Anda di halaman 1dari 31

LAMPIRAN

Lampiran I
Tabel 1.1 Tolak Ukur Keberhasilan
No Variable TolakUkur
I Masukan
A. Tenaga (Man)
 Dokterumum 2 orang
 Bidan 5 orang
 Perawat 4 orang
 Koordinator P2Diare 1 orang
 Petugas laboratorium 1 orang
 Kader 5 orang/ posyandu

B. Dana (Money)
 APBN Tersedia
 APBD Tersedia
C. Sarana (Material)
I ) Medis
 Stetoskop 3 buah
 Tensimeter 3 buah
 Alat Timbangan Berdiri 2 buah
 AlatT imbangan Bayi 1 buah
 Microtoise 1 buah
 Termometer 2 buah
 Oralit Ada
 Zink Ada
 Cairan infuse
(RL, Glukosa, NaCl) Ada
 Antibiotik
 Kotrimoksazol Ada
 Tetrasiklin Ada
 Metronidazol Ada
 Amoksisilin Ada
 Erythromycin Ada
 Obat-obatdiaredan
anti-spasmolitik Ada
(Papaverin, Attalpugite,
Diaform)

II ) Non-Medis
 Ruang pendaftaran Ada
 Ruang pemeriksaan Ada
 Ruang tunggu Ada
 Ruang obat Ada
 Lemari obat Ada
 SOP penatalaksanaan Ada
 Ruang pojok Oralit/
Upaya Rehidrasi Oral Ada
(URO)
 Kartu status, buku, alat Ada
tulis
 Tempat sampah, sabun, Ada
toilet
 Meja tulis Ada
 Kerusi lipat Ada
 Tempat tidur Ada
 Tempat penyimpanan Ada
vaksin
 Alat penyuluhan Ada
(papantulis, poster,
spidol, brosur, mikrofon)
D. Metode (Method)
1. Penemuan kasus diare secara  Penemuan kasus oleh petugas kesehatan
pasif. puskesmas (dokter, paramedik terlatih)
sewaktu penderita diare datang berobat di
BPU setiap hari kerja (Senin hingga Sabtu
pukul 08.00-12.00 WIB).
2. Penentuan diagnosis  Berdasarkan SOP diare yang menjelaskan
bahwa seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari.
 Disentri: kumpulan gejala diare dengan
lendir dan darah dalam feses terkadang
disertai tenesmus.
 Diare persisten: diare akut yang berlanjut
sampai lebih dari 14 hari.
 Gejala penyerta: sakit perut, demam,
lemas, mual, muntah, tidak nafsu makan,
anak menjadi rewel, nafas cepat, tidak
mau minum, perut kembung.
3. Pengobatan Dilaksanakan dengan tepat sesuai SOP mengenai
penanganan diare: (lampiran VIII)
Sesuai dengan prinsip tatalaksana diare (LINTAS
diare):
1. Oralit osmolaritas rendah.
2. Zink selama 10 hari.
3. Teruskan pemberian ASI dan makan.
4. Antibiotik atas indikasi.
5. Edukasi dan nasihat (sanitasi perorangan dan
lingkungan).
Dilaksanakan dengan tepat sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP) mengenai
penanganan diare setiap hari kerja.
 Diare tanpa dehidrasi (rencana terapi A)
 Diare dengan dehidarasi ringan dan sedang
(rencana terapi B)
 Diare dengan dehidrasi berat
 (rencana terapi C)
 Disentri, secara umum dikelola sama dengan
kasus diare lain sesuai acuan tatalaksana diare
akut.
4. Surveilans penyakitdiare  Pengumpulan data
epidemiologidarilaporanrutin yang
dilakukanolehPuskesmasmelalui SP2TP
(laporanBulanan) dan W2
(Laporanmingguan)
 Dilaporkansebelumtanggal 5 setiapbulannya.
5. Distribusi logistik  Terpenuhinya kebutuhan
 Tersedianya kebutuhan oralit sebanyak 6
sachet/ penderita.
 Tersedia antibiotik, anti diare, cairan infus,
persiapan KLB di Puskesmas.
 Tersedia oralit pada setiap kader minimal 10
sachet.

6. Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi  Suatu ruangan di Puskesmas


Oral (URO) (sudutruangtunggupasien) dengan 1-2 meja
kecil dan seorang petugas puskesmas dapat
mempromosikan usaha rehidrasi oral (URO).
Bila seseorang memerlukan URO, maka
penderita tersebut dapat duduk di kursi
dibantu oleh ibu/ keluarganya untuk
melarutkan dan meminum oralit selama
waktu observasi 3 jam. Dijalankan oleh
petugas kesehatan setiap hari kerja. Adanya
penjadwalan petugas kesehatan di pojok
URO.

7. Penyuluhan kepada
masyarakat
 Perorangan  Penyuluhan perorangan yang diberikan oleh
petugas kesehatan Puskesmas kepada setiap
penderita diare yang datang berobat di BPU
Puskesmas melalui pemberian informasi
mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare
secara singkat.
 Kelompok  Penyuluhan kelompok yang diberikan oleh
petugas kesehatan Puskesmas kepada
masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu setiap
bulan dengan cara ceramah dan diskusi
mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare.
8. Pelatihan kader  Pelatihan kader mengenai penanganan diare
melalui kegiatan penataran Kader Posyandu
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
untuk meningkatkan kemampuan para kader
dalam mengatasi secara dini penderita diare
(minimal 1 x/tahun).

9. Pencatatan dan Pelaporan  Diperoleh dari data harian SP2TP dan


dilaporkan sebelum tanggal 5 tiap bulannya.
II Proses
A. Perencanaan (Planning) Ada perencanaan tertulis mengenai:
 Penemuan kasus diare di BPU Puskesmas,
setiap hari kerja (senin-jumat, pukul 08.00-
14.00 wib) dan di Posyandu, Posbindu dan
Pusling.
 Diagnosis penyakit diare sesuai SOP.
 Pengobatan kasus diare sesuai SOP
 Surveilans diare setiap hari kerja.
 Distribusi logistik meliputi penyediaan oralit
di kader.
 Penyuluhan perorangan kepada semua
penderita diare / kelompok kepada
masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu tentang
PHBS setiap bulan.
 Pelatihan kader Puskesmas tiap tahun.
 Pojok URO ada.
 Pencatatan dan pelaporan yang meliputi
Angka kesakitan dan Angka kematian diare.

B. Pengorganisasian (Organizing)  Terdapat struktur organisasi pelaksana dan


pembagian teratur dalam melaksanakan tugas
dan penanggung jawab.

C. Pelaksanaan
1. Penemuan kasus diare secara pasif  Melalui pencatatan kasus diare di
Puskesmas setiap hari kerja dan jam kerja
2. Diagnosis  Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik sesuai dengan SOP
3. Pengobatan kasus-kasus diare  Sesuai dengan prosedur SOP diare,
4. Surveilans diare  Terlaksananya pengumpulan data kasus
diare yang didapat dari laporan harian
setiap hari kerja dan dilaporkan sebelum
tanggal 5 tiap bulannya.
5. Distribusilogistic  Ada perhitungan kebutuhan oralit dan
zinc sesuai buku pedoman P2Diare
 Tersedianya oralit untuk kader minimal
10 sachet / kader
 Ada tersedia antibiotik, anti diare, cairan
infus, persiapan KLB di puskesmas.
6. Pojokoralit  Aktif
7. Penyuluhan kepada masyarakat  Perorangan: Setiap hari di BPU terhadap
penderita diare yang datang berobat.
 Kelompok: Dilaksanakan sebanyak 12
kali per tahun
8. Pelatihan Kader  1x/ tahun
9. Pencatatan dan pelaporan.  Pencatatan dilakukan dengan pengisian
formulir SP2TP
 Pelaporan: dilaporkan tiap tanggal 10
bulan berikutnya.
D. Pengawasan
 LaporanbulananPuskesmas 1 kali per bulan (12 kali/ tahun)
 PertemuanbulananPuskesmas 1 kali per bulan (12 kali/ tahun)
 Penilaianmengenaiseluruhhasi 1 kali per tahun
lkegiatan yang
digunakanuntukmenentukanpr
ogramtahundepan.

III KELUARAN
1. Penemuan kasus diare pasif semua  100% Penemuan kasus oleh petugas
umur dan balita kesehatan puskesmas sewaktu penderita
diare datang berobat di BPU setiap hari
kerja

2. Diagnosis  100% Diagnosis ditegakkan berdasarkan


SOP penyakit diare.
3. Pengobatan diare  100% Pemberian oralit ditambah dengan
obat diare. Antibiotik diberikan pada
penderita tersangka disentri, kolera,
ataupun diare akut yang sudah lebih dari 3
hari sesuai SOP dan edukasi untuk tiap
penderita diare.
4. Surveilans  100 % melaporkan tepat waktu setiap
tanggal 5 setiap bulannya.
5. Penggunaan oralit tiap penderita  100% diberi 6 sachet oralit tiap penderita
6. Penggunaan zinc pada balita diare  60%
7. Pojok oralit  100 % (aktif)
8. Pelatihan kader  100% (1 kali/tahun)
9. Penyuluhan kepada masyarakat  100 % (12x/tahun)
10. Pencatatan dan pelaporan  100 % (aktif, laporan bulanan1x/ bulan
dan laporan tahunan 1x/tahun)
 Angka kematian diare  0 /1000
 Angka kesakitan diare  < 40 per 1000 penduduk

IV LINGKUNGAN
a. Fisik
1. Lokasi  Strategis
2. Transportasi  Mudah dan murah
3. Fasilitasdansaranakesehatan  Bekerja sama dengan Puskesmas untuk
melakukan kegiatan P2 diare
4. Sumber air bersih  80 % keluarga memiliki akses air bersih
5. Penggunaan jamban  75 % keluarga memiliki akses jamban
6. Rumah Sehat  75 % rumah dengan PHBS
7. SPAL  Ada

b. Non fisik
1. Tingkat Pendidikan Berpengaruh pada keberhasilan program.
2. SosialEkonomi Ekonomi menengah ke atas menunjang
keberhasilan program.
3. PHBS 75%

V UMPAN BALIK 1. Didapat dari pertemuan tahunan antara kepala


Puskesmas, koordinator P2 diare dan
pelaksanaan harian.
2.Didapat dari hasil rapat tahunan di Dinas
Kesehatan

VI DAMPAK
 Penurunan angka kesakitan dan kematian
Langsung
 Terhindarnya KLB
 Peningkatan derajat kesehatan sesuai
Tidak langsung
paradigma sehat.
Lampiran II

Data Demografi Kecamatan Cikampek

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Karawang 2015

Sumber: www.karawanginfo.com
Gambar 2.2. Peta Wilayah Kecamatan Cikampek
Lampiran III

Data Monografi Kecamatan Cikampek

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Cikampek 2015

No Nama Desa KK Jumlah Penduduk L+P


Lelaki Perempuan
1 Cikampek Kota 3,329 7,463 6,572 14.035
2 Cikampek Barat 3,326 11,862 8,764 20.626
3 Cikampek Timur 2,393 4,979 4,981 9.960
4 Cikampek Selatan 2,848 5,879 5,752 11.631
5 Cikampek Pusaka 2,838 5,902 5,758 11.660
6 Kamojing 2,540 2,890 3,553 6.443
7 Dawuan Timut 2,568 5,479 5,386 10.865
8 Dawuan Tengah 1,778 3,159 3,972 7.131
9 Dawuan Barat 2,047 4,525 4,544 9.069
10 Kaliurip 1,796 3,959 3,974 7933
Total 27,066 56.097 53.256 109.353
Sumber : Laporan Tahunan Puskmas Kecamatan Cikampek 2015

Tabel 3.2. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kepala Keluarga di


Kecamatan Cikampek Tahun 2014.

No Pekerjaan Jumlah Persentase


1 Petani 5.810 12,33 %
2 Buruh industri 1.794 3,8 %
3 Pengrajin industri kecil 16.060 34,1 %
4 Pedagang 12.790 27,16 %
5 Buruh Angkut 2.670 5,67 %
6 Peternak 7.670 16,28%
7 PNS 273 0,57 %
8 ABRI 20 0,042 %
Total 47.087 100 %
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Cikampek 2014
Tabel 3.3. Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Cikampek Tahun 2014.

No Sarana Kesehatan Jumlah


1 Puskesmas UPDT 1
2 Rumah Sakit Umum Swasta 4
3 Praktek Perorangan
a. Dokter 11
Umum 5
b. Dokter 2
Spesialis 34
c. Dokter Gigi
d. Bidan
4 Balai Pengobatan 6
5 Rumah Bersalin 2
6 Klinik 24 Jam 19
7 Klinik Kecantikan 1
8 Klinik Gigi 1
9 Apotek 20
10 Toko Obat 2
11 Optik 3
12 Pengobatan Tradisional 1
Total 112
Sumber : Profil Puskesmas Cikampek 2015
Lampiran IV

Tabel 4.1 Jumlah Kasus Diare periode Juli 2014 sampai dengan Juni 2015 di Wilayah
Kerja Puskesmas Cikampek Kecamatan Cikampek

Tahun Sarana Kesehatan Kader


Bulan Jumlah Jumlah
0-1th 1-4th >5 th 0-1 th 1-4 th >5th
2014 Juli 14 38 72 124 7 14 29 50
Agustus 16 52 88 156 9 27 13 49
September 21 48 94 163 11 31 11 53
Oktober 26 18 52 96 11 8 21 40
November 13 18 73 104 5 7 29 41
Desember 2 3 16 21 1 2 4 7
2015 Januari 0 3 31 34 0 1 8 9
Februari 8 43 29 80 2 11 12 25
Maret 2 45 5 52 0 10 2 12
April 0 0 15 15 0 0 3 3
Mei 0 7 58 65 0 2 15 17
Juni 0 4 32 36 0 1 8 9
Total pasien diare 102 279 565 946 46 114 155 315
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Cikampek Juli 2014 – Juni 2015
Tabel 4.2 Jumlah Kasus Diare dan Penderita yang Meninggal Periode Juli 2014 sampai
dengan Juni 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Cikampek Kecamatan Cikampek

Penderita Meninggal
Tahun Bulan
Juli 124 0
Agustus 156 0
September 163 0
2014 Oktober 96 0
November 104 0
Desember 21 0
Januari 34 0
Februari 80 0
Maret 52 0
2015 April 15 0
Mei 65 0
Juni 36 0
946 0
Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Cikampek Juli 2014 s/d Juni 2015
Tabel 4.3 Sepuluh Besar Penyakit di Balai Pengobatan Rawat Jalan di Puskesmas
Cikampek Tahun 2014

Jumlah
No Nama Penyakit Persentase
Kasus
1. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik 4852 17.49351
2. Myalgia 1587 5.721806
3. Gastroduodenitesis tidak spesifik 1474 5.314393
4. Hipertensi Primer (esensial) 1363 4.914191
5. Dispepsia 1221 4.402221
6. Penyakit Gusi, jaringan Periodontal dan tulang alveolar 941 3.392703

7. Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal 868 3.129507


8. Diabetes Melitus tidak Spesifik 816 2.942025
9. Influenza 800 2.884338
10. Diare dan Gastroenteritis 769 2.77257
Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Cikampek tahun 2014

Tabel 4.4 Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) Oralit di
Puskesmas Cikampek Periode Juli 2014 Sampai Dengan Juni 2015
Tahun Bulan Oralit
Stokawal Penerimaan Pemakaian Stokakhir
2014 Jul 1130 0 1030 100
Aug 100 300 200 200
Sep 200 0 200 0
Okt 0 0 0 0
Nov 0 0 0 0
Des 0 0 0 0
2015 Jan 0 0 0 0
Feb 0 0 0 0
Maret 0 0 0 0
Apr 0 1000 193 807
Mei 807 - 166 641
Jun 641 500 251 890
Total 2878 1800 2040 2638
Sumber : Data bulanan bagian apotek Puskesmas Cikampek Juli 2014 s/d Juni 2015
Penghitungan kebutuhan oralit yang seharusnya tersedia
= (target penemuan penderita diare x 6 bungkus) + 10% (target penemuan penderita
diare x 6 bungkus) – stok di akhir tahun*
*Stok adalah jumlah oralit di akhir tahun (dalam evaluasi program ini, stok adalah stok
akhir bulan Juni 2015 yaitu 0 sachet)
= 3510 x 6 + 10%( 3510x 6) – 641
= 13.644 + 1.364 – 641
= 22.525 sachet
Masukan oralit dalam 1 tahun (periode Juli 2015 – Juni 2015)
= Stok + penerimaan obat dalam 1 tahun*
*Penerimaan obat:
- Aug 2014 = 300 sachet
- April 2015 = 1.000 sachet
- Juni 2015 = 500 sachet
Masukan oralit = 1130 + (300 + 1000 + 500)
= 2.930 sachet

Cakupan kebutuhan oralit = Masukan oralit x 100%


Kebutuhan oralit
= 2930 x 100%
22.525
= 13,01%
Tabel 4.5 Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) Zinc di Puskesmas
Cikampek Periode Juli 2014 Sampai Dengan Juni 2015

Tahun Bulan Zinc


Stokawal Penerimaan Pemakaian Stokakhir
2014 Jul 0 0 0 0
Aug 0 0 0 0
Sep 0 500 200 300
Okt 300 1000 1000 300
Nov 300 0 115 185
Des 185 0 185 0
2015 Jan 0 1500 270 1230
Feb 1230 0 280 950
Maret 950 0 490 460
Apr 460 1000 230 1230
Mei 1230 0 387 843
Jun 843 1000 231 1612
Total 5498 5000 3388 7110
Sumber : Data bulanan bagian apotek Puskesmas Cikampek Juli 2014 s/d Juni 2015

Kebutuhan Zinc: Target penemuan penderita diare balita x 10 tablet + cadangan – Stok
- Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah kebutuhan.
- Stok adalah jumlah sisa Zinc di akhir tahun (dalam evaluasi program ini, stok adalah stok
awal bulan Juni 2015 yaitu 1612 tablet)
= 1929 x 10 tablet + (10% x (1929 x 10)) – 1612
= 19290 + 1929 - 1612
= 19.607 tablet

Masukan Zinc dalam 1 tahun (periode Juli 2014 - Juni 2015)


= Stok + Penerimaan obat dalam 1 tahun
Penerimaanobat zinc dalamtahun 2012
- Sept 2014 = 500 sachet
- Okt 2014 = 1000 sachet
- Jan 2015 = 1500 sachet
- Apr 2015 = 1000 sachet
- Jun 2015 = 1000 sachet
Masukan Zinc = 0 + 5000 = 5.000 tablet
CakupanKebutuhan Zinc
= Masukan Zinc (ketersediaan zinc)x 100 %
Kebutuhan Zinc
= 5000 x 100% = 25,5%
19.607
Lampiran V

5.1 Panduan dan Cara Membuat Larutan Garam Gula


1. Cuci tangan dengan sabun.
2. Ambil garam seujung sendok teh, kemudian masukkan ke dalam gelas belimbing (200 ml).
3. Ambil gula sebanyak satu sendok teh, kemudian masukkan ke dalam gelas belimbing tadi.
4. Tambahkan air matang hangat dengan tujuan melarutkan gula dan garam, ke dalam gelas
belimbing tadi penuh (200 ml), kemudian aduk hingga larut.
5. Kemudian dicicipi, untuk mengetahui rasanya terlalu asin atau tidak (mencegah muntah),
kalau sudah pas rasanya, berikan pada bayi atau anak Balita.

5.2 Panduan dan Cara Menggunakan Oralit


1. Cuci tangan dengan sabun dan air.
2. Tuangkan semua bubuk dalam satu kemasan ke dalam satu wadah bersih. Gunakan wadah
apapun yang tersedia seperti mangkok, botol, gelas.
3. Ukur satu liter air bersih (atau jumlah yang tepat untuk kemasan yang digunakan), yang
terbaik didihkan dan dinginkan air sebelum digunakan.
4. Tuangkan air matang hangat 200 ml ke dalam wadah. Aduklah dengan sendok bersih sampai
larut seluruhnya.
5. Jagalah wadah agar selalu tertutup, larutan dapat disimpan dan digunakan untuk satu hari (24
jam). Buang semua larutan yang sudah dibuat dari kemarin.

Umur 3 Jam Pertama Selanjutnya setiap kali diare


6 bulan - 1 tahun 1½ gelas ½ gelas
1 tahun – 5 tahun 3 gelas 1 gelas
5 tahun – 12 tahun 6 gelas 1½ gelas
> 12 tahun dan dewasa 12 gelas 2 gelas
5.3 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi
Penilaian A B C
Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat:
Keadaan umum Baik, sadar Rewel, gelisah Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Cekung
Rasa haus (beri air minum) Minum biasa, Haus, ingin minum Malas minum atau
tidak haus banyak tidak bisa minum
Raba:
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat (> 2 detik)
Nadi Normal Cepat dan lemah Nadi lemah, tak
teraba
Mukosa mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Perkiraan kehilangan cairan 2-5 % BB (kg) 5-8 % BB (kg) 8-10 % BB (kg)
Tentukan derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan– Dehidrasi berat
sedang
Rencana pengobatan Terapi A Terapi B Terapi C
5.4 Rencana Terapi A untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi
Menerangkan 5 Langkah Terapi Diare Di Rumah
1. Beri Cairan Lebih Banyak Dari Biasanya
• Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
• Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
• Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit atau cairan
rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
• Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi
sedikit.
 Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
 Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak.
• Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila:
 Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C.
 Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk.
• Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. Beri Obat Zink
Beri Zink selama10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan
cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
 Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
 Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
3. Beri Anak Makanan Untuk Mencegah Kurang Gizi
• Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
• Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
• Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.
• Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
• Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu
4. Antibiotik Hanya Diberikan Sesuai Indikasi. Misal: Disenteri, Kolera Dll
5. Nasihati Ibu/ Pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
Berak cair lebih sering, Muntah berulang, Sangat haus, Makan dan minum sangat sedikit, Timbul
demam, Berak berdarah, Tidak membaik dalam 3 hari.
5.5 Rencana Terapi B untuk terapi dehidrasi ringan-sedang

Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama :

Oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita (Kg) dengan 75 ml

Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan, diberikan oralit sesuai
dengan tabel dibawah ini :
Umur <1 tahun 1-4 tahun > 5 tahun Dewasa
Jumlah Oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml
• Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah
• Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
• Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama
masa ini

Amati Anak dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit


• Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
• Tunjukkan cara memberikan oralit, yaitu berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk di bawah 2
tahun, beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua.
• Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.
• Bila anak muntah, tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat,
misalnya sesendok tiap 2-3 menit.
• Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI.
Berikan oralit sesuai rencana A bila pembengkakan telah hilang.

Setelah 3-4 Jam, Nilai Kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian Pilih Rencana
A,B atau C untuk Melanjutkan Terapi
• Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya
kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur.
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana B tetapi tawarkan makanan, susu
dan sari buah seperti Rencana A.
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C.
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B
• Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
• Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana Terapi A
• Tunjukkan cara melarutkan oralit
• Jelaskan 3 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
- Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
- Memberikan makan anak sebagaimana biasanya
- Membawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut : Buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa
haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinja berdarah.
Rencana Terapi C
Untuk Dehidrasi Berat

Ikuti arah anak panah. Bila jawaban dari pertanyaan YA, teruskan ke kanan. Bila TIDAK,
teruskan ke bawah.
 Mulai diberi cairan IV segera. Bila
penderita bisa minum, berikan oralit,
sementara cairan IV dimulai. Beri
100ml/Kg cairan RL (atau cairan
Dapatkah
Saudara normal) dibagi sebagai berikut:
memberikan Umur Pemberian I Kemudian
YA
cairan 30ml/Kg 70mg/Kg
Intravena? dalam dalam
Bayi < 1 1 jam* 5 jam
bulan
Anak=1 1/2 jam 2 1/2 jam
tahun
*Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah
atau tidak teraba
 Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam.
Bila rehidrasi belum tercapai percepat
tetesan Intravena.
Tidak
 Juga berikan oralit (5ml/Kg/jam) bila
penderita bisa minum; biasanya setelah
3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
 Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak)
nilai lagi penderita menggunakan Tabel
Penilaian. Kemudian pilihlah rencana
terapi yang sesuai (A,B,atau C) untuk
melanjutkan terapi.

Adakah  Kirim penderita untuk terapi Intravena


terapi  Bila penderita bisa minum, bekali ibu
terdekat YA larutan oralit dan tunjukkan cara
(dalam 30 memberikannya selama di perjalanan
menit) ?
 Mulai rehidrasi melalui mulut dengan
Tidak oralit. Berikan 20ml/kg/jam selama 6
jam (total 120ml/kg)
 Nilai penderita tiap 1-2 jam
- Bila muntah/ perut kembung
berikan cairan pelan-pelan
Apakah saudara - Bila rehidrasi tidak tercapai
dapat menggunakan YA setelah 3 jam rujuk penderita
pipa nasogastrik untuk terapi intravena
untuk rehidrasi?  Setelah 6 jam nilai kembali penderita
dan pilih rencana terapi yang sesuai

Tidak
 Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit.
Berikan 20ml/kg/jam selama 6 jam
(total120ml/kg)
 Nilai penderita tiap 1-2 jam :
- Bila muntah/ perut kembung berikan cairan
Apakah
pelan-pelan
penderita YA - Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam
bisa
rujuk penderita untuk terapi intravena
minum?
 Setelah 6 jam nilai kembali kondisi penderita dan
pilih rencana terapi yang sesuai.

Tidak

Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui nasogastrik atau intravena

Catatan :
- Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan
bahwa ibu dapat menjaga untuk mengembalikan cairan yang hilang dengan
memberikan oralit
- Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara,
pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotik yang tepat secara oral begitu anak
sadar
Lampiran VI

6.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Rumah Tangga

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktf dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang anggota atau
penghuninya sudah menerapkan PHBS dalam kehidupannya sehari-hari yaitu memenuhi 7
indikator PHBS di rumah tangga dan 3 indikator gaya hidup sehat.
PHBS di rumah tangga diarahkan untuk memberdayakan setiap keluarga atau anggota
rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan
mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi, memamnfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada, serta berperan
aktif mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat.
Pembinaan PHBS di rumah tangga bertujuan untuk mempercepat terwujudnya rumah
tangga ber-PHBS untuk menjadi rumah tangga sehat, sebagai salah satus indikator desa siaga
yang pada akhirnya akan mewujudkan desa sehat. Oleh karena itu kegiatan PHBS di rumah
tangga pelaksanaannya dimulai daari lingkungan terkecil, yaitu RT-RW-Dusun/kampung-
Desa/kelurahan, dan seterusnya.
Yang termasuk dalam PHBS Rumah Tangga yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (oleh dokter atau bidan termasuk
pendampingan bidan oleh paraji).
2. Memberi bayi ASI-eksklusif adalah bayi usia 6-12 bulan, tidak diberi makanan
dan minuman lain, kecuali pemberian air putih untuk minum obat pada saat bayi
sakit.
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan (menimbang bayi dan balita mulai umur
0 sampai 59 bulan setiap bulan dan dicatat dalam KMS berturut-turut dalam 3
bulan terakhir).
4. Menggunakan air bersih untuk mandi, mencuci, memasak. Air bersih yang
digunakan haruslah memenuhi syarat fisik (tidak berwarna, tidak keruh, tidak
berbau) yang dapat berasal dari air pompa, sumur, mata air terlindung berjarak
minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap kali tangan kotor, sebelum
makan, sebelum merawat anak, dan sesudah buang air besar dengan memakai
sabun serta air bersih yang mengalir.
6. Menggunakan jamban sehat dengan tangki septik atau lubang penampungan
kotoran sebagai pembuangan akhir.
7. Memberantas jentik di rumah 1 kali dalam seminggu agar tidak terdapat jentik
nyamuk pada tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas
bunga, pot bunga / alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, dan barang-
barang bekas yang dapat menampung air.
8. Makan sayur dan buah setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal 30 menit terus menerus (jalan, lari,
senam) dan kegiatan dalam rumah tangga seperti mencuci pakaian atau mobil,
mengepel lantai, berkebun.
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Lampiran VII
7.1. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Cikampek Tahun 2015

KEPALA UPTD PUSKESMAS


CIKAMPEK
dr. H. Deddy Ferry Rachmat, MKM

SUB BAGIAN TATAUSAHA


Tuti Susilowati
PROGRAM PENCEGAHAN
PENYAKIT MENULAR
Ade Ruhyana

Lampiran VIII

8.1 Syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC. Syarat
jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Tidak mencemari sumber air minum


2. Tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus
3. Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah disekitarnya, oleh
karena itu lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai, miring
kearah lobang jongkok
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya
5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup
6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara
7. Luas ruangan yang cukup
8. Tersedia air dan alat pembersih
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai berikut :

1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah
yang ada disekitar jamban
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak
menyedapkan
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat.

Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap
sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :

1. Keadaan daerah datar atau lereng


2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam
3. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur.

Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di
Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara
8 hingga 15 meter atau rata-rata 10 meter. Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu
diperhatikan :

1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak
sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh
kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi
banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat
lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3. Mudah dan tidaknya memperoleh air.

Anda mungkin juga menyukai