• Tidak kurang penting dibanding proses hulu – rekayasa genetik, teknik fermentasi
• Yang paling banyak – isolasi / purifikasi protein dari tumbuhan, hewan, mikroorganisme
• skala laboratorium
• skala industri
Sebelum melakukan isolasi – penting diperhatikan sumber produk yang akan diisolasi
• Hewan
• Tumbuhan
• Mikroorganisme
• hewan
• tumbuhan
ISOLASI
• Sumber produk
• Stabilitas produk
Proses isolasi dimulai dengan mengetahui letak / lokasi produk yang akan disolasi
• Intrasel
• Ekstrasel
• Terikat membran
• Protein larut intrasel dari tumbuhan – teknik isolasi tidak rumit – karena jaringan lunak, mudah
dihancurkan
• Protein intrasel dari mikroorganisme – lebih liat – perlu metode lebih kuat
1. Abrasif
2. Liquid shear
- suspensi sel dilewatkan dengan tekanan tinggi melalui lubang kecil ke dalam ruang dengan tekanan
atmosfir
- untuk dinding sel bakteri yang tidak terlalu keras – misal bakteri Gram negatif
3. Osmotic shock
4. Penambahan alkali
- protein yang diisolasi harus stabil selama 20 – 30 menit pada pH tinggi tsb
5. Penambahan deterjen.
6. Solid shear
- dengan membekukan sel - 20 oC, dipaksa melalui lubang kecil pada tekanan tinggi
8. Pelarut organik
9. Sonikasi
PURIFIKASI (PROTEIN)
Reagent-reagent yang umum digunakan dalam teknik isolasi DNA yaitu Nitogen Cair, Polyvinyl
Pyrrolidone (PVP), Bufer CTAB, Mercaptoethanol, CHISAM, isopropanol dingin, bufer Tris-EDTA (TE),
RNAse, dan ethanol 70%. Sedangkan alat-alatnya adalah sebagai berikut, yaitu Mortar dan Pestle,
Tabung Nitrogen, Tube Eppendorf 1,5 ml atau 2 ml, mikropipet, oven, freezer, mesin elektrofotometer,
mesin spektrofotometer, mesin sentrifuse, pipet tip 1000 µl dan 20 µl.
Asam nukleat – meyebabkan viskositas tinggi – pada tahap awal harus disingkirkan
Setelah asam nukleat disingkirkan – sisa sel yang tidak larut (dinding sel, protein membran, bagian sel
yang hancur) harus disingkirkan dengan
• Sentrifugasi – sangat baik untuk solid yang bersifat licin (slimmy or gelatinous solids)
• Filtrasi
Sentrifugasi
Penyingkiran asam nukleat + debris sel (=presipitat, pelet) - menghasilkan supernatan yang
mengandung
- protein yang tidak diinginkan diendapkan terlebih dahulu, baru protein yang diinginkan diendapkan
• Natrium sulfat
• Pelarut organik
• Polimer
- tidak toksik
- polyacrylic acid
- non toksik
2. Pelarut
Sifat Prosedur
Muatan - kromatografi pertukaran ion
- elektroforesis
Polaritas - kromatografi adsorpsi
- kromatografi kertas
Ukuran molekul - dialisis dan ultrafiltrasi
- gel elektroforesis
- ultrasentrifugasi
Spesifisitas - kromatografi afinitas
Dialisis
• Untuk memisahkan protein (molekul besar) dari garam (molekul kecil) dan kontaminan berukuran
kecil
• Kantong dimasukkan ke dalam wadah yang mengandung akuades / bufer, sambil di putar dengan
pemutar magnetik semalaman dengan penggantian akuades / bufer beberapa kali dalam wadah
• Pori memungkinkan molekul kecil berdifusi keluar, molekul besar tertahan di dalam kantong
• Dapat untuk memekatkan larutan – dengan meletakkan kantong dialisis dalam polimer desikan ,
misal polietilen glikol
Pemisahan molekul berdasarkan perbedaan struktur dan atau sifat fisik pada saat berinteraksi dengan
• fasa mobil
Kromatografi Kertas
• Beberapa tetes larutan yang mengandung komponen yang akan dipisahkan diteteskan pada
sepotong kertas – dibiarkan kering
• Ujung kertas dicelupkan ke dalam pelarut yang terdiri dari campuran pelarut polar dan nonpolar
• Komponen polar akan terikat pada kertas membentuk fasa stasioner, sedangkan komponen
nonpolar bergerak membentuk fasa mobil
• Berbagai komponen dalam larutan akan terpisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan dalam fasa
stasioner atau fasa mobil – koefisien partisi
• Dideteksi dengan
- radioaktif
- sinar UV
– perbandingan jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh solven
Kromatografi kolom
- muatan
- interaksi hidrofobik
- interaksi ligan
• Campuran protein dimasukkan ke dalam kolom, kemudian di luruhkan dengan fasa mobil (eluen)
• Fasa mobil yang keluar (eluat) ditampung dalam fraksi-fraksi dengan volume tertentu
Poliakrilamid (Biogel P)
Polistiren (Bio-beads)
Kromatografi Partisi
• Pemisahan dengan kromatografi kolom berdasarkan afinitas relatif berbagai protein terhadap fasa
mobil dan fasa stasioner
• Lamanya waktu protein berinteraksi dengan matriks tergantung dari komposisi fasa stasioner dan
fasa mobil
• Pemisahan protein optimal – diperoleh dengan manipulasi komposisi fasa stasioner dan mobil
• Pemisahan protein berdasarkan perbedaan ukuran molekul dan melewatkannya melalui kolom gel
yang telah mengembang
• Yang paling banyak dipakai – Sephadex – partikel kecil hidrofilik, tidak larut karena cross-linking
dekstran membentuk jaringan 3 dimensi
• Molekul >> keluar lebih dahulu, molekul << tertahan, karena masuk ke dalam butiran gel
• = Molecular sieving
Kromatografi adsorpsi
• Teknik kromatografi paling tua – I x digunakan oleh Tswett untuk memisahkan pigmen tumbuhan
• Senyawa diadsorpsi ke dalam kolom – terjadi keseimbangan antara molekul yang terikat pada
matriks
• Derajat pengikatan ditentukan oleh muatan, ikatan van der Waals, interaksi ionik, ikatan hidrogen,
struktur senyawa yang dipisahkan
• Atom N dari DEAE pada pH < 9 – mengikat molekul bermuatan negatif – disebut penukar anion
(anion
• Penting diperhatikan – resin yang dipakai, pH, ionic strength larutan bufer
Kromatografi afinitas
• Ligan
• Dalam skala besar jarang digunakan – mahal, keterbatasan kapasitas, tidak stabil
• Berlangsung cepat
• Sampel diuapkan dan dimasukkan ke dalam kolom dengan tekanan tinggi (sp 5000 psi)
Elektroforesis
• Pada pH > pI, protein bermuatan negatif – bergerak ke anoda; pada pH < pI, protein bermuatan
positif – bergerk ke katoda; pada pH = pI, protein tidak bergerak
• Matriks yang digunakan – membran selulosa asetat, starch gel, akrilamid, agarosa
• SDS – membuat protein bermuatan negatif, sehingga pemisahan terjadi berdasarkan kecepatan
bergerak dalam medan listrik yang dipengaruhi oleh besar molekul
Mulai dari tahap awal sampai tahap akhir penetapan – untuk mengetahui seberapa jauh terjadi
pemurnian produk
IDENTIFIKASI & PENGHITUNGAN KADAR PROTEIN DALAM BAHAN UJI PADA TAHAP PURIFIKASI
- secara spektrofotometri
- serapan protein setelah diwarnai dengan pewarna yang bereaksi dengan asam amino / protein
- ninhidrin ( biru )
- biuret (lembayung)
- Bradford (biru)
- fluoresamin
Untuk enzim – dihitung aktivitas dan aktivitas spesifik pada setiap tahap purifikasi
• Aktivitas (Unit) enzim = jumlah protein yang dapat mengubah 1 mol substrat menjadi produk per
menit pada suhu 25o C pada pH optimum
Elektroforsis DNA
Elektroforesis DNA merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA berdasarkan atas ukuran (berat
molekul) dan struktur fisik molekulnya. Gel yang biasa digunakan antara lain agarosa. Dengan gel agarosa
dapat dilakukan pemisahan sampel DNA dengan ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000 pasang basa (pb).
Molekul DNA bermuatan negatif sehingga di dalam medan listrik akan bermigrasi melalui matriks gel
menuju kutub positif (anode). Makin besar ukuran molekulnya, makin rendah laju migrasinya. Berat molekul
suatu fragmen DNA dapat diperkirakan dengan membandingkan laju migrasinya dengan laju migrasi fragmen-
Biasanya, gel agarose digunakan untuk memisahkan fragmen DNA yang lebih besar (>200bp) dan gel
poliakrilamida digunakan untuk fragmen kecil (<200bp).
Dalam elektroforesis juga mebggunakan bahan seperti Etidium Bromida yang bersifat karsinogenik dan Brom
Fenol Blue, karena Etidium Bromida dapat meningkatkan daya flouresensi dari DNA sehingga dapat terlihat
jelas.
Bahan:
1. DNA Marker
2. Produk DNA
3. Ethidium Brommide (EtBr)
4. ddH2O
5. Gel Agarose
6. Loading dye
7. TAE Buffer
8. Aquades
Cara Kerja:
PCR adalah salah satu teknik atau metode untuk memperbanyak DNA secara IN vitro. Teknik ini di
kembangkan oleh Karry Mullis pada tahun 1985 dengan mengunkan Klenow polymerase. Namun pada tahun
1988 klenow polymerase diganti dengan DNA Polymerase.
Secara umum, komponen-komponen yang diperlukan pada saat proses PCR;
TAHAP-TAHAP PCR
PCR memiliki 3 tahap, yaitu;
1. Denaturasi
• Denaturasi merupakan proses pemutusan ikatan hydrogen DNA, sehingga menjadi berkas DNA
tunggal.
• Proses ini berlangsung pada suhu 94-960C (di IT 940C)
• Berlangsung selama 5 menit
2. Penempelan (annealing)
• Anneling adalah proses penempelan primer pada bagian DNA Tamplat yang komplementer
urutan basanya.
• Proses ini berlangsung pada suhu 50-65oC (di IT 500C)
• Berlangsung selama 1-2 menit
Jumlah kopi fragmen DNA target (amplicon) yang dihasilkan pada akhir siklus PCR dapat dihitung secara
teoritis menurut rumus:
Y=(2n –2n)X
Y : jumlah amplicon
n : jumlah siklus
X : jumlah molekul DNA templat semula
Jika X = 1 dan jumlah siklus yang digunakan adalah 30, maka jumlah amplicon yang diperoleh pada akhir
proses PCR adalah 1.074 x 109. Dari fenomena ini dapat terlihat bahwa dengan menggunakan teknik PCR
dimungkinkan untuk mendapatkan fragmen DNA yang diinginkan (amplicon) secara eksponensial dalam waktu
relatif singkat.
Umumnya jumlah siklus yang digunakan pada proses PCR adalah 30 siklus. Penggunaan jumlah siklus lebih
dari 30 siklus tidak akan meningkatkan jumlah amplicon secara bermakna dan memungkinkan peningkatan
jumlah produk yang non-target.
Perlu diingat bahwa di dalam proses PCR effisiensi amplifikasi tidak terjadi 100 %, hal ini disebabkan oleh
target templat terlampau banyak, jumlah polimerase DNA terbatas dan kemungkinan terjadinya reannealing
untai target.
Tipe-tipe PCR
Real-Time PCR
Real-Time PCR adalah suatu metode analisa yang dikembangkan dari reaksi PCR.
Real time ini juga dikenal sebagai quantitative real time polymerase chain reaction atau Q-PCR. Teknik ini
dapat digunakan untuk mengamplifikasi sekaligus menghitung jumlah target molekul DNA hasil amplifikasi
tersebut. Pada analisa PCR konvensional, deteksi keberadaan DNA dilakukan pada akhir reaksi dan
pengamatan masih harus dilakukan dengan elektroforesis, namun analisa menggunakan Real-Time PCR
Teknik RT-PCR memerlukan enzim transcriptase balik (reverse transcriptase). Enzim transcriptase balik adalah
enzim DNA polymerase yang menggunakan molekul RNA sebagai cetakan untuk mensintesis molekul DNA
(cDNA) yang komplementer dengan molekul RNA tersebut. Beberapa enzim transcriptase balik yang dapat
digunakan antara lain mesophilic viral reverse transcriptase (RTase) yang dikode oleh virus avian myoblastosis
(AMV) maupun oleh virus moloney murine leukemia (M- MuLV), dan Tth DNA polymerase. RTase yang dikode
oleh AMV maupun M-MuLV mampu mensintesis cDNA sampai sepanjang 10 kb, sedangkan Tth DNA
polymerase mampu mensintesis cDNA sampai sepanjang 1 – 2 kb.
Berbeda dengan Tth DNA polymerase, enzim RTase AMV dan M-MuLV mempunyai aktivitas RNase H yang
akan menyebabkan terjadinya degradasi RNA dalam hybrid RNA: cDNA. Aktivitas degradasi semacam ini akan
berkurang jika berkompetisi dengan proses sintesis DNA selama proses produksi untai pertama cDNA. Enzim
RTase yang berasal dari M-MuLV mempunyai aktivitas RNasse H yang lebih rendah disbanding dengan yang
berasal dari AMV.
Enzim M-MuLV mencapai aktivitas maksimum pada suhu 37°C sedangkan enzim AMV pada suhu 42°C dan Tth
DNA polymerase mencapai aktivitas maksimum pada suhu 60 - 70°C. Penggunanaan enzim M-MuLV kurang
menguntungkan jika RNA yang digunakan sebagai cetakan mempunyai struktur sekunder yang ekstensif. Di
lain pihak, penggunaan Tth DNA polymerase kurang menguntungkan jika ditinjau dari kebutuhan enzim ini
terhadap ion Mn karena ion Mn dapat mempengaruhi ketepatan (fidelity) sintesis DNA. Meskipun demikian,
o Nested PCR
Nested PCR adalah suatu teknik perbanyakan (replikasi) sampel DNA
menggunakan bantuan enzim DNA polymerase yang menggunakan dua pasang primer untuk mengamplifikasi
fragmen. Dengan menggunakan nested PCR, jika ada fragmen yang salah diamplifikasi maka kemungkinan
bagian tersebut diamplifikasi untuk kedua kalinya oleh primer yang kedua. Dengan demikian, nested PCR
adalah PCR yang sangat spesifik dalam melakukan amplifikasi. Nested PCR dan PCR biasa berguna untuk
memperbanyak fragmen DNA tertentu dalam jumlah banyak. Dimana pada nested PCR digunakan 2 pasang
primer sedangkan pada PCR biasa hanya menggunakan 1 pasang primer. Oleh karena itu hasil fragmen DNA
dari nested PCR lebih spesifik (lebih pendek) dibandingkan dengan PCR biasa. Waktu yang diperlukan dalam
reaksi nested PCR lebih lama dari pada PCR biasa karena pada nested PCR dilakukan 2 kali reaksi PCR
sedangkan pada PCR biasa hanya 1 kali reaksi PCR. Selain itu, keuntungan nested PCR adalah meminimalkan
kesalahan amplifikasi gendengan menggunakan 2 pasang primer. Mekanisme kerja dari nested PCR sendiri
yakni pada Fase Denaturasi, Pertama-tama DNA mengalami denaturasi lalu memasuki fase penempelan. Fase
Penempelan, sepasang primer pertama melekat di kedua utas tunggal DNA dan mengamplifikasi DNA di
antara kedua primer tersebut dan terbentuklah produk PCR pertama. Fase pemanjangan, produk PCR
pertama tersebut dijalankan pada proses PCR kedua di manapasangan primer kedua (nested primer) akan
mengenali sekuen DNA spesifik yang berada di dalam fragmen produk PCR pertama dan memulai amplifikasi
bagian di antara kedua primer tersebut. Hasilnya adalah sekuens DNA yang lebih pendek daripada sekuens
DNA hasil PCR pertama.
Adanya perbedaan target DNA yang ingin diteliti serta pola fragmen yang berbeda menjadikan nested PCR ini
banyak digunakan. Dengan adanya perbedaan seperti itu maka teknik nested PCR dikembangkan sesuai tujuan
dan kegunaannya. Beberapa pengembangan teknik nested PCR adalah:
o Multiplex-PCR
Multiplex PCR merupakan beberapa set primer dalam campuran PCR tunggal
untuk menghasilkan amplikon dari berbagai ukuran yang spesifik untuk sekuens DNA yang berbeda. Dengan
penargetan gen sekaligus, informasi tambahan dapat diperoleh dari lari-tes tunggal yang tidak akan
membutuhkan beberapa kali reagen dan lebih banyak waktu untuk melakukan. Temperatur Annealing untuk
masing-masing set primer harus dioptimalkan untuk bekerja dengan benar dalam reaksi tunggal, dan ukuran
amplikon. Artinya, panjangnya pasangan basa harus berbeda cukup untuk membentuk band yang berbeda
ketika divisualisasikan dengan elektroforesis gel
o PCR-ELISA
PCR-ELISA merupakan metode yang digunakan untuk menangkap asam nukleat
yang meniru prinsip dari enzim linked immunosorbant yang terkait. Dimana dalam sebuah pengujian
hibridisasi hasil produk dari PCR akan terdeteksi dengan metode ini. Dengan metode inilah dapat dilakukan
pengukuran sequen internal pada produk PCR. Metode ini lebih dipilih karena lebih murah dibandingkan
metode Real Time PCR. PCR- ELISA telah digunakan sejak akhir 1980-an dan telah berkembang untuk
mendeteksi sequen tertentu dalam produk PCR. Meskipun banyak metode yang tersedia untuk mendeteksi
sequen tersebut, ELISA PCR berguna untuk mendeteksi dan membedakan antara beberapa sasaran dari
sequen yang diinginkan. ELISA PCR ini juga berguna untuk screening beberapa sampel, terutama bila jumlah
sampel tidak menjamin. Salah satu aspek yang paling berguna dari PCR-ELISA adalah kemampuannya dalam
membedakan antara produk reaksi perubahan polimerase yang dihasilkan dari seperangkat primer yang
mengandung variasi sequen, yaitu sequen yang bervariasi antar primer.
o Touchdown PCR
Sebuah modifikasi dari PCR yang mencegah amplifikasi sekuens nonspesifik
dengan mempermainkan suhu annealing. sebuah varian dari PCR yang bertujuan untuk mengurangi latar
belakang spesifik secara bertahap menurunkan suhu anil sebagai bersepeda PCR berlangsung. Suhu anil pada
ELISA
ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) ialah suatumetode untuk menguji kadar protein yang terikat
pada antibodi atau untuk mengetahui kadar suatu antibodi pada sampel. ELISA terbagi menjadi tiga yakni :
1) ELISA Kompetitif
Antigen yang sudah ditandai dikompetisikan dengan pada antibodi primer dengan