Anda di halaman 1dari 21

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


a. Nama/ jenis kelamin/umur : An.S/ Perempuan/ 15 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Pelajar/ SD
c. Alamat : RT 30 Kel. Cempaka Putih

1.2 Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah


b. Anak ke/ Jumlah Saudara :
c. Status Ekonomi Keluarga : Kurang Mampu
d. Kondisi Rumah : Rumah pasien merupakan rumah
kontrakan, lantai semen, dinding
batu, atap seng. Rumah terdiri dari
satu ruang tamu, satu kamar tidur,
satu dapur dan satu kamar mandi.
Sumber air bersih berasal dari
Sumur dan sumber penerangan
berasal dari PLN.

e. Kondisi Lingkungan di Sekitar rumah dan Perilaku Kesehatan:


Pasien sering memakan jajanan dipinggir jalan, pasien juga jarang
mencuci tangan sebelum makan, dan jarang mencuci tangan
menggunakan sabun setelah buang air. Kondisi rumah pasien berdekatan
dengan rumah lainnya.
1.3 Aspek Psikologis Keluarga
Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga
1.4 Keluhan Utama : BAB cair sejak 1 hari yang lalu
1.5 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Simp. Kawat dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari
yang lalu sebanyak 5x sehari. BAB pasien cair, berampas, tidak berlendir,
berwarna kuning dan tidak bercampur darah. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut
melilit saat ingin BAB. Keluhan tidak disertai muntah, BAK normal. Demam (-).
Ibu pasien mengeluhkan nafsu makan menurun, tetapi masih mau minum.
1.6 Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Keluhan serupa (+)
1.7 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama dengan pasien di keluarga (-)
1.8 Riwayat Alergi
Riwayat alergi (-)
1.9 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Pengukuran Tanda Vital :
- TD :-
- Nadi : 80x /menit, reguler, kuat angkat
- Suhu : 36,8°C
- Respirasi : 20x/menit, reguler
 Berat Badan : 14 kg
 Tinggi Badan : 95 cm
 Status Gizi : Baik
 CRT : < 2 detik
 Kepala :

- Bentuk : Simetris, normocephal


- Mata : Cekung (-)Konjungtiva anemis(-),Sklera ikterik (-)
- Telinga : Serumen (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
- Hidung : Sekret (-/-), Epistaksis (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir kering(-), Bibir sianosis (-),
lidah kotor (-) Tonsil T1-T1 Hiperemis (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-)
 Thorax
Cor (Jantung)

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi Batas jantung atas: ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri: ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultas BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
i

Pulmo (Paru)
Pemeriksaa
Kanan Kiri
n
Inspeksi Gerakan dinding dada Gerakan dinding dada
simetris, retraksi (-) simetris, retraksi (-)
Palpasi Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler(+), Wheezing (-), Vesikuler(+), Wheezing (-),
ronkhi (-) rhonki (-)
 Abdomen :
Inspeksi : Bentuk datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) sseluruh kuadran, hepar lien ginjal
tidak teraba.
Perkusi : Hipertimpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
 Ekstremitas:
Superior : Edema (-/-), akral hangat.

Inferior : Edema (-/-), akral hangat.


 Kulit

Turgor Kulit > 2 detik

1.10 Pemeriksaan Penunjang


-

1.11 Pemeriksaan Penunjang Anjuran


 Darah rutin

1.12 Diagnosa Kerja

Diare Akut tanpa Dehidrasi (A0.9)


1.13 Diagnosa Banding

- Diare akut ec. Rotavirus

- Enterotoxigenic E.coli

1.14 Manajemen
1. Promotif :
 Mengkonsumsi makanan yang bersih dan sehat.
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan yang bergizi
 Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan.
 Segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan jika sakit
berulang
2. Preventif :
 Penggunaan air besih yang cukup
 Mengkonsumsi makanan yang bersih dan tidak membeli
makanan di pinggir jalan.
 Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
1. Kuratif :
Non Farmakologi
 Minum air putih yang cukup
 Menghindari konsumsi makanan yang asam atau peda

Farmakologi
 Oralit
 Zinc 20mg

2. Rehabilitatif
 Memantau penyakit pasien. Hal ini dilakukan dengan kerja sama
dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang
berobat jika keluhan tidak berkurang.
 Memberitahu tanda-tanda dehidrasi pada Ibu pasien dan segera
membawa ke tempat pelayanan terdekat apabila keluhan terjadi.
RESEP PUSKESMAS RESEP ILMIAH 1
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat
Jl. HOS. Cokroaminoto, Kel Payo Lebar, Kec. Jelutung Jl. HOS. Cokroaminoto, Kel Payo Lebar, Kec. Jelutung
Kota Jambi, Jambi 36124 Kota Jambi, Jambi 36124
dr. Novita Dian Syafitri dr. Novita Dian Syafitri
SIP. G1A216085 SIP. G1A216085
STR. 987654 STR. 987654

Tanggal: Tanggal:

Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Umur Umur

RESEP ILMIAH 2 RESEP ILMIAH 3


Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat
Jl. HOS. Cokroaminoto, Kel Payo Lebar, Kec. Jelutung Jl. HOS. Cokroaminoto, Kel Payo Lebar, Kec. Jelutung
Kota Jambi, Jambi 36124 Kota Jambi, Jambi 36124
dr. Novita Dian Syafitri dr. Novita Dian Syafitri
SIP. G1A216085 SIP. G1A216085
STR. 987654 STR. 987654

Tanggal: Tanggal:

Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Umur Umur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Menurut WHO tahun 1998,
diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan
menurut Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, definisi diare berbeda pada
neonatus dan bayi > 1 bulan serta anak. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi
BAB >4 kali, sedangkan bayi > 1 bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensi
BAB > 3 kali.

2.2 Etiologi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang
dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal,
anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit
dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi. (Lung. McGraw Hill,
2003).
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan air
dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.
Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :

1. Infeksi
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain
Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus dan
Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa,
sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun terutama
usia dibawah 2 tahun.

B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :
1. E. Coli
2. Shigella
3. Campylobacter yeyuni
4. Salmonella sp.
5. Yersinia
6. Vibrio
C. Parasit
1. Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%
2. Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.
3. Crytosporidium. Di negara berkembang Sering terjadi pada
penderita AIDS.
D. Malabsorbsi
 Karbohidrat
 Lemak
E. Alergi
Diantaranya yaitu :
 Alergi susu
 Alergi makanan
 CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).

F. Keracunan
G. Imunodefisiensi
H. Sebab Lain
Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi Hisrchrsprung’s
disease dan Shor Bowel Syndrome.

2.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat.

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:


tidak memberikan ASI secara penuh 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.
Selain hal tersebut beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi,
berurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus dan faktor genetik.

2.4 Patofisiologi
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbs atau
sekresi.
2.4.1 Pembagian diare menurut lamanya diare
 Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
 Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
 Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare


osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus (IDAI, 2010).
 Diare osmotik
Terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi
menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut
bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan
tekanan osmosis antara lumen usu dan darah maka pada segmen usus
jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah lumen jejunum
sehingga air akan banyak terkumpul di dalam lumen usus. Natrium akan
mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan
intraluminal yang besar dengan kadar natrium yang normal. Sebagian kecil
cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap tinggal di
lumen oleh karena ada bahan yang tidak diserap seperti Mg, Glukose, sukrose,
laktose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon
sehingga terjadi diare.

 Diare sekretorik
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin
bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam
empedu bentuk dihydroxy serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan
konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca 2+ yang selanjutnya akan
mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan
fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion,
akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa
natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-. Bahan laksatif
dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-ATPase. Beberapa
diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler, meningkatkan
permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa.
Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabropsi seperti
reseksi ileum, penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti
menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.
 Diare karena gangguan motilitas usus
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi
perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik
peningkatan ataupun penurunan motilitas, keduanya menyebabkan diare.
Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang
menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan
meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan
stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan
malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery
diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada
bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada
tirotoksikosis, malabsopsi asam empedu dan penyakit lain. Diare ini juga
terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik
neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.

 Diare terkait imunologi


Diare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I,
III, dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan
alergen makanan. Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati,
sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada coeliac disease dan protein loss
enteropaties.

2.5 Manifestasi Klinis


Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intenstinal termasuk manifestasi neurologik.
Gejala gastrointenstinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah sedangkan
manifestasi sistematik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja dengan mengandung sejumlah
ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektronik ini bertambah
bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada pans. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metbolik dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia.kolaps
kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang
terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,dehidrasi
hipertonik(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonuik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau
dehidrasi berat.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena peradangan atau akibat
dehidrasi.Panas badan umunya terjadi pada penderita dnegan inflammantory
diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian
bawah serta rektum, menunjukkan terkenanya usus besar.
Mual dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah dapat
disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.
2.6 Menegakkan Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsitensi tinja, warna, bau ada/tidak lendir dan darah.
Bila disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa, berkurang,
jarang atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman
yang berikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai
seperti: batuk, flu, otitis media, campak.

Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasi.

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen.
dan tanda-tanda tambahan lainnya : mata: cekung atau tidak, ada atau tidak
adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillar refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi.
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika. Tinja :
 Makroskopik
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri
yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan
peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T.
trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada
infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan
pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau
busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium
dan Strongyloides.
 Mikroskopik
Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang
menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja
menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitokin
seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y. enterocolitica, V.
parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau
P. shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali pada
S. typhii mononuklear.
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic
Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada tinja, KLB
diare dan pada penderita immunocompromised.

2.7 Penatalaksanaan
Departemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan Tata Laksana
pengobatan Diare pada balita yang baru didukung baru didukung oleh ikatan
Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Meperbaiki kondisi
usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk
itu, Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanakan diare bagi
semua kasus diare yangdiderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun
sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:

13
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua.

Rehidrasi dengan oralit, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.


Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan
yang terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih
banyak elektronik tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak
terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan
oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan
elektronik seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan
formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas, sehingga kurang menyebabkan
risiko terjadinya hiperpatremia. Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas
yang rendah.
Ketentuan pemberian oralit formula baru:
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang,
untuk persediaan 24 jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB Untuk
2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa
maka sisa larutan harus dibuang.

Pemberiaan Zinc

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare
akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama

14
diare. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosisi zinc untuk anak-anak:
 Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari
 Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang
atau oralit.
Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO tahun
2005, penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni rencana terapi
A untuk penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk dehidrasi
ringan/sedang, terapi C untuk dehidrasi berat.

Rencana Terapi B
(Dehidrasi Ringan – Sedang)
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan
pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat
diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan oral
dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya
dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian
cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb
setiap diare atau muntah.

Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana
terapi A. Yaitu :

 Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan


cairannya sehari- hari :
 < 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB
 >2 tahun : 100-200ml tiap BAB
 Beri tablet Zink
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari

15
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa
minum oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus
dengan intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL / Ringer Asetat
(atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
 Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam
 Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam (Pelayanan
kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009)

Amati Anak dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit


 Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
 Tunjukkan cara memberikannya sesendok teh tiap 12 menit untuk anak
<2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua
 Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
 Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian
oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 23 menit
 Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan
air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila
pembengkakan telah hilang

16
Setelah 34 jam, Nilai kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian
Pilih Rencana Terapi A,B atau C untuk Melanjutkan Terapi
 Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang,
anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B
tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti Rencana Terapi A
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C

Bila Ibu Harus Pulang Sebelum Selesai Rencana Terapi B

 Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
 Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti dijelaskan
dalam rencana terapi A
 Tunjukkan cara menyiapkan oralit
 Jelaskan 3 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
 Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
 Memberi makan anak
 Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu.

17
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan anamnesis dan diagnosis dengan keadaan rumah dan


lingkungan sekitar:

 Pasien tinggal di rumah kontrakan, lantai semen, dinding batu, atap seng.
Rumah terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur, satu dapur dan satu
kamar mandi. Sumber air bersih berasal dari Sumur dan sumber penerangan
berasal dari PLN.
 Tidak ada hubungan antara keadaan rumah pasien dengan penyakit yang
diderita pasien.

3.2 Hubungan diagnosis dengan keluarga dan hubungan keluarga:

 Pasien merupakan anak tunggal. Menurut keterangan Ibu pasien, tidak ada
masalah dalam keluarganya dan keharmonisan dalam keluarga baik.
 Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang diderita
pasien.

3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar:

 Pasien memiliki kebiasaan jajan makanan di pinggir jalan


Hal ini dapat disebabkan makanan pinggir yang kurang bersih karena terdapat
patogen pada makanan tersebut, bakteri, virus dan lainnya.
 Pasien memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun sebelum
makan dan setelah BAB
Tangan merupakan perantara sumber infeksi karena banyaknya kuman pada
tangan terutama setelah anak-anak bermain dan setelah BAB.

18
 Ada hubungan antaraperilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar dengan penyakit yang diderita pasien.

3.4 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:

 Pasien memiliki kebiasaan memakan makanan pinggir jalan


 Pasien memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan menggunakan sabun
sebeum makan dan setelah BAB.

3.5 Analisis untuk mengurangi paparan:


 Hindari memakan makanan pinggir jalan
 Biasakan mencuci tangan menggunakan sabun sebeum makan dan setelah
BAB.
 Hindari makanan yang mudah mengiritasi lambung seperti makanan yang
asam, dan pedas.

3.6 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga:

 Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan, perlu adanya perhatian


terhadap kebersihan lingkungan dan kebiasaan perilaku kesehatan yang bersih
dan sehat.
 Mengkonsumsi makanan bergizi

19
DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA

1. Endang Poerwati. Determinan Lama Rawat Inap Pasien Balita dengan Diare.
Vol 27. No. 4. Jurnal Kedokteran Brawijaya: Jakarta Timur; 2013.

20
2. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.
3. Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak
Edisi ke-3.
4. Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan Sadikin.
2005.
5. Depkes. RI Buku saku petugas kesehatan Lintas Diare. Jakarta; Depkes RI:
2011.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Hal 3, 16-
18, 29.

21

Anda mungkin juga menyukai