Anda di halaman 1dari 5

Kanker kolorektal adalah kanker yang menyerang kolon sampai ke dubur Sebagian besar kanker

kolorektal berasal dani adenokarsinoma. Adenokarsinoma adalah neoplasma ganas epitelial dengan sel-
sel penyusunnya identik struktural bahkan kadang-kadang fungsional, dengan sel-sel epitel kelenjar
normal pasangannya apokrin, ekrin, endokrin, dan kelenjar parenkim 15. Oleh WHO kanker rektum
dimasukkan ke dalam Intenational Classification of Diseases ( ICD) dengan kode C nomor 20 dan kanker
kolon dengan kode C nomor 18.

Kolon merupakan suatu saluran tertutup, panjang 1,5 m yang terdiri dari 6 bagian yaitu sekum, kolon
esenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektum, dengan katup ileosekal pada
ujung kranialnya, untuk mencegah refluks dan linea dentata dari anus pada ujung kaudal. Kolon
trasversum selalu mempunyai mesentrium, kolon asenden yang mempunyai mesentrium hanya terdapat
pada 12 % orang dan kolon desenden pada 22 % orang . Kolon sigmoid juga mempunyai mesentrium dan
kadang-kadang panjangnya lebih dari biasa Lapisan otot longitudinal kolon membentuk 3 buah pita yang
disebut tenia yang lebih pendek dani kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk
seperti sakulus (kantung kecil) yang disebut haustra (bejana). Batas antara kolon dan rektum tampak
jelas karena pada rektum ketiga tenia tidak tampak lagi. Batas ini terletak di bawah promontorium, kira-
kira 15 cm dari anus Sekum, kolon asendens dan bagian kanan kolon transversum didarahi oleh cabang
arteri mesentrika superior yaitu arteri leokolika, arteri kolika dekstra arteri kolika media. Kolon
transversum bagian kiri, kolon desenden, kolon sigmoid dan sebagian besar rektum didarahi oleh arteri
mesenterika inferior melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid dan arteri hemoroidalis superior"
Pembuluh vena kolon berjalan pararel dengan arterinya. Aliran darah disalurkan melalui vena mesentrika
superior untuk kolon asendens dan kolon transversum dan melalui vena mesenterika inferior untuk
kolon desendens, sigmoid dan rektum. Keduanya bermuara ke dalam vena vorta tetapi vena mesenterika
inferior melalui vena lienalis Aliran vena dari kanalis analis menuju ke vena kafa inferior Pada batas
rektum dan anus terdapat banyak kolateral arteri dan vena melalu peredaran hemoroidal antara sistim
pembuluh saluran cerns dan sistim aren dan vena liaka

rektum tampak jelas karena pada rektum ketiga tenia tidak tampak lagi. Batas ini terletak di bawah
promontorium, kira-kira 15 cm dari anus7 Sekum, kolon asendens dan bagian kanan kolon transversum
didarahi oleh cabang arteri mesentrika superior yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra arteri kolika
media. Kolon transversum bagian kiri, kolon desenden, kolon sigmoid dan sebagian besar rektum
didarahi oleh arteri mesenterika inferior melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid dan arteri
hemoroidalis superior Pembuluh vena kolon berjalan pararel dengan arterinya. Aliran darah vena
disalurkan melalui vena mesentrika superior untuk kolon asendens dan kolon transversum dan melalui
vena mesenterika inferior untuk kolon desendens, sigmoid dan rektum. Keduanya bermuara ke dalam
vena vorta tetapi vena mesenterika inferior melalui vena lienalis. Aliran vena dari kanalis analis menuju
ke vena kafa inferior Pada batas rektum dan anus terdapat banyak kolateral arteri dan vena melalıui
peredaran hemoroidal antara sistim pembuluh saluran cerna dan sistim arteri dan vena iliaka 17 Aliran
limfe kolon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini penting diketahui sehubungan dengan penyebaran
keganasan dan kepentingannya dalam reseksi keganasan kolon. Sumber aliran limfe terdapat pada
muskularis mukosa. Jadi selama suatu keganasan kolon belum mencapai lapisan muskularis mukosa
kemungkinan besar belum ada metastasis. Metastasis dari kolon sigmoid ditemukan di kelenjar regional
mesenterium dan retroperitoneal pada arteri kolika sinistra, sedangkan dari anus ditemukan di kelenjar
regional di regio inguinalis 17

a Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus splanknikus dan pleksus presakralis
serta serabut parasimpatis yang berasal dari nervus vagus. Karena distribusi persarafan usus tengah dan
usus belakang, nyeri alih pada kedua bagian kolon kiri dan kanan berbeda. Lesi pada kolon bagian kanan
yang berasal dari usus tengah terasa mula-mula pada epigastrium atau di atas pusat. Nyeri dari lesi pada
kolon desendens atau sigmoid yang berasal dari usus belakang terasa mula-mula di hipogastrium atau di
bawah pusat 7 2.2.2. Rektum Rektum, seluruhnya terbungkus dalam serat otot longitudinal, kemudian
dilanjutkan oleh kanalis analis, dimana sfingter eksterna dari otot volunter memberikan selubung
tambahan. Otot levator ani membentuk sudut 60°-1050 pada orang normal dari sambungan rektoanal
depan, sarafnya mensuplai sisi atasnya dan oleh karena itu dapat rusak akibat peregangan otot yang luas
misalnya pada waktu persalinan 16 Kolorektum dilapisi oleh epitel kolumnar sejauh linea dentate pada
pertengahan kanalis analis, kemudian dilanjutkan oleh epitel skuamosa sensitive yang berlanjut dari
perineum. Kelenjar submukosa analis dapat meluas secara dalam ke sfingter dan jika terinfeksi maka
dapat mengakibatkan abses perianal dan fistula 16. 2.3. Fungsi Kolon Dan Rektum Fungsi dari kolon ialah
menyerap air, vitamin dan elektrolit, eksresi mukus (lendir) serta menyimpan feses dan kemudian
mendorongnya ke luar. Absorpsi terhadap air dan elektrolit terutama dilakukan di kolon sebelah kanan
yaitu di sekum dan kolon asenden dan sebagian kecil dibagikan kolon lainnya Air, elektrolit dan beberapa
metabolit dipindahkan oleh membran mukosa melalui isi lumen dengan kontraksi dinding usus lokal
maupun total. Makin banyak gerakan makin besar absorpsi cairan, pada banyak kasus tidak adanya feses
berhubungan dengan inaktivitas relatif dinding otot dan konstipasi oleh kontraksi yang berlebihan 18
Pleksus saraf intrinsik pada dasarnya bertanggung jawab terhadap kontraksi kolorektal Pleksus intrinsik
di bawah pengaruh hormon usus dan hormon lain misalnya, kolesitokinin, motilin, peptida intestinal
vasoaktif dan katekolamin yang konsentrasi sirkulasinya bervariasi secara bermakna mempengaruhi
aktivitas kontraksi. Maka sesudah makan motilitas meningkat dengan jelas, mungkin karena aktivitas
kolesistokinin sementara itu plcksus saraf ckstrinsik juga memberi efek yang nyata. Tidur menurunkan
aktivitas kolon cukup besar yang segera meningkat pada waktu bangun. Stres mental meningkatkan
kontraktilitas. Makanan yang mengandung banyak serat membantu mempertahankan air dan
meningkatkan massa feses sehingga membantu defekasi 18 Rektum normalnya kosong dan ketika
seseorang bangun tidur dan makan pagi menimbulkan motilitas kolon kiri, feses memasuki rektum dan
orang tersebut merasa ingin defekasi. Duduk di WC membantu mengecilkan sudut anorektal dan feses
memasuki kanalis analis. Kanalis analis sedikit lebih pendek pada wanita dibandingkan pada pria rata-
rata 3-7 cm versus 4-6 cm ). Feses dikeluarkan bila jalan keluar tidak menghentikannya secara volunter.
Feses yang terletak lebih jauh sejauh fleksura splenikus mungkin juga keluar volume rata-rata setiap hari
adalah 150 ml. 16 Pengeluaran feses dapat ditunda karena rektum dapat memberikan tekanan10 secara
pasif sampai 400 ml, mempertahankan tekanan rektal yang rendah dan feses bahkan dapat didorong
kembali ke dalam kolon sigmoid* Untuk menentukan kelainan dari kolon secara rutin harus diperiksa
feses Feses yang normal biasanya berbentuk memanjang, warna coklat muda, tak berlendir dan
berdarah. Bila terlihat mengandung darah, lendir atau bernanah sudah pasti ada kelainan di rektum atau
di kolon sendiri. Selain perlu memperhatikan wama, bentub (padat atau cair) perlu juga diperhatikan bau
feses yang abnormal (anyir, busuk, lemak busuk dl)18 2.4. Epidemiologi 2.4.1. Distribusi Dan Frekuensi
Kanker kolorektal adalah keganasan yang umum ditemukan. Merupakan penyakit yang terutama
ditemukan pada orang yang lebih tua meskipun dapat terjadi pada semua umur . Kurang dan 5 % pasien
di bawah umur 40 tahun dan lebih dari 50 % di atas 60 tahun , dengan puncak insiden pada orang yang
berumur 70-80 tahun Terdapat sekitar 25.000 kasus baru setiap tahunnya di Inggris dan menduduki
urutan kedua setelah kanker bronkus sebagai penyebab kematian, dengan kematian tahunan sekitar
19.000. Tidak terlihat adanya perbedaan jenis kelamin, pada perempuan kejadiannya lebih jarang
dibandingkan dengart kanker payudara 16 Frekuensi kanker kolorektal merupakan yang terbanyak dari
seluruh kanker ( 17,4 % ) di Amerika Serikat . Insiden kanker kolon 32,9 untuk laki - laki dan 29,4 untuk
perempuan per 100.000 penduduk dan kanker rektum 17,5 dan 10,5 masing masing pada laki-laki dan
perempuan. Insiden pada kulit berwarna sedikit lebih rendah dibanding dengan kulit putih. Di Australia
dan Eropa, kanker kolorektalmerupakan penyebab kematian terbanyak sesudah kanker paru pada laki-
laki dan kanker payudara pada perempuan. Akan tetapi di Jepang, Colombia, India dan Afrika Utara
kanker kolon jarang, sedang di Jepang insiden kanker rektum tidak jauh berbeda dengan Amerika Serikat.
Di Afrika sebagian besar kanker kolon dijumpai pada rektum dan kejadiaanya sering pada umur yang
relatif muda. Penderita terbanyak berumur di atas 40 tahun namun umur muda bahkan pada anak-anak
pernah dilaporkan Berdasarkan catatan di Inggris 1954 dinyatakan bahwa 4074 laki-laki dan 5881
perempuan meninggal karena kanker kolon dan pada tahun yang sama pula 3334 laki-laki dan 2474
perempuan telah meninggal karena kanker di rektum. Selama 4 tahun yaitu 1953-1956 dari Central
Middlesex Hospital ditemukan 297 penderita dengan kanker kolon yang terdiri dari 114 laki-laki dan 183
perempuan. Sedang 177 penderita kanker rektum terdiri dari 104 laki-laki dan 73 perempuan. Jadi
kanker di kolon lebih banyak dijumpai pada perempuan, sebaliknya kanker rektum lebih banyak pada
laki-laki. Dan sebagian besar penderita kanker tersebut pada umur 40-70 tahun Sementara insidens
kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Insidens pada laki-laki
sebanding dengan perempuan dan lebih banyak pada orang muda . Sekitar 75 % ditemukan di
rektosigmoid . Di negara Barat perbandingan insidens laki-laki dan perempuan 3 banding 1 dan kurang
dari 50 % ditemukan di rektosigmoid dan merupakan penyakit usia lanjut 18 Di Amerika Serikat data
tahun 1992 melaporkan bahwa sekitar 56.000 kasus kanker baru adalah kanker kolorektal ( 15 % dan
seluruh kasus kanker baru ) dan yebab kematian sekitar 60.000 orang per tahunnya. Sedangkan tahun
1990 dilaporkan kematian oleh kanker kolorektal sebanyak 17.223 orang. Insiden tinggi 40-50 per
100.000 populasi terdapat di Eropa Barat dan Amerika Utara, insiden 20-40 per 100.000 populasi
terdapat di Eropa Timur, sedangkan insiden yang lebih kecil dari 20 per 100.000 populasi terdapat di
Asia, Afrika dan Amerika Latin. Data dari Badan Registrasi Kanker Indonesia tahun 1989 yang didapat dari
laboratorium patologi anatomi, bahwa kanker kolorektal menempati urutan kelima ( 9,95 % ) . Di
Amerika Serikat sex ratio laki - laki dan perempuan adalah 8: 7 untuk kanker kolon dan 9: 5 untuk kanker
rektum Sedangkan di Inggris sex ratio 2: 3 untuk kanker kolon dan 8:7 untuk kanker rektum. Di Denpasar
didapatkan sex ratio kanker kolorektal adalah 1,64:1 2.4.2. Determinan pen di Inggris data Penyebab
belum jelas diketahui. Berbagai polip kolon dapat berdegenerasi maligna dan setiap polip kolon harus
dicurigai. Radang kronik kolon seperti kolitis ulserosa juga berisiko tinggi. Faktor genetik pun kadang
berperan walau jarang6 Sembilan puluh persen dari kanker kolorektal terdiri dari adenokarsinoma Resiko
meningkat sesuai dengan bertambah besarnya ukuran adenoma dan adenoma vilosa lebih besar
resikonya untuk berubah menjadi ganas daripada adenoma tubular Tumorigenesis kolorektal diyakini
merupakan proses yang terdiri dari beberapa tahap mencakup hiperproliferatif mukosa, adenoma dan
karsinoma18 Para penyidik berpendapat juga komposisi makanan merupakan faktor penting dalam
kejedian adenokársinoma kolon dan rektum. Makanan daging hewani dengan kadar kolesterol yang
tinggi, kurang makanan yang mengandung serat dan interaksi 13 antara bakteri di dalam kolon dengan
asam empedu dan makanan, diduga memproduksi bahan karsinogenik dan ko-karsinogenik1.19 2.4.2.1.
Faktor-Faktor Resiko a. Poliposis Familial Poliposis Familial ini dilaporkan pertama kali oleh Lockhart
Mummeny pada tahun 1925. Penyakit ini penting mengingat gejala-gejala yang diberikan adalah berat
dan biasanya mengalami degenerasi maligna. Menurut catatan dari Morgan (1955) kurang lebih 70 %
dari poliposis akan mengalami degenerasi maligna . Bila telah berubah menjadi maligna maka tumor
tumbuh menjadi besar dan berwarna lebih gelap dan mungkin mengalami ulserasi 5 Bentuk polip ini
biasanya mirip dengan polip adenomatosum bertangkai atau berupa polipse, akan tetapi multipel
tersebar pada mukosa kolon. Dalam jangka waktu 10-20 tahun dapat mengalami degenerasi menjadi
kanker kolon. Adanya kanker kolon pada umur muda kemungkinan berasal dari pertumbuhan poliposis.
Sebagian dari poliposis ini asimtomatik dan sebagian disertai keluhan sakit di abdomen, diare, sekresi
lendir yang meningkat dan perdarahan kecil yang menganggu penderita b. Polip Adenomatosum
Biasanya berukuran keci kurang dari cm terdiri dari 3 bagian yaitu puncak, badan dan tangkai. Masing-
masing bagian dibentuk dari sedikit kelenjar sel goblet dilapisi epitel selinder dan jaringan ikat stroma.
Pada kondisi polip demikian jarang ditemukan kanker. Akan tetapi semakin bertambah ukuran polip,
risiko perubahan sel epitel mulai dari derajat atipik sampai anaplasia semakin tinggi. Pada 14 polip
dengan ukuran 1,2 cm atau lebih dapat dicurigai adanya kanker. Semakin besar diameter polip semakin
besar kecurigaan keganasan. Perubahan dimulai di bagian puncak polip, baik pada epitel pelapis mukosa
maupun pada epitel kelenjar, meluas ke bagian badan dan basis tangkai polip Adenoma Vilosum
Terbanyak dijumpai di daerah rektosigmoid dan biasanya berupa massa papiler, soliter, tidak bertangkai
dan diameter puncak tidak jauh berbeda dengan ukuran basis polip. Pada kelainan ini risiko terhadap
terjadinya kanker lebih sering dibanding dengan polip adenomatosum . Pada lebih kurang 30 % adenoma
vilosum ditemukan area kanker. Adenoma dengan diameter lebih dari 2 cm, risiko menjadi kanker adalah
45 % . Semakin besar diameter semakin tinggi pula insiden kanker Seperti juga pada polip
adenomatosum perubahan dimulai di daerah permukaar, meluas pada daerah basis dan invasi pada
submukosa kolon ataupun rektum. Biasanya adenoma vilosum memproduksi lendir yang mengandung
banyak elektrolit terutama kalium, mengakibatkan kemungkinan terjadi hipokalemi. Neoplasma ini
ditemukan biasanya karena banyak mengeluarkan lendir dengan atau tanpa daralh d. Kolitis Ulserosa
Kolitis ulserativa sering juga menyebabkan terjadinya kanker kolon dan paling banyak terdapat di segmen
proksimal dari kolon. Dimulai dengan mikroabses pada kripta mukosa kolon dan beberapa abses bersatu
membentuk ulkus. Pada stadium lanjut timbul pseudopolip yaitu penonjolan mukosa kolon yang ada
diantara ulkus. Perjalanan penyakit yang sudah lama, berulang-ulang dan lesi luas disertai adanya
pseudopolip merupakan risiko tinggi terhadap kanker 15 Kebiasaan Makan Tinggi Lemak dan Rendah
Serat Ada variasi yang bermakna di dunia dalam insiden kanker kolorektal. Tampak terutama timbul di
negara yang sudah berkembang, sejauh ini terdapat angka yang tinggi di Inggris, Amerika Serikat,
Australia dan Eropa Barat, tetapi di Afrika dan Asia insidensnya rendah. Variasi geografi telah banyak
digambarkan berdasarkan perbedaan makanan. Awalnya diet berserat rendah diduga sebagai faktor
penyebab dan kemudian kelebihan lemak hewani atau protein. Tetapi bukti epidemiologi masih
kontradiksi. Masalahnya adalah karena banyaknya perbedaan makanan antara kelompok etnik yang
berbeda sehingga sulit diketahui komponen-komponen mana yang dianggap bertanggung jawab.
Paradoks ini digambarkan orang Eskimo yang makanannya berserat rendah, berlemak tinggi dan
mempunyai insiden kanker kolorektal yang sangat rendah Tetapi bagaimanapun juga faktor makanan
tampaknya memegang peranan, karena jika orang Afrika makan makanan Barat yang berlemak tinggi dan
rendah serat maka insiden kanker kolorektal terlihat meningkat secara progresif6 Makanan rendah serat
menyebabkan kurangnya massa feses sehingga menyebabkan transi time (lamanya makanan di usus
sampai dikeluarkan) lama dan terjadi perubahan bakteri usus. Bakteri tertentu diketahui dapat
memecahkan garam empedu untuk membentuk karsinogen. Makanan dengan tinggi lemak
menyebabkan sistesis kolesterol dan asam bilirubin oleh hati dan kemudian menjadi karsinogen oleh
bakteri usus Dalam salah satu laporan study group pada tahun 1990 WHO menjelaskan hubungan antara
komponen diet dengan angka kejadian kanker kolorektal sbb Sementara dari Jakarta data yang ada
menunjukkan terbanyak antara umur 30 sampai 70 tahun dan di Yogyakarta frekuensi tertinggi pada
umur 41-60 tahun dengan umur terendah 18 tahun dan umur tertinggi 91 tahun (7.13,14,6.123), 2.5.
Gambaran Klinis Tidak ada gambaran yang khas dari kanker kolorektal. Gejala-gejalanya bermacam-
macam berlainan pada penderita yang satu dengan yang lainnya bergantung kepada lokalisasinya. a.
Kanker di sekum Biasanya tanpa keluhan untuk waktu yang lama. Mungkin ada keluhan rasa tak enak di
perut kanan bawah untuk waktu yang lama. Tiba-tiba penderita jatuh dalam keadaan anemia, berat
badan menurun dan ada massa di perut kanan bawah Kanker di kolon asendens. Biasauya mempunyai
keluhan, misalnya mengeluh karena rasa nyeri. Mula- mula timbul sindroma dispepsi (gangguan
pencernaan), rasa tak enak pada perut kanan atas timbul, yang kemudian disertai rasa penuh di perut,
anoreksia, nausea. Kadang-kadang badan menjadi lemas. Tumor makin nyata. Berat badan mulai
menurun dan makin anemis yang mungkin karena adanya perdarahan. Darah biasanya bercampur
dengan isi kolon. Kanker di kolon transversum. Jarang memberi keluhan, demikian pula fungsi kolon tak
terganggu, walaupun adanya melena yang periodik. Kalau ada keluhan biasanya telah mengalami
metastase, misalnya metastase ke paru-paru dan hepar d. Kanker kolon desendens. Keluhan nyeri di
perut sering mendahului dan sering diajukan. Selain dari itu ada perubahan kebiasaan defekasi, dengan
konstipasi atau diare atau keduanya. Biasanya feses disertai darah. Obstruksi komplet agak sering terjadi
atau adanya penyempitan. Kanker di kolon sigmoid. Gejala-gejala yang sering yaitu timbulnya perubahan
kebiasaan defekasi, dengan konstipasi atau diare atau keduanya, dimana bentuk feses berlendir dan
berdarah. Rasa nyeri timbul, sering dengan kolik (mulas mendadak) terutama di abdomen kiri bawah.
Sering terjadi obstruksi( penyumbatan) e. f. Kanker rektum Sering terjadi ganguan defekasi, misalnya
konstipasi atau diare. Sering terjadi perdarahan yang segar dan sering bercampur dengan lendir. Berat
badan menurun. Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa pada kanker rektum. Kadang-kadang
timbul tenesmi (keinginan defekasi disertai rasa sakit) dan bahkan sering merupakan gejala utama18.
2.6. Diagnosis 2.6.1. Anamnesis Sebagian besar penderita datang dengan keluhan habit bowel
(perubahan kebiasaan defekasi) yaitu diare atau obstipasi, sakit perut tak menentu, sering mau defekasi
namun feses sedikit. Perdarahan campur lendir. Kadang-kadang simptom mirip dengan sindroma
disentri. Penyakit yang diduga disentri, setelah mendapat pengobatan tidak ada perubahan perlu
dipertimbangkan kemungkinan kanker

Anda mungkin juga menyukai