OLEH :
I MADE GDE. SURYAWAN
NIM. 18J10119
Mahasiswa
Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Ruangan Drupadi Pembimbing Akademik
OLEH :
I MADE GDE. SURYAWAN, S.Kep
NIM. 18J10119
B. Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari
1 persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, angka
tersebut adalah angka perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis
gangguan skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan
diagnosis. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki
dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk
wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada
skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan
menunjukkan perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau
ketidaksesuaian afek yang nyata. Onset umur pada wanita lebih besar dari
pada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering
sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar.
C. Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model
konseptual telah dikembangkan. Sulit untuk menentukan penyebab penyakit
yang telah berubah begitu banyak dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini
bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi
skizofrenia. Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif
juga mencakup kausa genetik dan lingkungan. empat model konseptual telah
diajukan:
E. Diagnosis
Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik
skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria
diagnostik untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah
terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
Sebutkan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau
suatu manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat)
F. Diagnosis Banding
Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia
dan gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding
gangguan skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan
amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi
lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala
skizofrenik dan gangguan mood yang bersama-sama. Diagnosis banding
psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang biasanya dipertimbangkan
untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis pada
saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa
tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis
psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.
H. Terapi
Pengobatan pada pasien dengan gangguan skizoafektif merespon baik
terhadap pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan
obat mood stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang
gangguan skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik
dengan mood stabilizer cenderung bekerja dengan baik. Karena pengobatan
yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi pada penderita dan
keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting
dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.
Pengobatan psikososial
B. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri:
harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan
diri sendiri)
- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri
kehidupannya.
C. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi :
- Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah,
tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.
- Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien
memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika
tidak senang.
3. Pohon Masalah
Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.
5. Diagnosa Keperawatan
A. Resiko Perilaku kekerasan
B. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Tujuan khusus :
- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang
baik
Tindakan :
- Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri,
orang laain dan lingkungan
- Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan
yang positif
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan
- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing
cara penyelesian masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan
Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.