Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEPEMIMPINAN


Menurut Kadarusman (2012) kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga, yaitu:
(1) Self Leadership; (2) Team Leadership; dan (3) Organizational Leadership. Self
Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai
gagal menjalani hidup. Team Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain.
Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader (pemimpin kelompok) yang
memahami apa yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami
kondisi bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan
konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen
untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga
menghasilkan prestasi tertinggi. Sedangkan organizational leadership dilihat
dalam konteks suatu organisasi yang dipimpin oleh organizational leader
(pemimpin organisasi) yang mampu memahami nafas bisnis perusahaan yang
dipimpinnya, membangun visi dan misi pengembangan bisnisnya, kesediaan
untuk melebur dengan tuntutan dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta
komitmen yang tinggi untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai
pembawa berkah bagi komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun
internasional.
Menurut Crainer ada lebih dari 400 definisi tentang leadership (Mullins,
2005). Dari sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, ada yang
menyebutkan kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk memengaruhi
orang lain. Kepemimpinan merupakan suaru proses untuk memengaruhi aktivitas
kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan memeroleh kesepakatan pada
tujuan bersama. Kepemimpinan adalaah suatu upaya untuk mengarahkan orang
lain untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan
yang saling memengaruhi antara pemimpin dan pengikutnya. Walaupun cukup
sulit menggeneralisir, pada prinsipnya kepemimpinan (leadership) berkenaan
dengan seseorang memengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi
bukan berarti bahwa setiap orang yang memengaruhi orang lain untuk suatu
tujuan disebut pemimpin.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk memengaruhi seseorang untuk
mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. Untuk itu, kepemimpinan
membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk memengaruhi pihak
lain dan dalam mewujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 2
Dalam arti yang lebih luas, kepemimpinan atau leadership adalah kegiatan
untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia,
baik perseorangan maupun kelompok.3 Kepemimpinan dapat berlangsung tanpa
harus terikat oleh aturan-aturan yang ada. Apabila kepemimpinan dibatasi oleh
tata aturan birokrasi, atau dikaitkan dengan suatu orginisasi tertentu. Hal tersebut
dinamakan manajemen.

2.2 PENGERTIAN TEORI KEPEMIMPINAN


Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin
dan konsep-konsep kepemimpinannya, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat
utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan
penjelasan dan interprestasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan.
Banyak ahli mengemukakan pendapat dan teorinya tentang kepemimpinan.
Teori yang mereka kemukakan berneka ragam. Keragaman itu disebabkan antara
lain oleh tiga hal. Pertama, teori dirumuskan berdasarkan bukti empiris atau hasil
penelitian. Kedua, perbedaan sudut pandang para ahli mengenai manusia
organisasi. Ketiga, hakikat dan substansi tugas yang dilaukan dan kerangka
praktek kepemimpinan itu
1. Teori Perilaku
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa kepemimpinan harus dipandang sebagai
hubungan diantara orang-orang. Bukan sebagai sifat-sifat atau ciri-ciri seorang
individu. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat di tentukan oleh
kemampuan pemimpin dalam berhubungan dan berinteraksi dengan segenap
anggotanya. Dengan kata lain, teori ini sangat memperhatikan perilaku pemimpin
sebagai aksi dan respons kelompoknya yang dipimpinnya sebagai reaksi.
Teori perilaku berusaha untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku pemimpin.
Bila perilaku pemimpin ada perbedaan yang berarti jika dibandingkan dengan
perilaku yang dipimpin, maka kepemimpinan akan dapat diajarkan. Bila
kepemimpinan bisa diajarkan, maka pasokan pemimpin bisa diperbesar.
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki
ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan,
menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b. Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang
berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-
bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki
kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi
lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continum pada dasarnya ada
dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan
model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui
dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap
bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya
tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.
2. Teori Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif didefinisikan seorang pemimpin mengikut
sertakan anak buah bersama-sama berperan didalam proses pengambilan
keputusan. Model kepemimpinan seperti ini diterapkan apabila tingkat
kematangan anak buah berada pada taraf kematangan moderat sampai tinggi.
Mereka mempunyai kemampuan, tetapi kurang memiliki kemauan kerja dan
kepercayaan diri.
Menurut Burhanuddin dalam bukunya analisis administrasi manajemen dan
kepemimpinan pendidikan, mendefinisikan model kepemimpinan partisipatif
sama pengertiannya dengan kepemimpinan demokratis, yaitu seorang pemimpin
mengadakan konsultasi dengan para bawahannya mengenai tindakan-tindakan dan
keputusan-keputusan yang diusulkan atau dikehendaki oleh pimpinan, serta
berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif melaksanakan semua
keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan.
Selain itu telah dipahami juga bahwa kepemimpinan dengan menggunakan
gaya atau model partisipatif yaitu seorang pemimpin dan pengikut atau
bawahannya saling tukar menukar idedalam pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan. Dalam hal ini komunikasi dua arahditingkatkan dan peranan pemimpin
adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut atau bawahan.
Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut atau bawahan memiliki kemampuan
untuk melaksanakan tugas.
Model kepemimpinan partisipatif merupakan model yang menyediakan
peluang seluas dan sebaik mungkin kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam
setiap kegiatan yang menguntungkan kelompok dan individu yang dipimpinnya.
Wewenang dari seorang pemimpin yang diberikan kepada bawahan terukur dan
sebatas wewenang yang diberikan organisasi dan kedudukannya. Hubungan yang
terjalin dan bersifat kekeluargaan antara atasan dengan bawahan dapat dihindari
sehingga mereka melaksanakan hubungan kerja sesuai dengan aturan organisasi.
Kesimpulannya kepemimpinan partisipatif adalah pemimpin yang lebih
menekankan pada kerja kelompok sampai ditingkat bawah, yaitu pemimpin
menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada
bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan target
pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem ini pola komunikasi yang
dilakukan oleh seorang pemimpin adalah komunikasi dua arah dengan
memberikan kebebasan kepada bawahan untuk menyampaikan seluruh ide
ataupun permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
3. Teori Transaksional
Kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi dan
mempengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan reward dengan kinerja
tertentu. Artinya, dalam sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk diberi reward
bila bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat bersama.
Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan
legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya
menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu
dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu,
pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-
tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggung jawab
mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem
pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya
Hubungan pemimpin transaksional dengan anggota tercermin dari tiga hal,
yakni: (1) pemimpin mengetahui apa yang diinginkan anggota dan menjelaskan
apa yang akan mereka dapatkan apabila untuk kerjanya sesuai dengan harapan, (2)
pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh anggota dengan imbalan,
dan (3) pemimpin responsif terhadap kepentingan-kepentingan pribadi anggota
selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah
dilakukan anggota.
Berdasarkan pengertian mengenai kepemimpinan transaksional yang telah
dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan
transaksional merupakan persepsi para anggota terhadap perilaku pemimpin
dalam mengarahkan anggotanya untuk bekerja sesuai standar yang telah
ditetapkan.
Karakteristik kepemimpinan transaksional terdiri atas: imbalan kontigen dan
manajemen melalui eksepsi. Kedua karakteristik kepemimpinan transaksional,
selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Imbalan kontigen. Imbalan kontigen adalah kontrak pertukaran imbalan untuk
upaya yang dilakukan, menjanjikan imbalan bagi kinerja yang baik, dan
menghargai prestasi kerja yang dilakukan anggota.
2. Manajemen melalui eksepsi. Manajemen melalui eksepsi merupakan
pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin agar kinerja anggota sesuai standar
yang telah ditentukan. Penerapan manajemen melalui eksepsi dapat dilakukan
secara aktif maupun pasif. Pada pelaksanaan manajemen melalui eksepsi secara
aktif, pemimpin mengawasi dan mencari deviasi atau penyimpangan atas
berbagai aturan dan standar, serta mengambil tindakan korektif. Sebaliknya,
dalam pelaksanaan manajemen melalui eksepsi secara pasif, pemimpin
melakukan intervensi hanya bila standar tidak tercapai.
Penelitian mengenai kepemimpinan transaksional mengemukakan ada dua
karakteristik utama tipe kepemimpinan transaksional, yaitu: (1) pemimpin
menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, dan (2)
pemimpin hanya melakukan tindakan koreksi apabila anggota gagal mencapai
sasaran prestasi yang ditetapkan. Kepemimpinan transaksional dengan demikian
mengarah pada upaya mempertahankan keadaan yang telah dicapai.
4. Teori Transformasional
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru
dalam studi-studi kepemimpinan. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik
dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan
transformasional mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan
watak, gaya dan kontingensi.
Kepemimpinan transformasional merupakan perluasan dari kepemimpinan
transaksional, yakni lebih dari sekedar pertukaran dan kesepakatan. Hoy dan
Miskel (2008) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional itu proaktif,
meningkatkan kesadaran bawahan tentang kepentingan kolektif yang
inspirasional, dan membantu bawahan mencapai hasil kinerja yang tinggi luar
biasa. Selanjutnya Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2000) memaparkan bahwa
kepemimpinan transaksional akan menyesuaikan berbagai tujuan, arah dan misi
dengan alasan praktis. Sementara itu kepemimpinan transformasional, di pihak
lain, membuat Pemimpin: Memperkenalkan apa yang harus dikerjakan pegawai
untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan. Pemimpin: Menjelaskan peran
pegawai. Pegawai: Merasa percaya dalam memenuhi persyaratan peran
(kemungkinan berhasil yang subyektif).
Pegawai: Mengembangkan motivasi untuk mencapai hasilhasil yang
diinginkan (upaya yang diharapkan). Pegawai: Menyadari nilai dari hasil-hasil
yang diinginkan (nilai pemenuhan kebutuhan pegawai). Pemimpin: Menjelaskan
bagaimana pemenuhan kebutuhan pegawai dapat dipenuhi dengan memainkan
peran untuk mencapai hasilhasil yang diharapkan..
Pemimpin: Menghargai kebutuhan pegawai Kepemimpinan Transaksional
(Bass, dalam Gibson, Ivancevich, and Donnelly, 2000) perubahan besar pada:
misi unit kerja atau organisasi atau unit kerja, caracara menjalankan kegiatan, dan
manajemen sumberdaya manusia untuk mencapai misi yang telah ditetapkan.
Kouzes dan Posner (Dunford, 1995) mengemukakan karakteristik proses
kepemimpinan transformasional sebagai berikut.
a) Menantang praktek-praktek atau cara kerja yang sedang berjalan.
b) Menginspirasi suatu visi bersama.
c) Memberdayakan pegawai untuk bertindak.
d) Bertindak sebagai “model berjalan”.
e) Memperkuat tekad.

Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang


karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi
mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai
kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta
mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa
yang mereka butuhkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Udik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011)
| 13 (diakses tanggal 30 januari)
Narsa: Karakteristik Kepemimpinan: Transformasional versus Transaksional
dalam JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN,
VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 102-108 (diakses tanggal 30
januari)
https://www.academia.edu/36389480/makalah_teori_kepemimpinan_dan_perilak
u_pemimpin_yang_efektif.docx (diakses tanggal 30 januari)
https://www.google.com/search?client=firefoxb&q=TEORI+TEORI+KEPEMIM
PINAN+PDF (diakses tanggal 30 januari)
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
https://www.google.com/search?client=firefox-
b&q=+Jurnal+Edueksos+Vol+I+No+2%2C+Juli+-+Desember+2012
(diakses tanggal 30 januari)
https://edoc.site/materi-makalah-teori-kepemimpinan-partisipatif-pdf-free.html
(diakses tanggal 30 januari)
https://www.academia.edu/28734845/Pengertian_Kepemimpinan_Partisipatif
(diakses tanggal 30 januari)
https://ekoif.weebly.com/teori-kepemimpinan.html (diakses tanggal 30 januari)
https://kesimpulan.com/en/kepemimpinan-transaksiona/ (diakses tanggal 30
januari)

Anda mungkin juga menyukai