Anda di halaman 1dari 6

TERM OF REFERENCE (TOR)

PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN FAKTOR RESIKO PTM DI POSBINDU


UPTD PUSKESMAS PEUREULAK BARAT TAHUN 2018

A. LATAR BELAKANG
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah kegiatan
monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan
pembuluh darah, diabetes, penyakit paru obstruktif kronis dan kanker) serta gangguan
akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh
masyarakat melalui pembinaan terpadu. Posbindu PTM adalah bentuk peran serta
masyarakat dalam upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan pengendalian dini
keberadaan faktor resiko penyakit tidak menular secara terpadu. Penyakit tidak menular
(PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang.
Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis utama
penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan
stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (seperti penyakit paru obstruktif kronis dan
asma) dan diabetes melitus (DM). PTM merupakan penyebab utama kematian di semua
daerah kecuali Afrika, tapi proyeksi saat ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020
peningkatan terbesar dalam kematian PTM akan terjadi di Afrika. (WHO, 2013).
Menurut WHO (2013) menunjukkan bahwa PTM sejauh ini merupakan penyebab
utama kematian di dunia, yang mewakili 63% dari semua kematian tahunan. PTM
membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahun. Sekitar 80% dari semua kematian PTM
terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Beberapa fakta penting lain
tentang PTM yaitu lebih dari 9 juta dari semua kematian dikaitkan dengan PTM terjadi
sebelum usia 60 tahun, 90% dari kematian "prematur" terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Kematian akibat penyakit kardiovaskular paling banyak
disebabkan oleh PTM yaitu sebanyak 17,3 juta orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6
juta), penyakit pernafasan (4,2 juta), dan DM (1,3 juta). Keempat kelompok jenis
penyakit ini menyebabkan sekitar 80% dari semua kematian PTM dan ada empat faktor
risiko penting yaitu penggunaan tembakau, aktivitas fisik, penggunaan alcohol
berlebihan, dan diet yang tidak sehat (WHO,2013).
Upaya pencegahan dan penanggulangan PTM akan menjadi lebih efektif dan
efisien jika faktor risiko tersebut dapat dikendalikan. Dampak dari PTM dan risikonya
selain berpengaruh pada ketahanan hidup manusia dan penurunan produktivitas kerja
juga menambah beban biaya pelayanan kesehatan. Upaya pengendalian penyakit ini tidak
mungkin dilakukan hanya oleh sektor kesehatan saja akan tetapi harus melibatkan sektor
lain dan keterlibatan masyarakat secara aktif.

B. TUJUAN KEGIATAN
Meningkatnya perilaku masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko Penyakit Tidak Menular guna menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
kematian akibat Penyakit Tidak Menular secara terpadu, komprehensif dan terintegrasi
dengan melibatkan stakeholder, dan masyarakat dan pemerintah.

C. MANFAAT KEGIATAN
Untuk mengenali faktor resiko PTM yang ada dan upaya mengurangi jumlah
maupun intensitas faktor resiko tersebut agar tidak menjadi penyakit PTM Serta untuk
mengontrol dan menjaga kesehatan secara optimal baik dengan upaya preventif seperti
penyuluhan dan kuratif melalui sistem rujukan Posbindu PTM ke Puskesmas.

D. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Melakukan promosi kesehatan tentang penyakit tidak menular seperti hipertensi,
asma, kanker dll kepada masyarakat dan di harapkan masyarakat tahu dan dapat
melakukan pencegahan dengan memperbaiki pola hidup menjadi hidup sehat sebelum
terkena penyakit
2. Melakukan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan rutin tentang penyakit yang
diderita sehingga dapat segera melakukan penanganan medis bila terdapat kelainan
dan keluhan serius yang menjurus pada gejala atau tanda tanda penyakit.

E. RENCANA KEGIATAN
1. Kegiatan ini akan dilakukan di 15 Desa pada bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2018.
2. Sumber dana kegiatan adalah DAK Non Fisik BOK UPTD Puskesmas Peureulak
Barat.

F. PENUTUP
Demikian TOR ini kami buat agar dapat dipergunakan dan atas perhatian kami
ucapkan terima kasih.

Peureulak Barat, Januari 2018


Pengelola Program PTM

Ervina, Amd. Kep


TERM OF REFERENCE (TOR)
PEMANTAUAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DI SEKOLAH
UPTD PUSKESMAS PEUREULAK BARAT TAHUN 2018

A. LATAR BELAKANG
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya untuk melindungi dan menjamin
hak setiap orang untuk menghirup udara bersih tanpa adanya asap rokok. Dalam upaya
mewujudkan Indonesia sehat, pemerintah mengeluarkan Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No.188/Menkes/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011
Tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan
atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan dan atau mempromosikan produk tembakau. KTR meliputi
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat bermain anak,
tempat ibadah angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya yang
ditetapkan (Permenkes No.188 Tahun 2011).
Indonesia merupakan Negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor tiga yaitu
(4,8%) setelah China dan India. Amerika Serikat berhasil mengurangi jumlah perokok di
negaranya sedangkan jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat (WHO, 2008)
Menurut Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) pada tahun 2010 dalam Renaldi, (2014),Usia
rata-rata seseorang mulai merokok secara nasional adalah usia17,6 tahun. Namun untuk
usia yang paling dini ada yang memulai merokok dari usia 5-9 tahun. Adapun prevalensi
merokok berdasarkan usianya,usia perokok mulai merokok,dimulai dari usia 5-9 tahun
sebanyak 1,7%, usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada usia 15-19 tahun 43,5%, pada usia
20-24 tahun sebesar 14,6%, Data tersebut menunjukkan betapa memprihatinkannya
perilaku merokok pada remaja di Indonesia.
Rokok merupakan salah satu masalah publik yang mengemuka di masyarakat. Bagi
perokok aktif tentu paparan asap rokok sama sekali tidak menjadi masalah dalam
kehidupannya. Asap rokok sangat merugikan kesehatan perokok pasif seperti
menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, asma, dan
juga akan mengganggu masyarakat lainnya yang ingin menjalani kehidupan dengan pola
hidup sehat. Asumsi lain adalah perokok membebankan biaya keuangan dari resiko fisik
kepada orang lain yang berarti bahwa seharusnya perokoklah yang menanggung semua
“biaya” ataun kerugian akibat rokok ,tetapi pada kenyataanya perokok membebankan
secara fisik dan ekonomi kepada orang lain juga. Beban ini meliputi resiko orang lain
terkena asap rokok di lingkungan sekitarnya ,dan biaya yang di bebankan pada
Masyarakat untuk pelayanan Kesehatan. Agar permasalahan dan kondisi tersebut diatas
dapat dikendalikan maka perlu dilakukan Upaya pengamanan terhadap bahaya Merokok
melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan juga membatasi ruang gerak para perokok
( Ambar Wati, 2017).
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian dengan cara mengubah
perilaku untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
3. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.
4. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula serta mewujudkan
generasi muda yang sehat.

C. MANFAAT KEGIATAN
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar
asap rokok.

D. STRATEGI PELAKSANAAN
Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pimpinan/pengelola tempat
proses belajar mengajar dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan
keuntungannya jika dikembangkan Kawasan Tanpa Rokok di area tersebut. Dari
advokasi tersebut akhirnya pimpinan/pengelola tempat belajar mengajar setuju untuk
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh tempat proses belajar mengajar adalah
sekolah, kampus, perpustakaan, ruang praktikum dan lain sebagainya.

E. RENCANA KEGIATAN
1. Kegiatan ini akan dilakukan di sekolah SMP atau SMK pada bulan Mei sampai
dengan bulan Desember 2018.
2. Sumber dana kegiatan adalah DAK Non Fisik BOK UPTD Puskesmas Peureulak
Barat.
F. PENUTUP
Demikian TOR ini kami buat agar dapat dipergunakan dan atas perhatian kami
ucapkan terima kasih.

Peureulak Barat, Januari 2018


Pengelola Program PTM

Ervina, Amd. Kep


TERM OF REFERENCE (TOR)
ORIENTASI PADA KADER KESEHATAN PTM
UPTD PUSKESMAS PEUREULAK BARAT TAHUN 2018

A. LATAR BELAKANG
Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan di Indonesia
adalah beban ganda penyakit, yaitu masih banyaknya penyakit infeksi yang harus
ditangani, di sisi lain dibarengi meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM).
Terutama hipertensi yaitu mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 7,6% pada
tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Hal yang sama terjadi pada kejadian
stroke sebesar 8,3% per 1000 (2007) menjadi 12,1% per 1000 (2013). Demikian
halnya Diabetes Mellitus naik dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013) (Riskesdas,
2013). Sesuai Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM bahwa saat
ini kenaikan kejadian penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius,
khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Salah satu strategi yang
dikembangkan pemerintah untuk mengendalikan penyakit tidak menular ini kemudian
dikembangkan model Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) berbasis
masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
Posbindu merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang melibatkan peran
masyarakat baik kader, organisasi, kelompok masyarakat dan keagamaan.
Penyelenggaraan kegiatan Posbindu oleh dan untuk masyarakat khususnya kader.
Peran kader Posbindu dalam pelaksanaan kegiatan sangat dominan karena tenaga
kesehatan hanya sebagai pendamping dan penerima rujukan, sehingga pengetahun
dan ketrampilan kader perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dengan keterbatasan sarana
prasarana dari dinas terkait serta permasalahan kesehatan masyarakat yang begitu
komplek maka diperlukan pemberdayaan kader. Pemberdayaan kader posbindu lansia
sebagai upaya peningkatan kualitas hidup lansia di desa (Kemenkes RI, 2012).

B. TUJUAN KEGIATAN
Untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan kader dalam pelayanan posbindu
PTM.
C. MANFAAT KEGIATAN
D. STRATEGI PELAKSANAAN

E. RENCANA KEGIATAN
1. Kegiatan ini akan dilakukan di 15 Desa pada bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2018.
2. Sumber dana kegiatan adalah DAK Non Fisik BOK UPTD Puskesmas Peureulak
Barat.

F. PENUTUP
Demikian TOR ini kami buat agar dapat dipergunakan dan atas perhatian kami
ucapkan terima kasih.

Peureulak Barat, Januari 2018


Pengelola Program PTM

Ervina, Amd. Kep

REFERENSI
Ambar Wati, R. (2017). Penerapan kawasan tanpa rokok berdasarkan Peraturan daerah kota
metro Nomor 4 tahun 2014. Jurnal diakses dari
http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/han/article/viewFile/897/776.

Renaldi, (2014). Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada Mahasiswa Di
Lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru Tahun 2013: Jurnal
Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 5, Nopember 2014

Samodra, Y. (2014). Prevalensi penyakit tidak menular pada tahun 2012-2013 di Kecamatan
airmadidi kabupaten minahasa utara sulawesi utara. Skripsi: Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado.

Anda mungkin juga menyukai