Anda di halaman 1dari 9

KESEHATAN DAN PENYAKIT KERJA

A. Kesehatan kerja
Ilmu yg penerapannya untuk meningktkan kualitas hidup , tenaga kerja melalui peningkatan
kesehatan , pencegahan penyakit akibat kerja.

Tujuan penerapan kesehatan kerja adalah :


1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yg terencana
2. Mencegah, mengurangi kecelakaan kerja , penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen pekerjaan/buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yg aman, nyaman efisien untuk mendorong produktifitas.

Dalam penerapan kesehatan kerja perusahaan harus melakukan ketentuan berikut :

1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan dan menjamin komitmen, penerapan


sitem menejemen kesehatan kerja.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan , tujuan sasaran penerapan kesehatan kerja
3. Penerapan kebijakan kesehatan kerja secara efektif
4. Mengembangkan kemampuan,mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai
kebijakan,tujuan,sasaran keselamatan pekerjaan.
5. Menghukum,memantau,mengefaluasi kinerja kesehatan kerja serta melakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan.
6. Meninjau secara teratur , meningkatkan pelaksanaan system menejemn kesehatan kerja.

Hakikat dari kesehatan kerja adalah sebagai berikut :

 Sebagai alat untuk mencapai derajad kesehatan tenaga kerja yang setingginya baik, buruh,
petani, nelayan, pegawai negri atau pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk
kesejahteraan tenaga kerja.
 Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berdasarkan kepada meningginya efesiensi
dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.

PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN KERJA

Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi yang efektif mempunyai
banyak fungsi paralel. Parker dan Oglesby, (1972) secara garis besar telah mengkategorikan hal ini
sebagai berikut:

a. Faktor kepribadian atau perilaku.

 Pekerja : latihannya, kebiasaan, kepercayaan, kesan, latar-belakang pendidikan dan


kebudayaan, sikap sosial serta karakteristik fisik.
 Lingkungan pekerjaan : sikap dan kebijaksanaan dari para pengusaha serta manajer,
pengawas, penyelia serta kawan sekerja pada proyek

b. Faktor fisik.
 Kondisi pekerjaan : ditentukan oleh jenis bahaya yang melekat tidak terpisahkan dengan
pekerjaan yang sedang dilaksanakan, maupun oleh bahaya terhadap kesehatan kerja yang
ditimbulkan oleh metoda dan material serta lokasi dari pekerjaan itu. Oleh sebab itu
usahakan selalu mematuhi standar kerja dengan menggunakan alat keselamatan kerja
seperti menggunakan sepatu safety dan lain-lain.
 Penyingkiran bahaya mekanis : pemakaian pagar/batas, pera-latan serta prosedur untuk
melindungi pekerjaan secara fisik terhadap daerah atau situasi yang berbahaya.

RUANGLINGKUP KESEHATAN KERJA

Meliputi : meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

1) Pelayanan Preventif.

Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit menular di
lingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat kerja agar ergonomis,
menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang memadai dan tidak menyebabkan sakit atau
membahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:

a. Pemeriksaan awal/sebelum kerja.

b. Pemeriksaan berkala.

c. Pemeriksaan khusus.

2. Imunisasi.

3. Kesehatan lingkungan kerja.

4. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.

5. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.

6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman (pengenalan, pengukuran dan
evaluasi).

2) Pelayanan Promotif.

Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan mental pekerja
senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan
tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga
kerja
Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.

3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.

4. Perbaikan status gizi.

5. Konsultasi psikologi.

6. Olah raga dan rekreasi.

3) Pelayanan Kuratif.

Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja dengan pengobatan
spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnya serta upaya pengobatan
untuk mencegah meluas penyakit menular di lingkungan pekerjaan. Pelayanan ini diberikan kepada
tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan/gejala dini dengan mengobati
penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah komplikasi atau penularan terhadap keluarganya
ataupun teman kerjanya.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pengobatan terhadap penyakit umum.

2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

4) Pelayanan Rehabilitatif.

Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah yang telah
mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan permanen, baik sebagian atau
seluruh kemampuan bekerja yang biasanya mampu dilakukan sehari-hari.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih ada secara
maksimal.

2. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.

3. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja yang cacat akibat
kerja.
B. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial
atau man made disease. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk
mendapatkan gangguan Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.Oleh
karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja , bahan ,
proses maupun lingkungan kerja

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang diselenggarakan
oleh ILO (International Labour Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK
sebagai berikut:

a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang
spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah diakui.

b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related Disease adalah penyakit yang
mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama
dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi kompleks.

c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting Working Populations adalah penyakit
yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat
diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan

pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety and Insurance Board ( 2005 ) antara lain :

1. Debu , gas , atau asap


2. Suara / kebisingan ( noise )
3. Bahan toksik ( racun )
4. Getaran ( vibration )
5. Radiasi
6. Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem
7. Tekanan udara tinggi atau rendah yang ekstrem

KLASIFIKASI PENYAKIT AKIBAT KERJA

Dalam melakukan tugasnya di perusahaan seseorang atau sekelompok pekerja berisiko


mendapatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja, yaitu:

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.


2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor
penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma.
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak
kegiatan industri dan teknologi, yaitu:

a. Penyakit Silikosis
b. Penyakit Asbestosis
c. Penyakit Bisinosis
d. Penyakit Antrakosis
e. Penyakit Beriliosis

Penyakit Akibat Kerja

Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:

a. Penyakit Saluran Pernafasan

PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma akibat kerja.
Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus. Kronis, missal: asbestosis.
Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Edema paru akut. Dapat disebabkan
oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.

b. Penyakit Kulit

Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang sembuh sendiri.
Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan
pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab,
membuat peka atau karena faktor lain.

c. Kerusakan Pendengaran

Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang lama, ada
beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari
setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya
hilangnya pendengaran.

d. Gejala pada Punggung dan Sendi

Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang berhubungan
dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan
bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang
yang tidak wajar.

e. Kanker

Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh pajanan di
tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan klinis
individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20
tahun sebelum diagnosis.

f. Coronary Artery Disease

Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.

g. Penyakit Liver

Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena alkohol.
Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.

h. Masalah Neuropsikiatrik

Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan. Neuro pati
perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak diketahui penyebabnya,
depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik
mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari 100
bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen,
timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Carbon disulfide dapat
menyebabkan gejala seperti psikosis.

PENCEGAHAN

Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat kerja terhadap
pekerjaannya.

Kewaspadaan tersebut bisa berupa :

a. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit


b. Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja seperti
yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.

Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu pencegahan terhadap
PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK, diantaranya:

a. Pakailah APD secara benar dan teratur


b. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
c. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.

1. Pencegahan Primer – Health Promotion

a. Perilaku Kesehatan
b. Faktor bahaya di tempat kerja
c. Perilaku kerja yang baik
d. Olahraga
e. Gizi seimbang
2. Pencegahan Sekunder – Specifict Protection

a. Pengendalian melalui perundang-undangan


b. Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja
c. Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri (APD)
d. Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi

3. Pencegahan Tersier

Early Diagnosis and Prompt Treatment

a. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja


b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Surveilans
d. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
e. Pengobatan segera bila ditemukan gangguan

PERAWATAN DAN PENGOBATAN

Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja, dapat dilakukan duamacam terapi,
yaitu:

1. Terapi medikamentosa Yaitu terapi dengan obat obatan :


1. Terhadap kausal (bila mungkin)
2. Pada umumnya penyakit kerja ini bersifat irreversibel, sehingga terapi sering kali hanya
secara simptomatis saja. Misalnya pada penyakit silikosis (irreversibel), terapi hanya
mengatasi sesak nafas, nyeri dada2.
3. Terapi okupasia
1. Pindah ke bagian yang tidak terpapar
2. Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah karena atas berkah, rahmat, hidayahnya
sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana yang kami harapkan . tugas makalah yang
di beri judul “KESEHATAN DAN PENYAKIT KERJA “ ini ialah suatu karya tulis yang terbentuk
dari hasil kerja sama kelompok dimana tugas ini merupakan tugas dari pelajaran Ilmu
Kesehatan Masyarakat.

Kemudian dengan selesainya makalah ini , kami menghaturkan terima kasih kepada guru
IKM yang telah membimbing kami dalam mengerjakan pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat tersusun meski banyak kekurangan didalamnya . harapan penulis semoga
makalah yang sudah kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kessalahan. Kritik serta saran yang membangun dari pembaca penulis harapkan agar
kedepannya makalah ini dapat lebih jauh lebih baik. Terimakasih .

Penulis
MAKALAH
KESEHATAN DAN PENYAKIT KERJA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. RATIH ARUM WULANDARI


2. APRILIA NOFITASARI
3. VINA ANGGRAINI
4. ISMAWATI MARBUN
5. HERLIN HERDIANSYAH
6. RIZKI SAPUTRA

SMK NEGRI KESEHATAN DAN PARIWISATA


BANGKINANGTAHUN PELAJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai