Bab 2 Print
Bab 2 Print
Data mengenai lalu lintas merupakan data utama dari suatu perencanaan
disamping pengaruhnya yang besar terhadap perencanaan bentuk seperti lebar,
alinyemen landai dan sebagainya.
1. Volume Lalu Lintas
Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas
harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari.
2. Volume Jam Rencana
Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk
tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam, dihitung dengan rumus:
di mana :
K = faktor volume lalu lintas jam sibuk
F = faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat jam dalam satu jam
VJR = volume jam rencana
VLRH = volume lalu lintas harian
Berikut Tabel 2.2 menyajikan faktor-K dan faktor-F yang sesuai dengan VLHR-
nya.
Tabel 2.2 Penentuan faktor-K dan faktor-F berdasarkan Volume Lalu Lintas
Harian Rata-rata
Kecepatan rencana (VR) pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih
sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-
11
kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah,
lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
VR untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel 2.3.
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan
syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
Tabel 2.3 Kecepatan Rencana, VR, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan
jalan
Suatu jalan yang ada didaerah datar mempunyai design speed yang lebih tinggi
dari pada yang ada di daerah pegunungan ataupun daerah bukit.
2.1.3 Stasiun
Menetukan panjang suatu lokasi jalan atau jarak dari suatu tempat sampai ke
tempat lain pada suatu lokasi jalan perlu digunakan stationing. Yang dimaksud
dengan stationing adalah penentuan jarak langsung yang diukur dari titik awal,
sedangkan stasiun (Sta) adalah jarak langsing yang diukur dari titik awal (Sta.
0+000) sampai titik yang dicari stasiunnya. Untuk menentukan stasiun (Sta) pada
suatu titik diberikan contoh seperti pada gambar 2.40. Dari hasil pengukuran dan
perhitungan maka akan didapatkan titik-titik tertentu yaitu : A; TC; CT; TS1;
SC1; CS1; SC1; dan B.
Misal titik awal suatu rencana jalan adalah titik A, maka:
Titik A = Sta. 0 + 000
Titik TC = Sta. A + dl
Titik CT = Sta. TC + Lc
Titik TS1 = Sta. CT + d2
13
Sumber : Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota dari
Bipran, Bina Marga (Rancangan Akhir)
14
Keterangan :
D1 = Jarak yang ditempuh kendaraan dari waktu melihat benda dimana harus
berhenti sampai menginjak rem (meter)
= 0,278 V. t
D2 = Jarak yang diperlukan untuk berhenti setelah menginjak rem (meter)
= V2 : (254 f)
D= Jarak Pandang henti ( meter )
V= Kecepatan rencana ( Km/jam)
T = Waktu yang diperlukan untuk menenpuh D1
4) Lengkung Vertikal
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan
mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal di rencanakan sedemikian
rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase. Persamaan umum
lengkung vertikal adalah sebagai berikut:
19
Keterangan :
L : Panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi lengkung pada
bidang horizontal
A : Besarnya titik peralihan dari bagian tangen ke bagian lengkung vertikal
(g1-g2)
Jika A dinyatakan dalam %(persen) untuk x = ½ L dan y = Ev maka diperoleh :
Ev = A L/800
Keterangan :
Ev : Pergeseran pada bagian titik perpotongan kedua bagian tangen atau
pusat perpotongan vertikal (PPV)
Persamaan diatas berlaku baik untuk lengkung vertikal cembung maupun vertikal
cekung. Hanya bedanya jika Ev yang diperoleh positif, berarti lengkung vertikal
cembung, jika negatif berarti lengkung vertikal cekung.
Setelah itu hasil perhitungan disesuaikan dalam Standar Perencanaan Geometrik
Jalan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga seperti pada Tabel
2.25 berikut:
Tabel 2.25 Standar panjang minimum lengkung vertikal
Gambar 2.7 Koordinasi yang ideal antara alinyemen horizontal dan alinyemen
vertikal yang berimpit
21
Gambar 2.9 Koordinasi yang harus dihindarkan, dimana pada bagian yang lurus
pandangan pengemudi terhalang oleh puncak alinyemen vertical sehingga
pengemudi sulit memperkirakan arah alinyemen di balik puncak tersebut