PTS - Pa Urbanus
PTS - Pa Urbanus
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan didalam sebuah penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas
pendidik dan tenaga kependidikan. Jadi untuk Kepala sekolah/madrasah merupakan salah
satu tenaga kependidikan yang juga memiliki peran sangat strategis dalam
meningkatkan hal profesionalisme guru dan pula mutu pendidikan di sekolah. Jadi
Kepala sekolah/ madrasah juga berperan sebagai supervisor, yang memiliki tanggung
jawab dalam memantau, membina dan memperbaiki kualitas proses belajar mengajar di
sekolah sehingga dapat pula menghasilkan lulusan yang harus berkualitas. Oleh karena
itu, kepala sekolah/madrasah memiliki keharusan rasa tanggung jawab sepenuhnya untuk
bisa dapat mengembangkan seluruh sumber daya sekolah dan menjamin akan
dan kompetensi sosial (Depdiknas, 2007:3). Maka Keberhasilan pada kepala sekolah/
dan kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan tugas pokok, wewenang dan
Pada kenyataannya saat ini, tidak semua kepala sekolah/ madrasah menguasai seluruh
dimensi kompetensi dengan baik. Hal ini berdasarkan hasil survei tahun 2007 oleh
di Indonesia tidak kompeten adanya. Kesimpulan ini diperoleh setelah dari Direktorat
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007. Uji kompetensi dilakukan terhadap 400 kepala
sekolah dari 3 provinsi. Untuk memastikan temuan tersebut, uji kompetensi kembali
dilakukan terhadap sebanyak 30 kepala sekolah dari berbagai satuan pendidikan dan
hasilnya hampir sama. Hampir semua kepala sekolah lemah dalam bidang kompetensi
manajerial dan supervisi. Padahal dua kompetensi itu merupakan kekuatan kepala
sekolah untuk bisa mengelola sekolah dengan baik. (Tempo, 12 Juni 2008). Dari data
supervisi 40,4%, kompetensi sosial 64,2% dan juga kompetensi kewirausahaan 33,3%
(Kemdiknas, 2011:1).
Selanjutnya hasil pemetaan tentang kompetensi kepala sekolah secara
Indonesia tahun 2010 menunjukkan data yang tidak jauh berbeda. Rata-rata
penguasaan atas seluruh sub-sub kompetensi dari kelima dimensi kompetensi secara
nasional sebesar 76%. Artinya, masih diperlukan upaya berkelanjutan untuk bisa
(Kemdiknas, 2011:1).
Mengingat strategisnya akan peran dari kepala sekolah dalam keberhasilan proses
pendidikan maka kepala sekolah perlu kiranya mendapat arahan, bimbingan dan
bagian terpenting dari supervisi manajerial yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah.
Oleh sebab itu supervisi manajerial dilaksanakan oleh pengawas sekolah sebagai
supervisor pendidikan kepada kepala sekolah dalam rangka meni- ngkatkan kemampuan
untuk kepala sekolah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dan tanggung jawabnya.
kegiatan supervisi untuk manajerial pengawas sekolah belum terlaksana secara rutin dan
terhadap kepala sekolah sering terabaikan dan lebih fokus pada pembinaan guru saja.
Padahal tuntutan ketrampilan dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh kepala
sekolah akan semakin kompleks. Sehingga peran pengawas sekolah di harapkan dapat
memberikan arahan, bimbingan, dan pembinaan yang berkelanjutan agar kepala sekolah
Hasil wawancara dan diskusi yang dilakukan kepada beberapa guru, diperoleh
masih sangat rendah. Pelaksanaan supervis yang dilaksanakan kepala sekolah hanya
masih bersifat administratif, yang substansinya belum bisa menyentuh kebutuhan guru
pengajaran. Selain itu, kepala sekolah sangat jarang dalam melaksanakan program
dilakukan guru di dalam kelas. Padahal kepala sekolah memiliki tugas dan tanggung
dilakukan oleh guru di sekolah baik pada tahap persiapan, pelaksanaan dan penilaian
(Mantja, 2002:9).
80% kepala sekolah belum merealisasikan fungsi supervisi akademik. Beberapa gejala
yang dapat dilihat oleh pengawas sekolah antara lain: kepala sekolah tidak dapat
menunjukkan bukti fisik pelaksanaan supervisi akademik, dan kepala sekolah enggan
sekali melakukan supervisi. Banyak kepala sekolah yang belum dapat bisa melakukan
supervisi akademik sesuai dengan pelaksanaan supervisi yang benar, yaitu membantu
melakukan supervisi akademik, di samping itu guru merasa canggung dan takut untuk
disupervisi. Keadaan ini tidak diatasi sehingga kegiatan supervisi akademik tidak
dilaksanakan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Arikunto (2004:4) yang
melaksanakan supervisi dengan baik dengan alasan beban kerja kepala sekolah yang
terlalu berat serta latar belakang pendidikan yang kurang sesuai dengan bidang studi
yang disupervisi. Sehingga pada tujuan untuk membina dan membimbing guru masih
belum sempurna serta guru kurang dapat memahami makna dari pentingnya supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah. Lebih lanjut dinyatakan, oleh Barokah (2013:3)
terhadap penilaian administratif guru saja. Sementara dalam kenyataannya, guru yang
memiliki penilaian yang bagus secara administratif belum tentu mampu memiliki
performance yang baik di dalam kelas. Padahal, jika dilakukan dengan maksimal
karena selain adanya proses penilaian, terdapat juga tindak lanjut berupa bimbingan
dan perbaikan secara berkala. Kompetensi supervisi ini sangat strategis bagi seorang
kepala sekolah pada khususnya dalam memahami tugas dan fungsi kepala sekolah
antaranya harus mampu menilai sub-sub kompetensinya yang juga mencakup: (a)
menggunakan pendekatan dan juga teknik supervisi yang tepat, (c) menindaklanjuti
hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru
(Depdiknas, 2008:20).
menyusun program supervisi yang dimulai dari satu perencanaan, melaksanakan dan
melaporkan hasil- hasil supervisi akademik. Kepala sekolah harus memiliki kompetensi
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan
kepala sekolah terhadap guru sangat penting dilakukan dalam rangka usaha
dilakukan oleh kepala sekolah diharapkan memberi dampak terbentuknya sebuah sikap
profesional guru. Perilaku yang profesional akan lebih diwujudkan dalam diri guru,
apabila institusi tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak pada pembinaan,
profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor terhadap guru
merupakan usaha yang memberikan kesempatan bagi guru untuk berkembang secara
profesional, sehingga guru tersebut menjadi mampu dan berusaha memperbaiki juga
dipimpinnya, hasil perbaikan ini tampak setelah di lakukan sentuhan supervisor berupa
bantuan mengatasi kesulitan guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Bafadal (1992:10)
bahwa supervisi akademik akan mampu membuat guru semakin profesional apabila
kerja. Sementara itu Suhardiman (2012:10) menyatakan bahwa hanya kepala sekolah
yang memiliki kompetensilah yang akan berketrampilan baik. Salah satu ciri kepala
sekolah yang memiliki ketrampilan baik yaitu akan mampu memimpin sekolah secara
efektif. Kepala sekolah yang dapat memiliki kompetensi dan kemampuan yang baik
Metode utama yang harus dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan di dalam
yang harus di atasi dalam pelaksanaan program. Monitoring lebih berpusat pada
Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain
ini pengawas harus melengkapi diri dengan perangkat atau daftar isian yang memuat
seluruh indikator yang harus diamati dan dinilai. Menurut Fattah (2004:102) bahwa
untuk mengukur prestasi, (b) mengukur prestasi kerja, (c) maka menganalisis apakah
prestasi bisa memenuhi standar, dan juga (d) mengambil tindakan korektif apabila
prestasi kurang/ tidak memenuhi standar. Kegiatan evaluasi ditujukan untuk dapat
atau sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan
evaluasi utamanya adalah untuk a). dapat mengetahui tingkat keterlaksanaan program,
(b) dapat mengetahui keberhasilan program, (c) dapat mendapatkan bahan/ masukan
dalam perencanaan tahun berikutnya, dan (d) memberikan penilaian (judgement) ini
monitoring dan evaluasi di anggap paling tepat dalam menerapkan supervisi manajerial
Discussion (FGD), Workshop dan Delphi. Kelebihan metode ini karena peneliti dapat
memantau dan menyentuh secara langsung kondisi dan perkembangan yang terjadi di
lapangan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat
C. Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: Untuk
D. Manfaat Penelitian
Istilah ketrampilan atau prestasi kerja berasal dari job performance yaitu prestasi
kerja yang dicapai seseorang di dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Ketrampilan di artikan juga sebagai tingkat atau derajat
pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang sudah dimilikinya. Ketrampilan
dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang
merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang diberikan
defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during
a specified time priod.” (ketrampilan didefinisikan sebagai catatan hasil yang dihasilkan
pada fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu. Menurut
fungsi yang dituntut dari seseorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran
umum keterampilan. Sedangkan menurut Rivai (2003: 309) bahwa arti ketrampilan
adalah merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja
profesional yang ada dalam organisasi sekolah, yang bertugas untuk mengatur semua
sumber daya sekolah dan agar dapat bekerjasama dengan guru-guru, staf dan juga
pegawai lainnya dalam melakukan mendidik peserta didik untuk mencapai tujuan
sekolah profesional adalah kepala sekolah yang melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sesuai dengan standar kepala sekolah, yaitu dapat menguasai dimensi
sekolah adalah unjuk kerja, prestasi kerja ataupun hasil pelaksanaan kerja kepala
kepala sekolah dapat juga ditafsirkan sebagai arti penting suatu pekerjaan; tingkat
keterampilan yang diperlukan; kemajuan dan tingkat penyelesaian dari suatu pekerjaan
sekolah/ madrasah adalah hasil kerja yang dicapai kepala sekolah/ madrasah untuk dapat
melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya dalam mengelola sekolah
yang juga biasa dipimpinnya. Hasil kerja tersebut merupakan refleksi dari kompetensi
hasil kerja dalam bentuk konkrit, dapat diamati, dan dapat di ukur baik kualitas maupun
sekolah yaitu prestasi kerja atau hasil kerja yang dicapai oleh kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas pokok, fungsinya dan tanggung jawabnya. Dengan kata lain,
tugas yang dimiliki kepala sekolah dalam menyelesaikan pekerjaan di sekolah yang
dipimpinnya. Ketrampilan kepala sekolah dikatakan baik, jika target atau tujuan sekolah
dapat tercapai. Semua ini didukung oleh kompetensi, sikap, motivasi dari semua warga
nasional pendidikan selama di bawah kepemimpinan yang bersangkutan, dan (3) usaha
Kemdiknas (2011:7-8) menjelaskan bahwa tugas pokok dan fungsi kepala sekolah juga
harus mengacu pada standar pengelolaan sekolah, yang meliputi : (1) bentuk
perencanaan program, (2) bentuk pelaksanaan program, (3) bentuk pengawasan dan
evaluasi, (4) kepemimpinan sekolah, (3) bentuk sistem informasi sekolah. Salah satu
komponen ketrampilan kepala sekolah dalam pengawasan dan evaluasi adalah usaha
kepala sekolah/ madrasah berdasarkan lima bentuk dimensi kompetensi kepala sekolah/
madrasah, (4) manajemen sumber daya, (3) kewirausahaan, dan (6) supervisi
pembelajaran. Jadi antara dimensi dan penilaian ini sangat berhubugan erat.
yang lebih tinggi dari orang yang disupervisi (Sudjana, 011:1).Menurut Wiles
(1967:3) bahwa “supervision is a service activity that exists to help teachers do their
job better. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa dari supervisi adalah aktivitas
agar memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam hal ini, kegiatan supervisi merupakan
bantuan yang diberikan kepada guru untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar
agar memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Sudjana (2011:3) bahwa supervisi
juga dilakukan melalui dialog kajian masalah tentang pendidikan untuk menemukan
guru dan staf sekolah lainnya guna tetap mempertinggi ketrampilan bagi sekolah
(2009:79) supervise adalah segala bantuan dari pimpinan sekolah, yang tertuju
bahwa supervisi adalah pembinaan yang di berikan kepada seluruh staf sekolah agar
mengajar yang lebih baik. Sedangkan menurut Sagala (2012:88) supervisi adalah
usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu sebagai bantuan bagi guru
dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk membantu peserta didik agar lebih
baik dalam belajar. Sejalan dengan pendapat Purwanto (2003:76) bahwa supervisi
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Dalam
hal pelaksanaan supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru-guru/ pegawai
menjalankan tugas dengan sebaik baiknya sesuai dengan apa instruksi atau
“supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about
their practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve parents
and schools; and to make the school a more effective learning community”. Kutipan
diatas tersebut menunjukkan bahwa untuk supervisi merupakan suatu proses yang
di rancang secara khusus untuk bisa membantu para guru dan supervisor dalam
baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah
adalah memberikan satu layanan dan bantuan untuk dapat mengembangkan situasi
bila belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Dengan demikian bahwa tujuan
upervisi ialah untuk bisa dapat meningkatkan kualitas diri mengajar guru, yang pada
tujuan supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan
staf sekolah yang lain agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas
merupakan salah satu fungsi yang mendasar (essential function) dalam keseluruhan
program sekolah. Hasil supervisi akademik ini berfungsi sebagai sumber dasar
improve the learning situation for children. The supervisor’s function is to help
teachers release their full potential”. Dari Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
fungsi dasar dari supervisi adalah untuk memperbaiki situasi belajar bagi anak-anak.
Menurut Arikunto (2004:13) supervisi memiliki tiga fungsi yaitu fungsi untuk
perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap
guru-guru dalam wujud layanan profesional. Fungsi supervisi dalam bidang evaluasi
Kemdiknas (2011:4-3) dapat menjelaskan bahwa salah satu tugas kepala sekolah/
interpersonal dan teknikal. Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah/ madrasah harus
tujuan pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali
Meskipun demikian, didalam supervisi akademik ini tidak bisa terlepas dari
penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran. Apabila dikatakan
unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu
kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Penilaian unjuk ketrampilan guru-
guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi
mutu kerja guru dalam mengelola proses- proses pembelajaran, merupakan bagian
bisa ditetapkan aspek aspek yang perlu dikembangkan dan dengan cara
mengembangkannya.
melakukan kegiatan sebagai tindak lanjut dari hasil supervisi. sedangkan tujuan dari
akademik. Agar kepala sekolah dapat juga melaksanakan tugasnya dengan baik,
supervisi akademik.
utama dalam supervisi edukatif adalah proses belajar mengajar dengan tujuan
meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang sangat
mempengaruhi proses pembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat dan
buku pelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, fokus utama
kepada guru- guru untuk berkembang secara profesional sehingga mampu dalam
tepat. Supervisi edukatif juga harus didukung oleh instrumen- instrumen yang
inti tujuan, sasaran, objek, metode, teknik dan pendekatan yang sudah
direncanakan.
kepala sekolah dalam merencanakan satu program supervisi akademik terhadap guru
akademik yang meliputi keluaran langsung (output) dan dampak (outcomes), (3)
tepat dengan masalah yang sedang dikembangkan, (4) bila menetapkan mekanisme
tujuannya, pendekatan, dan juga strategi yang dipilih. (3) mengidentifikasi dan
menetapkan sumber daya (manusia, informasi, peralatan, dan dana) yang dibutuhkan
akademik, (7) menyusun prosedur dan mekanisme monitoring dan evaluasi supervisi
meliputi: (1) fokus pada perbaikan proses dan hasil belajar, (2) jadwal pelaksanaan
dan instrumen supervisi akademik, (3) dikomunikasikan pada bulan pertama awal
Salah satu tugas dari kepala sekolah adalah untuk melaksanakan supervisi
akademik. Jadi Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif dan efesian
kebutuhan dan masalah nyata yang dihadapi oleh guru-guru, (3) menempatkan
tujuan utama supervisi akademik, (4) didalam membangun hubungan dengan guru
dan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan supervisi, (3) didalam
tanggung jawab pengembangan pembelajaran dengan guru dan pihak lain yang
relevan, (6) memilih dan juga menerapkan pendekatan supervisi akademik yang
tepat dan sesuai dengan tujuan supervisi, (7) untuk menerapkan berbagai teknik
akademik terhadap guru-guru dalam rangka peningkatan kualitas guru adalah (1)
mampu membagi tugas pelaksanaan supervisi akademik kepada wakil dan guru
senior yang memenuhi syarat, (2) mampu lagi menerapkan prosedur, pendekatan
diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar dan guru diberi
meningkatkan profesional guru. Dari umpan balik itu pula dapat tercipta
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk bisa dapat mengetahui
dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan
berpusat pada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis.
Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang
dapat berjalan sesuai dengan rencana. Hal utama yang perlu akan dilakukan dalam
melakukan monitoring dan evaluasi antara lain: (a) perkembangan dari pelaksanaan
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan.
evaluasi adalah suatu proses kegiatan yang akan ditujukan untuk mengetahui apakah
prosedur/ standar yang telah ditetapkan dan menilai sejauh mana tingkat
METODOLOGI PENELITIAN
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kepala SMP di Kecamatan Soa. Jumlah kepala sekolah
yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 3 (tiga) orang, yakni Kepala SMP
Negeri Satap 1 Soa, Kepala SMP Negeri 2 Soa, SMP Negeri Satap 3 Soa. Peneliti
D. Tindakan
supervisi. Penelitian ini dirancang dengan proses dua siklus yang terdiri empat
merupakan satu siklus atau putaran dimana dari setiap tahapan ini terus berulang
penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart, dapat dilihat pada
gambar 1 berikut :
Teknik
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi atau
pengamatan
Untuk Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam
Sekolah yang difokuskan pada ( 1) Standar Isi (2) Standar Proses (3) Standar
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data penelitian ketrampilan kepala
PERINGKAT NILAI
Kurang (K) K ≤ 70
Ukuran keberhasilan diukur dari tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus
Penelitian tindakan ini dikatakan berhasil apabila seluruh kepala sekolah yang
sekolah dengan metode monitoring dan evaluasi dilakukan dengan desain penelitian
tindakan (action research). Deskripsi hasil penelitian ini dibuat secara terpadu dan juga
sistematis dengan strategi siklus. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus pada
sekolah yang disupervisi, yakni SMPN Satap 1 Soa, SMPN 2 Soa, dan SMPN Satap 3
Soa.
Jumlah kepala sekolah yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 3 (tiga)
orang, yakni Kepala SMPN 2 Soa, Kepala SMPN Satap 1 Soa, Kepala SMPN Satap 3
Soa. Kegiatan Prasiklus dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2019 sampai dengan 21
Januari 2019. Selanjutnya Siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2019 sampai
dengan 26 Januari 2019 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2019 sampai
dengan 8 Februari 2019. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni: perencanaan,
Prasiklus
januari 2019. Peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada pengawas sekolah
lokasi penelitian dan meminta kesediaan kepala sekolah untuk diobservasi dalam
dan kemampuan awal 3 (tiga) kepala SMP dalam melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru di sekolah. Jadi Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari 3
Hal ini dilihat dari kelengkapan dokumen perencanaan, pelaksanaan dan tindak
lanjut supervisi akademik kepala sekolah seperti pada tabel dan grafik berikut ini :
Pra Siklus
80
60
40
20
0
Satandar Isi Standar Proses Standar SKL Standar
Penilaian
Dari 3 (tiga) kepala sekolah yang diteliti, rata-rata kepala sekolah belum dapat
menunjukkan dokumen atau bukti fisik dari pelaksanaan supervisi akademik ini
terhadap guru-guru di sekolah, yaitu kepala sekolah SMP N 2 Soa. Hasil dari
%. (Tabel 2)
Siklus I
Siklus pertama (I) dilaksanakan pada tanggal 22 Januari sampai dengan 26 Januari
2019 terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
prasiklus, peneliti selalu mengidentifikasi kekurangan atau hal- hal yang perlu
diperbaiki dengan tujuan agar pada tahap siklus I persentase tingkat keberhasilan dalam
penelitian ini dapat meningkat. Peneliti dan pengawas binaan merencanakan skenario
evaluasi, mencakup kerangka kerja observasi yang akan dilaksanakan yaitu: waktu
supervisi akademik.
sekolah di dalam melaksanakan supervisi akademik pada SMP di Kecamatan Soa Kab.
Ngada termasuk dalam kategori kurang baik dengan jumlah persentase sebesar 63 %
dan ini dapat dilihat dari tabel 3, 4 dan grafik siklus 1 berikut :
Grafik 2. Siklus 1
SIklus 1
70
60
50
40
30
20
10
0
SATANDAR ISI STANDAR STANDAR SKL STANDAR
PROSES PENILAIAN
baik. Indikator dari keberhasilan belum dicapai oleh peserta, sehingga perlu
Siklus II
pelaksanaan dalam monitoring dan evaluasi pada siklus II. Indikator- indikator yang
belum tercapai yang teridentifikasi dapat ditingkatkan pada siklus II dengan metode
monitoring dan evaluasi dengan tepat. Persentase rata- rata skor keseluruhan pada
peningkatan 21,00% dan dapat dilihat pada tabel 4,5 dan grafik siklus 2 berikut :
Grafik 3. Siklus 2
SIklus 2
100
80
60
40
20
0
Satandar Isi Standar Proses Standar SKL Standar
Penilaian
melampaui indikator keberhasilan, yaitu > 80, hanya pada standar SKL SMPN Satap 1
dan Satap 3 Soa yang masih dibawah 80% yaitu masing-masing 75 % tetapi secara
keseluruhan rata rata nilai dari tiga kepala sekolah yang diamati untuk empat standar
penelitian ini, sehingga siklus penelitian selesai. Data awal (prasiklus) persentase rata-
rata skor keseluruhan adalah sebesar 53 % dengan kategori kurang, siklus I sebesar 63
Hasil penelitian tindakan di atas sesuai dengan pendapat Sudjana (2012:133) bahwa
terpenting dari supervisi manajerial yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah. Oleh
sebab itu dalam supervisi manajerial dilaksanakan oleh pengawas sekolah sebagai
kemampuan kepala sekolah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dan tanggung
jawabnya.
profesional yang dilakukan kepala sekolah sebagai bentuk supervisor terhadap guru
secara profesional, sehingga guru tersebut menjadi mampu dan mau memperbaiki dan
kesulitan guru.
melaksanakan dan tindak lanjut supervisi akademik terhadap guru dapat ditingkatkan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan (action research) pada siklus I dan siklus
sekolah dengan metode monitoring dan evaluasi pada SMP di Kecamatan Soa
upaya untuk perbaikan pada siklus II, maka itu terjadi peningkatan menjadi 84 %
dengan kategori baik. Pada siklus II seluruh responden (kepala sekolah) telah
memenuhi kriteria- kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu > 80%.
B. Saran
Urbanus Muga , lahir di Piga ,18 Desember 1962. Anak ke-5 dari
pasangan bapak Karolus Gaba (Alm) dan Ibu Maria Moi (Alm).
Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di kampung
halamannya yaitu SDK Piga tahun 1975, SMPK Kejora Wangka tahun
1979, SPGK Ndao Ende tahun 1982. Penulis Kuliah di Unika Widya Mandira
Fakultas Keguruan Jurusan Pendidikan Bimbingan Konseling sampai
memperoleh Ijasah tahun 1990. Penulis sempat honor di SDK Piga (1981 -1982) ,
sempat honor di SMIP Kencana Sakti-Kupang (1989-1990), Menjadi Tenaga
SP3(Sarjana Penggerak Pemuda Pedesaan) Di Desa Sara Sedu Kecamatan Golewa
Kabupaten Ngada ( 1990 – 1992) ,Lulus CPNS (1993) ditempatkan di SMA Negeri
2 Ruteng ( 1993-2004). Menjadi Guru SMA Negeri 1 Soa ( 2004 – 2006). Menjadi
Pengawas SMP/SMA ( 2006 -2016 ). Tahun 2017 sampai sekarang dopercayakan
menjadi Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan Kabupoaten Ngada.