Anda di halaman 1dari 15

Analisis Masalah

1. Apa saja peraturan undang-undang terkait kesehatan kerja?


Jawab :

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2


Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja
dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 3


Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang
baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan
tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja
juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh
produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan
kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

3. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 1


Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampi dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.

4. UU No. 36, 2009 tentang kesehatan kerja ( pasal 164 ) 6


1. Upaya Kesehatan Kerja bertujuan melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan.
2. Sasaran : pekerja formal dan informal, & setiap orang yg berada di lingkungan
tempat kerja.
3. Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja.
4. Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja , menjamin
lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
kerja.
5. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.
6. Hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai
pertimbangan seleksi pekerja.

Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga


mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah : 5
A. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja
Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
B. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
C. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
D. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja

Undang-Undang K3 :5
1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Pemerintah terkait K3 :5


1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).
2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,
Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.
3. peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.
4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.

Peraturan Menteri terkait K3 :5


1. Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi
Dokter Perusahaan.
2. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Pengangkutan dan Penebangan Kayu.
3. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang Serta
Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan
Kerja.
4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan Hygienen Perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.
5. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan.
6. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
7. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
8. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
9. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.
10. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
11. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
12. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis.
13. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian
Asbes.
14. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
15. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
16. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
17. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat
Uap.
18. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Keran
Angkat.
19. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi Penyalur Petir.
20. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
21. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
22. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
23. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
24. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan.
25. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan tata Kerja
Dokter Penasehat.
26. Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
2. Apa saja prinsip dasar kesehatan kerja?
Jawab :7

Pada hakekatnya prinsip ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan
problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif dari tiga komponen utama
yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan bekerja seseorang yang dipengaruhi oleh sex,
umur, gizi, status kesehatan, pendidikan dan keterampilan.
2. Beban kerja adalah beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya, seperti mengangkat, mencangkul, berlari, mejgjmikul, mendayung
dan lain-lain.mhcjcmvccvccgcgfcccg
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan di sekitar temvcmcgcf
vccgcfcfcffccfcmcfcccgcf atau rendah dan sebagainya.
Lingkungan kerja mempunyai pengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya yaitu:
1. Faktor fisik
 Suhu
 Tekanan
 Pencahayaan
 Radiasi
 Getaran
2. Faktor kimia
 Debu
 Uap logam
 Gas
 Larutan
3. Faktor biologi
 Penyakit anthrax, sering terdapat di tempat penjagaan, penyamakan
kulit, pengeringan tulang, peternakan dan lain-lain.
 Penyakit jamur sering diderita oleh tukang cuci.
 Penyakit parasite sering diderita oleh pekerja di pertambangan,
perkebunan, dan pertanian.
4. Faktor fisiologis (ergonomi)
Dapat menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun terjadi perubahan fisik
tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan konstruksi mesin, sikap badan
kurang baik dan salah cara melakukan pekerjaan.
5. Faktor psikososial
Dapat menimbulkan kebosanan dan cenderung meningkatkan kecelakaan. Hal
ini disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik dan keadaan kerja yang
monoton.
Tujuan dari menyerasikan ketiga komponen tersebut adalah untuk
mencapai suatu kesehatan kerja yang optimal sehingga dapat diperoleh pekerja
yang sehat, selamat, sejahtera dan produktif. Sebaliknya bila terdapat
ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit
ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
produktifitas kerja.

3. Apa saja pelayanan dasar kesehatan kerja?8


Jawab :
1. Pelayanan promotif kesehatan kerja.
Kegiatan nyaantara lain :
•Pendidikan dan penyuluhan tentang kesehatan kerja
•Pemeliharaan berat badan ideal.
•Perbaikan gizi, menu seimbang dan pemilihan makanan yang sehatdan aman.
•Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat.
•Olahraga.
2. Pelayanan preventif kesehatan kerja. Kegiatannya antara lain :
•Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus.
•Imunisasi .
•Kesehatan lingkungan kerja.
•Pelindung diri terhadap bahaya pekerjaan.
•Penyerasian manusia dengan alat kerja
•Pengendalian bahay alingkungan kerja .
3. Pelayanan kuratif kesehatan kerja.
Kegiatannya antara lain :
•Pengobatan terhadap penyakit umum.
•Pengobatan terhadap penyakit akibat kerja. ( PAK )
•Pengobatan terhadap penyakit akibat hubungan kerja. ( PAHK )
• Pengendalian bahaya lingkungan kerja
4. Pelayanan rehabilitatif kesehatan kerja. Kegiatannya antara lain :
•Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang
masih ada secara maksimal.
•Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya .
5. Pengendalian faktor resiko di tempat kerja
Kegiatannyaantaralain :
1.Eliminasi
2.Subtitusi.
3.Pengendalian secara teknis.
4.Pengendalian secara administratif.
5.Pemakaian APD.

Jenis Pelayanan Bentuk Kegiatan

4. Apa saja upaya peningkatan pelaksanaan kesehatan kerja?8

Menurut Permennakertrans No. 03/Men/1982Pasal 2, upaya-upaya dalam pelaksanaan


kesehatan kerja adalah:

a) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan


khusus.
b) Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja.
c) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
d) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair.
e) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.
f) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja.
g) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
h) Pendidikan Kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan.
i) Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
makanan di tempat kerja.
j) Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
k) Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan
tertentu dalam kesehatannya.
l) Memberikan laporan berkala tentang Pelayanan Kesehatan Kerja kepada pengurus.

Jenis pemeriksaan kesehatan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per. 02/Men/1980 yaitu:
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
a. Pemeriksaan kesehatan berkala
b. Permeriksaan kesehatan khusus
Dalam pelaksanaannya, program penilaian kebugaran untuk bekerja ini mencakup 6
(enam) macam pemeriksaan kesehatan, yang dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian besar, yaitu:
A. Awal bekerja/sebelum kerja
 Pra kerja (pre-employment)
 Pra penempatan atau alih tugas (pre-placement)
B. Selama bekerja
 Berkala (periodical examination)
 Khusus akibat pajanan tertentu (special exposure)
C. Akhir bekerja
 Pasca penempatan (post placement)
 Pensiun (termination, exit)
5. Apa saja ruang lingkup kesehatan kerja? Indra

6. Apa saja kriteria dan faktor risiko penyakit akibat kerja?


Jawab :
Kriterianya:9

 Penyebab berhubungan dengan pekerjaan


 Penderita selalu kontak dengan bahan penyebab dalam pekerjaan
 Sebelumnya tidak pernah menderita seperti ini
 Lesi mula-mula lokaal di tempat kontak
 Lesi membaik pada waktu cuti, timbul pada waktu masuk kembali.

Faktor resiko:10

 Faktor fisik : bising, getaran, radiasi pengion/non-pengion, suhu ekstrim, pencahayaan


dan tekanan barometer
 Faktor kimiawi : hydrocarbon (misalnya : benzene), solvents, pestisida, asbes, debu
(silicosis, pneumoconiosis), bahan yang mudah meledak, logam berat misalnya
pengelas/ welders, gas yang menimbulkan sesak nafas/asphyxiants (CO,CO2,H2S),
bahan yang membuat sensitif, bahan iritan dan sebagainya.
 Faktor biologis : penyebaran bahan pathogen dalam darah/ bloodborne pathogen
(misalnya tertusuk jarum suntik), bio-aerosols (TBC,Legionella), HIV/AIDS, penyakit
menular seksual, gigitan binatang (misalnya; ular, kalajengking), tanaman beracun,
penyakit-penyakit local (misalnya : TB, malaria, DHF), keracunan makanan dan
sebagainya
 Faktor ergonomi : gerakan berulang, mengangkat, beban statis, postur janggal, menarik
dan mendorong dan lain-lainnya.
 Faktor psikososial : kerja lembur, tugas yang berat / berlebihan, perubahan / pergeseran
kerja, post traumatic, alcohol dan obat-obatan terlarang, kerja shift,
terpencil/dikucilkan, perorganisasian (kerja tim, hubungan kerja, dan sebagainya),
pekerjaan lain/paruh waktu dan sebagainya.
 Faktor gaya hidup (life style) : merokok, alcohol dan obat-obatan terlarang,kurang
gerak serta diet tidak seimbang.

7. Bagaimana pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja (PAK)? ghani


Jawab :

8. Jelaskan tentang pemeriksaan kesehatan kerja dan langkah diagnosis PAK ?


Jawab :

Tujuan :8
Tujuan Umum pemeriksaan kesehatan

1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja;
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja;
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
tenaga kerja; dan
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
menderita sakit.
Tujuan khusus pemeriksaan
1. Deteksi dini PAK
2. Antisipasi terjadinya ganguan kesehatan akibat kerja
3. Menetapakan kecakapan kerja ( fitness status)
4. Melihat tren perkembangan penyakit
5. Data dasar kesehatan untuk pembanding di masa datang
6. Dasar menilai efektifitas program pencegahan yang sudah dilakukan
Memenuhi aturan perundangan

Jenis-Jenis Pemeriksaan Kesehatan Kerja :7

Jenis pemeriksaan kesehatan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per. 02/Men/1980 yaitu:
c. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
d. Pemeriksaan kesehatan berkala
e. Permeriksaan kesehatan khusus
Dalam pelaksanaannya, program penilaian kebugaran untuk bekerja ini mencakup 6
(enam) macam pemeriksaan kesehatan, yang dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian besar, yaitu:
D. Awal bekerja/sebelum kerja
 Pra kerja (pre-employment)
 Pra penempatan atau alih tugas (pre-placement)
E. Selama bekerja
 Berkala (periodical examination)
 Khusus akibat pajanan tertentu (special exposure)
F. Akhir bekerja
 Pasca penempatan (post placement)
 Pensiun (termination, exit)

Langkah-Langkah Diagnosis PAK :8

Pendekatan epidemiologis
 Bila ditemukan adanya gangguan kesehatan / keluhan pada sekelompok pekerja

 Untuk mengidentifikasi adanya hubungan kausal antara suatu pajanan dg


penyakit
 Identifikasi harus mempertimbangkan :
1.Kekuatan asosiasi

2.Konsistensi

3.Spesifitas

4.Adanya hubungan waktu dengan kejadian penyakit

5.Hubungan dosis

6.Penjelasan patofisiologis

Pendekatan klinis
1.Menentukan diagnosis klinis
2.Menentukan pajanan yg dialami individu tsb dalam pekerjaan
3.Menentukan apk ada hubungan antara pajanan dg penyakit
4.Menentukan apk pajanan yg dialami cukup besar
5.Menentukan apk ada faktor2 individu yg berperan
6.Menentukan apk ada faktor2 lain diluar pekerjaan
7.Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.

9. Jelaskan tentang ergonomi kerja!


Jawab :11,12
 Definisi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja dan nomos yang
artinya peraturan atau hukum, sehingga secara harfiah dapat diartikan sebagai peraturan
tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk sikap kerja.
Ergonomi kerja adalah ilmu tentang kemampuan, keterbatasan dan sifat
manusia dalam sistim kerjanya serta memanfaatkan pengetahuan ini untuk
mendapatkan sistim kerja yang efektif aman, sehat, nyaman dan efisien
 Ruang lingkup
1. Ergonomi fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,
karekteristik fisiologi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktifitas
fisik.
2. Ergonomi kognitif : berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di
dalamnya persepsi, ingatan, dan reaksi. Sebagai akibat dari interaksi manusia
terhadap pemakaian elemen sistem.
3. Ergonomi organisasi : berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk
struktur organisasi, kebijakan, dan proses
4. Ergonomi lingkungan : berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan,
dan getaran.
 Tujuan
1. Tercapainya keserasian antara pekerja dengan pekerjaannya dan sebaliknya
2. Dapat terhindar dari PAK dan kecelakaan kerja
3. Menciptakan kenyamanan kerja
4. Produktivitas/kualitas dan keselamatan kerja meningkat
5. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan dan mental
 Mamfaat
1. Bagi petugas kesehatan : Acuan untuk pelaksanaan program atau kegiatan
ergonomi kerja
2. Bagi pekerja : Status kesehatan terjaga dan meningkat, Kinerja dan produktifitas
meningkat
3. Bagi perusahaan/tempat kerja : Meningkatnya citra tempat kerja, Terciptanya
lingkungan tempat kerja sehat, aman, nyaman, efektif, dan efisien,
Meningkatnya hasil produksi
 Faktor resiko
1. Pengulangan yang banyak, yaitu menjalankan gerakan yang sama berulang-
ulang
2. Beban berat, yaitu beban fisik yang berlebihan selama bekerja
3. Postur yang kaku, yaitu menekuk atau memutar bagian tubuh
4. Beban statis, yaitu bertahan lama pada satu postus sehingga menyebabkan
kontraksi otot
5. Peralatan yang tidak sesuai
6. Suhu ekstrim
7. Organisasi kerja yg tidak baik : Jam istirahat, Kerja monoton, Beban kerja
belebihan , Prosedur kerja tdk standar, Cara kerja tidak aman
8. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai
10. Jelaskan tentang penyakit akibat hubungan kerja!
Jawab :13
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja (Work Related Disease) adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit
yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat
masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir. Hak atas Jaminan
Kecelakaan Kerja bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah berakhir diberikan, apabila
menurut hasil diagnosis dokter yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan
selama tenaga kerja yang bersangkutan masih dalam hubungan kerja. Hak jaminan kecelakaan
kerja diberikan, apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun
terhitung sejak hubungan kerja tersebut berakhir.
Pada dasarnya penyakit akbat kerja adalah sama dengan penyakit yang timbul karena
hubungan kerja. Perbedaannya terletak pada:
Penyakit Akibat Kerja (Occupational Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Work
Disease) Related Disease)
Terjadi hanya diantara populasi pekerja Terjadi juga pada populasi penduduk
Penyebab spesifik Penyebab multifaktor
Adanya paparan ditempat kerja merupakan Paparan ditempat kerja mungkin merupakan
hal yang penting salah satu faktor
Tercatat dan mendapat ganti Mungkin tercatat dan mungkin tidak
mendapatkan ganti rugi
Diatur oleh keputusan menteri Diatur dalam kep.pres. No.22/KEPRES/1993
No.01/MEN/1981 Meliputi 30 jenis Meliputi 31 jenis penyakit
penyakit

Berikut Penyakit yang timbul karena hubungan kerja:


1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silicosis,
antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama
penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam
keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas,
vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu
organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan-nya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan-nya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan-nya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaan-nya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. beracun.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau
aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang
beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak
seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang
persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral,
antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu
pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau kelembaban udara
tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
Daftar pustaka

1. Indonesia.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.


2. Indonesia.Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Indonesia. Undang - Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
4. Indonesia. Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5. Diunduh dalam https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/pertanyaan-mengenai-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-indonesia-1 (diakses
pada 28 agustus 2018)
6. Harrington JM, Gill ES. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi ke-3. Jakarta:EGC, 2005.
7. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga Program Studi Pendidikan Dokter
UNJA. Modul Kesehatan Kerja Bagi Petugas Kesehatan. Jambi: Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. 2011. Hal 3
8. Harrington JM, Gill ES. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi ke-3. Jakarta: EGC, 2005.
9. International Labour Organization (ILO). Keselamatan dan kesehatan kerja: Switzerla
nd; 2004
10. Sutanto, Hadi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Pada
Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
11. Bridger, R. S. Introduction to Ergonomics. New York: Mc Graw Hill:1995
12. Harrington JM, Gill ES. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi ke-3. Jakarta:ECG.2005
13. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor: 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
Jakarta: Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
14.

Anda mungkin juga menyukai