Lamp Iran
Lamp Iran
Lampiran I
Tabel 1.1 Tolak Ukur Keberhasilan
No Variable TolakUkur
I Masukan
A. Tenaga (Man)
Dokterumum 2 orang
Bidan 5 orang
Perawat 4 orang
Koordinator P2Diare 1 orang
Petugas laboratorium 1 orang
Kader 5 orang/ posyandu
B. Dana (Money)
APBN Tersedia
APBD Tersedia
C. Sarana (Material)
I ) Medis
Stetoskop 3 buah
Tensimeter 3 buah
Alat Timbangan Berdiri 2 buah
AlatT imbangan Bayi 1 buah
Microtoise 1 buah
Termometer 2 buah
Oralit Ada
Zink Ada
Cairan infuse
(RL, Glukosa, NaCl) Ada
Antibiotik
Kotrimoksazol Ada
Tetrasiklin Ada
Metronidazol Ada
Amoksisilin Ada
Erythromycin Ada
Obat-obatdiaredan
anti-spasmolitik Ada
(Papaverin, Attalpugite,
Diaform)
II ) Non-Medis
Ruang pendaftaran Ada
Ruang pemeriksaan Ada
Ruang tunggu Ada
Ruang obat Ada
Lemari obat Ada
SOP penatalaksanaan Ada
Ruang pojok Oralit/
Upaya Rehidrasi Oral Ada
(URO)
Kartu status, buku, alat Ada
tulis
Tempat sampah, sabun, Ada
toilet
Meja tulis Ada
Kerusi lipat Ada
Tempat tidur Ada
Tempat penyimpanan Ada
vaksin
Alat penyuluhan Ada
(papantulis, poster,
spidol, brosur, mikrofon)
D. Metode (Method)
1. Penemuan kasus diare secara Penemuan kasus oleh petugas kesehatan
pasif. puskesmas (dokter, paramedik terlatih)
sewaktu penderita diare datang berobat di
BPU setiap hari kerja (Senin hingga Sabtu
pukul 08.00-12.00 WIB).
2. Penentuan diagnosis Berdasarkan SOP diare yang menjelaskan
bahwa seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari.
Disentri: kumpulan gejala diare dengan
lendir dan darah dalam feses terkadang
disertai tenesmus.
Diare persisten: diare akut yang berlanjut
sampai lebih dari 14 hari.
Gejala penyerta: sakit perut, demam,
lemas, mual, muntah, tidak nafsu makan,
anak menjadi rewel, nafas cepat, tidak
mau minum, perut kembung.
3. Pengobatan Dilaksanakan dengan tepat sesuai SOP mengenai
penanganan diare: (lampiran VIII)
Sesuai dengan prinsip tatalaksana diare (LINTAS
diare):
1. Oralit osmolaritas rendah.
2. Zink selama 10 hari.
3. Teruskan pemberian ASI dan makan.
4. Antibiotik atas indikasi.
5. Edukasi dan nasihat (sanitasi perorangan dan
lingkungan).
Dilaksanakan dengan tepat sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP) mengenai
penanganan diare setiap hari kerja.
Diare tanpa dehidrasi (rencana terapi A)
Diare dengan dehidarasi ringan dan sedang
(rencana terapi B)
Diare dengan dehidrasi berat
(rencana terapi C)
Disentri, secara umum dikelola sama dengan
kasus diare lain sesuai acuan tatalaksana diare
akut.
4. Surveilans penyakitdiare Pengumpulan data
epidemiologidarilaporanrutin yang
dilakukanolehPuskesmasmelalui SP2TP
(laporanBulanan) dan W2
(Laporanmingguan)
Dilaporkansebelumtanggal 5 setiapbulannya.
5. Distribusi logistik Terpenuhinya kebutuhan
Tersedianya kebutuhan oralit sebanyak 6
sachet/ penderita.
Tersedia antibiotik, anti diare, cairan infus,
persiapan KLB di Puskesmas.
Tersedia oralit pada setiap kader minimal 10
sachet.
7. Penyuluhan kepada
masyarakat
Perorangan Penyuluhan perorangan yang diberikan oleh
petugas kesehatan Puskesmas kepada setiap
penderita diare yang datang berobat di BPU
Puskesmas melalui pemberian informasi
mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare
secara singkat.
Kelompok Penyuluhan kelompok yang diberikan oleh
petugas kesehatan Puskesmas kepada
masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu setiap
bulan dengan cara ceramah dan diskusi
mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare.
8. Pelatihan kader Pelatihan kader mengenai penanganan diare
melalui kegiatan penataran Kader Posyandu
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
untuk meningkatkan kemampuan para kader
dalam mengatasi secara dini penderita diare
(minimal 1 x/tahun).
C. Pelaksanaan
1. Penemuan kasus diare secara pasif Melalui pencatatan kasus diare di
Puskesmas setiap hari kerja dan jam kerja
2. Diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik sesuai dengan SOP
3. Pengobatan kasus-kasus diare Sesuai dengan prosedur SOP diare,
4. Surveilans diare Terlaksananya pengumpulan data kasus
diare yang didapat dari laporan harian
setiap hari kerja dan dilaporkan sebelum
tanggal 5 tiap bulannya.
5. Distribusilogistic Ada perhitungan kebutuhan oralit dan
zinc sesuai buku pedoman P2Diare
Tersedianya oralit untuk kader minimal
10 sachet / kader
Ada tersedia antibiotik, anti diare, cairan
infus, persiapan KLB di puskesmas.
6. Pojokoralit Aktif
7. Penyuluhan kepada masyarakat Perorangan: Setiap hari di BPU terhadap
penderita diare yang datang berobat.
Kelompok: Dilaksanakan sebanyak 12
kali per tahun
8. Pelatihan Kader 1x/ tahun
9. Pencatatan dan pelaporan. Pencatatan dilakukan dengan pengisian
formulir SP2TP
Pelaporan: dilaporkan tiap tanggal 10
bulan berikutnya.
D. Pengawasan
LaporanbulananPuskesmas 1 kali per bulan (12 kali/ tahun)
PertemuanbulananPuskesmas 1 kali per bulan (12 kali/ tahun)
Penilaianmengenaiseluruhhasi 1 kali per tahun
lkegiatan yang
digunakanuntukmenentukanpr
ogramtahundepan.
III KELUARAN
1. Penemuan kasus diare pasif semua 100% Penemuan kasus oleh petugas
umur dan balita kesehatan puskesmas sewaktu penderita
diare datang berobat di BPU setiap hari
kerja
IV LINGKUNGAN
a. Fisik
1. Lokasi Strategis
2. Transportasi Mudah dan murah
3. Fasilitasdansaranakesehatan Bekerja sama dengan Puskesmas untuk
melakukan kegiatan P2 diare
4. Sumber air bersih 80 % keluarga memiliki akses air bersih
5. Penggunaan jamban 75 % keluarga memiliki akses jamban
6. Rumah Sehat 75 % rumah dengan PHBS
7. SPAL Ada
b. Non fisik
1. Tingkat Pendidikan Berpengaruh pada keberhasilan program.
2. SosialEkonomi Ekonomi menengah ke atas menunjang
keberhasilan program.
3. PHBS 75%
VI DAMPAK
Penurunan angka kesakitan dan kematian
Langsung
Terhindarnya KLB
Peningkatan derajat kesehatan sesuai
Tidak langsung
paradigma sehat.
Lampiran II
Sumber: www.karawanginfo.com
Gambar 2.2. Peta Wilayah Kecamatan Cikampek
Lampiran III
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Cikampek 2015
Tabel 4.1 Jumlah Kasus Diare periode Juli 2014 sampai dengan Juni 2015 di Wilayah
Kerja Puskesmas Cikampek Kecamatan Cikampek
Penderita Meninggal
Tahun Bulan
Juli 124 0
Agustus 156 0
September 163 0
2014 Oktober 96 0
November 104 0
Desember 21 0
Januari 34 0
Februari 80 0
Maret 52 0
2015 April 15 0
Mei 65 0
Juni 36 0
946 0
Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Cikampek Juli 2014 s/d Juni 2015
Tabel 4.3 Sepuluh Besar Penyakit di Balai Pengobatan Rawat Jalan di Puskesmas
Cikampek Tahun 2014
Jumlah
No Nama Penyakit Persentase
Kasus
1. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik 4852 17.49351
2. Myalgia 1587 5.721806
3. Gastroduodenitesis tidak spesifik 1474 5.314393
4. Hipertensi Primer (esensial) 1363 4.914191
5. Dispepsia 1221 4.402221
6. Penyakit Gusi, jaringan Periodontal dan tulang alveolar 941 3.392703
Tabel 4.4 Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) Oralit di
Puskesmas Cikampek Periode Juli 2014 Sampai Dengan Juni 2015
Tahun Bulan Oralit
Stokawal Penerimaan Pemakaian Stokakhir
2014 Jul 1130 0 1030 100
Aug 100 300 200 200
Sep 200 0 200 0
Okt 0 0 0 0
Nov 0 0 0 0
Des 0 0 0 0
2015 Jan 0 0 0 0
Feb 0 0 0 0
Maret 0 0 0 0
Apr 0 1000 193 807
Mei 807 - 166 641
Jun 641 500 251 890
Total 2878 1800 2040 2638
Sumber : Data bulanan bagian apotek Puskesmas Cikampek Juli 2014 s/d Juni 2015
Penghitungan kebutuhan oralit yang seharusnya tersedia
= (target penemuan penderita diare x 6 bungkus) + 10% (target penemuan penderita
diare x 6 bungkus) – stok di akhir tahun*
*Stok adalah jumlah oralit di akhir tahun (dalam evaluasi program ini, stok adalah stok
akhir bulan Juni 2015 yaitu 0 sachet)
= 3510 x 6 + 10%( 3510x 6) – 641
= 13.644 + 1.364 – 641
= 22.525 sachet
Masukan oralit dalam 1 tahun (periode Juli 2015 – Juni 2015)
= Stok + penerimaan obat dalam 1 tahun*
*Penerimaan obat:
- Aug 2014 = 300 sachet
- April 2015 = 1.000 sachet
- Juni 2015 = 500 sachet
Masukan oralit = 1130 + (300 + 1000 + 500)
= 2.930 sachet
Kebutuhan Zinc: Target penemuan penderita diare balita x 10 tablet + cadangan – Stok
- Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah kebutuhan.
- Stok adalah jumlah sisa Zinc di akhir tahun (dalam evaluasi program ini, stok adalah stok
awal bulan Juni 2015 yaitu 1612 tablet)
= 1929 x 10 tablet + (10% x (1929 x 10)) – 1612
= 19290 + 1929 - 1612
= 19.607 tablet
Oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita (Kg) dengan 75 ml
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan, diberikan oralit sesuai
dengan tabel dibawah ini :
Umur <1 tahun 1-4 tahun > 5 tahun Dewasa
Jumlah Oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml
• Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah
• Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
• Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama
masa ini
Setelah 3-4 Jam, Nilai Kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian Pilih Rencana
A,B atau C untuk Melanjutkan Terapi
• Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya
kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur.
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana B tetapi tawarkan makanan, susu
dan sari buah seperti Rencana A.
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C.
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B
• Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
• Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana Terapi A
• Tunjukkan cara melarutkan oralit
• Jelaskan 3 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
- Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
- Memberikan makan anak sebagaimana biasanya
- Membawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut : Buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa
haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinja berdarah.
Rencana Terapi C
Untuk Dehidrasi Berat
Ikuti arah anak panah. Bila jawaban dari pertanyaan YA, teruskan ke kanan. Bila TIDAK,
teruskan ke bawah.
Mulai diberi cairan IV segera. Bila
penderita bisa minum, berikan oralit,
sementara cairan IV dimulai. Beri
100ml/Kg cairan RL (atau cairan
Dapatkah
Saudara normal) dibagi sebagai berikut:
memberikan Umur Pemberian I Kemudian
YA
cairan 30ml/Kg 70mg/Kg
Intravena? dalam dalam
Bayi < 1 1 jam* 5 jam
bulan
Anak=1 1/2 jam 2 1/2 jam
tahun
*Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah
atau tidak teraba
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam.
Bila rehidrasi belum tercapai percepat
tetesan Intravena.
Tidak
Juga berikan oralit (5ml/Kg/jam) bila
penderita bisa minum; biasanya setelah
3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak)
nilai lagi penderita menggunakan Tabel
Penilaian. Kemudian pilihlah rencana
terapi yang sesuai (A,B,atau C) untuk
melanjutkan terapi.
Tidak
Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit.
Berikan 20ml/kg/jam selama 6 jam
(total120ml/kg)
Nilai penderita tiap 1-2 jam :
- Bila muntah/ perut kembung berikan cairan
Apakah
pelan-pelan
penderita YA - Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam
bisa
rujuk penderita untuk terapi intravena
minum?
Setelah 6 jam nilai kembali kondisi penderita dan
pilih rencana terapi yang sesuai.
Tidak
Catatan :
- Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan
bahwa ibu dapat menjaga untuk mengembalikan cairan yang hilang dengan
memberikan oralit
- Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara,
pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotik yang tepat secara oral begitu anak
sadar
Lampiran VI
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktf dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang anggota atau
penghuninya sudah menerapkan PHBS dalam kehidupannya sehari-hari yaitu memenuhi 7
indikator PHBS di rumah tangga dan 3 indikator gaya hidup sehat.
PHBS di rumah tangga diarahkan untuk memberdayakan setiap keluarga atau anggota
rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan
mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi, memamnfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada, serta berperan
aktif mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat.
Pembinaan PHBS di rumah tangga bertujuan untuk mempercepat terwujudnya rumah
tangga ber-PHBS untuk menjadi rumah tangga sehat, sebagai salah satus indikator desa siaga
yang pada akhirnya akan mewujudkan desa sehat. Oleh karena itu kegiatan PHBS di rumah
tangga pelaksanaannya dimulai daari lingkungan terkecil, yaitu RT-RW-Dusun/kampung-
Desa/kelurahan, dan seterusnya.
Yang termasuk dalam PHBS Rumah Tangga yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (oleh dokter atau bidan termasuk
pendampingan bidan oleh paraji).
2. Memberi bayi ASI-eksklusif adalah bayi usia 6-12 bulan, tidak diberi makanan
dan minuman lain, kecuali pemberian air putih untuk minum obat pada saat bayi
sakit.
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan (menimbang bayi dan balita mulai umur
0 sampai 59 bulan setiap bulan dan dicatat dalam KMS berturut-turut dalam 3
bulan terakhir).
4. Menggunakan air bersih untuk mandi, mencuci, memasak. Air bersih yang
digunakan haruslah memenuhi syarat fisik (tidak berwarna, tidak keruh, tidak
berbau) yang dapat berasal dari air pompa, sumur, mata air terlindung berjarak
minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap kali tangan kotor, sebelum
makan, sebelum merawat anak, dan sesudah buang air besar dengan memakai
sabun serta air bersih yang mengalir.
6. Menggunakan jamban sehat dengan tangki septik atau lubang penampungan
kotoran sebagai pembuangan akhir.
7. Memberantas jentik di rumah 1 kali dalam seminggu agar tidak terdapat jentik
nyamuk pada tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas
bunga, pot bunga / alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, dan barang-
barang bekas yang dapat menampung air.
8. Makan sayur dan buah setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal 30 menit terus menerus (jalan, lari,
senam) dan kegiatan dalam rumah tangga seperti mencuci pakaian atau mobil,
mengepel lantai, berkebun.
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Lampiran VII
7.1. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Cikampek Tahun 2015
Lampiran VIII
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC. Syarat
jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah
yang ada disekitar jamban
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak
menyedapkan
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap
sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di
Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara
8 hingga 15 meter atau rata-rata 10 meter. Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu
diperhatikan :
1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak
sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh
kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi
banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat
lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3. Mudah dan tidaknya memperoleh air.