. memenuhi sebagian dari aktivitas
aktivitas kehidupan sehari-hari merupakan kehidupan sehari-hari dan 2 orang mandiri
fungsi dan aktivitas yang biasanya dalam memenuhi aktivitas kehidupan
dilakukan tanpa bantuan, meliputi kegiatan sehari-hari.
personal hygiene, mandi, makan, toileting, Stroke terjadi ketika aliran darah ke
berpakaian, mengontrol BAB, mengontrol otak terganggu yang mengakibatkan
BAK, ambulansi atau pergerakkan, pasokan darah ke otak berkurang atau
berpindah ke dan dari kursi atau tempat berhenti sama sekali. Otak manusia sangat
tidur (Potter & Perry, 2005). Pada Instalasi memerlukan aliran darah, karena dalam
Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri darah terdapat nutrisi dan oksigen untuk
pasien yang menderita stroke dengan otak. kerja otak manusia tergantung pada
kelumpuhan gerak tidak bisa melakukan pasokan darah, maka bila pasokan darah
sendiri untuk pemenuhan kebutuhan berkurang atau berhenti sama sekali, otak
aktivitas kehidupan sehari-hari dan harus tidak dapat bekerja atau fungsi kontrol otak
dilakukan oleh keluarga dan perawat. jadi berkurang atau hilang. Bila hal ini
Data tahun 2007 dari organisasi terjadi, maka fungsi kontrol otak ke bagian
kesehatan dunia (WHO) menunjukkan tubuh tertentu akan terganggu atau rusak,
sebanyak 15 juta per tahun di seluruh maka kelumpuhan pada bagian tubuh
dunia terkena stroke (WHO, 2007). tertentu akan timbul. Tingkat keparahan
Menurut Yayasan Stroke Indonesia serangan stroke untuk setiap individu tidak
(Yastroki), Indonesia merupakan negara sama, tergantung pada bagian otak yang
dengan jumlah penderita stroke terbesar di rusak. Apabila gangguan aliran darah ke
Asia. Di Indonesia stroke merupakan otak terjadi pada luasan yang kecil, maka
penyakit nomor tiga yang mematikan dampak stroke yang terjadi ringan dan
setelah penyakit jantung dan kanker. kemungkinan fungsi kontrol otak dapat
Sekitar 3,85% orang lanjut usia terkena segera pulih. Namun apabila gangguan
serangan stroke dan 12,9% pada usia lebih aliran darah ke otak meliputi daerah yang
muda. Setiap tahun diperkirakan, 500 ribu luas, maka dampak stroke bisa berakibat
penduduk di Indonesia terkena serangan fatal, cacat menetap dan sulit untuk pulih
stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya kembali bahkan tidak tertutup
bisa pulih kembali, sepertiga lainnya kemungkinan dapat menyebabkan
mengalami gangguan fungsional ringan kematian (Wardhana, 2011). Dampak dari
sampai sedang, dan sepertiga sisanya terjadinya stroke adalah terjadinya
mengalami gangguan fungsional berat kelumpuhan gerak sehingga membebani
yang mengharuskan penderita terus keluarga dan menyebabkan terjadinya
menerus terbaring di tempat tidur. Menurut kematian. Menurunnya kondisi pasien
survei tahun 2004, stroke menyebabkan stroke akan mendorong terhadap terjadinya
kematian nomor satu di rumah sakit di penurunan fungsional organ gerak yang
Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living (ADL) pada Pasien Stroke Infark Hemiparese
Elisabet, Dian Taviyanda

menyebabkan terjadinya gangguan dalam Metode Penelitian


melaksanakan aktifitas harian pasien,
bahkan pada beberapa kasus menyebabkan
tejadinya ketergantungan sepenuhnya Berdasarkan tujuan penelitian desain
untuk melaksanakan aktivitas kehidupan penelitian yang digunakan deskriptif.
sehari-hari (Ritarwan, 2003). Bagi Populasi dalam penelitian ini adalah semua
penderita stroke yang melaksanakan pasien stroke infark hemiparese yang ada
aktivitas kehidupan sehari-hari fisiknya di Instalasi Rumah Sakit Baptis Kediri.
akan selalu terlatih dan dapat membantu Pada penelitian ini subyek penelitian yang
pemulihan pada pasien, namun sebaliknya diambil adalah pasien stroke infark
pada pasien yang tidak melaksanakan hemiparese di Instalasi Rumah Sakit
aktivitas kehidupan sehari-hari memiliki Baptis Kediri yang memenuhi kriteria
kecenderungan untuk selalu tergantung dan inklusi yang berjumlah 81 responden
kondisi fisiknya tidak terlatih akibatnya dengan menggunakan accidental sampling.
adalah proses pemulihan dapat terhambat. Variabel dalam penelitian ini adalah
Adapun terapi yang di berikan pada tingkat ketergantungan aktivitas kehidupan
penderita stroke meliputi terapi sehari-hari. Pengumpulan data dalam
farmakologis maupun terapi non penelitian ini menggunakan kuesioner.
farmakologis. Dalam hal ini, motivasi yang Analisa data yang digunakan
kuat, termasuk kepercayaan pada proses menggunakan Distribusi Frekuensi.
pemulihan, sangatlah penting. Semangat
pasien untuk secara mental mencoba
memerintahkan lengan atau tungkai Hasil Penelitian
mereka yang lumpuh untuk bergerak dan
melakukan apa yang mereka inginkan. Hal
yang sama berlaku bagi fungsi lain yang Data Umum
hilang atau terganggu. Pemberian motivasi
kepada pasien sangat penting mengingat
pasien pasca stroke mengalami Pada data umum disajikan
kemunduran kondisi fisik dan psikis karakteristik responden menurut jenis
sehingga dapat menyebabkan pasien malas kelamin, usia, pekerjaan dan tinggal
untuk mememenuhi kebutuhan aktivitas bersama.
kehidupan sehari-hari. Melalui pemberian
motivasi maka diharapkan pasien dapat
memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari Tabel 1 Karakteristik Responden
sehingga kondisi fisiknya terlatih dan berdasarkan Jenis Kelamin
dapat mendukung proses pemulihan. pada Pasien Stroke Infark
Proses pemberian motivasi ini dapat Hemiparese di Instalasi
dilakukan dengan melakukan Rawat Jalan Rumah Sakit
pendampingan dan konseling kepada Baptis Kediri.
pasien dan keluarganya dengan Jenis Kelamin F %
memberikan penyadaran bahwa jika pasien Laki–laki 48 59,26
memiliki motivasi yang besar untuk Perempuan 33 40,74
melaksanakan kegiatan hariannya secara Jumlah 81 100
mandiri maka akan dapat
melaksanakannya secara mandiri sehingga Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
mendorong terhadap proses pemulihan bahwa karakteristik responden berdasarkan
pasien. jenis kelamin pada pasien Stroke Infark
Hemiparese di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Baptis Kediri diketahui
bahwa lebih dari 50% responden adalah
laki-laki 59,26%. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kejadian stroke adalah jenis
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

kelamin, laki-laki cenderung lebih rentan pasien Stroke Infark Hemiparase di


terserang stroke karena pola hidup laki-laki Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis
cenderung tidak teratur dan kurang Kediri diketahui bahwa paling banyak
memperhatikan aspek kesehatan misalnya responden memiliki pekerjaan sebagai
perilaku merokok, minum minuman keras pegawai swasta atau wiraswasta 29,63%.
dan mengkonsumsi kopi. Aktifitas fisik dari masing-masing jenis
pekerjaan ini mempengaruhi kondisi fisik
pasien, khususnya dalam menunjang
Tabel 2 Karakteristik Responden proses pemulihan dari serangan stroke.
berdasarkan Umur pada
Pasien Stroke Infark
Hemiparese di Instalasi Tabel 4 Karakteristik Responden
Rawat Jalan Rumah Sakit berdasarkan Tinggal
Baptis Kediri. Bersama pada Pasien Stroke
Usia F % Infark Hemiparese di
40–50 tahun 39 48,15 Instalasi Rawat Jalan Rumah
51–60 tahun 25 30,86 Sakit Baptis Kediri.
>60 tahun 17 20,99 Tinggal Bersama F %
Jumlah 81 100 Sendiri 0 0
Istri atau Suami saja 9 11,11
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui Keluarga Inti (Anak, 72 88,89
bahwa karakteristik responden berdasarkan Suami, Istri)
umur pada pasien Stroke Infark Jumlah 81 100
Hemiparese di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Baptis Kediri diketahui berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
bahwa hampir setengah dari responden karakteristik responden tinggal bersama
berumur 40-50 tahun 48,15%. Penyakit pada pasien Stroke Infark Hemiparese di
serebrovaskuler (CVA) atau stroke yang Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis
menyerang kelompok usia diatas usia 40 Kediri diketahui bahwa mayoritas
tahun adalah setiap kelainan otak akibat responden tinggal bersama dengan
proses patologi pada sistem pembuluh keluarga inti (anak, suami atau istri)
darah otak. Proses ini dapat disebabkan 88,89%. Hal ini menunjukkan besarnya
penyumbatan lumen pembuluh darah oleh peran keluarga dalam memberikan
trombosis dan emboli, pecahnya dinding dukungan kepada pasien stroke dimana
pembuluh darah dan perubahan viskositas sebagian besar responden tinggal bersama
maupun kualitas darah sendiri. dengan keluarga inti (anak, suami atau
istri).

Tabel 3 Karakteristik Responden


berdasarkan Pekerjaan pada Data Khusus
Pasien Stroke Infark
Hemiparese di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Pada data khusus disajikan tentang
Baptis Kediri. tingkat kemandirian pada Pasien Stroke
Pekerjaan F % Infark Hemiparese di Instalasi Rawat Jalan
PNS 20 24,69 Rumah Sakit Baptis Kediri.
Pegawai Swasta (Wiraswasta) 24 29,63
Petani 23 28,40
Pensiunan 14 17,28
Jumlah 81 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui


karakteristik responden pekerjaan pada
Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living (ADL) pada Pasien Stroke Infark Hemiparese
Elisabet, Dian Taviyanda

Sesuai dengan konsep diatas maka


setiap pasien stroke sebagian besar
Tabel 5 Tingkat Ketergantungan mengalami kelumpuhan anggota gerak.
pada Pasien Stroke Infark Sehingga pada penderita stroke Infark
Hemiparese di Instalasi secara keseluruhan sangat tidak
Rawat Jalan Rumah Sakit memungkinkan tidak memiliki ganggguan
Baptis Kediri. dalam pemenuhan aktivitas sehari – hari.
Tingkat Ketergantungan F % Hal ini dipengaruhi oleh beberapa macam
Mandiri 0 0 faktor yaitu pembulu darah rusak. Dinding
Ringan 20 24,7 pembuluh rusak menyebabkan adanya
Sedang 32 39,5 Adanya plaque arteria cerebri menipis
Berat 27 33,3 yang akhirnya Lamina elastika interna
Total 2 2,5
pecah sehingga terbentuk sklerotik hal ini
Jumlah 81 100
menyebabkan Trombosit menempel di
permukaan dan lepasnya enzim adenosin
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
difosfat sehingga terbentuk Koagulasi
tingkat ketergantungan pada pasien Stroke
sumbatan febrino trombosit proses ini
Infark Hemiparese di Instalasi Rawat Jalan
menyebabkan terjadinya Emboli di seluruh
Rumah Sakit Baptis diketahui bahwa
arteri. Kondisi inilah yang menyebabkan
paling banyak responden memiliki tingkat
semua pasien yang diteliti tidak memiliki
ketergantungan sedang 39,5% dan berat
kemandirian untuk melaksanakan seluruh
33,3%.
aktivitas kehidupan sehari–hari dengan
sendiri. Proses pemulihan yang terjadi
pada pasien stroke yang cenderung lama
Pembahasan
mendorong terhadap terjadinya
permasalahan ketergantungan pada pasien.
Penyakit stroke dapat mengakibatkan
Tingkat Ketergantungan Mandiri dalam
kelumpuhan motorik, karena kendali otak
ADL pada Pasien Stroke Infark
sebelah kanan bertugas menggerakkan
Hemiparese
tubuh bagian kiri begitupun sebaliknya.
Hal ini biasanya sulit bagi pasien stroke
untuk melakukan gerakan tangan dan kaki
Hasil penelitian menunjukkan
di bagian otak yang terserang stroke oleh
bahwa pasien stroke infark hemiparese di
karena itu, mereka membutuhkan bantuan
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis
orang lain untuk melakukan aktivitas
Kediri memiliki tingkat ketergantungan
harian lainnya. Hasil penelitian ini tidak
yang mandiri adalah 0 responden (0%).
terdapat responden yang dengan stroke
Stroke adalah gangguan pada
infark hemiparese yang memiliki tingkat
pembuluh darah otak dimana terjadi
kemandirian yang mandiri atau tanpa
berhenti atau terganggu aliran darah
bantuan dari orang lain. Semua responden
secara mendadak ke salah satu atau lebih
yang didapat oleh peneliti mengalami
daerah otak karena tersumbat atau
tingkat ketergantungan.
pecahnya pembuluh darah yang ada di otak
(Sylvia A. Price, 2007). Menurunnya
kondisi pasien stroke akan mendorong
Tingkat Ketergantungan Ringan dalam
terhadap terjadinya penurunan fungsional
ADL pada Pasien Stroke Infark
organ gerak yang menyebabkan terjadinya
Hemiparese
gangguan dalam melaksanakan aktifitas
harian pasien, bahkan pada beberapa kasus
menyebabkan tejadinya ketergantungan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
sepenuhnya untuk melaksanakan aktivitas
tingkat kemandirian pasien stroke infark
sehari – hari (Ritarwan, 2003).
hemiparese, yang mengalami tingkat
ketergantungan ringan pada aktivitas sehari
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

– hari di instalasi rawat jalan Rumah Sakit pada pasien untuk memenuhi kebutuhan
Baptis Kediri (24,7%). Aktivitas yang hariannya, walaupun kadangkala
dilakukan pada tingkat ketergantungan ketergantungan yang muncul tidak dalam
secara mandiri meliputi berpindah (58%), bentuk ketergantungan total namun masih
mobilisasi (51,8%), BAK (38,3%) dan dalam taraf ringan. Ketergantungan fisik
BAB (35,8%) dan yang mandiri lainnya menunjukkan jumlah sumbatan pada
yang masih memerlukan sedikit bantuan pembuluh darah pada otak, semakin sedikit
dari orang lain seperti mandi (12,3%), jumlah sumbatan maka defisit motorik
merawat diri (14,8%), penggunaan toilet semakin sedikit pula yang berarti semakin
(30,8%), naik turun tangga (30,8%), rendah pula ketergantungan penderita
makan (32%), dan berpakaian (32%). stroke dalam pemenuhan aktivitas
Dari hasil rekapitulasi data khusus kehidupan sehari-hari (Setiowulan 2006).
tentang aktivitas kehidupan sehari–hari Peran dan fungsi keluarga sangat
menunjukkan masih banyak pasien yang penting saat salah satu anggota
mampu dalam melakukan aktivitas dengan keluarganya mengalami stroke. Adapun
bantuan ringan seperti status buang air peran itu sendiri merupakan serangkaian
besar (BAB), status buang air kecil, perilaku yang diharapkan sesuai dengan
pengunaan toilet, makan, berpindah, posisi sosial yang diberikan. Untuk
mobilisasi berpakaian dan mandi. Aktivitas berfungsinya peran secara adekuat
ini dapat dilakukan secara mandiri tanpa merupakan hal yang sangat penting bukan
bantuan orang lain apalagi aktivtas seperti hanya untuk berfungsinya individu secara
berpindah dan mobilisasi merupakan sukses melainkan juga untuk keberhasilan
aktivitas yang sangat penting pada pasien fungsi keluarga. Fungsi-fungsi keluarga
stroke dan demi kesembuhan. Selain itu dicapai lewat penampilan peran-peran
beberapa aktivitas seperti merawat diri dan keluarga (Friedman, 2008).
mandi perlu bantuan hal ini disebabkan Pasien yang hidup dalam keluarga
karena aktivitas ini sangat mempengaruhi inti baik sebagai ayah maupun sebagai ibu
oleh penampilan seperti merawat diri. mendorong munculnya dukungan yang
Hasil penelitian yang dilakukan besar dari keluarga mengingat terjadinya
menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke pada salah satu anggota keluarga
stroke yang mengalami tingkat inti dapat menyebabkan fungsi dari
ketergantungan ringan sebanyak 20 keluarga terganggu. Kondisi inilah yang
responden (24,7%) hal ini disebabkan menyebabkan munculnya dukungan yang
karena serangan stroke yang terjadi pada besar dari anggota keluarga inti lainnya.
pasien masih dalam taraf ringan sehingga Dukungan yang dilakukan oleh keluarga
defisit motoriknya tidak terlalu parah meliputi keluarga mengingatkan disaat
sehingga pasien masih dapat menggerakan akan dilakukan latihan, mendorong pasien
organ geraknya walaupun tenaganya agar tidak putus asa, agar pasien patuh
lemah. terhadap program latihan dan pasien
Activity Daily Living atau aktivitas melakukan latihan secara rutin. Sehingga
kehidupan sehari-hari dikenal dengan dapat menimbulkan semangat pada diri
istilah Bina Diri yang mengacu pada suatu pasien demi tercapainya peningkatan status
kegiatan bersifat pribadi yang memiliki kesehatan secara optimal.
dampak dan berkaitan dengan human Aktivitas kehidupan sehari-hari yang
relationship. Disebut pribadi karena bisa dilakukan oleh pasien dengan stroke
mengandung pengertian bahwa kegiatan infark hemiparese secara mandiri seperti
yang dilaksanakan merupakan kebutuhan status buang air besar (BAB), status buang
individu yang harus dilakukan sendiri air kecil, pengunaan toilet, makan,
tanpa dibantu oleh orang lain bila berpindah, mobilisasi berpakaian dan
kondisinya memungkinkan (Casmini, mandi. Aktivitas ini dapat dilakukan secara
2009). Manifestasi akibat stroke menurut mandiri tanpa bantuan orang lain apalagi
diantaranya adalah terjadi defisit motorik aktivitas seperti berpindah dan mobilisasi
sehingga menimbulkan ketergantungan merupakan aktivitas yang sangat penting
Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living (ADL) pada Pasien Stroke Infark Hemiparese
Elisabet, Dian Taviyanda

pada pasien stroke dan demi kesembuhan. Aktivitas kehidupan sehari-hari


Hal ini masih bisa dilakukan oleh pasien, adalah keterampilan dasar dan tugas
sebab buang air besar (BAB), buang air okupasional yang harus dimiliki seseorang
kecil, pengunaan toilet, makan, berpindah, untuk merawat dirinya secara mandiri yang
mobilisasi berpakaian adalah aktivitas dikerjakan seseorang sehari-harinya
yang paling dasar yang bisa dilakukan oleh dengan tujuan untuk memenuhi atau
pasien. Sedangkan aktivitas seperi berhubungan dengan perannya sebagai
merawat diri dan mandi masih pribadi dalam keluarga dan masyarakat
memerlukan bantuan orang lain karena (Sugiarto, 2005). Stroke merupakan
aktivitas ini sulit dilakukan sebab gangguan fungsi otak yang timbul
mempengaruhi penampilan merawat diri mendadak karena terjadinya gangguan
pasien. peredaran darah otak yang menimbulkan
kehilangan fungsi neurologis secara cepat
(Pinzon, et al., 2010).
Tingkat Ketergantungan Sedang dalam Stroke terjadi manakala aliran darah
ADL pada Pasien Stroke Infark ke otak terganggu yang mengakibatkan
Hemiparese pasokan darah ke otak berkurang atau
berhenti sama sekali. Otak manusia sangat
memerlukan aliran darah, karena dalam
Tingkat ketergantungan pada pasien darah terdapat nutrisi dan oksigen untuk
stroke infark hemiprase di Instalasi Rawat otak. kerja otak manusia tergantung pada
Jalan Rumah Sakit Baptis diketahui bahwa pasokan darah, maka bila pasokan darah
sebagian besar responden dalam kategori berkurang atau berhenti sama sekali, otak
sedang (39,5%). Aktivitas yang dilakukan tidak dapat bekerja atau fungsi kontrol otak
pada tingkat ketergantungan secara jadi berkurang atau hilang. Bila hal ini
mandiri meliputi mobilisasi (61,7%), terjadi, maka fungsi kontrol otak ke bagian
berpindah (58%), penggunaan toilet tubuh tertentu akan terganggu atau rusak,
(46,9%), BAK (44,4%), makan (40,7), dan maka kelumpuhan pada bagian tubuh
BAB (38,2%) dan yang mandiri lainnya tertentu akan timbul. Tingkat keparahan
yang masih memerlukan sedikit bantuan serangan stroke untuk setiap individu tidak
dari orang lain seperti mandi (12,3%), sama, tergantung pada bagian otak yang
merawat diri (17,2), berpakaian (34,5%), rusak. Apabila gangguan aliran darah ke
naik turun tangga (34,5%). otak terjadi pada luasan yang kecil, maka
Hasil penelitian yang didapatkan dampak stroke yang terjadi ringan dan
dalam tabel rekapitulasi data khusus kemungkinan fungsi kontrol otak dapat
tentang aktivitas kehidupan sehari-hari segera pulih. Namun apabila gangguan
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien aliran darah ke otak meliputi daerah yang
stroke infark hemiparese yang memiliki luas, maka dampak stroke bisa berakibat
ketergantungan sedang yang masih mampu fatal, cacat menetap dan sulit untuk pulih
dilakukan dalam aktivitas hariannya kembali bahkan tidak tertutup
meliputi : status buang air besar, status kemungkinan dapat menyebabkan
buang air kecil, penggunaan toilet, makan, kematian (Wardhana, 2011).
berpindah, mobilisasi, naik turun tangga Dampak dari terjadinya stroke
dan berpakaian. Aktivitas ini dapat adalah terjadinya kelumpuhan gerak
dilakukan secara mandiri tanpa bantuan sehingga membebani keluarga dan
orang lain apalagi aktivitas seperti buang menyebabkan terjadinya kematian.
air besar dan status buang air kecil masih Menurunnya kondisi pasien stroke akan
dapat dikontrol oleh pasien. Beberapa mendorong terhadap terjadinya penurunan
aktivitas lain seperti merawat diri, dan fungsional organ gerak yang menyebabkan
mandi menunjukkan perlu bantuan kerena terjadinya gangguan dalam melaksanakan
pasien tidak bisa melakukannya sendiri aktifitas harian pasien, bahkan pada
dan peralatannya juga perlu di siapkan oleh beberapa kasus menyebabkan tejadinya
orang lain. ketergantungan sepenuhnya untuk
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

melaksanakan aktivitas kehidupan sehari- yaitu mobilisasi, berpindah, naik turun


hari (Ritarwan, 2003). tangga hal ini dikarenakan pasien sulit
Sesuai dengan hasil penelitian ini, untuk menggerakkan sebagian dari anggota
diketahui bahwa hasilnya hampir semua tubuhnya, tetapi beberapa aktivitasnya
penderita stroke memiliki kecenderungan seperti BAB dan BAK masih bisa
untuk memiliki ketergantungan dalam dilakukan oleh pasien karena pasien masih
melaksanakan kegiatan hariannya. mampu mengontrol aktivitas tersebut.
Terjadinya kelumpuhan dan kelemahan
otot sebagai akibat dari gangguan pada
syaraf koordinasi maupun pada syaraf Tingkat Ketergantungan Berat dalam
mobilisasi menyebabkan penderita stroke ADL pada Pasien Stroke Infark
mengalami ketergantungan sepenuhnya Hemiparese
maupun ketergantungan sebagian terhadap
orang lain khususnya keluarga. Kondisi ini
menunjukkan bahwa penderita stroke Hasil penelitian menunjukkan bahwa
memerlukan berbagai terapi untuk tingkat kemandirian pasien stroke infark
memulihkan kondisi fisiknya seperti sedia hemiparese yang mengalami
kala. Pilihan fisioterapi selalu menjadi ketergantungan berat di Instalasi Rawat
solusi dalam upaya mengembalikan fungsi Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri (33,3%).
organ gerak pada penderita stroke. Melalui Aktivitas yang dilakukan pada tingkat
fisioterapi ini maka diharapkan dapat ketergantungan berat meliputi berpindah
meningkatkan kekuatan otot organ gerak (44,4%), berpakaian (27,1%), dan yang
pada pasien. Pada penelitian yang mandiri lainnya yang masih memerlukan
dilakukan sebagian besar responden bantuan dari orang lain seperti BAB
mengalami penurunan kekuatan otot (22,2%), BAK (22,2%), penggunaan toilet
motorik dan sedikit sekali yang mengalami (22,2%), makan (19,7%), mobilisasi
kelumpuhan. Kondisi inilah yang (20,9%), naik turun tangga (0%) dan
menciptakan ketergantungan sementara mandi (6,17%).
pada penderita stroke sehingga Hasil penelitian yang didapatkan
memerlukan pemberian motivasi kepada dalam tabel rekapitulasi data khusus
penderita stroke untuk patuh dalam tentang aktivitas kehidupan sehari-hari
melaksanakan fisioterapi agar kekuatan menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
ototnya kembali normal dan tidak stroke infark hemiparese yang memiliki
mengalami gangguan psikologis karena ketergantungan berat yang masih mampu
berubahnya konsep diri maupun peran dari dilakukan dalam aktivitas hariannya
responden. meliputi: status buang air besar, status
Aktivitas kehidupan sehari-hari yang buang air kecil, penggunaan toilet, makan,
bisa dilakukan oleh pasien stroke infark berpindah, mobilisasi, dan berpakaian.
hemiparese meliputi meliputi: status buang Aktivitas ini dapat dilakukan dengan
air besar, status buang air kecil, sedikit bantuan orang lain. Selain itu
penggunaan toilet, makan, berpindah, beberapa aktivitas seperti merawat diri,
mobilisasi, naik turun tangga dan naik turun tangga dan mandi menunjukkan
berpakaian. Aktivitas ini dapat dilakukan perlu bantuan kerena pasien tidak bisa
secara mandiri tanpa bantuan orang lain melakukannya sendiri dan peralatan seperti
apalagi aktivitas seperti buang air besar merawat diri dan mandi perlu di siapkan
dan status buang air kecil masih dapat oleh orang lain untuk naik turun tangga
dikontrol oleh pasien. Beberapa aktivitas pasien perlu bantuan sepenuhnya oleh
lain seperti merawat diri, dan mandi keluarga kerena pasien sudah tidak mampu
menunjukkan perlu bantuan kerena pasien lagi melakukannya sendiri.
tidak bisa melakukannya sendiri dan Gejala neurologis yang timbul
peralatannya juga perlu di siapkan oleh tergantung berat gangguan pembuluh darah
orang lain. Didapatkan pasien yang dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke
aktivitasnya masih ketegantungan sedang akut dapat berupa perubahan status mental,
Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living (ADL) pada Pasien Stroke Infark Hemiparese
Elisabet, Dian Taviyanda

gangguan penglihatan, afasia, vertigo, untuk menggerakkan sebagian anggota


mual-muntah, nyeri kepala dan penurunan tubuhnya.
fungsi motorik (Mansjoer, 2007).
Perubahan tersebut mempengaruhi struktur
fisik maupun mentalnya (psikologi). Tingkat Ketergantungan Total dalam
Banyaknya pasien yang memiliki ADL pada Pasien Stroke Infark
ketergantungan berat disebabkan karena Hemiparese
responden mengalami gejala awal yang
berat juga, bukan hanya mengalami
kelemahan otot saja tetapi ada juga Penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian responden yang mengalami tingkat ketergantungan pasien stroke infark
kelumpuhan otot sehingga menyebabkan hemiparese yang mengalami
proses pemulihannya menjadi terbatas. ketergantungan total di Instalasi Rawat
Hal ini berhubungan dengan faktor- Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri (2,5%).
faktor pemicu lainnya yang lebih banyak Aktivitas yang dilakukan pada tingkat
dilakukan oleh laki–laki dibandingkan ketergantungan total meliputi berpindah
dengan perempuan, misalnya merokok, (2,46%), penggunaan toilet (1,23%),
mengkonsumsi alkohol, dan sebagainya. mobilisasi (1,23%). Untuk BAB, BAK,
Kebiasaan merokok beresiko terkena merawat diri, makan, berpakaian, naik
stroke disebabkan karena efek zat kimia turun tangga, dan mandi semua 0%
yang terdapat pada rokok (tar, CO, nikotin, responden.
polonium, dan lain–lain) dapat Hasil penelitian yang didapatkan
menyebabkan peningkatan konsentrasi dalam tabel rekapitulasi data khusus
fibrinogen, hematokrit, dan agregrasi tentang aktivitas kehidupan sehari-hari
platelet, menurunkan aktifitas fibrinolitik, menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
dan aliran darah serebral. Kondisi tersebut stroke infark hemiparese yang memiliki
menyebabkan vasokontriksi pada ketergantungan total yang masih mampu
pembuluh darah, sehingga mempercepat dilakukan dalam aktivitas hariannya tetapi
terjadinya plak atherosclerosis yang dapat memerlukan sedikit bantuan seperti
berdampak pada terjadinya infark penggunaan toilet, berpindah dan
hemiparese bukan hanya pada satu tempat mobilisasi. Beberapa aktivitas seperti
tetapi pada beberapa tempat secara status buang air besar, status buang air
bersamaan. kecil, merawat diri, makan, berpakaian dan
aktivitas kehidupan sehari-hari pada mandi menunjukkan perlu bantuan
pasien stroke infark hemiparese yang sepenuhnya dari orang lain selain itu juga
masih mampu melakukan aktivitas seperti dalam status buang air besar dan buang air
status buang air besar, Status buang air kecil dalam ketergantungan total tidak di
kecil, penggunaan toilet, makan, terbatas oleh waktu.
berpindah, mobilisasi, dan berpakaian. Penyakit serebrovaskuler (CVA)
Aktivitas ini masih dapat dilakukan dengan atau stroke yag menyerang kelompok usia
sedikit bantuan orang lain. Hal ini diatas usia 40 tahun adalah setiap kelainan
dikarenakan aktivitas tersebut mampu otak akibat proses patologi pada sistem
dikontrol oleh pasien sendiri dengan pembuluh darah otak. Proses ini dapat
sedikit bantuan orang lain. Aktivitas disebabkan penyumbatan lumen pembuluh
seperti merawat diri, naik turun tangga dan darah oleh trombosis dan emboli, pecahnya
mandi menunjukkan perlu bantuan kerena dinding pembuluh darah dan perubahan
pasien tidak bisa melakukannya sendiri viskositas maupun kualitas darah sendiri.
dan peralatan seperti merawat diri dan Perubahan dinding pembuluh darah otak
mandi perlu di siapkan oleh orang lain serta komponen lainnya dapat bersifat
untuk naik turun tangga pasien perlu primer karena kelainan kongenital maupun
bantuan sepenuhnya oleh keluarga kerena degeneratif atau akibat proses lain seperti
pasien sudah tidak mampu lagi peradangan, atherosclerosis, hipertensi,
melakukannya sendiri sebab pasien sulit dan diabetes mellitus (Misbach, 2009).
Jurnal STIKES
Vol. 6 No. 2, Desember 2013

Pada beberapa pasien terjadinya Kesimpulan


kelumpuhan otot tidak bisa disembuhkan
karena area otak yang mengendalikan otot
tersebut telah rusak. Hal ini banyak Tingkat Ketergantungan pada pasien
dijumpai pada pasien stroke khususnya yang mengalami Stroke Infark Hemiparese
yang mendapatkan serangan ulang. Pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
yang mengalami ketergantungan berat Baptis Kediri disimpulkan bahwa semua
berdasarkan hasil tabulasi silang pasien stroke infark hemiparese memiliki
menunjukkan bahwa karakteristiknya ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas
adalah berjenis kelamin perempuan, kehidupan sehari-hari dan tingkat
bekerja sebagai petani dan pensiunan serta ketergantungan yang menonjol adalah
tinggal bersama keluarga inti. Hal ini tingkat ketergantungan sedang sebesar
menunjukkan bahwa responden yang 39,5% dan ketergantungan berat sebesar
memiliki ketergantungan total adalah 33,3%. Hasil ini menunjukkan peran
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga dalam perawatan dan pemenuhan
pada perempuan proses pemulihan stroke hidup dasar pada pasien stroke infark
cenderung berjalan lebih lambat. Kondisi hemiparese sangat diperlukan.
ini tidak terlepas dengan kondisi fisik
wanita yang saat memasuki masa
menopause mengalami penurunan Saran
sehingga memperlama proses
penyembuhan stroke. Hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa terdapat 2 responden Pasien stroke infark sangat
yang mengalami ketergantungan total. tergantung dalam pemenuhan aktivitas
Kondisi disebabkan karena usia responden kehidupan sehari-hari pada keluarga untuk
yang cenderung sudah memasuki masa mencapai pemenuhan kehidupan sehari-
lansia sehingga proses pemulihannya hari. Peran keluarga sangatlah penting.
menjadi sangat lambat. Kondisi ini Keluarga dituntut untuk memiliki
berdampak pada lambatnya regenerasi sel keterampilan sikap dan pengetahuan yang
otak yang mengalami kerusakan sehingga baik dalam perawatan pada pasien stroke.
berdampak pada terjadinya kelemahan dan Rumah Sakit dalam perawatan pasien
kelumpuhan pada seluruh anggota gerak. stroke infark perlu adanya prosedur tetap
Dampak dari kondisi ini adalah terjadinya untuk melatih keluarga dan melibatkan
ketergantungan total pada responden. sejak dari dalam perawatannya Diharapkan
Aktivitas kehidupan sehari-hari pada keluarga akan mandiri dalam merawat
pasien stoke infark hemiparese aktivitas pasien stroke infark dirumah.
yang masih dapat dilakukan tetapi
memerlukan bantuan seperti berpindah,
penggunaan toilet dan mobilisasi karena Daftar Pustaka
pasien masih dapat melakukan walaupun
dalam tingkat ketergantungan total.
Sedangkan aktivitas seperti BAB, BAK, Casmini, Mimin. (2009). Modul
merawat diri, makan, berpakaian, naik Pengajaran Bina Diri Dan Bina
turun tangga dan mandi ini pasien sudah Gerak (BDBG). Jakarta :
tidak dapat melakukannya lagi dan untuk Universitas Pendidikan Indonesia.
BAB dan BAK ini aktivitasnya tidak Friedman. (2008). Keperawatan Keluarga.
terbatas oleh waktu Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. (2007). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Misbach, (2009). Stroke, Aspek
Diagnostik,Patofisiologi,
Manajemen. Jakarta: BP FK
Universitas Indonesia
Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living (ADL) pada Pasien Stroke Infark Hemiparese
Elisabet, Dian Taviyanda

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar


Fundamental Keperawatan edisi 4.
Jakarta: EGC.
Pinzon, et al., (2010). Awas Strok!.
Yogyakarta: Andi
Ritarwan, K, (2003). Pengaruh Suhu
Tubuh Terhadap Outcome Penderita
Stroke Yang Di Rawat Di RSUP H.
Adam Malik Medan.
http://library.usu.ac.id. Diakses
tanggal 18 maret 2013. Pukul 18.00.
Setiowulan dkk. (2006). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : EGC.
Suyono, (2005). Instrumen penelitian
sosial dan pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian
Keseimbangan Dengan Aktivitas
Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia
Dip Anti Werdha Pelkris Elim
Semarang Dengan Menggunakan
Berg Balance Scale Dan Indeks
Barthel. Semarang : UNDIP
Sylvia A. Price. (2007). Patofisiologi. New
York
Wardhana, W.A. (2011). Strategi
Mengatasi dan Bangkit Dari Strok.
Yogyakarta
WHO, (2007). Indonesian Global Youth
Tobacco Survey. Jakarta
Yastroki. 2008. Masyarakat Perlu
Disadarkan Untuk Penanggulangan
Stroke.http://www.yastroki.or.id/rea
d.php?id=349 diakses pada bulan
pebruari 2012.

Anda mungkin juga menyukai