Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH KONDISI PEMOTONGAN TERHADAP RATIO

KETEBALAN GERAM PADA PEMBUBUTAN BAJA POROS

Oleh:
Rudy Poeng, ST,MT
Nip.: 196608141994031002
Dr.Eng. Charles Punuhsingon, ST,MT
Nip.: 197712022005011004
Benny L. Maluegha, ST,MSc
Nip.: 197602042005011004

RINGKASAN

Penelitian ini adalah untuk memperoleh pengaruh kondisi pemotongan terhadap


ratio ketebalan geram pada pembubutan baja poros. Untuk mendapatkan pengaruh
tersebut perlu dilakukan pengujian pada mesin bubut, menggunakan kondisi
pemotongan putaran bervariasi dengan kedalaman yang potong berbeda.
Permasalahan dari penelitian ini, apakah dengan menvariasikan putaran dengan
kedalaman potong yang berbeda akan menaikan atau menurunkan ratio ketebalan
geram. Dengan demikian hasilnya akan berdampak pada temperatur dan daya
pemotongan pada proses bubut untuk material baja poros yang digunakan sebagai benda
kerja.

Kata Kunci: Kondisi Pemotongan, Ratio Ketebalan Geram, Mesin Bubut

BAB I pemesinan itu sendiri dapat dilakukan


PENDAHULUAN berbagai macam penelitian-penelitian
yang nantinya dapat digunakan sebagai
Dalam melakukan pembuatan bahan pertimbangan dalam menentukan
produk atau benda kerja banyak proses proses produksi. Salah satunya adalah
yang harus dilalui dengan menggunakan mekanisme pembentukkan geram
berbagai macam mesin perkakas, salah mengenai rasio ketebalan geram, selain
satunya adalah mesin bubut. Pada dipengaruhi oleh jenis proses pemesinan
proses bubut banyak faktor-faktor atau yang digunakan juga merupakan
parameter yang mempengaruhi hasil karakteristik material benda kerja.
dari proses tersebut, selain itu Permasalahan dari penelitian ini,
penanganan terhadap pembuatan benda apakah dengan menvariasikan putaran
kerja harus cermat dan teliti sehingga dengan kedalaman potong yang berbeda
dapat mengurangi kesalahan dalam akan menaikan atau menurunkan ratio
proses produksi. ketebalan geram pada pembubutan
Dalam persaingan yang semakin benda kerja baja poros.
ketat untuk memproduksi benda kerja Tujuan dari penelitian ini adalah
dengan ketelitian tinggi dari proses untuk memperoleh pengaruh kondisi
pemotongan terhadap ratio ketebalan memberikan keuntungan bertahap
geram pada pembubutan baja poros. sebagai berikut:
1. Rasio ketebalan geram kecil,
menaikkan sudut geser
BAB II 2. Sudut geser besar akan menurunkan
TINJAUAN PUSTAKA gayapotong
3. Gaya potong kecil akan menurunkan
Geram atau chip, adalah logam temperatur dan daya pemotongan.
atau metal yang terpotong dari benda
kerja oleh karena adanya gerak utama
dan gerak potong pada mesin-mesin
perkakas. Benda kerja dipasangkan
pada mesin perkakas dan pahat
pemotongnya diatur sedemikian rupa
sehingga mempunyai dalamnya
pemotongan tertentu. Pahat pemotong
akan bergerak secara berlahan lahan
karena adanya gaya potong dan saat
hendak mengenai pada benda kerjanya,
Gambar 2.2 Pengaruh kecepatan potong
maka akan terjadi gaya yang terhadap rasio ketebalan geram
mendorong juga secara berlahan lahan,
baru akan mempunyai kecepatan Mesin Bubut adalah suatu mesin
maksiimum saat setelah lapisan terluar perkakas yang digunakan untuk
dari benda kerjanya terpotong. memotong benda yang diputar. Bubut
sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang
sayatannya dilakukan dengan cara
memutar benda kerja kemudian
dikenakan pada pahat yang digerakkan
secara translasi sejajar dengan sumbu
putar dari benda kerja.
Gambar berikut ini adalah skematis
dari sebuah proses bubut dimana n
adalah putaran poros utama, f adalah
Gambar 2.1 Berbagai bentuk geram hasil gerak makan, dan a adalah kedalaman
pemotongan (Rochim, 2007)
potong.
h
Ratio ketebalan geram seolah-olah
geram dimampatkan maka hasil bagi hc

antara tebal geram sesudah terpotong ( n


hc ) dengan tebal geram sebelum 0

terpotong ( h ). do dm

b
h a

 h  c  1 ..............................(2.1) r
A = af = b h
b = a / sin  r
h f h = f sin 
r
v
Dalam setiap keadaan pada proses f

pemesinan menginginkan yang sekecil Gambar 2.3 Skematis proses bubut


mungkin (mendekati satu) karena dapat (Rochim, 2007)
BAB III
METODELOGI PENELTIAN Tabel 3.1 Data ukuran ketebalan geram sesudah
terpotong hasil pengujian
Penelitian ini dilaksanakan dengan
metode pengujian, secara sistematis
dengan prosedur penelitian adalah:

Langkah pengujian:
1. Pemotongan 18 benda uji dengan
menggunakan mesin potong cut-off
pada material baja poros S 45 C,
dengan ukuran diameter 25 mm dan
panjang 150 mm.

Gambar 3.1 Prosedur penelitian

Sumber data yang diperoleh dalam


penelitian ini adalah data primer yang
langsung didapatkan dari pengujian, Gambar 3.2 Pembuatan benda uji dengan
mesin potong cut-off
yaitu melakukan pembubutan benda uji
lalu dilakukan pengukuran ketebalan
2. Pembubutan benda uji dengan
geram sesudah terpotong dari hasil
menggunakan mesin bubut KNUTH
pembubutan terhadap 18 benda uji.
DM 1000 A. Kondisi pemotongan
Untuk setiap pengukuran pengambilan
yang dipilih/ditetapkan sesuai
data dilakukan 3 kali perlakuan,
dengan kondisi mesin bubut yaitu
sehingga akan didapat hasil pengukuran
untuk variasi putaran 300, 700 dan
yang optimal.
1600 rpm, untuk beda kedalaman
potong 0,25 dan 1,00 mm, sedangkan
gerak makan konstan 0,11 mm/r.
Setiap kali pembubutan dari 18
benda uji, geram hasil pembubutan
dikumpulkan sebagai sampel yang
akan diukur ketebalannya.
Gambar 3.2 Geram hasil pengujian
Gambar 3.3 Pembubutan benda uji

3. Geram sesudah terpotong hasil


pembubutan dari pengujian 18 benda
uji dilakukan pengukuran dengan
menggunakan alat ukur jangka
sorong.

Gambar 4.1 Pengaruh putaran terhadap rasio


ketebalan geram untuk kedua kedalaman potong
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata-rata hasil pengujian BAB V


pengukuran ketebalan geram sesudah PENUTUP
terpotong dari ketiga variasi putaran
dan dari kedua kedalaman potong. Dari hasil penelitian yang
dilakukan pada pembubutan benda kerja
Tabel 4.1 Rata-rata ketebalan geram baja poros, maka dapat diambil
sesudah terpotong kesimpulan bahwa pengaruh putaran
yang tinggi rasio ketebalan geram akan
menurun. Sedangkan pengaruh
kedalaman potong yang besar rasio
ketebalan geram akan meningkat.
Saran , sebaiknya penelitian ini
dapat dilakukan pada beberapa jenis
material, proses pemesinan yang
berbeda, sehingga dapat diketahui
perbandingan atau perbedaan pengaruh
terhadap rasio ketebalan geram.
Dari hasil perhituhngan Rasio ketebalan
geram untuk kedalaman potong 0,25
REFERENSI
mm dan untuk kedalaman potong 1,00
mm.
Tabel 4.2 Rasio ketebalan geram
Arifin, S. 1993, Alat Ukur dan Mesin
Perkakas. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Harinaldi, 2002. Prinsip-prinsip
Statistik untuk Teknik dan Sains,
Erlangga, Jakarta
Priambodo, B. 1981. Teknologi
Mekanik, Erlangga Jakarta.
Rochim, T. 2007. Klasifikasi Proses
Gaya dan Daya Pemesinan, Institut
Pengaruh kondisi pemotongan putaran
Teknologi Bandung.
spindel terhadap ratio ketebalan geram,
dapat diplot dalam bentuk grafik.

Anda mungkin juga menyukai