Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.
Remaja menurut WHO, remaja adalah seseorang yang berusia 12 sampai 24 tahun.
Sedangkan menurut Menteri Kesehatan RI (2010), batas usia remaja adalah antara
10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Seorang remaja akan diberikan tanggung
jawab yang lebih besar dari kedua orang tuanya agar semakin mempelajari dunia
dewasa dan perlahan meninggalkan jiwa kekanak-kanakannya. Remaja yang baik
akan mulai mengaktualkan dirinya di dunia sosial. Namun, tidak sedikit remaja
melakukan hal-hal ekstrem untuk menarik perhatian lingkungannya. Setiap tahapan
pertumbuhan dan perkembangan akan mengalami perkembangan moral, spiritual,
dan psikososial, begitu juga pada remaja.
Masa remaja merupakan masa di mana individu yang sedang mencari
identitas dirinya. Namun, jika remaja tidak dapat menyelesaikan tugas
perkembangannya dengan baik maka akan membuat remaja merasa kebingungan
akan perannya. Saat masa inilah remaja sangat rentan mengalami masalah-masalah
yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan kesehatan. Terdapat berbagai
masalah kesehatan di usia remaja yang saat ini marak terjadi di komunitas
masyarakat (Wong, 2008), yaitu merokok, kehamilan remaja, penularan penyakit
menular seksual, dan penyalahgunaan zat. Hal-hal tersebut bisa diatasi dengan
melakukan berbagai macam pencegahan. Perawat berperan dalam menanggulangi
permasalahan-permasalahn tersebut sesuai tingkatan pencegahan baik pencegahan
primer, sekunder, dan tersier.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang, penulis dapat merumuskan beberapa
masalah yang meliputi:
1. Apa itu overview pertumbuhan dan perkembangan remaja?
2. Apa saja permasalahan kesehatan emosional remaja?
3. Apa saja masalah kesehatan kekerasan dan penggunaan zat terlarang?
4. Apa saja permasalahan kesehatan seksualitas, penyakit menular seksual dan
kehamila pada remaja?
5. Bagaimana proses asuhan keperawatan kounitas pada remaja?
1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan karakteristik remaja,
tahapan pertumbuhan dan perkembangan remaja, masalah yang sering dialami oleh
remaja serta peran perawat komunitas dalam menangani masalah, dan asuhan
keperawatan yang tepat pada setting agregat remaja.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Overview Tumbuh Kembang Remaja

A. Pengertian Pertumbuhan dan perkembangan

Menurut Sadulloh (2010) pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai


hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada
anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai
proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang
herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Menurut Wong (2000) perkembangan (development), adalah perubahan secara
berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan
meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan,
dan pembelajaran.
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan
peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).

Menurut Dorland (2011), “remaja atau adolescence adalah periode di antara


pubertas dan selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai 19
tahun”.

Menurut Sigmun Freud (1856-1939), dalam Sunaryo (2004:44) mengatakan


bahwa fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.

Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa
kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja
sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman
sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.

3
C. Tahap Pertumbuhan remaja

Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja
akhir berdasarkan pendapat Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat beragam
ciri khas pada masing-masing fase.

1. Fase Praremaja

Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai
praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry, 2005). Menurut Hall
seorang sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth or preadolescence)
adalah masa perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8-12 tahun.

Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman
sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam
melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam
membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama,
tindakan timbal balik, sehingga tidak kesepian (Sunaryo,2004:56).

2. Fase Remaja Awal (early adolescence)

Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada fase ini
ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola
untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42)
mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan
orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.

3. Fase Remaja Akhir

Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual yang sudah
terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga terbentuk pola hubungan
antarpribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak,
kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga
negara.

4
Sunaryo (2004:57) mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir
adalah economically, intelectually, dan emotionally self sufficient.

D. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

1. Perkembanang Biologis

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik
itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan
tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya
alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki)
dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).

Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik


adalah :

 Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera


 Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul
 Perubahan distribusi otot dan lemak
 Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran
opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih
abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan
aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan
karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis
yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan
masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. Dalam
perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini

5
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif
remaja

3. Perkembangan Sosial

Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja


mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam
emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan.
Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap
asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam
masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja.

2.2 Permasalahan Kesehatan Remaja Permasalahan Emosional

A. Ansietas

1. Pengertian Ansietas

Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri,2007:73)
kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam,dan merupakan
hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,pengalaman baru atau
yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.
Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan,
apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam
kehidupannya.

Kecemasan adalah rasa khawatir , takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan
juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah
laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Keduaduanya merupakan pernyataan,
penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut (Singgih D.
Gunarsa, 2008:27).

2. Gejala-Gejala Ansietas

6
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin,detak
jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur
tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental adalah :ketakutan merasa akan
ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari
kenyataan (Siti Sundari, 2004:62).

Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan


kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak menyenangkan. Gejala-
gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang. Kaplan,
Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widury, 2007:74) menyebutkan bahwa takut
dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu
bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari
lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan
muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi
individu.

3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwaperistiwa atau situasi
khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan.

Menurut Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi
kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu


tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman
yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan
rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

7
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk
perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa
marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan


timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,
semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi
ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan

B. Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai
komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa, dan tidak bahagia, serta
komponen somatik : anoreksia, kostipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan
denyut nadi menurun (Hidayat, dalam Yosep, 2009).Depresi adalah suatu gangguan
alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan
berkepanjangan (Puwaningsih dan Karlina, 2009).

2. Penyebab/Faktor

Menurut Videbeck (2008), penyebab (etiologi) depresi yang merupakan


gangguan mood diyakini menggambarkan disfungsi sistem limbik, hipotalamus, dan
ganglia basalis, yang membentuk kesatuan pada emosi manusia. Adapun beberapa teori
yang mengungkapkan tentang depresi adalah teori biologi, teori psikodinamik, teori
kognitif dan teori sosial atau lingkungan.

a. Teori biologi

Teori biologi terdiri dari teori genetik, teori neurokimia, pengaruh neuroendokrin, dan
siklus biologi (Videbeck, 2008). Selengkapnya seperti pada uraia berikut :

8
1) Teori genetik

Penelitian genetik melibatkan transmisi depresi unipolar pada kerabat tingkat pertama,
yang memiliki risiko dua kali lipat pada populasi umum. Kembar monozigot yang
dibesarkan secara terpisah memiliki insiden komorbiditas 54% lebih besar dan kembar
dizigot memiliki insiden 24% lebih besar. Hal ini memperlihatkan bahwa faktor
lingkungan tempat individu tersebut dibesarkan (Kelsoe, 2000, dalam Videnbeck,
2008).

2) Teori neurokimia

Neurokimia mempengaruhi fokus neurotransmiter (pembawa pesan kimiawi) pada


serotonin dan norepinefrin sebagai dua amina biogenik utama yang terlibat dalam
gangguan mood. Serotonin (5-HT) memiliki banyak peran dalam perilaku : mood,
aktivitas, keangesifan dan iritabilitas, kognisi, nyeri, bioritme, dan proses
neuroendokrin (yakni hormon pertumbuhan, kadar kortisol, dan kadar prolaktin
abnormal pada keadaan depresi). Defisit serotonin, prekursornya triptofan, atau
metabolit serotonin (5HIAA) yang ditemukan dalam darah atau cairan serebrospinal
terjadi pada individu yang depresi. Pemindai tomografi emisi positron memperlihatkan
penurunan metabolisme pada korteks prefrontal, yang dapat meningkatkan depresi
(Tecott, 2000, Videbeck, 2008).

3) Pengaruh neuroendokrin

Fluktuasi hormonal sedang diteliti dalam hubungnya dengan depresi. Gangguan mood
dialami juga pada individu dengan gangguan endokrin, antara lain gangguan tiroid,
adrenal, paratiroid, dan hipofisis (Videbeck, 2008).

4) Siklus biologi

Pola tahunan terlihat pada gangguan afektif musiman, suatu depresi yang terjadi ketika
terdapat lebih sedikit sinar matahari dan berkurang ketika jumlah paparan matahari
meningkat. Terapi cahaya terbukti berhasil dalam mengobati gangguan ini.

9
b. Teori psikodinamik

Freud (1917, dalam Videbeck, 2008) mengajukan hipotesis bahwa depresi bermula dari
kemarahan yang tidak terkendali akibat pengabaian pada masa bayi karena ibu
meninggal, terpisah secara emosional, atau kealpaan lainnya. Kehilangan objek yang
dicintai ini menimbulkan rasa tidak aman, kehampaan, kesedihan, dan kemarahan.
Kehilangan ini terjadi pada tahap oral perkembangan, ketika bayi yang penuh
ketergantungan belum memiliki konsepsi tentang individuasi dari orang tua. Saat
menjadi dewasa, individu yang berduka kembali ke tahap oral dan mengintroyeksikan
kemarahan mereka tentang pengabaian atau konflik yang tidak selesai pada obyek yang
hilang menjadi kemarahan terhadap diri mereka sendiri.

c. Teori kognitif

Teori Aaron Beck (dalam Videbeck, 2008) tentang penyebab depresi berkaitan dengan
pikiran negatif komprehensif individu yang depresi. Mereka memandang diri sendiri,
dunia, dan masa depan mereka dalam bentuk kegagalan yang menyimpang dengan cara
berulang menginterprestasikan pengalaman sebagai hal yang sulit dan membebani serta
menginterprestasi diri mereka sebagai orang yang tidak konsekuen dan tidak kompeten.

d. Teori sosial/lingkungan

Kehilangan hubungan atau peran hidup yang penting dapat menyebabkan depresi.
Penganiayaan fisik atau seksual dapat menjadi suatu faktor dalam depresi. Isolasi sosial
dan keuangan yang sangat terbatas dikaitkan dengan depresi yang dialami warga
negara berusia lanjut (Boyd & Nihat, 1998, dalam Videbeck, 2008).

3. Gejala

gejala klinis dari depresi (Klikdokter, 2009) adalah sebagai berikut :

a. Terdapat 5 (lima) atau lebih gejala yang ditemukan di bawah ini selama periode dua
minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsinya sebagai individu

10
sebelumnya ( dari 5 gejala yang ada minimal ada salah satu gejala mood depresi atau
hilangnya minat atau bahagia)

b. Mood depresi hampir sepanjang hari, setiap hari ( merasa atau tampak sedih atau
kosong). Pada anak-anak atau remaja dapat bermanifestasi sebagai mood yang mudah
tersinggung.

c. Hilangnya minat yang jelas pada semua aspek atau hampir semua aspek sepanjang
hari hampir setiap hari.

d. Penurunan berat badan yang bermakna, tetapi individu yang bersangkutan tidak
melakukan diet atau olahraga yang rutin.

e. Insomnia atau hipersomniat tiap harinya.

f. Agitasi atau redartasi psikomotor (aktivitas atau gerakan motorik).

g. Kelelahan atau hilangnya energi tiap hari.

h. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak tepat.

i. Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memutuskan sesuatu.

j. Pikiran akan kematian yang berulang.

k. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

l. Gejala bukan efek psikologis langsung dari obat

m. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah kehilangan orang
yang dicintai, gejala menetap lebih dari dua bulan atau diikuti oleh gangguan lainnya.

4. Cara mencegah Depresi

1. Terbuka dan jangan suka memendam masalah.

11
2. Curhat dan Sharing. Kalau masalah tidak bisa dipecahkan secara sendiri lebih baik
mengajak temam untuk sharing, atau siapa pun orang yang kita percayai. Karena
dengan begitu siapa tahu kita bisa mendapat bantuan solusi untuk memecahkan
masalah.

3. Kerjakan banyak hal. Saat waktu senggang dan masih muda, banyak cara untuk
menghilangkan beban perasaan. Selain olahraga, membaca buku,menonton dan
istirahat adalah pentung artinya dalam hidup.

4. Kerjakan yang belum pernah. Bukan berarti coba-coba sesuatu yang mengundang
risiko, akan tetapi menguji nyali diri untuk melakukan tantangan yang dapat
mensupport diri.

2.3 Permasalahan Kesehatan Remaja Kekerasan dan Penggunaan Zat Terlarang

A. Kekerasan

1. Pengertian Kekerasan

Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,


ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau
masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan
memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau
perampasan hak.

Menurut Kamus Sosiologi, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik secara


paksa terhadap orang atau benda. Di dalam KUHP, pengertian kekerasan di atur dalam
Pasal 89 KUHP yang menyatakan bahwa membuat orang pingsan atau tidak berdaya
disamakan dengan menggunakan kekerasan. Secara bahasa, kekerasan (violence)
dimaknai sebagai serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun integritas
mental psikologis seseorang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kekerasan diartikan sebagai perihal yang
bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya

12
orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada paksaan.
Menurut penjelasan ini, kekerasan merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat
fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit, atau penderitaan pada orang lain. Dimana
salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau
tidak adanya persetujuan pihak

2. Faktor yang Menyebabkan Kekerasan

1. Kurangnya kasih sayang orang tua

Kasih Sayang orang tua merupakan satu hal yang sangat penting dalam
kehidupan remaja karena dukungan orang tualah yang bisa membuat remaja
termotivasi untuk berusaha dan untuk berprestasi tetapi jika orang tua sibuk dengan
urusan mereka sendiri dan tidak mempedulikan remaja tersebut, ia akan menjadi anak
yang kurang kasih sayang dan ia akan mencari kesenangan sendiri yang bisa membuat
dia tenang dan tidak memikirkan masalah dirumah, paling banyak kasus dari
kenakalan remaja ini Indonesia adalah mereka yang berasal dari golongan atas/ anak
dari orang tua yang berlebihan dalam materi, orang tua yang sibuk dengan segala
urusan bisnis membuat anaknya terlantar dan hanya diurusi oleh pembantu.

2. Pergaulan dengan teman yang tidak sebaya

Akibat dari kurangnya kasih sayang dan pengawasan dari orang tua anak akan
mencari kesenangan di luar dan mereka akan bergaul bebas dengan siapa saja yang
mereka inginkan dan terkadang mereka mencari teman yang tidak sebaya. Yang lebih
dewasa dari mereka karena mereka merasa dilindungi sehingga mereka mencari teman-
teman yang lebih dewasa dari mereka. Dengan begitu mereka akan terpengaruh dangan
apa yang dilakukan orang dewasa.

3. Dasar-dasar agama yang kurang

Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan
segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah terkadang kurang

13
memperhatikan hal ini. karena jika remaja tidak mendapat pendidikan agama yang baik
mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku mereka akan sembarangan.

4. Kebebasan Yang Berlebihan

Ada orang tua yang dalam mendidik anak mereka menerapkan pola asuh yang
demokratis yang berlebihan sehingga anak menjadi yang keras kepala dan sering
memaksakan kehendaknya kepada orang tua dan pola asuh seperti ni akan berakibat
buruk pada anak.

3. Upaya Pencegahan Kekerasan

1. Perlunya kerjasama dari berbagai pihak untuk mencegah terulangnya kembali kasus
kekerasan (serangan balasan karena dendam). Pihak sekolah, orang tua, dan
masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya mencegah terulangnya kasus kekerasan di
kalangan remaja.

2. Identifikasi masalah pada anak remaja yang rentan, termasuk mereka yang merasa
terkucilkan dari pergaulan sosial dengan teman sebaya mereka.

3. Bimbingan dan konseling pada korban untuk mengatasi trauma atas kejadian
kekerasan yang mungkin dialami oleh remaja atau teman sebaya mereka.

4. Perlunya menciptakan iklim inklusivitas dimana semua merasa diterima tanpa


membeda-bedakan SARA maupun orientasi seksual mereka.

5. Pentingnya pemerintah lokal dan sekolah mengembangkan program-program


positif yang dapat mengembangkan minat dan bakat remaja, misalnya seni, budaya,
dan olahraga.

B. Penggunaan Zat Terlarang

Peredaran narkoba di kalangan remaja makin parah. Sekitar 4,7 persen pengguna
narkoba adalah pelajar dan mahasiswa. Badan Narkotika Nasional (BNN) mengakui

14
pengaruh narkoba telah merambah ke berbagai kalangan. Berdasarkan survei BNN,
penggunaan narkoba tercatat sebanyak 921.695 orang adalah pelajar dan mahasiswa.

Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1997 yang dimaksud


dengan Narkotika adalah zat atau obat-obatan yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis maupun sistematis, yang dapat menurunkan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.

Berikut ini jenis dan golongan narkoba narkotika antara lain adalah sebagai berikut :

1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya


sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh
jenis narkoba golongan satu antara lain adalah : ganja, heroin, kokain, morfin, dan
opium.

2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh jenis narkoba golongan dua
antara lain adalah : petidin, benzetidin, dan betametadol.

3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh jenis narkoba golongan tiga
antara lain adalah : kodein dan turunannya.

Kurangnya penyuluhan dan informasi di masyarakat mengenai bahaya


penyalahgunaan narkoba. Untuk itu penyuluhan dan tindakan edukatif harus
direncanakan, diadakan dan dilaksanakan secara efektif dan intensif kepada
masyarakat yang disampaikan dengan sarana atau media yang tepat untuk masyarakat.

Bahaya pemakaian narkoba sangat besar pengaruhnya terhadap negara, jika


sampai terjadi pemakaian narkoba secara besar-besaran di masyarakat, maka bangsa
Indonesia akan menjadi bangsa yang sakit, apabila terjadi demikian negara akan rapuh
dari dalam karena ketahanan nasional merosot.

15
Efek dampak penggunaan narkoba bisa dalam berbagai bentuk antara lain adalah
sebagai berikut :

1. Menyebabkan penurunan atau pun perubahan kesadaran.

2. Menghilangkan rasa.

3. Mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri.

4. Menimbulkan ketergantungan / adiktif (kecanduan).

Jika diambil rata- ratakan usia sasaran pengguna narkoba ini adalah usia pelajar,
yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang
tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini
adalah kaum muda atau remaja. Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap
anak atau remaja pelajar antara lain adalah sebagai berikut :

 Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian.


 Membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran.
 Mudah tersinggung dan cepat marah.
 Sering menguap, mengantuk, dan malas.
 Tidak memedulikan kesehatan diri.
 Suka mencuri untuk membeli narkoba.

2.4 Permasalahan Kesehatan Remaja Seksualitas

A. Penyakit Menular Seksual

1. Pengertian

Penyakit menular Seksual (PMS) adalah suatu penyakit kelamin yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan
seksual antara penis, vagina, anus ataupun mulut. Penyakit ini telah lama dikenal dan
beberapa diantaranya sangat populer di Indonesia, yaitu Sifilis dan Kencing Nanah
(Gonorhoe/Gonorea).

16
2. Contoh Penyakit Menular Seksual

 Sifilis

Sifilis atau dalam bahasa Indonesia sering disebut “raja singa” adalah penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum.

Adapun gejala-gejala yang dialami oleh penderita sifilis adalah sebagai berikut :

- Timbul luka pada alat kelamin, rektum, lidah atau bibir tetapi tidak terasa sakit.

- Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.

- Timbul bercak kemerahan terutama di telapak tangan dan kaki.

Selama menderita penyakit ini, gejala-gejala tersebut tidak akan hilang. Setelah
beberapa tahun, serangan penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan otak dan organ-
organ tubuh penting lainnya. Bahkan, sifilis dapat mengakibatkan kebutaan. Penularan
sifilis melalui kontak langsung antara luka di kulit dengan selaput lendir atau cairan
tubuh (air mani, darah dan cairan vagina) selama berhubungan seksual. Penularan bisa
melalui transfusi darah atau dari ibu hamil yang terinfeksi kepada bayi yang
dikandungnya.

 Kencing Nanah (Gonorhoe/Gonorea)

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoea. Penyakit ini dapat
menyerang laki-laki dan perempuan.

Secara umum penyakit kencing nanah ini ditandai dengan gejala-gejala berikut :

- Keluar nanah dari saluran kencing sehingga saat buang air kecil terasa sakit.

- Alat kelamin terasa sakit atau gatal.

- Pada perempuan, nyeri di perut bagian bawah dan kadang disertai keputihan dengan
bau tidak sedap.

17
Namun, tidak jarang pula penyakit ini terjadi tanpa gejala dan keluhan apa pun
sehingga tidak disadari oleh penderita. Apabila terlambat diobati, penyakit ini dapat
menyebabkan kemandulan dan dapat diturunkan kepada bayi yang dilahirkan dari
orang tua yang mengidap penyakit ini.

3. Upaya dan Peran Remaja Dalam Pencegahan Penyakit Menular Seksual

Upaya remaja dalam pencegahan penyakit menular seksual bagi diri sendiri antara lain :

 Tidak bergaul secara bebas

Gaya hidup bebas sesungguhnya bukanlah trend positif. Banyak sekali hal-hal
negative yang akan kita terima bila kita melakukannya, salah satunya adalah terkena
penyakit menular seksual. Remaja jaman sekarang sudah banyak yang menjalin
hubungan dengan lawan jenis. Seseorang tidak bisa mendeteksi apakah pasangan yang
sedang bersamanya tersebut memiliki perilaku yang sehat, apakah pasangan yang
sedang bersamanya tidak memiliki penyakit menular seksual, karena memang penyakit
menular seksual tidak bisa dilihat secara fisik. Belum tentu orang yang penampilannya
bersih tidak memiliki penyakit tersebut.

 Rajin membersihkan organ intim

Penyakit menular seksual tidak hanya ditularkan melalui hubungan seksual tetapi
bisa juga karena kita tidak rajin membersihkan organ intim. Sebagai remaja yang sadar
akan kesehatan dan kebersihan, hendaknya kita rajin membersihkan organ intim agar
terhindar dari penyakit menular seksual.

 Tidak pernah tergoda untuk masuk ke dalam dunia pergaulan bebas.

Jangan pernah tergoda untuk memasuki dunia pergaulan bebas. Banyak anak
remaja yang terjerumus ke dalam dunia terlarang karena ajakan teman ataupun karena
faktor-faktor tertentu padahal dunia itu dapat membuatnya mudah terinfeksi penyakit
menular seksual.

18
Adapun peran remaja dalam mencegah penyakit menular seksual dalam lingkungan
kehidupan adalah sebagai berikut :

 Memberikan penyuluhan akan bahayanya penyakit menular seksual untuk itu


mereka harus mengerti arti pentingnya pencegahan penyakit menular seksual.
 Bagaimana cara-cara dalam pencegahan penyakit menular seksual.
 Akan arti pentingnya pencegahan penyakit menular seksual.
 Kesadaran apa akibat bila tidak menjaga kebersihan organ intim.

B. Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada
remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena
hubungan seksual (hubungan intim) dengan pacar, dengan suami, pemerkosaan,
maupun faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma membuahi telurnya dalam rahim
perempuan tersebut (Masland, 2004).

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika
terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko
akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat
(Manuaba, IBG. 2010) .

Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks pranikah
atau sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono (1996)
kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan
menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya,
ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan
kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan. 2009).

19
Menurut Manuaba (2010), penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi
dibandingkan dengan kurun reproduksi sehat yaitu umur 20-30 tahun. Keadaan ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan
makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress psikologis, sosial, ekonomi),
sehingga memudahkan terjadinya :

a. Keguguran (Abortus)

b. Persalinan prematur, BBLR dan kelainan bawaan

c. Mudah terjadi infeksi

d. Anemia kehamilan

e. Kematian ibu yang tinggi

2. Faktor yang menyebabkan kehamilan usia dini

Menurut Unicef (2008), faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehamilan remaja


meliputi :

a. Tradisi yang mengarah pada pernikahan dini (negara berkembang)

b. Perilaku seksual remaja yang juga dapat dipengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan

c. Kurangnya pendidikan dan informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi.


terutama dari orang tua

d. Tekanan teman sebaya untuk terlibat dalam aktivitas seksual

e. Kurangnya akses ke alat-alat yang mencegah kehamilan sehingga dapat


menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat

f. Pelecehan seksual yang mengarah untuk pada pemerkosaan

g. Kemiskinan

20
h. Kekerasan dan pelecehan yang terjadi dalam rumah tangga.

i. Harga diri rendah

j. Rendahnya kemampuan untuk mewujudkan tidak punya ambisi dan tujuan dalam
hal pendidikan

3. Pencegahan Kehamilan di Usia Dini

1) Melakukan pendidikan seksual pada anak dan remaja

2) Meningkatkan pengetahuan agama bagi remaja.

3) Meningkatkan perhatian kedua orang tua terhadap anak–anaknya.

2.5 Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis


terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :

a) Data Inti, meliputi : jumlah remaja, riwayat atau perkembangan remaja, kebiasaan,
perilaku yang ditampilkan, nilai, keyakinan, dan agama

b) Data lingkungan fisik, meliputi : bagaimana kondisi jalan, bangunan, fasilitas umum
seperti tempat perbelanjaan, sekolah, taman, dan lain-lain

21
c) Pelayanan kesehatan dan sosial, meliputi : bagaimana pelayanan kesehatan dan
sosial khusus remaja, seperti ada klinik konsultasi untuk remaja atau adanya kelompok
sosial remaja?

d) Ekonomi, meliputi : bagaimana perekonomian di wilayah tersebut? Apakah remaja


dilibatkan bekerja?

e) Keamanan dan transportasi : apakah wilayah tempat tinggal termasuk wilayah


dengan mobilitas yang tinggi? Fasilitas transportasi yang dapat digunakan? Kebiasaan
remaja menggunakan alat transportasi? Sistem keamanan di lingkungan bagaimana?

f) Politik dan keamanan, meliputi : bagaimana dukungan pemerintah setempat terhadap


perkembangan remaja? Apa jenis dukungannya? Apakah ada instruksi/SK yang
mengatur/melindungi hak dan kewajiban remaja? Bagaimana strategi pemerintah
setempat dalam membina remaja?

g) Sistem komunikasi, meliputi : bagaimana cara remaja berkomunikasi dengan remaja


lain atau dengan keluarga? Apa media yang digunakan?

h) Pendidikan, meliputi : sekolah yang ada di sekitar remaja tinggal, kegiatan yang
dilakukan di luar sekolah? Bagaimana peran sekolah?

i) Rekreasi : tempat rekreasi yang sering dikunjungi remaja? Frekuensi rekreasi? Orang
yang mendampingi? Tempat rekreasi yang ada di dekat wilayah tempat tinggal remaja?

2. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi konflik keluarga


2. Koping individu tidak efektif
3. Defisit nutrisi
4. Resiko cedera

3. Rencana Asuhan Keperawatan

22
Resiko Tinggi Konflik keluarga (hubungan keluarga tidak harmonis) berhubungan
dengan ketidakmampuan mengenal masalah yang terjadi pada remaja.

Perencanaan :

 Diskusikan faktor penyebab


 Diskusikan tugas perkembangan keluarga
 Diskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
 Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
 Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
 Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
 Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu
membuat alternatif

4. Implementasi

 Mendiskusikan faktor penyebab


 Mendiskusikan tugas perkembangan keluarga
 Mendiskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
 Mendiskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja

3.5 Evaluasi

 Konflik keluarga teratasi


 Koping individu efektif
 Tidak terjadi depresi
 Nutrisi terpenuhi
 Tidak terjadi terjadi cedera

2.6 Promosi dan Prevensi Kesehatan pada Remaja

Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada remaja, khususnya


perempuan :

23
Anak dan remaja membutuhkan edukasi akurat dan komprehensif tentang
seksualitas untuk praktek perilaku seksual sebagai orang dewasa. Kini, eksploitasi atau
risiko aktivitas seksual mungkin menjadi masalah kesehatan dan social seperti
kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual meliputi HIV/AIDS.

Survey terbaru departemen kesehatan dan pelayanan social menemukan


penurunan aktivitas seksual pada remaja usia 15-19 di USA. Anak lebih banyak
melakukan aktivitas seksual dini meliputi anak dengan masalah belajar atau rendah
secara akademik, anak dengan sosial lainnya, masalah perilaku atau emosional
(mencakup kelainan mental dan kekerasan) biasanya ini berasal dari keluarga golongan
ekonomi lemah.

Sumber, isi dan efektifitas program pendidikan seksual

Kelas pendidikan seksual telah menjadi kurikulum rutinitas pada sekolah


menengah pertama dan atas di beberapa negara bagian. Pendidikan kesehatan juga
sebagai komponen komunitas – target program dasar pencegahan pada ibu hamil,
pencegahan kekerasan, penurunan kekerasan, perkembangan anak muda.atau
pelayanan kesehatan reproduksi. Perawat juga bertanggung jawab untuk memberikan
pendidikan seksual pada anak dan remaja sebagai bagian dari pencegahan penyakit.
Tidak semua sekolah memiliki instruksi dasar dan peraturan tentang kelas pendidikan
seksual.

Strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada remaja


perempuan :

1. Letakkan pendidikan seksual dalam tatanan kehidupannya

2. Menganjurkan untuk menawarkan pendidikan seksualitas dan topik tentang seks


yang berhubungan issue saat ini

3. Menyediakan pendidikan seksualitas dengan mempercayai dan mengakui pasien


sebagai individu dan isu serta nilai dalam keluarga.

24
4. Khusus menyediakan,kepercayaan,budaya sensitif dan konseling yang tidak ternilai
tentang isu penting seksualitas (konseling umum,pencegahan kehamilan tidak
diinginkan,strategi pencegahan penyakit menular HIV/AIDS)

5. Menyediakan konseling yang tepat atau pencerahan-pencerahan pada anak dan


remaja dengan isu khusus dan jadi perhatian (Gay, lesbian, biseksual anak muda)

6. Pelayanan ginekologi rutin disediakan untuk remaja putri yang menjalani perilaku
seksual. Skrining untuk kanker serviks dan PMS akan diberikan pada perempuan yang
menjalani seksual aktif.

7. Menjadikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seksual di sekolah, institusi


keagamaan,dan komunitas lainnya.

8. Bekerja sama dengan perencana masyarakat (LSM) untuk meningkatkan strategi


yang menyeluruh untuk menurunkan kejadian perilaku seksual yang tidak aman dan
hasil yang merugikan.

Perilaku Kesehatan Yang Berisiko Dan Tindakan Pencegahan Pada Remaja


Perempuan

1. Beberapa remaja menggunakan perilaku yang berisiko agar dapat menampakkan


kesehatan mereka. Kasus kematian terbanyak pada remaja adalah kecelakaan yang
tidak disengaja. Sekitar 80% semua kecelakaan motor,yang kedua bunuh diri, ketiga
kematian karena neoplasma, kardiovaskuler dan penyakit kongenital. Dari beberapa
ada satu dari empat remaja juga berisiko tinggi terhadap tindakan kekerasan, PSM,
kehamilan tidak disengaja, kekerasan antar sesama dan tekanan di sekolah.

2. Pada 1992, An American Medical Association interdisciplinary expert panel


developed the Guidelenes for adolescent preventive services. Termasuk sebuah
tambahan dari bagian ini. Petunjuk GAPS merupakan sebuah rekomendasi untuk
membantu perawatan pertama organisasi penyedia dan pengirim pelayanan
pencegahan komprehensif pada remaja.. rekomendasi GAPS ditujukan pada organisasi

25
pelayanan,peningkatan gaya hidup yang sehat,skrining fisik,emosi dan masalah
tingkah laku dan imunisasi.. tujuan GAPS adalah untuk membuat semua kunjungan
klinik bagian pengalaman peningkatan kesehatan.

Kondisi Kesehatan Yang Ditampilkan Remaja

Remaja putri yang peduli sistem perawatan kesehatan biasanya melakukan


skrining (pap smear dimulai pada usia 18 atau ketika sudah mulai melakukan aktivitas
seksual). Masalah ginekologi sering disamakan dengan mens (perdarahan yang tidak
teratur atau dimenore), vaginitis atau leukorea, PMS, kontrasepsi dan kehamilan).

Petunjuk Antisipasi Untuk Promosi kesehatan & Pencegahan Penyakit

Pender (1996) menggambarkan peningkatan kesehatan sebagai motivasi untuk


menjadi keadaan sejahtera dan potensial kesehatan aktual. Pencegahan adalah
menghindari kesakitan,mendeteksi dini,pemeliharaan fungsi yang optimal ketika
datang keadaan sakit.

Perawat mempunyai kesempatan dan tanggung jawab besar untuk membantu


ketidakmengertian wanita terhadap faktor risiko dan untuk memotivasi mereka untuk
menerima gaya hidup yang sehat dalam mencegah penyakit

Level pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan:

 Primary prevention: immunisasi lanjutan (Vaksin HPV) atau pendidikan


kesehatan/konseling tentang nutrisi, rokok, sexual education, alcohol,
managemen stress.
 Secondary prevention: Screening test ; pemeriksaan payudara sendiri sejak
anak mulai mendapatkan mestruasi, pap smear bagi remaja yang telah
melakukan hubungan seksual aktif, tes kolesterol, pemeriksaan Hb
 Tertiary prevention: pendidikan pada pasien untuk menurunkan kondisi sakit
dan megoptimalkan kemampuan yang dimiliki, misalnya mengoptimalkan
kemampuan anak yang menderita kanker.

26
2.7 Program Kesehatan Remaja

PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI PUSKESMAS

 Deskripsi Singkat : Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai
remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya,
serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR
adalah pelayanan kesehatan kepada remaja yang mengakses semua golongan
remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
 Tujuan PKPR di Puskesmas

Tujuan Umum:

Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.

2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan


kesehatan.

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah


kesehatan khusus pada remaja.

4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi


pelayanan kesehatan remaja.
Jenis kegiatan dalam PKPR

Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dilaksanakan


di dalam gedung atau di luar gedung, untuk sasaran perorangan atau kelompok,
dilaksanakan oleh petugas Puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat,
berdasarkan kemitraan. Jenis kegiatan meliputi :

1. Pemberian Informasi dan edukasi.

27
a. Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, secara perorangan atau
berkelompok.

b. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah atau dari
lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau sepengetahuan) Puskesmas.

c. Menggunakan metode ceramah tanya jawab, FGD (Focus Group Discussion),


diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media elektronik
(radio, email, dan telepon/hotline, SMS).

d. Menggunakan sarana KIE yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa
sasaran (remaja, orang tua, guru ) dan mudah dimengerti. Khusus untuk remaja perlu
diingat untuk bersikap tidak menggurui serta perlu bersikap santai.

2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung ke Puskesmas
adalah:

a. Bagi klien yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan mengacu pada
prosedur tetap penanganan penyakit tersebut.

b. Petugas dari BP umum, BP Gigi, KIA dll dalam menghadapi klien remaja yang
datang, diharapkan dapat menggali masalah psikososial atau yang berpotensi menjadi
masalah khusus remaja, untuk kemudian bila ada, menyalurkannya ke ruang konseling
bila diperlukan.

c. Petugas yang menjaring remaja dari ruang lain tersebut dan juga petugas penunjang
seperti loket dan laboratorium seperti halnya petugas khusus PKPS juga harus menjaga
kerahasiaan klien remaja, dan memenuhi kriteria peduli remaja.

d. Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil rujukan
kasus per kasus.

3. Konseling

28
Konseling adalah hubungan yang saling membantu antara konselor dan klien
hingga tercapai komunikasi yang baik, dan pada saatnya konselor dapat menawarkan
dukungan, keahlian dan pengetahuan secara berkesinambungan hingga klien dapat
mengerti dan mengenali dirinya sendiri serta permasalahan yang dihadapinya dengan
lebih baik dan selanjutnya menolong dirinya sendiri dengan bantuan beberapa aspek
dari kehidupannya.

Tujuan konseling dalam PKPR adalah:

a. Membantu klien untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya agar dapat
mengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang harus dilakukannya untuk
mengatasi masalah tersebut.

b. Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber daya

secara berkesinambungan hingga dapat membantu klien dalam:

 Mengatasi kecemasan, depresi atau masalah kesehatan mental lain.


 Meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi pada
dirinya.
 Mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi masalah

4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)

Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme


bahwa bila remaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan
sanggup menangkal pengaruh yang merugikan bagi kesehatannya. PKHS merupakan
adaptasi dari Life Skills Education(LSE). Life skills atau keterampilan hidup adalah
kemampuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah
dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Keterampilan ini mempunyai peran penting
dalam promosi kesehatan dalam lingkup yang luas yaitu kesehatan fisik, mental dan
sosial.

29
Contoh yang jelas bahwa peningkatan keterampilan psikososial ini dapat
memberi kontribusi yang berarti dalam kehidupan keseharian adalah keterampilan
mengatasi masalah perilaku yang berkaitan dengan ketidaksanggupan mengatasi stres
dan tekanan dalam hidup dengan baik. Keterampilan psikososial di bidang kesehatan
dikenal dengan istilah PKHS. PKHS dapat diberikan secara berkelompok di mana saja,
di sekolah, Puskesmas, sanggar, rumah singgah dan sebagainya.

5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya.

Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja
sebagai salah satu syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja menjadi kader
kesehatan remaja yang lazim disebut pendidik sebaya, beberapa keuntungan diperoleh
yaitu pendidik sebaya ini akan berperan sebagai agen pengubah sebayanya untuk
berperilaku sehat, sebagai agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok
yang siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik
sebaya yang berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat “curhat” bagi teman yang
membutuhkannya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk memperdalam
keterampilan interpersonal relationship dan konseling, sehingga dapat berperan sebagai
konselor remaja.

6. Pelayanan rujukan.

Sesuai kebutuhan, Puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis,


melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan sosial juga
diperlukan dalam PKPR, sebagai contoh penyaluran kepada lembaga keterampilan
kerja untuk remaja pasca penyalahgunaan napza, atau penyaluran kepada lembaga
tertentu agar mendapatkan program pendampingan dalam upaya rehabilitasi mental
korban perkosaan. Sedangkan rujukan pranata hukum kadang diperlukan untuk
memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam menindaklanjuti
suatu kasus. Tentu saja kerja sama ini harus

30
diawali dengan komitmen antar institusi terkait, yang dibangun pada tahap awal
sebelum PKPR dimulai.

H. Monitoring dan Evaluasi.

Monitoring PKPR di puskesmas selain dilakukan oleh pihak lain di luar


puskesmas perlu dilakukan oleh puskesmas sendiri. Melalui monitoring, petugas akan
dibantu menemukan masalah secara dini hingga koreksi yang akan dilakukan tidak
memerlukan biaya dan waktu yang banyak, dan mempercepat tercapainya PKPR
yang berkualitas.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa
kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja
sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman
sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua. Ada 3 tahap
perkembangan remaja, yaitu fase praremaja, fase remaja awal, dan fase remaja akhir.

Permasalahan kesehatan remaja dapat dibagi dalam beberapa bidang, misalnya


permasalahan dibidang emosional, kekerasan, penggunaan zat terlarang serta
seksualitas. Permasalahan dalam emosional yang biasa dialami remaja seperti ansietas
atau rasa cemas dan depresi. Remaja juga mengalami permasalahan kekerasan dan
penggunaan zat terlarang seperti narkoba dan lainnya. Dalam permasalahan seksual,
remaja cenderung akan mendapatkan penyakit menular seksual, dan resiko yang
banyak dialami oleh remaja putri adalah kehamilan.

Program kesehatan remaja yang ada di puskesmas adalah PELAYANAN


KESEHATAN PEDULI REMAJA DI PUSKESMAS (PKPR) merupakan pelayanan
kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima
remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan
kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.

32
Daftar Pustaka

Videbeck, S. L., 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Purwaningsi, W. Dan Karlina, I., 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa : Dilengkapi Terapi
Modalitas dan Standard Operating Procedure (SOP). Yogyakarta : Nuha Medika Press.

Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.


Bandung:Refika Aditama.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC

Karakteristik Remaja

http://belajarpsikologi.com/karakteristik-remaja

Diakses: Senin, 4 Februari 2019, pukul : 17.17 WIB.

https://www.academia.edu/5108215/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_
JIWA_DENGAN_KECEMASAN_ANXIETAS_

33

Anda mungkin juga menyukai