Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kerja praktek merupakan mata kuliah yang wajib diambil sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan studi pada suatu perguruan tinggi, dimana
dalam kegiatan ini kita dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama berada di bangku kuliah dengan keadaan di lapangan yang
sebenarnya.
Adapun pelaksanaan kerja praktek (KP) tersebut dilakukan pada
perusahaan yang bergerak pada bidang yang sesuai atau relevan dengan
bidang ilmu yang dipelajari, dalam hal ini bidang usaha Pertambangan.
Perusahaan yang ditunjuk untuk kegiatan praktek tersebut adalah perusahaan
yang bersedia membina dan mengarahkan serta bersedia memberikan
pengalaman ilmu praktek secara langsung di lapangan kepada mahasiswa
yang melaksanakan kerja praktek. Sesuai dengan alasan inilah yang menjadi
dasar praktikan memilih tempat kegiatan kerja praktek pada PT Laskar
Semesta Alam (Balangan Coal), Desa Murung Ilung, Kecamatan Paringin,
Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
Dunia pertambangan di Indonesia sudah berkembang pesat
terutama untuk pertambangan dengan metode tambang terbuka. Dalam
kegiatan tambang terbuka, kemantapan lereng merupakan suatu faktor yang
sangat penting dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan
penimbunan tanah, batuan dan bahan galian, karena menyangkut persoalan
keselamatan manusia (pekerja), keamanan peralatan serta kelancaran
produksi.
Adapun judul dari kerja praktek yang ingin penyusun ajukan yaitu
Pengamatan Kestabilan Lereng Tambang Terbuka di PT Laskar Semesta
Alam (Balangan Coal), Desa Murung Ilung, Kecamatan Paringin,
Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan geoteknik tambang terbuka.
2. Mengaplikasikan secara langsung teori yang didapatkan dibangku kuliah
sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan
lereng pada tambang terbuka.
Tujuan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kegiatan geoteknik tambang terbuka di PT Laskar Semesta
Alam (Balangan Coal).
2. Mengetahui cara memonitoring kestabilan lereng tambang terbuka pada
PT Laskar Semesta Alam (Balangan Coal).
3. Mengetahui teknologi yang digunakan dalam kegiatan geoteknik pada PT
Laskar Semesta Alam (Balangan Coal).
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng tambang
terbuka pada PT Laskar Semesta Alam (Balangan Coal).

1.3. SIFAT DARI KEGIATAN KERJA PRAKTEK


Sifat kegiatan kerja praktek yang dilakukan adalah saling mengisi,
saling melengkapi dan saling menguntungkan sehingga pelaksanaannya
benar-benar mempunyai nilai tambah bagi industri maupun mahasiswa. Nilai
tambah yang dimaksud adalah :
1. Bagi Industri
a. Dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan.
b. Dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam penyaringan
tenaga kerja.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat memiliki pengetahuan mengenai dunia pertambangan
terutama pada bidang pemetaan sehingga dapat mengetahui apa saja yang
akan dilakukan pada dunia kerja.
1.4. BATASAN MASALAH
Secara umum, penyusun mengamati seluruh kegiatan penambangan
pada PT Laskar Semesta Alam (Balangan Coal), namun secara khusus
penyusun membahas mengenai kegiatan geoteknik tambang terbuka pada
PT Laskar Semesta Alam (Balangan Coal), Desa Murung Ilung, Kecamatan
Paringin, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
BAB II
DASAR TEORI

Geoteknik merupakan bagian dari rekayasa perencanaan tambang (mine


plan) yang didasarkan pada pengetahuan yang terkumpul selama sejarah
penambangan. Didalam operasi penambangan, masalah kemantapan lereng akan
ditemukan pada penggalian tambang terbuka. Apabila lereng yang merupakan
sarana penunjang operasi peambangan itu tidak stabil maka kegiatan produksi akan
terganggu.
Oleh karena itu, suatu analisis kemantapan lereng merupakan suatu bagian
penting untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kelancaran produksi
maupun terjadinya bencana yang fatal. Kestabilan lereng penambangan dipengaruhi
oleh geometri lereng, struktur geologi, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya
luar yang bekerja pada lereng tersebut. Suatu cara yang umum untuk menyatakan
kestabilan lereng penambangan adalah dengan melihat seberapa besar nilai faktor
keamanannya. Fakor ini merupakan perbandingan antara gaya penahan yang
membuat lereng tetap stabil dengan gaya penggerak yang menyebabkan longsor.
Keruntuhan pada lereng alami maupun buatan disebabkan karena terjadinya
perubahan-perubahan diantaranya adalah topografi, seismik, aliran air tanah,
kehilangan kekuatan, perubahan tegangan dan perubahan musim/iklim/cuaca.
Akibat adanya gaya luar yang bekerja terhadap material pembentuk lereng
mengakibatkan material pembentuk lereng mempunyai kecenderungan untuk
menggelincir. Akan tetapi kecenderungan menggelincir ini ditahan oleh kekuatan
geser material itu sendiri dan apabila gaya penahan pada lereng tidak mampu lagi
menahan material lereng yang menggelincir tersebut maka akan terjadi longsoran.
Meskipun suatu lereng telah stabil dalam jangka waktu yang lama, lereng
tersebut dapat menjadi tidak stabil karena beberapa faktor, seperti:
1. Adanya perubahan orientasi dan besarnya tegangan pada material pembentuk
lereng
2. Tegangan awal pada suatu material sangat dipengaruhi oleh sejarah geologinya
yaitu akibat perubahan yang dilakukan oleh manusia seperti perubahan geometri
yang mengganggu keseimbangan lereng alam tersebut
3. Proses pelapukan (weathering) yang mengurangi kuat geser material pembentuk
lereng
4. Perubahan tekanan air pori, terutama pada material permeabilitas kecil atau
akibat terganggunya lingkungan sekitar
Keruntuhan lereng dapat saja terjadi pada hampir setiap kasus lereng batuan
secara pelan atau tiba-tiba dengan atau tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya.
Penyebab utama terjadinya keruntuhan lereng adalah meningkatnya tegangan geser,
menurunnya kuat geser pada bidang longsor atau keduanya secara simultan.
Menurut Abramson (2002) tujuan dari analisis kestabilan lereng adalah :
1. Memahami perkembangan dan bentuk lereng alami dan proses yang terjadi pada
kondisi alam yang berbeda
2. Menentukan stabilitas lereng pada kondisi jangka pendek (selama konstruksi)
dan jangka panjang
3. Menentukan kemungkinan terjadinya keruntuhan pada lereng
4. Menganalisa keruntuhan dan pengaruhnya terhadap faktor lingkungan
5. Dapat melakukan desain ulang pada lereng yang telah runtuh dan merencanakan
serta melakukan desain pencegahan serta perhitungan perbaikan yang diperlukan
6. Mempelajari pengaruh beban gempa pada lereng dan timbunan.
Jenis atau bentuk longsoran tergantung tergantung dari jenis material
penyusun pada suatu lereng dan juga struktur geologi yang berkembang di daerah
tersebut. Oleh dikarenakan sifat yang berbeda dari setiap batuan maka jenis
longsoran yang mungkin terjadi akan berbeda pula.
Secara umum jenis longsoran yang terjadi pada lereng tambang dibagi
menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Longsoran Busur (Rotational Failure)
Longsoran busur merupakan longsoran yang paling umum terjadi di alam,
terutama pada batuan yang telah mengalami pelapukan, batuan yang sangat
lemah, batuan yang terdapat banyak sekali kekar serta dilereng-lereng timbunan.
Bentuk bidang gelincir pada kondisi umumnya menyerupai busur bila
digambarkan pada penampang melintang dengan sumbu gelincir sejajar dengan
sumbu lereng.
Gambar 2.1
LonsoranBusur
2. Longsoran Bidang (Planar Failure)
Longsoran bidang merupakan longsorang yang jarang terjadi pada lereng
batuan dibandingkan dengan longsoran baji karena banyak syarat kondisi
geometri untuk dapat membentuk longsoran ini. Namun, apabila kondisi
geometri tersebut terpenuhi maka volume longsorannya akan lebih besar
daripada longsoran baji.

Gambar 2.2
Longsoran Bidang (Planar Failure)
3. Longsoran Baji (Wedge Failure)
Kondisi yang menyebabkan terjadinya longsoran baji adalah pada saat
terdapat dua bidang diskontinyu yang saling berpotongan satu sama lain yang
ada pada muka lereng.

Gambar 2.3.
Longsoran Baji (Wedge Failure)
4. Longsoran Guling (Toppling Failure)
Longsoran guling terjadi pada blok batuan yang keras yang diakibatkan
gaya berat lebih besar daripada gaya geser dan arah bidang lemah berlawan
dengan arah kemiringan lerengnya.

Gambar 2.4
Longsoran Guling (Toppling Failure)
Berikut ini merupakan pertimbangan lain yang menyatakan kemungkinan
bahwa suatu blok akan meluncur, atau blok akan menggeser, atau blok tersebut akan
mengguling.

Gambar 2.5
Skema Kemungkinan Longsoran yang Terjadi
Elemen-elemen suatu jenjang terdiri daritinggi, lebar dan kemiringan yang
penentuan dimensinya dipengaruhi oleh:alat-alat berat yang dipakai (terutama alat
gali dan angkut), kondisi geologi, sifat fisik batuan, selektifitas pemisahan yang
diharapkan antara bijih dan buangan, laju produksi dan iklim. Tinggi jenjang adalah
jarak vertical diantara level horizontal pada pit ,lebar jenjang adalah jarak horizontal
lantai tempat di mana seluruh aktifitas penggalian, pemuatan dan pengeboran-
peledakan dilaksanakan,dan kemiringan jenjang adalah sudut lereng jenjang.
Disamping itu batas ketinggian jenjang pun harus mempertimbangkan aspek
kestabilan lereng, yaitu tidak longsor karena getaran peledakan atau akibat hujan.

Gambar 2.6
Geometri Lereng
Untuk menyatakan suatu lereng dikatakan aman atau tidak ditentukan
dengan dengan nilai faktor keamanan (FK). Dalam teoritis, nila faktor keamanan
yang menyatakan suatu lereng itu stabil adalah FK > 1. Namun, disebabkan kondisi
batuan yang berbeda-beda disetiap daerah maka FK aman disusuaikan dengan
karakteristik batuan di daerah tersebut.
Metode yang digunakan untuk mengalisis kestabilan suatu lereng
bermacam-macam, diantaranya: metode Fellenius, metode Bishop, metode Janbu,
dan analisis dengan menggunakan metode elemen hingga atau metode elemen beda.
Namun, untuk keperluan praktis misalnya untuk kajian geoteknik pada analisis
kelayakan pendahuluan dapat menggunakan metode Hoek & Bray dengan
menggunakan sebuah diagram.
Dengan menggunakan metode Hoek & Bray, analisis kestabilan dapat
dilakukan dengan sangat mudah, cepat dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Metode ini juga dapat dipakai untuk desain awal dari suatu lereng dimana Faktor
Keamanan yang dihasilkan masih sangat global. Longsoran yang terjadi
menggunakan bidang luncur berupa busur lingkaran. Metode ini sangat tergantung
pada : tinggi permukaan air tanah pada lereng, jenis material, dan karakteristik
batuan (densitas/bobot isi batuan (, kohesi (C), dan sudut geser dalam (ɸ)). Dalam
metode ini material (tanah/batuan) dianggap homogen dan kontinyu. Akan tetapi
jika memang terdapat suatu struktur besar seperti sesar yang membagi lereng
tersebut, maka parameter dapat ditentukan dengan mempertimbangkan tebal dari
bidang tersebut.
Nilai bobot isi tanah atau batuan () akan menentukan besarnya beban yang
diterima pada permukaan bidang longsor, di nyatakan dalam satuan berat per
volume. Bobot isi batuan juga dipengaruhi oleh jumlah kandungan air dalam batuan
tersebut. Semakin besar bobot isi pada suatu lereng tambang maka gayagese
rpenyebab kelongsoran akan semakin besar. Bobot isi di ketahui dari pengujian
laboratorium. Nilai bobot isi batuan untuk analisa kestabilan lereng terdiridari 3
parameter yaitu nilai Bobot isi batuan pada kondisi asli (n), kondisi kering (d) dan
Bobot isi pada kondisi basah (w).
Kohesi (C) adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan,
dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar
jika kekuatan gesernya makin besar. Nilaikohesi (c) di peroleh dari
pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser langsung (direct shear strength
test) dan pengujian triaxial (triaxial test).
Sudut geser dalam (ɸ) merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara
tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut
geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenai
tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya. Semakin besar
sudut geser dalam suatu material maka material tersebut akan lebih tahan menerima
tegangan luar yang dikenakan terhadapnya.
Untuk mengetahui kestabilan dari suatu lereng, maka perlu diadakan suatu
pemantauan guna mengetahui apakah lereng tersebut masih dalam kondisi aman
atau tidak. Selama kegiatan operasional tambang berlangsung maka lereng batuan
juga akan mengalami pergerakan, pergerakan tersebut mungkin saja masih dapat
membuat kondisi lereng dalam keadaan stabil, akan tetapi dalam waktu tertentu
pergerakan tersebut dapat bertambah besar sehingga menyebabkan keruntuhan
pada lereng. Dikarenakan ketidakpastian pergerakan lereng tersebut mka
diperlukan adanya suatu pemantauan untuk mengantisipasi bahaya yang akan
ditimbulkan dari pergerakan tersebut.
Dengan adanya pemantauan lereng, maka akan lebih mudah untuk mengatur
dan mempertahankan stabilitas dari lereng tersebut karena kita dapat memberikan
perlakuan khusus dari setiap pergerakan lereng yang terlihat dari hasil pemantauan
tersebut. Namun, banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
instrumen pemantauan lereng termasuk didalamnya waktu yang diperlukan untuk
pemasang sistem monitoring, tingkat dari pergerakan lereng, situs aman untuk
pemasangan alat, biaya alat pemantau, biaya instalasi dan juga pemeliharaan.
Berikut ini merupakan instrumen pemantauan lereng yang biasa digunakan
pada tambang terbuka, yaitu:
1. Crack Width Monitor
Rekahan tarik merupakan ciri utama yang paling umum muncul pada
lereng dan menjadikan pemantauan menjadi lebih mudah. Lebar dari rekahan
tarik tersebut akan dijadikan dasar dalam pemantauan lereng. Pengukuran
dengan metode ini merupakan cara yang paling sederhana dimana pemantauan
dilakukan dengan cara mengukur lebar rekahan tarik dengan menggunakan pita
baja. Stasiun pengukuran terletak didaerah yang stabil diluar daerah rekahan dan
kabel berada disepanjang tiang yang terletak di puncak lereng. Kabel
dikencangkan dengan erat, dan gerakan diukur dengan kabel yang ada pada plat
baja tersebut. Jika gerakan melebihi ukuran pada plat baja kabel dapat
diperpanjang dengat mengatur penyeimbang yang terletak pada ujung kiri plat
baja. Apabila pergerakan rekahan tarik telah melewati batas maka akan memicu
alarm untuk aktif yang memberi peringatan memburuknya kondisi stabilitas
lereng.

Gambar 2.7
Crack Width Monitor
2. Laser Imaging
Pemantauan dilakukan dengan menggunakan pencitraan laser yang
kemudian diinterpretasikan dalam peta tiga dimensi. Laser akan diarahkan pada
bagian muka lereng yang akan diamati dan secara otomatis sistem akan
mengirimkan data hasil scan dari laser dan data akan diolah menjadi peta kontur.
Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang pada titik pengamatan yang sama
kemudian data dari hasil pengamatan dibandingkan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi.
3. Tiltmeters
Alat ini dipasang dengan merekatkan pada plat baja yang ditanamkan pada
dasar batuan disekitar lereng. Instrumen dapat dipasang secara permanen pada
permukaan sehingga pembacaan hasil pergerakan lereng dapat dibaca setiap
saat, atau dapat diletakkan pada dasar plat yang mana pembacaan hanya dapat
dilakukan pada saat pemasangan plat tersebut.
Kelebihannya dari tiltmeters adalah pengukuran dari pergerakan lereng
dapat dengan cepat dibaca dan darimana arah pergerakan juga dapat
diprediksikan. Kekurangannya adalah harga instrumen yang mahal, dan
mungkin sulit untuk membaca pergerakan yang kecil. Tiltmeters biasanya
digunakan pada bendungan dan dinding penahan batuan.
4. Global Positioning System (GPS)
Global positioning system (GPS) merupakan metode yang cocok untuk
melakukan pemantauan pergerakan lereng dimana mampu mencakup area yang
cukup luas. Stasiun pengamatan ditempatkan disekitar lereng dan frekuensi
pengukuran koordinat dapat diatur dengan menggunakan unit ini. Akurasi
pengukuran akan lebih baik apabila stasiun diletakkan di area yang stabil diluar
lereng. Pembacaan koordinat lereng oleh GPS kemudian dikirim ke base stasiun.
5. Synthetic Apertur Radar
Synthetic apertur radar merupakan teknik pemantauan pergerakan lereng
dengan cakupan daerah pengamatan yang luas. Instrument ini menggunakan
radar satelit dengan teknik penginderaan jarak jauh. Teknik ini dikenal sebagai
interferometric synthetic apertur radar yang menangkap gambar dari permukaan
tanah. Gambar yang didapat dari pengamatan yang berbeda dalam satu titik
pengamatan kemudian dibandingkan untuk mengetahui pergerakan relatif tanah.
6. Borehole Probes
Borehole probes merupakan metode pemantauan yang sederhana dimana
batang atau plat baja sepanjang 2m dimausukkan kedalam lubang bor dengan
menggunakan tali. Jika lubang tersebut terpotong oleh bidang geser, maka
kondisi lubang akan berpindah sehingga plat baja tersebut tidak akan dapat
ditarik lagi ke atas. Kelebihan dengan menggunakan cara ini biayanya murah
dan mudah dilakukan, tetapi hanya memberi sedikit informasi terhadap tingkat
pergerakan lereng.
7. Time-Domain Reflectometry
Time-domain reflectometry merupakan cara lain untuk mengetahui
pergeseran suatu lereng serta dapat juga memonitor tingkat pergerakannya.
Metode ini juga membutuhkan lubang bor untuk memasukkan kabel sebagai
konduktor ke dalam lubang. Ketika gelombang kejut dikirim melalui kabel,
maka perubahan yang terjadi akibat pergeseran disetiap titik akan tercermin.
Pemantulan terjadi karena terjadinya perubahan pada kabel. Pergerakan bidang
geser akan menyebabkan kabel menjadi semakin menegang dan instrument akan
dapat mendeteksi lokasi gerakan.
8. Inclinometers
Inclinometers merupakan instrument yang tepat untuk pemantauan dalam
jangka panjang. Pembacaan inclinometers dilakukan dalam waktu yang
berulang-ulang untuk dapat memantau tingkat gerakan dari suatu lereng. Syarat
utama untuk mendapatkan hasil pemantauan yang akurat adalah memperdalam
lubang bor sampai pada dasar batuan yang berada dalam kondisi stabil.
Berdasarkan analisis dan pengamatan yang dilakukan terhadap pergerakan
lereng melalui pemantauan yang dilakukan, maka akan diketahui tindakan apa yang
tepat dilakukan untuk menanggulangi bahaya longsor yang akan terjadi.
Kemungkinan longsor yang akan terjadi dapat dicegah dengan melakukan
perkuatan batuan pada lereng tersebut. Berikut ini merupakan cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya kelongsoran pada lereng batuan:
1. Tumpuan Beton
Batuan yang menggantung akibat tererosi atau pelapukan dapat
ditanggulangi dengan dua cara, yaitu meruntuhkan batuan yang menggantung
atau menyangga dengan tumpuan beton. Apabila penanggulangan dengan
meruntuhkan batuan yang menggantung dapat membahayakan daerah
pemukiman atau lalu lintas, maka untuk menghindari bahaya runtuhan dilakukan
penanggulangan dengan tumpuan beton.

Gambar 2.8
Tumpuan Beton
2. Pemasangan Jangkar Batuan (Rock Anchor)
Jangkar batuan terutama berfungsi sebagai penguat (armature) dan
pengikat (confining) batuan.

Gambar 2.9
Pemasangan Jangkar Batuan (Rock Anchor)
3. Pemasangan Beton Tembak (Shotcrete)
Beton tembak digunakan untuk memperkuat permukaan batu yang
berkekar dan batuan lapuk atau batu yang bersifat meluruh. Beton tembak
biasanya dipasang bersama-sama dengan anyaman kawat baja (wire mesh).

Gambar 2.10
Pemasangan Beton Tembak (Shotcrete)
4. Baut Batuan
Baut batuan dipasang untuk memperkuat massa batu yang terbentuk oleh
adanya diskontinuitas agar lereng menjadi mantap atau stabil.
5. Jala Kawat (Wire Mesh)
Jala kawat dipasang pada lereng untuk menjaga agar tidak terjadi runtuhan
batu atau bongkah-bongkah batu yang berpotensial runtuh atau jatuh dapat
ditahan.

Gambar 2.11
Jala Kawat (Wire Mesh)
6. Tembok Penahan Batuan
Tembok penahan batu dipasang pada bagian kaki lereng untuk menahan
fragmen batuan yang runtuh dari atas, agar tidak menimbulkan bahaya.

Gambar 2.12
Tembok Penahan Batuan
7. Pemasangan Dinding Penahan (Retaining Wall)
Dinding penahan biasanya dibuat dari tembok pasangan batu biasa atau
beton bertulang yang dipasang pada muka lereng sebagai penahan lereng.
Penguatan dengan cara ini hanya cocok diterapkan pada batuan yang sangat
lapuk atau batuan yang bersifat seperti tanah. Gambar bentuknya dapat dilihat
pada tembok penahan pada lereng tanah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. METODE PENGAMBILAN DATA


Metode yang digunakan pada pengumpulan data ini ada dua, yaitu:
1. Observasi (Pengamatan)
Metode ini dilakukan dengan mengamati kondisi dan kegiatan di
lapangan, kemudian dilakukan pengumpulan data yang terkait.
2. Metode Pustaka
Metode ini dilakukan dengan studi literatur yang berhubungan
dengan kegiatan pemetaan.
3. Metode Interview (Wawancara)
Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab kepada surveyor
lapangan yang menangani kegiatan survey pada PT Laskar Semesta
Alam (Balangan Coal).
3.2. DIAGRAM PENELITIAN
Secara sistematis, metode penelitian yang dilakukan ditampilkan
pada gambar 3.1.

DIAGRAM PENELITIAN RENCANA KEGIATAN KERJA


PRAKTIK
Fakta
Pada kegiatan pertambangan, kemantapan lereng merupakan suatu
faktor yang sangat penting dalam pekerjaan yang berhubungan dengan
penggalian dan penimbunan tanah, karena menyangkut persoalan
keselamatan pekerja, keamanan peralatan serta kelancaran produksi .

Pernyataan Masalah
Mengetahui faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.

Perumusan Data

Perhitungan FK - Kondisi geologi


menggunakan metode - Letak topografi
- Kondisi air tanah
Hoek & Bray.
- FK
- Geometri lereng
- Densitas Batuan
- Kohesi
- Sudut geser dalam
- Litologi batuan
-

Analisis
Faktor apa saja yang mempengaruhi pada kestabilan lereng.

Rangkuman
1. Kegiatan geoteknik tambang terbuka.
2. Memonitoring lereng tambang terbuka.
3. Teknologi yang digunakan dalam geoteknik.
4. Faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.

Kesimpulan

Gambar 3.1
Diagram Penelitian Rencana Kegiatan Kerja
3.3. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
1. Tempat Kerja Praktek
Kerja Praktek bertempat di PT Laskar Semesta Alam (Balangan
Coal), Desa Murung Ilung, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan,
Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Waktu pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan kerja praktek ini akan kami usulkan selama ± 30 hari
(1 bulan) dimulai dari tanggal 04 September 2017 sampai tanggal 04
Oktober 2017. Apabila karena suatu hal yang tidak dapat dihindarkan
maka pelaksanaan Kerja Praktek dapat menyesuaikan dengan jadwal
perusahaan yang bersangkutan atas persetujuan bersama.

Tabel 3.1
Jadwal Peleksanaan Kerja Praktek Mahasiswa
Minggu Ke-
Kegiatan Kerja Praktek
1 2 3 4
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Pembuatan Laporan
Presentasi

3.4. PESERTA
Peserta adalah Mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Lambung Mangkurat berjumlah 2 orang yaitu:
1. Muhammad Rezeky Ramadhan (H1C114043)
2. Ahmad Zuliansyah (H1C114252)
BAB IV
PENUTUP

Dalam Kerja Praktek di PT Laskar Semesta Alam (Balangan Coal) kami


ingin mengetahui secara langsung kegiatan geoteknik tambang terbuka dengan
melakukan pengamatan. Oleh karena itu, sebagai wujud nyata kami ingin terjun
langsung dalam proses itu sehingga kami dapat mengetahui secara nyata bagaimana
bentuk dunia kerja sebenarnya, khususnya terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan disiplin ilmu yang kami pelajari dan bentuk kegiatan kami ini disesuaikan
dengan kebijakan PT Laskar Semesta Alam (Balangan Coal).
Demikian proposal ini dibuat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak
perusahaan dengan harapan dapat memudahkan dan membantu dalam pelaksanaan
Kerja Praktek (KP) nantinya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal
ini banyak terdapat kekurangan atau kekeliruan, untuk itu dimohon adanya saran
konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan kerja praktek ini.
LAMPIRAN 1

RENCANA PENYUSUNAN ISI LAPORAN


Laporan kerja praktek (KP) akan kami rangkum secara rinci dan sistematik
dengan rencana daftar isi sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Waktu dan Tempat Kerja
1.3. Maksud dan tujuan
1.4. Batasan Masalah
1.5. Metode Pengumpulan Data
1.6. Peralatan yang Digunakan
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.3. Topografi dan Morfologi
2.4. Iklim dan Curah Hujan
2.5. Sistem Penambangan
BAB III DASAR TEORI
3.1. Dasar Teori
3.2. Jenis Longsoran
3.3. Metode Analisis Kestabilan Lereng
3.4. Pemantauan Lereng
3.5. Perkuatan Lereng
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN 2

CURRICULUM VITAE

A. IDENTITAS
Nama : Muhammad Rezeky Ramadhan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Kandangan, 10 Februari 1996
Alamat : Kecamatan Loktabat Utara, Banjarbaru
Telepon : 087816175704
Email : rezekyramadhan@gmail.com
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
B. Riwayat Pendidikan
- SD : SDN I Seranggan
- SLTP : SLTP Negeri 1 Kandangan
- SMA : SMAN 1 Kandangan
- Perguruan tinggi : S1 Teknik Pertambangan UNLAM (sedang
menjalani)
C. Seminar & Kursus
- Program Persiapan Belajar Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat (2014)
- Pengenalan Lingkungan Tambang (PELITA) ke-8 (2015)
- Seminar Nasional KSMC 3 (Kalimantan Students Mining Competition)
yang bertemakan “Inovasi dan Aplikasi Teknologi Pertambangan untuk
Negeri Ke-II” (2015)
- Studi Excurse PT Arutmin Indonesia Site Asam-asam (2017)
- Peserta Kalimantan Student Mining Competition 4
- Stadium General KSMC 4 (Kalimantan Students Mining Competition) “
Prospek Tambang Bawah Tanah di Kalimantan” (2017)
CURRICULUM VITAE

A. IDENTITAS
Nama : Ahmad Zuliansyah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Banjarbaru, 08 Juli 1996
Alamat : Komplek Wira Pratama III Blok D No.16,
Banjarbaru
Telepon : 082292938672
Email : ahmadzulians@gmail.com
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
B. Riwayat Pendidikan
- SD : SDN 4 Kurun
- SLTP : SMPN 1 Kurun
- SMA : SMAN 1 Kurun
- Perguruan tinggi : S1 Teknik Pertambangan UNLAM (sedang
menjalani)
C. Seminar & Kursus
- Program Persiapan Belajar Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat (2014)
- Pengenalan Lingkungan Tambang (PELITA) ke-8 (2015)
- Seminar Nasional KSMC 3 (Kalimantan Students Mining Competition)
yang bertemakan “Inovasi dan Aplikasi Teknologi Pertambangan untuk
Negeri Ke-II” (2015)
- Studi Excurse PT Arutmin Indonesia Site Asam-asam (2017)
- Stadium General KSMC 4 (Kalimantan Students Mining Competition)
“Prospek Tambang Bawah Tanah di Kalimantan” (2017)
LAMPIRAN 3

Form Penilaian Kegiatan Praktek Kerja Mahasiswa

Nama : ______________________________
NIM : ______________________________
Topik : ______________________________
______________________________

NO Parameter Penilaian Nilai *)


1 Kedisiplinan
2 Tanggung Jawab
3 Penguasaan Terhadap Teori
4 Keaktifan
5 Inisiatif dan Kreativitas
6 Laporan
7 Presentasi
Total
Rata-rata
*) Nilai 0 – 100

Pembimbing Lapangan,

( )
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, L. 2005. Diktat Kuliah Ilmu Ukur Tambang. Program Studi Teknik
Pertambangan FT UNLAM. Banjarbaru.
Subagio. 2003. Pengetahuan Peta. ITB. Bandung.
Wongsotjitro, S. 1985. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai