Anda di halaman 1dari 12

TK4009 – BIOPROSES INDUSTRIAL

SEJARAH INDUSTRI BIOTEKNOLOGI


Oleh Yeti Febrina (13015020)

1. Sejarah Awal
Sebelum adanya bioteknologi, mikroorganisme sudah digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia, seperti minuman, keju, roti, acar, dan cuka.
Sebagai contoh, fermentasi gula menjadi alkohol menggunakan yeast menghasilkan
bir sudah dikenal di Sumeria dan Babilonia pada tahun 7000 SM.
Pada abad ke-14, distilasi alkohol dari biji-biji yang difermentasi, yang berasal dari
Cina atau Timur Tengah, menjadi hal biasa di dunia. Industri cuka bermula di
Orleans, Prancis, pada akhir abad ke-14 dan teknik ini dikenal dengan metode
Orleans.
Pada abad ke-17, Antonie van Leeuwenhoek berhasil menemukan mikroskop
dengan melakukan enelitian terhadap air, air yang bau, dan mengikis dari giginya
sendiri. Kemudian, para peneliti menyimpulkan bahwa mikroorganisme terbentuk
secara spontan dari sesuatu yang tidak hidup. Lalu pada awal abad ke-19, 3
investigator-Charles Cagniard de la Tour of France, Theodor Schwann, dan Friedrich
Traugott Kutzing dari Jerman-menyatakan bahwa produk dari fermentasi, terutama
etanol dan karbondioksida, dihasilkan dari mikroba. Melalui konsep ini, Louis
Pasteur mengembangkan ke dalam bentuk disiplin ilmu yang lain, sehingga bisa
mengembangkan vaksin dan konsep dari kehigienisan yang merubah penggunaan
dari obat.
Pada tahun 1875, Pasteur dari Prancis dan John Tyndall dari Inggris akhirnya
menemukan konsep dari generasi secara spontan dan membuktikan keberadaan
mikroba berasal dari kehidupan sebelumnya.
Satu dari kontribusi terbesar Pasteur adalah menetapkan bahwa masing-masing tipe
fermentasi bergantung kepada spesifik mikroorganisme yang digunakan. Selama
Pasteur masih hidup, aplikasi dari antiseptik diperkenalkan. Hal ini sudah
diperkenalkan pada tahun 1846 oleh Ignaz Semmelweis yang menyatakan klorin bisa
mengontrol infeksi, dan pada tahun 1865, Joseph Lister menunjukkan bahwa hal
yang bisa dilakukakan oleh asam karbolat. Pada akhir abad ke-19, Ehrlich memulai
melakukan pengujian pada senyawa sintetik. Pada tahun 1909, Ehrlich berhasilkan
menyembuhkan demam, sifilis, dan tripanosomiasis dengan menggunakan produk
arsenic yang disebuk Salvarsan. Hal ini merupakan obat kemoterapi pertama yang
pernah ditemukan.
Pada 1877, Moritz Traube menyatakan bahwa ada protein yang mengkatalis
fermentasi dan reaksi senyawa kimia lain, protein tersebut tidak rusak ketika
melakukan hal tersebut. Hal ini merupakan permulaan dikenalnya enzim. Selain itu,
fermentasi terjadi pada reaksi bertingkat dimana transfer oksigen disebabkan dari

1
salah satu bagian dari molekul gula ke yang lain, sehingga terbentuk senyawa
teroksidasi (seperti CO2) dan senyawa tereduksi (seperti alkohol).
Biokimia mulai established pada 1897 ketika Eduard Buchner menemukan sel bebas
yeast extract yang bisa merubah sukrosa menjadi etanol. Selama masa Perang Dunia
I, kebutuhan atas gliserol digunakan untuk industry amunisi, yang dihasilkan dari
penggunaan yeast untuk mengubah gula menjadi gliserol. Hal ini diikuti oleh peneliti
dari Jerman di Delft dalam mencari reaksi oksidasi/reduksi dan reaksi kinetik katalis
enzim.
Selama Perang Dunia I juga, Chaim Weizmann dari Universitas Manchester
mengaplikasikan bakteri asam butirat untuk menghasilkan aseton dan butanol. Dia
menggunakan Clostridium untuk memproduksi aseton dan butanol yang merupakan
fermentasi yang bukan makanan pertama yang dikembangkan dalam produksi skala
besar.

2. Sejarah Penisilin
Antibiotik pada era keemas an dimulai dengan penemuan secara tidak sengaja dari
penisilin oleh Alexander Fleming pada tahun 1929 di Inggris. Dia menyadari bahwa
pada piringnya mengandung Staphylococcus aureus yand dikontaminasi dengan
mold/jamur, Penicillium notatum dan terkejut ketika melihat tidak ada koloni bakteri
yang bisa tumbuh di sekitar mold/jamur. Fleming menyimpulkan bahwa jamur
tersebut menghasilkan sejenis agen inhibitor. Selain itu, dia juga meneliti filtrat dari
mold melisis Staphylococci dan tidak bersifat racun kepada hewan. Agen ini
dinamakan dengan penisilin. Aktivitas dari penisilin tidak stabil dan menyebabkan
banyak dari peneliti akhirnya frustasi untuk mengmbangkan agen kemoterapi dari
mikroba.
Ketika Perang Dunia II pecah, banyak tantara Inggri yang mati di medan peperangan
karena terinfeksi oleh bakteri setelah mengalami luka-luka. Oleh karena itu, pada
tahun 1939 dilakukan penelitian tentang penisilin di Sir Willian Dunn School of
Pathology of the University of Oxford yang dilakukan oleh Howard W. Florey, Ernst
B. Chain, Norman Heatley, Edward Abraham, dan mahasiswa mereka. Penelitian ini
akhirnya berhasil menemukan presparasi untuk bentuk stabil dari Penisilin dan
demonstrasi menunjukkan aktivitas antibakeri dan kurangnya toksisitas pada tikus.
Akan tetapi, produksi penisilin dari strain P. notatum terjadi sangat lambat untuk
mengakumulasi material yang digunakan untuk tes klini pada manusia.
Ketika tes klinik menunjukkan hasil yang bagus, produksi skala besar menjadi sangat
penting, secara cepat Florey dan mahasiswanya pergi ke United States pada musim
panas tahun 1941 untuk mengembangkan penisilin. Disana mereka meyakinkan
Northern Regional Research Laboratory (NRRL) dari Departemen Agrikultur US
dan beberapa perusahan farmasi di Amerika untuk mengembangkan produksi
penisilin secara komersil. Hasilnya lebih dari 1000 nyawa dapat diselamatkan.
Penemuan dan pengembangan dari antibiotik beta-laktam juga merupakan
keberhasilan dari sains dan teknologi modern.

2
Pada tahun 1940, pengembangan di bidang genetik mikrobial menjadi sangat intens.
Walaupun strain original yang ditemukan Fleming menghasilkan penisilin yang
tidak baik, “brute force” manipulasi genetik menjadi suatu langkah yang luar biasa
dalam produksi dan mengarahkan untuk mengembangkan teknologi secara
keseluruhan sebagai “strain improvement”. Kemudahan dengan karakteristik yang
permanen dari mikroba bisa berubah menjadi mutate dan simplisitas teknik mutasi
menjadi kemunculan yang luar biasa bagi orang mikrobiologi.
Pemilihan strain dimulai dengan Penicillium chrysogenum NRRL 1951, isolat yang
diketahui berasal dari melon yang berjamur didapatkan dari pasar Peoria. Strain bisa
menghasilkan sampai 60 µg/ml. Pada tahun 1950, akhirnya diketahui bahwa P.
chrysogenum bisa menggunakan tambahan senyawa asil sebagai prekursor rantai
samping dan menghasilkan penisilin yang baru. Penisilin V
(phenoxymethylpenicillin), menjadi komersial yang sangat sukses. Medium yang
digunakan yaitu glukosa, corn steep liquor, prekursor rantai samping (asam
fenilasetat untuk penisilin G atau asam fenoksi asetat untuk penisilin V), dan garam
mineral.

3. Kemunculan Sefalosporin
Edward Abraha di Oxford menemukan antibiotik kedua yang dihasilkan A.
chrysogenum. Antibiotic tersebut diberikan nama beta-laktam yang melekat pada
ikatan samping senyawa yang identik dengan penisilin N, yaitu asam D-α-
aminoadipat. Perbedaannya penisilin mengandung 6 cincin dihidrotiazin pada 5
cincin tiazolidin dari penisilin. Senyawa itu disebut sefalosporin C.
Nukleus dari sefalosporin C dinamakan asam 7-aminosefalosporanat. Sefalosporin
C bisa menyerap cahawa UV dengan sangat kuat, bisa stabil untuk asam dan penisilin
β, tidak bersifat toksik, dan punya aktivitas in-vivo pada tikus.
4. Era Waksman
Pada tahun 1940, adanya penemuan oleh seorang mikrobiologis tanah yaitu Selman
A. Waksman dari Rutgers University. Dia bersama mahasiswanya menemukan
berbagai macam antibiotik baru dari bakteri filamen, actinomycetes, seperti
aktinomisn D, neomisin, dan yang paling baik, streptomisin. Waksman dan
Woodruff mempublikasin penemuan mereka pada tahun 1940 tentang aktinomisin,
yang merupakan kromooligopeptida.
Setelah tahun 1944, streptomisin digunakan utnuk melawan tuberkulosis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan juga untuk melawan bakteri Gram
negatif.
Pada tahun 1948, Waksman menemukan neomisin dan pada tahun 1953 menemukan
candicidin. Neomisin, sebuah aminoglikosida yang dihasilkan oleh Streptomyces
fradiae, merupakan antibakteri, dan polien candicidin, dihasilkan oleh S. griseus,
digunakan untuk antibiotik antifungal.
Penemuan aminoglikosida menghasilkan penemuan berbagai macam obat yang
sangat luar biasa, seperti kloramfenikol pada 1947, tetrasiklin pada 1948, makrolida
seperti eritromisin pada 1952, glikopeptida seperti vankomisin pada 1956,

3
aminoglikosida tambahan seperti gentamisin pada 1963, β-laktam seperti sepamisin
pada 1970 dan karbapenem pada 1979, ansamisin seperti rifamisin pada 1957, dan
polien makrolida seperti nystatin pada 1950.

5. Pengembangan Strain
Pada tahu 1950 awal, manipulasi genetik seperti mutagenesis/screening telah
digantikan dengan mutagenesis/seleksi/screening yang sangat selektif yang
digunakan untuk mengurangi jumlah strain yang bisa meningkat produksi. Lalu
ditemukan derivat baaru yang lebih baik dari molekul induk dan bisa dihasilkan dari
mutan. Hal ini ditemukan oleh Kelner pada 1949, namun derivat yang lebiih aktif
belum terisolasi dan teridentifikasi. Akan tetapi, metabolit yang sangat berguna
dalam dunia medis seperti demetiltetrasiklin dan doxorubisin ditemukan setelah
mutasi kultur yang menghasilkan tetrasiklin dan daunomisin.
Untuk pengembangan stain, genetik rekombinasi awalnya diabaikan sebelum tahun
1975 karena frekuensi rekombinasi yang rendah. Akan tetapi, penggunaan
polietilenglikol dengan media fusi protoplas dalam aktinomisetes oleh Okanishi et
al. merubah situasi tersebut. Okanishi menggunakna genetik rekombinan untuk
mengakselerasi pembentukan protoplas, fusi, dan regenerasi.
Setelah tahun 1985, program pengembangan strain secara rutin diantaranya (i)
mutagenesis transposisi, (ii) targeted deletions dan duplikasi melalui genetic
engineering, dan (iii) genetik rekombinan melalui fusi protoplas dan transformasi
plasmid.
6. Antibiotik Semisintetis
Pada akhir tahun 1970, terjadi perkembangan diantaranya: (i) variasi semi-sintetis
dari antibiotik lama (ketolide, klaritromisin, azitromisin, glisilglisin); (ii) antibiotic
terutilisasi (teicoplanin); (iii) derivat baru yang sebelumnya tidak dikembangkan
(streptogram); dan (iv) pengembangan baru pada agen antimicrobial (kaspofungin,
daptimisin, dan sintetis epotilon).
Pengembangan yang sangat berhasil adalah semi-sintetik eritromisin, klaritromisin,
roksitromisin, azitromisin, dan ketolide telitromisin. Dimana senyawa tersebut
menunjukkan peningkatan pada stabilitas asam dan bio-availability oleh eritromisin
A. Di sisi yang lain azitromisin dan telitromisin melawan bakteri makrolida-resisten.
Semi-sintetik tetrasiklin, yaitu glisilsiklin, telah dikembangkan untuk melawan
bakteri tetrasiklin-resisten.
7. Metabolit Primer
a. Asam Amino
Asam yang paling penting yang dibuat setidaknya sebagian dengan metode
biologis adalah glutamat (1,6 juta ton per tahun), lisin - HCl (700.000 ton),
treonin (70.000 ton), fenilalanin (13.000 ton, termasuk dengan sintesis kimia),
asam aspartat (10.000 ton dibuat secara enzimatis), dan triptofan (3000 ton
termasuk yang dibuat secara enzimatis). Titer tinggi dicapai dalam fermentasi
(mis., 170 g / l L-lisin - HCl).

4
b. Nukleotida
Ketertarikan untuk komersial dalam fermentasi nukleotida dikembangkan karena
penemuan A. Kuninaka di Jepang bahwa purin ribonukleosida 5′-monofosfat
tertentu, yaitu asam guanilat (GMP), asam inosinat (IMP), dan asam xantisilat
(XMP) merupakan penambah rasa untuk makanan , minuman, dan bumbu. Akan
tetapi, AMP tidak memiliki aktivitas. Awalnya, nukleotida dibuat dari hidrolisis
enzimatik RNA ragi tetapi ini adalah proses yang mahal. Mutan auksotrofik dari
penghasil asam glutamat, C. glutamicum, kemudian ditemukan menghasilkan
IMP dan XMP.
c. Vitamin
Vitamin diproduksi 70.000 ton per tahun melalui sintesis dan fermentasi. Dari
jumlah tersebut, riboflavin diproduksi oleh dua metode ini dengan laju tahunan
4000 ton. Sebagian besar jamur menghasilkan riboflavin (vitamin B2) yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan mereka, tetapi beberapa jamur
adalah penghasil vitamin ini secara alami. Kecenderungan sintesis riboflavin
yang tidak terkendali ini ditemukan terutama pada dua spesies jamur,
Eremothecium ashbyi dan Ashbya gossypii. Overproduksi pada strain alami E.
ashbyi ditemukan pada tahun 1935 oleh A. Guilliermond dan rekan kerja.
d. Asam Organik
Asam organik telah menjadi produk penting bioteknologi. Banyak informasi
tentang sejarah fermentasi asam organik dapat ditemukan dalam ulasan Miall,
Mattey, Roehr, dan Magnuson and Lasure. Asam organik komersial yang paling
penting adalah asam sitrat, asetat, dan asam laktat. Proses fermentasi juga
tersedia untuk produksi suksinat, glukonat, oksoglukonat, piruvat, itakonat,
shikimik, malat, propionat, butirat, oksalat, kojik, fumarat, erythorbik, trans-
epoksisuksinat, tartarat, itatartrat, dan rantai panjang α, aric- asam dikarboksilat.
Produksi asam sitrat memiliki makna sejarah yang signifikan karena merupakan
fermentasi industri pertama yang dikembangkan. Asam sitrat telah diproduksi
secara eksklusif melalui isolasi dari lemon. Pada tahun 1916, produksi asam sitrat
oleh black aspergilli dijelaskan oleh Charles Thom dan J.N. Currie. Currie
bergabung dengan Chas. Pfi zer and Co. di Brooklyn, NY dan mengembangkan
proses produksi komersial pada tahun 1923.
e. Alkohol
Produksi etanol mungkin merupakan proses fermentasi tertua yang diketahui.
Selama 6000 tahun, sejak zaman Sumeria dan Mesir, konversi gula dari buah-
buahan dan biji-bijian menjadi etanol telah menjadi proses yang penting. Hingga
1980-an, digunakan terutama untuk membuat minuman beralkohol, tetapi dalam
beberapa tahun terakhir, etanol telah menjadi bahan baku dan bahan bakar
penting yang bersih dan rapi, terutama untuk mobil. Etanol juga memiliki
aplikasi sebagai: (i) pelarut di laboratorium, farmasi, dan kosmetik, (ii)
kosurfaktan dalam emulsi air minyak, dan (iii) zat pensteril dan antiseptik.
f. Polimer

5
Tiga puluh ribu ton xanthan polisakarida diproduksi setiap tahun untuk
digunakan dalam industri minyak, farmasi, kosmetik, kertas, cat, dan tekstil. Gen
kloning, yang melengkapi mutan xantan-negatif, menjadi wild-type
Xanthomonas campestris meningkatkan produksi xantan mencapai 15%.
Sebuah solusi untuk efek pencemaran dari plastik yang diproduksi secara kimia
disediakan oleh sekelompok plastik biodegradable yang diproduksi secara
mikro, yang dikenal sebagai polyhydroxyalkanoates (PHA s). PHA terakumulasi
secara intraseluler ke tingkat 30-80% dari berat kering sel dan dalam kondisi
tertentu, pada Alcaligenes eutrophus, mencapai 96% dari bahan sel.
g. Gula, Gula Alkohol, L-Sugars, Oligosugars, Novel Extracellular
Polysaccharides, Biopigments, Cosmetik Including Fragrants, dan Microbial
Enzymes for Chiral Synthetis and Other Applications
Gula khusus yang penting adalah L-ribulosa yang dapat dibuat dengan
biokonversi, yaitu dehidrogenasi ribitol. Senyawa ini kemudian dikonversi
menjadi L-ribosa yang digunakan untuk sintesis analog nukleosida sebagai agen
antivirus. Homopolisakarida yang bermanfaat adalah dextran, yang disekresikan
oleh strain Leuconostoc, Streptococcus, dan Lactobacillus. Biopigmen penting
adalah riboflavin, β-karoten, astaxanthin, zeaxanthin, dan monaascin. Biofragran
meliputi aroma persik 4-dekalakton, aroma mentega R-δ-dodecanolide, dan
aroma keju asam butirat dan etil esternya. Biokatalisis telah banyak digunakan
di area bahan kimia massal dan juga di sektor lingkungan.
8. The Shift from Antibiotics to Pharmacological Agents
Pada pertengahan abad kedua puluh, lebih banyak perhatian ditempatkan pada
penggunaan metabolit sekunder mikroba sebagai agen farmakologis. Sumber
mikroba tidak lagi dipandang semata-mata sebagai solusi potensial untuk penyakit
mikroba. Dengan visi yang luar biasa, Hamao Umezawa memulai, pada 1960-an,
upaya rintisannya untuk memperluas ruang lingkup mikrobiologi industri menjadi
metabolit sekunder dengan berat molekul rendah yang memiliki aktivitas selain, atau
sebagai tambahan, aksi antibakteri, antijamur, dan antitumor . Dia dan rekan-
rekannya di Institut Kimia Mikroba di Tokyo berfokus pada inhibitor enzim dan
selama bertahun-tahun, menemukan, mengisolasi, memurnikan, dan mempelajari
aktivitas in vitro dan in vivo dari banyak senyawa baru ini. Upaya serupa dilakukan
di Institut Kitasato di Tokyo yang dipimpin oleh Satoshi Omura. Perubahan filosofi
skrining ini diikuti oleh aplikasi biologi molekuler yang cerdas untuk mendeteksi
aktivitas senyawa dari mikroba dan tanaman untuk aplikasi non-antibiotik.
a. Inhibitor Enzim
Kelompok inhibitor enzim yang paling penting adalah statin, yang digunakan
untuk menurunkan kolesterol pada manusia. Agen yang sangat sukses ini juga
memiliki aktivitas antijamur, terutama terhadap ragi. Secara mandiri, Brown et
al. di UK and Endo di Jepang menemukan anggota pertama dari grup ini,
compactin (ML - 236B; mevastatin) sebagai produk antibiotik Penicillium
brevicompactum dan Penicillium citrinum. Endo et al. menemukan kompaktin

6
dalam kaldu sebagai penghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A
reduktase, enzim yang mengatur dan membatasi kadar biosintesis kolesterol.
b. Immunosuppressants
Konsep Umezawa juga mengarah pada pengembangan imunosupresan yang
sangat penting, seperti siklosporin, tacrolimus, sirolimus, dan asam mikofenolat,
yang merevolusi bidang transplantasi organ. Siklosporin (awalnya dikenal
sebagai cyclosporine A) pada awalnya ditemukan sebagai peptida antijamur
spektrum sempit yang diproduksi oleh cetakan Tolypocladium niveum.
Sirolimus ditemukan oleh peneliti di Laboratorium Ayers di Montreal, Kanada
tahun 1972. Sirolimus diisolasi dari Streptomyces hygroscopicus. Molekul yang
luar biasa ini menunjukkan aktivitas yang kuat terhadap ragi Candida albicans
yang patogen dan ragi lainnya.
Perkembangan pada produksi fermentasi sirolimus dan produksi analog baru dari
molekul multipotensi ini dibantu oleh penemuan pada tahun 1991 - 1993 oleh
Paiva dan rekan kerja dari prekursor biosintesisnya (yaitu, asetat, propionat,
metionin, metionin, asam pipekolik, dan asam sikimat).
c. Agen Antitumor
Sebagian besar senyawa antitumor penting lainnya adalah metabolit sekunder
yang diproduksi oleh mikroba. Ini termasuk aktinomisin D, mitomisin,
bleomisin, dan antrasiklin daunorubicin dan doxorubicin. Kulit pohon Yew
Pasifik (Taxus brevifolia) menghasilkan taksol (paclitaxel), zat penstabil
mikrotubulus yang ditemukan oleh Wall dan Wani dengan aktivitas luar biasa
melawan kanker payudara dan kanker indung telur. Yang menarik adalah bahwa
ia juga diproduksi oleh jamur endofit yang diisolasi dari sumber yang sama.
Taxol adalah obat antitumor pertama yang diketahui bertindak dengan
menghalangi depolimerisasi mikrotubulus.
d. Alkaloid Ergot
Skrining luas menyebabkan pengembangan alkaloid ergot untuk berbagai
keperluan medis seperti untuk uterocontraction, hipertensi, gangguan terkait
serotonin, dan sakit kepala migrain. Alkaloid tanaman ini secara tradisional
diproduksi dengan ekstraksi dari sklerotia dari spesies parasit jamur Claviceps.
Belakangan, alkaloid ini menjadi produk jamur dalam submerged fermentation
komersial.
e. Senyawa Agrikultural
Penggunaan bahan kimia sintetis pertanian sebagai herbisida telah
mengkhawatirkan banyak pencinta lingkungan karena beberapa herbisida yang
banyak digunakan dilaporkan menyebabkan kanker dalam uji hewan jangka
panjang. Untuk menghilangkan kekosongan, antibiotik dipertimbangkan untuk
digunakan sebagai herbisida pertanian. Salah satu herbisida tersebut, bialaphos
(N- {4 [hydroxyl [methyl] phosphinoyl] homoalanyl} alanylalanine), yang aktif
melawan gulma berdaun lebar, dikembangkan di Jepang pada tahun 1973.
Produk Streptomyces viridochromogenes ini telah ditemukan satu tahun

7
sebelumnya oleh kelompok Zahner di Jerman sebagai antibiotik spektrum luas
yang aktif melawan bakteri dan Botrytis cinerea.
Keluarga bioinsektisida yang disebut spinosyn ditemukan di Eli Lilly dan
dikomersialkan oleh Dow AgroSciences [193]. Ini adalah makrolida tetrasiklik
yang tidak beracun, non-antibiotik, dan ramah lingkungan yang diproduksi oleh
Saccharopolyspora spinosa dengan aktivitas melawan serangga pesanan
Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Isoptera, Lepidoptera, Siphonoptera, dan
Thysanoptera.
9. Revolusi Biofarmasi
Tonggak utama dalam genetika termasuk temuan Gregor Mendel pada pertengahan
abad kesembilan belas tentang pewarisan karakter dalam kacang polong. Pada tahun
1944, sebuah penemuan besar, bahwa DNA adalah bahan genetik, dibuat oleh Avery,
McCloud, dan McCarty di Rockefeller Institute. Revolusi bioteknologi dimulai
tahun 1953 ketika ditemukannya struktur rantai ganda DNA oleh Watson dan Crick.
Keberhasilan revolusi biofarmasi dapat dilihat pada data berikut. Antara 1997 dan
2002, 40% dari obat-obatan yang diperkenalkan ke dalam praktik medis berasal dari
perusahaan bioteknologi. Industri bioteknologi memiliki dua persetujuan obat /
vaksin pada 1982, tidak ada pada 1983/1984, satu pada 1985, dan 32 pada 2000.
Jumlah paten yang diberikan kepada perusahaan bioteknologi meningkat dari 1500
pada 1985 menjadi 9000 pada 1999.
a. Human Insulin (Novolin, Humulin)
Insulin manusia dikembangkan oleh Genentech pada tahun 1979 dan diproduksi
secara industri pada tahun 1982 oleh Eli Lilly. Sebelumnya, proses tersebut
membutuhkan ekstraksi dari pankreas sapi dan babi yang mati dan produknya
tidak identik dengan insulin manusia. Selanjutnya, produk hewani mengandung
kotoran yang menyebabkan reaksi alergi. Masalah-masalah ini semua
dipecahkan oleh insulin manusia rekombinan.
b. Erythropoietin
Erythropoietin (EPO) adalah faktor sumsum tulang untuk disfungsi ginjal dan
untuk pasien kemoterapi yang digunakan untuk pengobatan gagal ginjal kronis
pada pasien yang menggunakan dialisis ginjal. Produk ini memasuki uji klinis
pada tahun 1985 dan disetujui pada tahun 1989. Produk ini juga berguna untuk
anemia yang disebabkan oleh azidothymidine (AZT) untuk AIDS dan
kemoterapi untuk kanker. EPO juga diberikan kepada pasien yang ingin
menggunakan darah simpanan sendiri.
c. Interferon
α- Interferon (Intron - A, Roferon) disetujui oleh FDA untuk digunakan melawan
sarkoma Kaposi, leukemia myeloid kronis, kutil kelamin, dan leukemia sel
berbulu. Itu menjadi berguna dalam terapi antivirus. Pada tahun 1992, telah
disetujui untuk hepatitis B dan C. β- Interferon (“Betaseron,” interferon
rekombinan β-1a, Avonex) telah disetujui oleh FDA untuk multiple sclerosis
pada tahun 1993 dan γ- interferon pada tahun 1990 untuk pengobatan penyakit
granulomatosa kronis.

8
d. Hormon Pertumbuhan (Somatotropin, Somatropin, Humatrope, Nutropin,
Protropin, Somatren, Serostim)
e. Tissue Plasminogen Activator (Activase, Alteplase)
Tissue plasminogen activator ( tPA ) melarutkan bekuan darah di arteri koroner
manusia dan diresepkan untuk penghentian serangan jantung yang cepat (acute
myocardial infarction), trombosis vena dalam, emboli paru, dan stroke.
f. Interleukins
Interleukin 2 (IL-2, proleukin) menunjukkan aktivitas melawan kanker sel ginjal
dan disetujui pada tahun 1992. Pada awal 1998, FDA menyetujui IL-11
rekombinan (Neumega) untuk pengobatan kanker terkait kemoterapi
trombositopenia (yaitu jumlah trombosit yang rendah), karena kemampuannya
untuk merangsang pembentukan trombosit.
g. Faktor VIII
Pasien dengan hemofilia secara tradisional menerima produk koagulan darah
yang berasal dari plasma manusia untuk memperbaiki kekurangan protein Faktor
VIII pembekuan darah mereka. Uji klinis dimulai pada tahun 1989 tentang Faktor
VIII rekombinan untuk digunakan dalam hemofelia. FDA menyetujui produk
tersebut pada tahun 1993.
h. Colony-Stimulating Factors
Colony-stimulating factos merupakan faktor sumsum tulang belakang untuk
disfungsi ginja; dan untuk pasien kemoterapi. Granulosit colony-stimulating
factor (G-CSF; Neupogen, Filgrastim, Leukine) ditemukan pada 1991 untuk
induksi kemoterapi pada defisiensi sel darah putih (neutropenia). Granulocyte
macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) juga ditemukan pada tahun
1991 untuk stimulasi dari pertumbuhan sel darah putih pada transplantasi sel
tulang belakang.
i. Human DNase
Human DNase ditemukan oleh FDA pada tahun 1994 untuk cystic fibrosis.
DNase juga bisa menunjukkan efisiensi pada bronkitis kronis, sebuah penyakit
yang menyerang 2 juta orang di US.
j. Glucocerebrosidase
Glukoserebrosidase ditemukan pada tahun 1994 untuk genetic disorder
Gaucher’s diseade. Enzim ini tidak bisa mencegah akumulasi lipid pada organ
vital dan tulang.
k. Antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal ditemukan oleh Georges Kolter dan Cesar Milstein dari
Inggris pada tahun 1975. Mereka mefusi sel kanker pada kulit tikus (myeloma)
dengan antibodi yang dihasilkan oleh sel darah putih. Hasilnya terbentuk sel
hybrid (hybridoma) yang merupakan antibodi spesifik. Monoklonal juga bisa
dihasilkan dari sel imun manusia.
Pada tahun 1998 terdapat 4 jenis monoklonal, yaitu: (i) infliximab (Remicade)
menghambat tumor necrosis factor (TNF) dan penyakit Chron, serta rheumatoid
arthritis; (ii) basiliximab (Simulect) digunakan untuk melawan penolakan organ

9
akut pada pasien yang menerima transplantasi renal, bersama dengan siklosporin
dan kortikosteroid; (iii) trastuzumab (Herceptin) menargetkan epidermal HER2
reseptor faktor pertumbuhan protein onkogen dan digunakan pada kanker
payudara; (iv) palivizumab (Synagis, MEDI-493) untuk pencegahan dari lower
respiratory tract disease yand disebabkan oleh respiratory syncytial virus.
l. Additional Biopharmaceuticals
Produk lainnya adalah (i) etanersep, yang ditemukan pada tahun 1998 untuk
rheumatoid arthritis melalui ikatan dan inhbisi dari TNF, sebuah protein yang
meningkat ketika terjadi luka. (ii) imantinib, yang aktif menyerang chronic
myelogenous leukemia (CML).
10. Host Rekombinan
a. E. coli
Kegunaan E. coli sebagai host rekombinan, sebagai tambahan pada densitas sel
tinggi dan peningkatan produk, termasuk di dalamnya sebagai berikut. (i) sangat
mudah memodifikasi gen. (ii) tumbuh sangat cepat. (iii) kondisi kultur sangat
simple. (iv) aktivitas protease sangat mudah direduksi. (v) menjauhkan dari asam
amino analog. (vi) kontrol promoter sangat simple, dan masih banyak lagi
keuntungan dari E. coli.
b. Yeast
Yeast mempunyai beberaa keuntungan kepada bakteri sebagai host kloning. (i)
Yeast bias mengsekresikan protein yang bervariasi ke luar sel. (ii) Yeast bisa
melakukan glikosilasi protein.
Yeast yang metilotrofik Pichia pastoris ditemukan bisa menemuka keuntungan S.
cerevisiae sebagai host gen. (i) Yeast ini bisa tumbuh pada densitas sel yang
sangat tinggi dalam media bebas protein. (ii) produktivitas protein yang tinggi.
(iii) tidak overglikosilat. (iv) produksi protein sangat tinggi.
c. Molds
d. Sel Insekta
Kultur sel insekta merupakan host yang baik untuk produksi protein rekombinan.
Kultur sel insekta rekombinan memiliki yield lebih dari 200 protein dari gen virus,
bakteri, fungi, tanaman, dan hewan. Host yang sangat umum digunakan adalah
Spodoptera frugiperda yang merupakan sejenis cacing ada kultur suspensi.
Alternatif lain yaitu kultur larva yang lebih murah dari kultur sel.
e. Sel Mamalia
Kegunaan dari kultur sel mamalia adalah karena kebutuhan untuk produksi EPO
dan tPA pada awal tahun 1980. Kultur sel mamalia sangat bermanfaat karena di
dalamnya terdapat protein dibuat dari bentuk glikosilasi yang mengeliminasi
kebutuhan untuk renature. Kultur sel mamalia digunakan untuk produksi
hormone pertumbuhan manusia, GM-CSF, G-CSF, EPO, dan pulmozim.
f. Hewan transgenik
Hewan transgenik dikembangkan sebagai sistem produksi untuk peptide
rekombinan. tPA dihasilkan susu dari kambing transgenik pada level 3 g/L. Sapi

10
menghasilkan 30 L susu per hari, yang mana terkandung sampai 35 g/L, dimana
total protein yang dihasilkan per hari adalaj 1 kg.
Pada banyak kasus, protein adalah aktif sebagai natif protein. Kambing transgenic
menghasilkan tPA dengan glikosilasi berbeda dari yang dihasilkan dari kultur sel
dan bisa hidup lebih lama dibandingkan dengan natif tPA. Hal negative dari
produksi protein melalui hewan transgenic adalah lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk menilai kelayakan untuk produksi.
g. Tumbuhan transgenik
Tumbuhan transgenin bisa digunakan menghasilkan produk sperti glukoronidase
(GUS), avidin, lakase, dan tripsin. Oilseed rape plants digunakan untuk
menghasilkan enkefalin dan neuropeptide. Protein rekombinan bisa dihasikan dari
tumbuhan transgenic pada konsentrasi 14% dari total protein yang larut dalam
tembakau (phytase dari A. niger)
11. Enzim
Nama enzim pertama kali digunakan oleh Kuhner pada tahun 1877. Enzim menjadi
sangat berguna dalam industry karena kecepatan dan efisiensinya yang sangat bagus
pada konsentrasi rendah dalam kondisi pH dan temperature yang mild, spesifitas
yang tinggi terhadap substrat, toksisitas rendah, dan kemudahan reaksi pada kondisi
mild.
Alas an lain untuk menggunak sel mikroba sebagai sumber enzim adalah fermentasi
enzim sangat ekonomis untuk skala besar pada siklus fermentasi singkat dan media
yang murah, prosedur screening yang simple dan kultur bisa terbentuk dalam waktu
singkat, spesies berbeda menhasilkan enzim yang berbeda dengan reaksi yang sama.
Pada tahun 1980 dan 1990, mikrobial enzim menggantikan penggunaan dari enzim
yang berasal dari hewan dan tumbuhan, sebagai contoh protease dari pancreas
digantikan dengan yang berasal dari Aspergillus dan Baccilus untuk proses pada
persiapan deterjen.

12. Biokonversi
Produk dari proses biologi yang bersaing dengan produk dari hasil proses kimiawi
adalah produksi dari akrilamida, yang diproduksi 200.000 ton per tahun sebagai
flokulan, sebuah komponen dari sintetik fiber, a soil conditioner, dan agen
pemulihan pada industri petroleum. Proses biokonversi mengunakan Pseudomonas
chlororaphis B23 atau Rhodococcus rhodochorus J1, dimana nitril hydratase
diinduksi dari metakrilamida dan dikatalisasi hidrasi, yang bersaing dengan reaksi
kimia.
13. Vaksin
Protein antigen untuk vaksin telah berhasil dibuat dengan cloning dan
pengekspresian kode gen untuk antigen dari virus, bakteri, dan parasit. Subunit
vaksin pertama yang ada adalah antigen untuk virus hepatitis B yang diproduksi dari
yeast.
14. Sistem Mikrobiologi

11
Sistem mikrobiologi muncuk sebagai term dan scientific field yang mendeskripsikan
melalui sebuah pendekatan dengan pertimbangan skala genom dan ukuran sel dalam
menjelaskan proses dan mekanisme yang mengeluarkan sel mikrobial. Pandangan
yang mulai berkembang tentang sel mikrobial menjadi memungkinkan karena
kemajuan dalam genomik dan teknik “omik” lainnya dan teknologi hasil yang tinggi
untuk mengukur perbedaan kelas dari molekul interseluler.

12

Anda mungkin juga menyukai