Anda di halaman 1dari 5

Skip to main content

Beginner's
Berawal dari sebuah tulisan

Analisis Konflik (Agency Theory)

December 06, 2012

ANALISIS KONFLIK

A. Game Theory
Game Theory berusaha untuk membuat model dan memprediksi hasil dari konflik antar individu-
individu yang rasional. Model dari Game Theory ini diperlukan untuk dapat memahami secara
tepat perhatian manajemen terhadap pelaporan keuangan. Game Theory melibatkan interaksi dua
atau lebih pemain dimana diasumsikan bahwa setiap pemain akan berusaha untuk
memaksimalkan tingkat utilitas yang diharapkannya.
Pada game theory, selain melibatkan pertimbangan alamiah dari keadaan yang biasanya random
terjadi, para pemain juga mempertimbangkan tindakan yang dilakukan oleh pemain lainnya.
Karena sulit diprediksi, Game Theory menjadi lebih kompleks dibandingkan dengan teori
keputusan dan teori investasi. Terdapat dua jenis Game Theory yaitu Non-Cooperative Game dan
Cooperative Game.
1. Non-Cooperative Game
Dalam Non-Cooperative Game, para pemain bertindak secara individu dan tidak melakukan
perjanjian yang saling mengikat untuk memaksimalkan utilitas yang mereka harapkan. Contoh
dari kondisi yang dihasilkan dalam game ini adalah industri dalam pasar oligopoli.
Salah satu contoh terkait hubungan manajer dengan investor dalam Non-Cooperative Game
adalah ketika investor memiliki pilihan untuk membeli (B) atau tidak membeli (T) suatu saham
dengan pertimbangan manajer melakukan pelaporan secara penuh (P) atau sebagian (S). Investor
cenderung ke arah membeli jika manajer juga melaporkan secara penuh laporan keuangannya.
Sebaliknya karena untuk menghasilkan laporan keuangan yang penuh memerlukan biaya dan
usaha yang lebih banyak, manajer lebih memilih untuk melaporkan laporan keuangan yang
sebagian. Nash Equilibrium merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika masing-masing pemain
bersikukuh pada pilihannya. Prediksi hasil yang akan muncul adalah investasi akan tidak dibeli
dan manajer melaporkan keuangannya sebagian. Sebaliknya kondisi dimana investor membeli
saham dan manajer melaporkan keuangannya secara penuh disebut sebagai solusi kooperatif.
2. Cooperative Game (Agency Theory)
Jika sebelumnya di Non-Cooperative Game terjadi beragam konflik antar pemain, banyak
wilayah lain di akuntansi yang justru mencerminkan tipe cooperative game. Dalam Cooperative
Game, beberapa pemain melakukan perjanjian yang saling mengikat untuk memaksimalkan
utilitas yang mereka harapkan. Contoh dari kondisi yang dihasilkan dalam game ini adalah
Kartel dimana setiap anggotanya didorong untuk saling mendukung dalam memperoleh laba
jangka pendek yang tinggi. Perjanjian ini bisa digambarkan dalam bentuk kontrak. Ada dua tipe
kontrak utama yang memiliki implikasi terhadap teori akuntansi keuangan yaitu kontrak
karyawan dan kontrak hutang.
a) Kontrak Karyawan
Agency Theory merupakan cabang dari Game Theory yang mempelajari desain kontrak-kontrak
untuk memotivasi agen yang rasional untuk bertindak sesuai kepentingan pemilik pada kondisi
kepentingan agen bertentangan dengan kepentingan pemilik. Disini terjadi konflik dalam
kontrak karyawan yang merupakan perjanjian mengikat antara pemilik perusahaan dengan
manajer atasnya.
Secara normal, pihak pemilik menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
yang dilakukan yang berarti memaksimalkan tingkat utilitas mereka. Disisi lain manajer sebagai
agen juga memiliki tujuan memaksimalkan utilitas mereka melalui imbalan atau upah yang
didapat. Usaha yang dilakukan manajer untuk memenuhi keinginan pemilik tergantung pada
imbalan yang mereka terima. Manajer di satu sisi dapat bekerja lebih keras untuk memperoleh
imbalan yang maksimal, namun di sisi lain manajer dapat bekerja seadanya dengan tetap
memperoleh imbalan yang pantas. Alasan manajer bekerja seadanya adalah adanya faktor
eksternal berupa kondisi ekonomi yang baik sehingga mendorong kinerja mereka menjadi
terlihat bagus. Pada kondisi ekonomi yang buruk, kinerja manajer juga tidak dapat menjadi
sasaran kesalahan yang utama.
Untuk mengatasi kondisi di atas maka diperlukan suatu desain kontrak yang dapat
mengendalikan moral hazard manajer. Beberapa solusi yang dapat dipilih oleh pemilik antara
lain:
1) Mengangkat manajer dan membiarkan manajer berkinerja seadanya. Pada kondisi ini utilitas
pemilik tidak akan maksimal sehingga perlu untuk lebih memperhatikan opsi lainnya.
2) Melakukan pengawasan secara langsung. Jika pemilik dapat secara ekonomis mengawasi kinerja
manajernya maka permasalahan di atas dapat diatasi. Pemilik juga memiliki pilihan untuk dapat
merubah jumlah imbalan dalam kontrak jika manajer gagal memenuhi kinerja yang maksimal.
Hal ini tentu saja mendorong manajer untuk berkinerja secara maksimal. Pilihan ini disebut
sebagai terbaik pertama.
3) Melakukan pengawasan secara tidak langsung. Terkadang tidak mudah dalam melakukan
pengawasan terhadap kinerja manajer oleh pemilik. Pada kondisi ini pemilik membiarkan
manajer berkinerja seadanya. Akan tetapi pemilik memiliki pilihan untuk dapat merubah jumlah
imbalan dalam kontrak sebagai ganti rugi atas utilitas yang tidak maksimal. Hal ini juga pada
akhirnya mendorong manajer untuk berkinerja secara maksimal.
4) Pilihan selanjutnya adalah pemilik dapat menyewakan perusahaan kepada manajer. Pada poin
ini, pemilik menyerahkan segala urusan kepada manajer dan cenderung puas menerima imbalan
pasti berupa pendapatan sewa dengan mengorbankan utilitas yang diharapkan oleh pemilik.
5) Memberikan manajer bagian atas laba. Pilihan ini dianggap sebagai alternatif paling efisien jika
kontrak terbaik pertama tidak dapat diterapkan. Disini pemilik akan memberikan bagian atas
kinerja perusahaan kepada manajer. Kendala yang muncul adalah kinerja manajer baru dapat
diamati pada periode selanjutnya. Padahal kompensasi atas manajer dilakukan pada akhir periode
berjalan. Solusi atas kendala ini adalah menentukan dasar kompensasi pada ukuran kinerja yang
sesuai misalnya pendapatan bersih.
Permasalahan selanjutnya terjadi ketika pendapatan bersih digunakan sebagai pengukuran
kinerja, manager akan memiliki
informasi yang lebih dibanding informasi yang dimiliki pemilik. Hal ini disebabkan mana
ger mengendalikan sistem akuntansi perusahaan, sedangkan pemilik hanya dapat mengama
ti perusahaan berdasarkan pendapatan bersih yang dihasilkan oleh manager. Sehingga hal
ini dapat memicu terjadinya earnings management.
Berdasarkan teori, kontrak kompensasi untuk manager bisa saja di desain untuk memotivasi
manager agar melaporkan laba yang sesungguhnya (mengeliminasi earnings management),
tetapi hal ini tidak dilakukan dalam prakteknya karena biayanya sangat mahal.
GAAP dapat digunakan untuk membatasi sejauh mana range laba yang masih
dapat ditolerir, sehingga akuntan dapat memberikan insentif bagi manager untuk bekerja keras.
b) Kontrak Hutang
Merupakan perjanjian mengikat yang dilakukan antara manajer perusahaan dengan pemegang
obligasi. Masalah moral hazard yang lain adalah kontrak antara lender (bondholder) dan
perusahaan (manager perusahaan), di mana bondholder sebagai principal dan manager seb
agai agent. Manager dapat bertindak berlawanan dengan kepentingan lender.
Lender yang rasional akan mengantisipasi tindakan tersebut, yaitu dengan meningkatkan tingkat
bunga untuk pinjaman yang diberikan pada perusahaan. Akibatnya, manager akan memiliki
insentif untuk berkomitmen tidak
melakukan tindakan yang berlawanan dengan kepentingan lender. Hal ini dapat dilakukan

dengan memasukkan suatu perjanjian dalam lending agreement, yaitu bahwa manager setu
ju untuk membatasi dividen yang dibagikan dan membatasi tambahan pinjaman selama
hutang masih belum lunas.

B. Implikasi Agency Theory terhadap Akuntansi


Holmstrom mengasumsikan bahwa kinerja
dari agen tidak dapat diamati oleh pemilik tetapi imbalan upahnya (payoff)
dapat diamati pada akhir periode tertentu. Di lain pihak, Feltham dan Xie (1994) menunj
ukan bahwa model Holmstrom atas kasus payoff tidak dapat diamati, jika sekumpulan
manejer mungkin melakukan aksi yang konstan.
Holmstrom menunjukan secara formal bahwa sebuah kontrak yang didasarkan pada sebua
h pengukuran kinerja seperti pendapatan bersih kurang efisien daripada pilihan kontrak
terbaik pertama. Kontrak terbaik kedua yang lebih efisien dapat dibuat dengan mengukur kinerja
manajer tidak pada satu indikator ukuran melainkan dengan menambah indikator ukuran kedua.
Contoh, selain menggunakan ukuran pendapatan bersih, pemilik juga dapat memasukkan harga
saham yang merupakan informasi mengenai kinerja manajer sebagai indikator kedua.
Holmstrom menyatakan bahwa menyediakan pengukuran yang kedua (harga saham)
juga dapat diamati, dan memberikan beberapa informasi mengenai usaha manajer yang ter
kandung dalam pengukuran yang pertama. Sebagai efeknya, pendapatan
dan harga saham bersama-
sama akan memberikan refleksi yang lebih baik mengenai kinerja manajer sekarang darip
ada hanya menggunakan salah satu indikator saja.

Comments

1.
Nalendra DwimantaraDecember 13, 2015 at 6:40 PM

sumber dong, buat daftar pustaka

Reply

Load more...

Post a Comment

Popular posts from this blog

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN, SUDAHKAH BERJALAN


EFEKTIF?

April 29, 2012


HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN, SUDAHKAH BERJALAN EFEKTIF?

Indonesia memiliki peluang pasar yang besar di kawasan Asia Pasifik. Selain letaknya yang
strategis, jumlah penduduk negara kita juga termasuk salah satu yang terbanyak yaitu lebih dari
250 juta jiwa. Di era globalisasi ini, arus barang dari suatu negara ke negara lain semakin deras.
Keterbukaan dan kesepahaman yang dimiliki telah menghasilkan kesepakatan bersama untuk
memperlonggar aturan-aturan terkait ekspor-impor. Misalnya perjanjian Perdagangan bebas
(Free Trade Agreement/FTA) antar negara ASEAN (ASEAN-FTA), ASEAN-China FTA,
ASEAN-Korea FTA, ASEAN-India FTA, Bilateral antara Indonesia dengan Jepang, dan yang
tengah diratifikasi yakni ASEAN-New Zealand-Australia. Dari sisi produsen, hal ini merupakan
peluang untuk menambah pasar baru di negara lain sedangkan dari sisi konsumen keterbukaan
pasar ini memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya
adalah konsumen memiliki banyak pilihan dalam membe…
Read more

POTRET PROFESI AKUNTAN DI INDONESIA

June 28, 2012


POTRET PROFESI AKUNTAN DI INDONESIA
(disusun untuk memenuhi tugas UAS Etika Bisnis)
Dosen Pengajar : Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak

A.Pendahuluan Dalam dunia bisnis, akuntan sangat dibutuhkan oleh entitas dalam pelaksanaan
fungsi pencatatan dan pelaporan aktivitas operasionalnya. Untuk menghasilkan laporan keuangan
yang handal, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang memadai dalam memenuhi
kebutuhan informasi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Keterampilan dan
pengetahuan yang memadai di bidang akuntansi ini hanya dimilliki oleh seorang akuntan. Profesi
akuntan sendiri merupakan profesi yang menjanjikan. Dengan adanya peningkatan aktivitas
perekonomian di Indonesia, profesional di bidang akuntansi banyak diincar para pebisnis lokal
maupun internasional untuk membantu mereka dalam mengembangkan perusahaannya. Bidang
bisnis yang semakin terspesialisasi telah mendorong permintaan akan akuntan yang juga
memiliki keahlian yang spesifik. Saat ini, terdapat berbagai sertifikasi dala…
Read more
Powered by Blogger

Jaka Rahman
determinant to be my self and grateful for every second of my life
Visit profile

Archive

Labels

Report Abuse

Calendar

Local Clock

Feedjit

Total Pageviews

32669

Beginner's

Anda mungkin juga menyukai