Pendanaan Perusahaan
Pendanaan Perusahaan
PENDANAAN PERUSAHAAN
TUJUAN PEMBAHASAN
Setelah membaca dan mempelajari isi dari Bab 5 buku ini, yang membahas
tentang pendanaan atau pembiayaan perusahaan, diharapkan pembaca mampu:
1) Menjelaskan pengertian dari kebijakan pendanaan atau kebijakan struktur
modal sebagai salah satu kebijakan fundamental dalam manajemen
keuangan.
2) Menjelaskan tujuan dan pentingnya kebijakan pendanaan bagi perusahaan
dalam upaya menciptakan dan meningkatkan nilai perusahaan.
3) Mengidentifikasi dan menjelaskan masing-masing jenis sumber pendanaan
yang tersedia di pasar keuangan serta karakteristik dari masing-masing.
4) Menjelaskan kelebihan dan keterbatasan masing-masing jenis sumber
pendanaan yang ada.
5) Menjelaskan prosedur pendanaan melalui initial public offering dan
penempatan langsung.
6) Menjelaskan dua indikator struktur modal dan mampu menggunakannya
untuk menganalisis struktur modal perusahaan.
ILUSTRASI KASUS
Kasus 1:
Untuk memenuhi pesatnya pertumbuhan permintaan terhadap produk air minum
kemasan, PT TIRTA ABADI yaitu sebuah perusahaan yang memproduksi
Kasus 2:
Sebuah perusahaan bernama PT GRIYAINDAH bergerak di bidang usaha
pengembang rumah hunian untuk kalangan kelas menengah kebawah. Perusahaan
tersebut tergolong sebagai pemain baru di lingkungan industri rumah hunian. Pada
saat ini perusahaan beroperasi dengan total modal Rp 150 milyar dengan rasio
struktur modal Debt to Total Asset Ratio 85%. Dalam beberapa tahun operasinya
volume penjualan yang dicapai perusahaan relatif konstan dan bahkan pada tahun
tertentu justru menurun. Dengan kurang tercapainya hasil yang diharapkan,
beberapa tahun belakangan perusahaan tersebut mengalami tekanan finansial
karena perusahaan dihadapkan kepada tingginya jumlah kewajiban utang yang
jatuh tempo. Beberapa di antaranya tidak bisa dipenuhi sehingga semakin
memperberat beban perusahaan karena harus menanggung penalti akibat tidak
terpenuhinya kewajiban tepat waktu. Kondisi yang dialami perusahaan tersebut
semakin meperbesar risiko keuangan yang pada gilirannya berdampak kepada
menurunnya harga saham perusahaan.
SUMBER-SUMBER PENDANAAN
Kredit rekening koran ini sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber untuk
memenuhi kebutuhan dana dalam rangka membiayai transaksi operasional
perusahaan sehari-hari yang sangat fleksibel.
3) Commercial Paper
Commercial paper adalah instrumen keuangan yang berisi janji tertulis dari
penerbitnya untuk membayar sejumlah tertentu kepada pemegangnya sesuai nilai
nominal yang tertulis di dalamnya pada tanggal jatuh tempo yang tidak lebih dari
satu tahun. Instrumen ini termasuk kategori instrumen utang dalam bentuk
promissory note dan ada juga yang menyebutnya sebagai obligasi jangka pendek.
N P 360
Ycp x
P n
Ycp = yield dari commercial paper
N = nilai nominal
P = harga jual
n = jangka waktu (hari)
Jika commercial paper tersebut berjangka waktu 300 hari maka tingkat pendapatan
investasi (yield) per tahun yang diperoleh oleh pemegangnya adalah:
1000 900 360
Ycp x
900 300
= 13,3%
4) Debt Factoring
Sumber pendanaan jangka pendek alternatif yang semakin berkembang
dewasa ini adalah debt factoring yaitu penjualan piutang yang belum jatuh tempo
kepada pihak ketiga yang disebut “factor” atau perusahaan factoring dengan
tujuan untuk memperoleh dana cepat sebelum jatuh tempo piutang tersebut. Pada
saat transaksi terjadi, perusahaan factor (pembeli) akan membayar perusahaan
sejumlah kas yang biasanya dibatasi misalnya 75% dari nilai nominal piutang,
Karakteristik Obligasi
Surat utang obligasi memiliki beberapa karakteristik atau spesifikasi sebagai
berikut.
1. Nilai nominal (face value) adalah nilai rupiah yang tertulis pada surat
obligasi yang merupakan jumlah yang harus dibayar oleh penerbit kepada
pemegangnya pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Kupon bunga (coupon rate) adalah nilai bunga obligasi yang dibayarkan
oleh penerbit kepada pemegangnya secara periodik, lazimnya kuartalan,
semesteran, atau tahunan dan dengan nilai yang tetap. Walaupun
dibayarkan kuartalan atau semesteran, bunga obligasi dinyatakan dalam
persentase per tahun dari nilai nominalnya. Misalnya obligasi dengan nilai
nominal Rp 1000 dengan kupon 5%, jika bunga dibayarkan tiap semester
berarti tiap semester pemegang obligasi menerima Rp 25 per lembar, yaitu
(Rp 1000 x 5%) x 6/12. Obligasi termasuk surat berharga berpenghasilan
tetap (fixed income security).
3. Tanggal kupon (coupon dates) adalah tanggal jatuh tempo pembayaran
bunga periodik yang biasanya bisa kuartalan, semesteran, atau tahunan.
4. Jatuh tempo (maturity date) adalah tanggal jatuh tempo obligasi dimana
penerbit membayar sebesar nilai nominal obligasi kepada pemegang
obligasi.
Harga Obligasi
Sebagaimana saham, obligasi bisa dijual dengan tiga kemungkinan harga
jual yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari nilai nominalnya, yaitu:
1. At par, yaitu obligasi terjual dengan harga sebesar nilai nominalnya atau
terjual dengan harga 100%. Misalnya obligasi dengan nilai nominal Rp
1000 per lembar dijual pada harga 100%, maka harga jual obligasi tersebut
adalah 100% x Rp 1000 = Rp 1000 (sama dengan nilai nominalnya).
2. At premium, yaitu obligasi terjual dengan harga lebih besar dari nilai
nominalnya. Misalnya obligasi dengan nilai nominal Rp 1000 per lembar
dijual pada harga 105%, maka harga jual obligasi tersebut adalah 105% x
Rp 1000 = Rp 1050.
3. At discount, yaitu obligasi terjual dengan harga lebih kecil dari nilai
nominalnya. Misalnya obligasi dengan nilai nominal Rp 1000 per lembar
dijual pada harga 97%, maka harga jual obligasi tersebut adalah 97% x Rp
1000 = Rp 970.
Ada beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya harga jual
obligasi, di antaranya adalah:
1. Risiko Kegagalan
Risiko kegagalan atau disebut default risk adalah kemungkinan penerbit
obligasi tidak mampu melakukan kewajiban pembayaran bunga periodik dan nilai
nominal obligasi pada tangal jatuh temponya. Default risk ini dapat dilihat pada
peringkat (rating) obligasi yang bersangkutan yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat, kalau di Indonesia seperti PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia).
Tinggi rendahnya risiko tersebut bergantung kepada kualitas dan kinerja dari
lembaga atau perusahaan penerbit obligasi. Semakin tinggi peringkat yang
diperoleh mencerminkan semakin rendah default risk dari surat obligasi dan
Bunga Obligasi
Tinggi rendahnya bunga obligasi dientukan oleh dua faktor utama, yaitu
kualitas kredit dan jangka waktu obligasi. Terkait dengan kualitas kredit, semakin
tinggi rating kredit dari perusahaan penerbit maka semakin rendah risiko gagal
(default risk) dari obligasi yang diterbitkan. Jika risiko gagal rendah maka biaya
modal dari obligasi tersebut juga akan rendah dan dengan sendirinya kupon bunga
obligasi yang tidak lain sebagai komponen biaya modal juga akan rendah. Kondisi
sebaliknya akan terjadi pada obligasi dengan rating kredit yang rendah yang
mencerminkan tingkat risiko gagal yang tinggi. Jika risiko gagal tinggi maka biaya
modal obligasi akan tinggi yang berarti pula kupon bunga obligasi yang
bersangkutan juga menjadi tinggi.
Faktor kedua yaitu jangka waktu utang obligasi. Semakin panjang jangka
waktu obligasi maka semakin besar peluang ketidakpastian dari obligasi. Obligasi
dengan jangka waktu yang lebih panjang juga memiliki tingkat likuiditas yang
Jenis-jenis Obligasi
Obligasi yang tersedia di pasar sangat banyak jenis dan ragamnya. Jenis-
jenis obligasi ini bisa dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut.
Yield Obligasi
Bagi pemegang obligasi, pendapatan yang diperoleh dari investasinya ke
dalam obligasi baik yang berasal dari pendapatan kupon bunan maupun
pendapatan dari selisih nilai nominal dan harga beli disebut yield. Yield dinyatakan
dalam persentase per tahun sehingga yield mencerminkan tingkat pengembalian
(return) surat berharga obligasi per tahun yang diperoleh pemegangnya. Ada dua
jenis yield yang biasanya dihitung sebagai pendapatan dari pemegang obligasi.
1) Currrent yield adalah tingkat pendapatan investasi yang diperoleh
pemegangnya, dengan asumsi pemegang tidak mempertahankan
kepemilikannya sampai jatuh tempo obligasi. Currrent yield dihitung
berdasarkan jumlah kupon bunga yang diterima selama satu tahun. Jika kupon
bunga tidak dibayarkan per tahun melainkan misalnya tiap semester maka
kupon bunga tersebut harus disetahunkan. Persamaan untuk menghitung
current yield sebagai berikut.
Contoh:
Sebuah obligasi yang diterbitkan oleh PT ABC dengan jangka waktu 5 tahun
dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar memberikan kupon kepada
pemegangnya sebesar 10% per tahun. Harga harga obligasi tersebut adalah
96% atau Rp 960 per lembar.
Rp 100
Current yield =
Rp 960
= 10,42%
Jika harga beli obligasi sama dengan nilai nominalnya (at par) maka current
yield obligasi sama dengan persentase kupon bunga per tahun.
2) Yield to maturity (YTM) adalah yield yang mencerminkan tingkat
pengembalian (return) yang diperoleh investor per tahun apabila investor
mempertahankan kepemilikan obligasi sampai jatuh temponya. Karena
kepemilikan obligasi sampai dengan jatuh temponya, maka pemegang obligasi
selain memperoleh pendapatan berupa kupon bunga juga pendapatan berupa
selisih antara harga beli dengan nilai nominal (nilai tebus) yang diterima pada
saat obligasi jatuh tempo. YTM ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
( N P) / n
YTM I x100%
( N P) / 2
Keterangan:
I = kupon bunga
n = periode waktu yang tersisa (tahun)
N = nilai nominal obligasi
P = harga beli obligasi
(1000 960) / 4
YTM 10% x100%
(1000 960) / 2
= 10% + 1,02%
= 11,02%
Contoh tersebut menghasilkan YTM per tahun lebih besar dari currrent yield
karena harga beli obligasi lebih rendah dari nilai nominalnya. Dalam hal ini
pemegang obligasi membeli obigasi senilai Rp 960 tetapi pada saat jatuh tempo ia
menerima tebusan sebesar nilai nominal yaitu Rp 1.000. Dengan demikian,
pemegang obligasi selain memperoleh pendapatan bunga sebesar 10%, pada saat
jatuh tempo ia juga memperoleh pendapatan berupa selisih lebih nilai nominal di
atas harga belinya (nilai investasinya) yaitu Rp 40 atau Rp 10 per tahun selama 4
tahun ke depan. Sebaliknya, jika harga beli lebih besar dari nilai nominal maka
pada saat jatuh tempo pemegang obligasi akan menerima nilai tebusan yang lebih
kecil dari harga beli (nilai investasinya). Dalam hal ini jika pemegang obigasi
mempertahankan kepemilikannya sampai dengan jatuh tempo akan rugi dan
menjadikan YTM lebih kecil dari current yield. Sebagai contoh, misalkan harga
beli dari obligasi tersebut Rp Rp 1.040 maka YTM per tahun adalah:
(1000−1040)/4
𝑌𝑇𝑀 = 10% + 𝑥 100%
(1000+1040)/2
= 10% - 0,98%
= 9,02%
a. Saham
Saham merupakan bukti atau surat kepemilikan suatu perusahaan yang
umumnya memiliki nilai nominal tertentu tetapi tidak memiliki jangka waktu atau
jatuh tempo sebagaimana obligasi. Pemegang saham adalah pemilik perusahaan
sesuai porsi jumlah saham yang dimilikinya. Semakin besar jumlah lembar saham
yang dimiliki oleh pemegang semakin besar porsi kepemilikannya atas perusahaan
penerbit saham yang bersangkutan, dan sebaliknya. Perusahaan memperoleh dana
dari saham dengan cara menerbitkan dan menjualnya kepada investor.
Sebagaimana surat obligasi, surat saham bisa dijual dengan tiga kemungkinan
harga jual yaitu sama dengan nilai nominalnya (at par), atau di atas nilai nominal
(at premium), atau di bawah nilai nominalnya (at discount).
Ada dua jenis saham yang beredar di pasar keuangan yaitu saham preferen
dan saham biasa.
2) Saham Biasa
Saham biasa (common stock) merupakan jenis saham yang pada umumnya
diterbitkan oleh perusahaan sehingga kalau tidak disebut secara khusus yang
dimaksud dengan saham adalah jenis saham biasa. Dibanding saham preferen,
karakteristik yang melekat pada saham biasa antara lain sebagai berikut.
a) Memperoleh dividen yang nilainya ditentukan oleh besar kecilnya laba yang
diperoleh oleh perusahaan dan kebijakan keuangan perusahaan lainnya seperti
kebijakan pendanaan. Bisa jadi walaupun perusahaan memperoleh laba tetapi
karena alasan kebutuhan pendanaan pada tahun tersebut tidak ada pembagian
dividen kepada pemegang saham biasa. Dengan demikian dividen saham biasa
cenderung berfluktuasi dari period ke periode.
b) Memiliki hak suara terkait dengan penentuan kebijakan-kebijakan penting
perusahaan. Penyaluran hak suara ini biasanya dilakukan melalui forum Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Ketentuan umumnya adalah per lembar
saham berhak atas satu suara (one vote per share) walaupun jumlah hak suara
tidak harus selalu proporsional dengan jumlah lembar saham yang dimiliki.
Ada kalanya saham biasa diterbitkan berdasarkan kelas, misalnya saham biasa
kelas A, saham biasa kelas B, dan saham biasa kelas C. Saham kelas A per
lembarnya misalnya memiliki 10 hak suara sedangkan untuk saham kelas B per
lembarnya hanya memiliki hak satu suara. Sementara kelas C tidak memiliki
hak suara sama sekali. Saham kelas A biasanya dimiliki oleh para pemilik
PT INDOPANGAN
Neraca Per 31 Desember 20xx
Aktiva Lancar 50 Utang Lancar & Panjang 70
Aktiva Tetap 100 Ekuitas Pemilik :
Saham Preferen 30
Saham Biasa 50
Total aktiva 150 Total Pasiva 150
Ilustrasi ini menggunakan empat asumsi nilai realisasi asset yaitu Rp 60, Rp 85,
Rp 130, dan Rp 200. Pembagian hasil penjualan asset tersebut kepada pemegang
klaim (utang dan ekuitas) dilakukan sebagai berikut.
a. Jika asset perusahaan hanya terealiasi dengan nilai Rp 60.
Dengan hasil penjualan asset sebesar Rp 60 maka seluruh hasil penjualan
tersebut hanya dibagikan untuk memenuhi kewajiban utang yang sebenarnya
totalnya Rp 70. Dengan demikian akibat dari pembagian ini pihak-pihak yang
tidak menerima bagian adalah sebagian dari utang perusahaan senilai Rp 10 dan
seluruh pemegang saham baik saham preferen maupun saham biasa. Ketentuan
tentang siapa saja di antara kreditur perusahaan yang wajib didahulukan haknya
diatur dalam peraturan perundangan.
b. Saldo Laba
Saldo laba merupakan salah satu jenis sumber dana dari kelompok ekuitas
(equity financing). Saldo laba merupakan akumulasi dari bagian laba atau
keuntungan yang ditahan di perusahaan (retained earning) atau tidak dibagikan
sebagai dividen kepada pemilik atau pemegang saham. Saldo laba atau disebut
juga laba ditahan merupakan sumber dana yang berasal dari internal perusahaan
karena dibentuk sendiri oleh perusahaan. Oleh karena itu, saldo laba merupakan
sumber dana yang paling sederhana dan fleksibel dari sisi prosedur
memperolehnya dibanding sumber-sumber dana lainnya seperti utang dan ekuitas
saham dan tidak memerlukan biaya eksplisit berupa biaya penerbitan. Di samping
itu, sumber dana internal ini tidak menimbulkan dilusi kemilikan sebagaimana
yang bisa ditimbulkan oleh penerbitan saham sehingga dengan alasan ini
pemenuhan dana dari sumber internal ini lebih disukai oleh pemegang saham.
Semakin besar porsi kebutuhan dana yang bisa dipenuhi dari keuntungan
atau saldo laba menunjukkan semakin kuat basis pembiayaan atau pendanaan
perusahaan dan sekaligus menunjukkan semakin kuat kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan dananya dari kekuatan sendiri (self financing).
6) Leasing
Ketika perusahaan membutuhkan asset-asset tetap terutama seperti
peralatan dan mesin-mesin produksi, kendaraan, dan sejenisnya tetapi tidak
memiliki dana yang cukup untuk membeli secara langsung maka peerusahaan bisa
menggunakan fasilitas pembiayaan leasing dari perusahaan leasing (leasing
company). Leasing pada dasarnya merupakan perjanjian sewa guna atau sewa beli
asset-asset tetap atau barang modal (capital goods) dari perusahaan leasing
(lessor) kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan atau penyewa (lessee).
Leasing merupakan alternatif pembiayaan jangka menengah dan panjang karena
perusahaan bisa memperoleh atau menggunakan asset-asset tetap yang dibutuhkan
dengan memanfaatkan pembiayaan yang disediakan oleh perusahaan leasing.
Dengan leasing perusahaan bisa memperoleh dan menggunakan asset tetap yang
dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu dengan tidak harus membeli melainkan
melalui sewa. Perusahaaan penyedia jasa leasing (lessor) biasanya adalah
perusahaan yang khusus bergerak di bidang jasa leasing atau bisa juga dilakukan
oleh produsen dari asset tetap leasing.
Jenis-jenis Leasing
1) Kontrak Beli Sewa (Hire Purchase)
Tahap Persiapan:
Memperoleh persetujuan untuk go-public dari para pemilik (pemegang
saham) lama perusahaan.
Penunjukan profesi penunjang yang diperlukan dalam rangka
mempersiapkan dokumen pendaftaran emisi ke BAPEPAM terutama:
akuntan publik, konsultan hukum, perusahaan appraisal (penilai asset),
notaris, dan lainnya, dalam rangka memastikan bahwa semua persyaratan
dipenuhi sesuai aturan dari pihak otoritas (BAPEPAM). Langkah persiapan
ini memerlukan proses due diligent artinya review menyeluruh terhadap
semua aspek perusahaan yang terkait dengan upaya memenuhi aturan yang
ditetapkan untuk go-public seperti aspek hukum, akuntansi, keuangan,
manajemen, dan aspek lainnya yang terkait.
2) Pasar Negosiasi
Selain mekanisme pasar reguler, di bursa efek juga bisa dilakukan
perdagangan efek menggunakan mekanisme pasar negosiasi. Di pasar negosiasi
perdagangan efek dilakukan bukan berdasarkan mekanisme lelang yang digunakan
pada pasar reguler, melainkan dengan cara negosiasi (kesepakatan) harga secara
langsung antara pialang jual dan pialang beli. Harga yang terbentuk di pasar
negosiasi ini bisa berbeda dari harga yang terbentuk di pasar reguler. Di pasar
negosiasi ini memungkinkan dilakukan transaksi perdagangan efek dalam jumlah
kecil yang tidak bisa diperdagangkan di pasar reguler, misalnya karena jumlah
efek yang diperdagangkan kurang dari 1 lot atau disebut odd lot. Di samping itu,
pembayaran atau penyelesaian transaksi dimungkinkan bisa dilakukan secara tunai
(T+0) yaitu dihari itu juga.
3) Over-The-Counter Market
Proses jual beli untuk surat berharga (efek) pasar modal yang tidak tercatat
di bursa efek dilakukan melalui mekanisme yang disebut dengan Over-The-
Counter Market (OTC). Namun belakangan, mekanisme OTC bisa dilakukan juga
terhadap efek yang tercatat di bursa efek. Mekanisme OTC berada di luar
mekanisme pasar reguler dan berbasis negosiasi artinya transaksi jual beli
dilakukan melalui kesepakatan yang dicapai antara penjual dan pembeli atau antar
dealer efek, bukan berbasis lelang yang terjadi di pasar regular. Demikian juga
tidak ada batasan tentang jumlah minimal lembar efek yang diperdagangkan.
Total Utang
Debt to Asset Ratio = x 100%
Total Asset
Total Utang
Debt to Equity Ratio = x 100%
Total Ekuitas
Jika konsep struktur modal yang digunakan hanya terkait dengan pendanaan
jangka panjang, maka rasio struktur modal tersebut tidak memasukkan unsur utang
jangka pendek. Rasio struktur modal lebih dikenal dengan sebutan rasio utang,
karena kedua rasio di atas pada dasarnya membandingkan dana utang dengan
komponen lainnya yaitu asset atau ekuitas. Rasio utang seringkali juga disebut
dengan rasio leverage, karena utang merupakan sumber pendanaan yang
membawa beban tetap yang berfungsi sebagai leverage. Fungsi beban tetap
PT MAKMUR
Neraca
Per 31 Desember 20xx
(Rp 000.000)
Aktiva Pasiva
Dengan debt to asset ratio sebsar 40,7% dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak
40,7% dari total asset perusahaan PT MAKMUR didanai dari sumber dana utang
sedangkan selebihnya atau sebagian besar yaitu 59,3% total asset dibiayai dari
sumber dana ekuitas pemilik atau modal sendiri. Di sisi debt to equity ratio
diperoleh angka 68,6% yang dapat diinterpretasikan bahwa bagian pendanaan
perusahaan yang dpenuhi dari sumber utang besarnya 68,6% dari porsi penanaan
yang berasal dari ekuitas pemilik. Dengan demikian disimpulkan bahwa kebijakan
pendanaan PT MAKMUR pada umumnya masih lebih besandar kepada pendanaan
dari sumber modal sendiri.
RINGKASAN BAB
Diskusi Pemahaman:
1. Mengapa kebijakan pendanaan penting bagi perusahaan?
2. Menurut Saudara sumber pendanaan dari leasing dan modal ventura termasuk
kelompok sumber dana utang atau modal sendiri, berikan argumentasinya.
3. Jelaskan perbedaan antara curent yield dan yield to maturity pada obligasi!
Kapan kedua ukuran pendapatan atas obligasi tersebut menghasilkan besaran
yang sama dan kapan menghasilkan besaran yang berbeda!
4. Jelaskan mengapa saham biasa disebut equity of the last resort?
5. Jelaskan kelebihan pendanaan melalui IPO dibanding melalui penempatan
langsung!
Latihan:
1. Pada tanggal 1 Maret 20xx Tuan Nico membeli 100.000 lembar commercial
paper seharga Rp 9.000 per lembar. Nilai nominal dari commercial paper
tersebut Rp 10.000 per lembar dan memiliki jatuh tempo pada tanggal 31
Desember 20xx. Tentukan berapa yield dari commercial paper tersebut.
2. Seseorang membeli obligasi yang memiliki nilai nominal Rp 20.000 per lembar
seharga Rp 18.000 per lembar. Obligasi tersebut yang akan jatuh tempo dalam 3
tahun mendatang memberikan kupon bunga 10% per tahun yang dibayarkan per
semester. Tentukan current yield dan yield to maturity dari obligasi tersebut.
Asset tetap dengan nilai buku Rp 600 terikat sebagai jaminan atas utang kepada
bank seniai Rp 300. Asset tersebut berhasil direalisasi dengan harga Rp 400.
Lakukan pembagian atas hasil realisasi (penjualan) asset perusahaan tersebut
kepada para pemegang klaim yang berhak berdasarkan masing-masing asumsi
hasil realisasi asset (selain asset jaminan atas utang bank) berikut.
a. Rp 700
b. Rp 1.000
c. Rp 1.500
d. Rp 2.400