Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Impaksi gigi merupakan suatu keadaan dimana gigi mengalami kegagalan erupsi
secara normal dalam pertumbuhan akibat terhalang oleh gigi dan tulang sekitarnya sehingga
pengambilan gigi dari soketnya setelah pembuatan flap dan mengurangi sebagian tulang yang
mengelilingi gigi tersebut insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah gigi molar tiga
(fragiskos , 2007).
B. Patofisiologi
Beberapa peneitian menunjukkan bahwa gangguan impaksi gigi disebabkan oleh karena
factor lokal dan sistemik. Akibat dari adanya pengaruh beberapa faktor menimbulkan gejala-
gejala seperti gangguan saluran cerna, sakit kepala, telinga berdengung, sakit leher, rematik,
kencing manis, gangguan jantung, gangguan pada kulit, badan cepat lelah. Gangguan ini
sering hilang timbul berkepanjangan atau gejala-gejala lain pada tubuh yang tidak bisa diobati
maka gigi ini mulai dicurigai sebagai penyebab. Sementara itu berbagai gejala itu juga sering
dialami oleh penderita alergi.
Bila gangguan itu berkaitan dengan penderita alergi, secara imunopatobiologis kaitan
antara impaksi gigi dan penderita alergi bisa dijelaskan. Secara teori penyebab impaksi gigi
adalah reaksi inflamasi noninfeksi pada jaringan di sekitar gigi. Saat terjadi pembengkakkan
tersebut menekan persarafan di sekitarnya yang menyebabkan rasa ngilu dan nyeri di sekitar
lokasi tersebut. Pada penderita alergi saat terjadi kekambuhan bisa mengakibatkan reaksi di
seluruh organ tubuh termasuk gusi dan jaringan sekitarnya. Pembengkakan tersebut juga
terjadi pada daerah gusi lainnya. Hal inilah yang juga sering dikeluhkan pada penderita gigi
hipersensitif yang sangat mungkin mekanisme terjadi gangguan tidak berbeda. Demikian juga
pada anak di bawah usia 2 tahun sering terjadi pembengkakkan gusi sering dianggap tumbuh
gigi. Tetapi saat gejala alergi lainnya membaik bengkak tersebut berkurang tetapi tidak diikuti
tumbuhnya gigi. Pembengkakkan jaringan pada gigi molar yang tumbuh di dasar gigi dan
tumbuh tidak sempurna mengakibatkan desakan inflamasi atau pembengkakkan tersebut lebih
mengganggu dan menekan persarafan.
D. Penatalaksanaan
1. Operasi bedah minor mulut (odontektomi)
a. Indikasinya adalah:
1) Infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal (perikoronitis).
2) Berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (kista odontogenik dan
neoplasma).
3) Usia muda, sesudah akar gigi terbentuk sepertiga sampai dua pertiga bagian dan
sebelum klien mencapai usia 18 tahun
4) Adanya infeksi
5) Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu mempertahankan
stabilitas hasil perawatan ortodonsi
6) Prostetik atau restoratif (diperlukan untuk mencapai jalan masuk ke tepi gingiva
distal dari molar dua didekatnya)
7) Apabila molar kedua didekatnya dicabut dan kemungkinan erupsi normal atau
berfungsinya molar ketiga impaksi sangat kecil
8) Sebelum tulang sangat termineralisasi dan padat yaitu sebelum usia 26 tahun
b. Kontraindikasinya adalah:
1) Klien tidak menghendaki giginya dicabut
2) Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan apabila tulang yang
menutupinya terlalu banyak (pencabutan prematur)
3) Jika kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur penting disekitarnya
atau kerusakan tulang pendukung yang luas
4) Apabila kemampuan klien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh
kondisi fisik atau mental tertentu (pedersen, 1996)
E. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan umum harus dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedur
pembedahan lainnya. Adanya gangguan sistemik atau penyakit sistemik harus dideteksi
dan kehati-hatian harus diterapkan sebelum pembedahan. Klien juga harus diperiksa
apakah sedang menjalani terapi tertentu, seperti terapi irradiasi, terapi cytostatic, dan
transplantasi organ.
2. Pemeriksaan lokal
a. Status erupsi gigi impaksi.
Status erupsi gigi impaksi harus diperiksa karena status pembentukan
mendeterminasikan waktu pencabutan. Idealnya, gigi dicabut ketika dua pertiga akar
terbentuk. Jika akar telah terbentuk sempurna, 25 maka gigi menjadi sangat kuat, dan
gigi terkadang displitting untuk dapat dicabut.
b. Resorpsi molar kedua.
Karena kurangnya ruang molar ketiga yang impaksi sehingga memungkin terjadi
resorpsi akar pada molar kedua. Setelah pencabutan gigi molar ketiga yang impaksi,
molar kedua harus diperiksa untuk intervensi endodontik atau periodontik tergantung
pada derajat resorpsi dan keterlibatan pulpa.
c. Adanya infeksi lokal seperti periokoronitis
Infeksi ini merupakan sebuah inflamasi jaringan lunak yang menyelimuti mahkota gigi
yang sedang erupsi yang hampir seluruhnya membutuhkan penggunaan antibiotik atau
prosedur yang jarang dilakukan, eksisi pembedahan pada kasus rekuren. Periokoronitis
rekuren terkadang membutuhkan pencabutan gigi impaksi secara dini.
d. Pertimbangan ortodontik.
Karena molar ketiga yang sedang erupsi, memungkinkan terjadi berjejal pada regio
anterior setelah perawatan ortodonti yang berhasil. Oleh karena itu, disarankan untuk
mencabut gigi molar ketiga yang belum erupsi sebelum memulai perawatan ortodontik.
e. Karies atau resorpsi molar ketiga dan gigi tetangga
Akibatnya kurangnya ruang, kemungkinan terdapat impaksi makanan pada area distal
atau mesial gigi impaksi yang menyebabkan karies gigi. Untuk mencegah karies
servikal gigi tetangga, disarankan untuk mencabut gigi impaksi.
f. Status periodontal
Adanya poket sekitar gigi molar ketiga yang impaksi atau molar kedua merupakan
indikasi infeksi. Penggunaan antibiotik 26 disarankan harus dilakukan sebelum
pencabutan gigi molar ketiga impaksi secara bedah untuk mengurangi komplikasi post-
operatif.
g. Orientasi dan hubungan gigi terhadap infeksi saluran akar gigi
Hal ini akan didiskusikan secara detail pada pemeriksaan radiologi.
h. Hubungan oklusal
Hubungan oklusal molar ketiga rahang atas terhadap molar ketiga rahang bawah harus
diperiksa. Ketika gigi molar ketiga rahang bawah yang impaksi berada pada sisi yang
sama diindikasikan untuk ekstraksi, sisi yang satunya juga harus diperiksa.
i. Nodus limfe regional
Pembengkakan dan rasa nyeri pada nodus limfe regional mungkin terindikasi infeksi
molar ketiga.
F. Masalah Keperawatan
1. Deficient knowledge (kurang pengetahuan)
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.
3. Kecemasan berhubungan dengan suasana menjelang pembedahan Tujuan: kecemasan klien
teradaptasi
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembelahan, ancaman
kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan ketidakmampuan
menggali koping efektif.
G. Intervensi Keperawatan
1. Noc: pengetahuan tentang penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2 x klien mengerti
proses penyakitnya dan program perawatan serta therapi yg diberikan dg: Indikator Klien
mampu:
a. Menjelaskan kembali tentang penyakit
b. Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas nic: pengetahuan penyakit
Intervensi keperawatan
c. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
d. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan
penyebab. Jelaskan kondisi tentang klien
e. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan
f. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah
komplikasi
g. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
h. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/ mendukung
i. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur operasi
Intervensi Rasional
sumber informasi yang telah Menjadi data dasar untuk memberikan pendidikan
kesehatan dan mengklarifikasi sumber yang tidak
diterima. jelas.
individu, direncanakan, dan Jika instruksi diberikan terlalu dekat dengan waktu
pembedahan, maka klien mungkin tidak dapat
diimplementasikan padaberkonsentrasi atau belajar karena ansietas dan
waktu yang tepat. efek darimedikasi praanestesi.
Pembersihan dengan enema atau laksatif mungkin
dilakukan pada malam sebelum operasi dan diulang
jika tidak efektif.
pemeriksaan Alat bantu Semua alat bantu dan perhiasan harus dilepas.
(protese) dan
perhiasan.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan
dan hasil akhir pascaoperatif.
Tujuan: dalam waktu 1 x 15 menit tingkat kecemasan klien berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
Mandiri
Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, Ansietas berkelanjutan memberikan dampak
kehilangan, dan takut. serangan jantung.
Kaji tanda asietas verbal dan nonverbal. Dampingi Reaksi verbal/nonverbaldapat menunjukkan
klien dan lakukan tindakan bila klien mulai rasa agitasi, marah, dan gelisah.
menunjukkan prilaku merusak.
Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
aktivitas yang diharapkan.
Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat. Memberi waktu untuk mengekspresikan
perasaan, menghilangkan rasa cemas, dan
prilaku adaptasi. Kehadiran keluarga dan
teman-
teman yang dipilih klien untuk menemani
aktivitas pengalih (misalnya: membaca akan
menurunkan perasaan
terisolasi).
Kolaborasi
Berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
diazepam. kecemasan.
Kriteria evalusasi: klien kooperatif terhadap intervensi prainduksi anestesi dan klien mendapat
dukungan prainduksi.
Intervensi Rasional
Orientsikan klien terhadap prosedur prainduksi dan Orientsi dapat menurunkan kecemasan.
aktivitas yang diharapkan.
Tujuan: dalam waktu 1 x 10 menit klien mampu mengembangkan koping yang positif.
Kriteria evaluasi:
klien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang terjadi.
klien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa
harga diri yang negatif.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan
hubungan Menentukan bantuan individual dalam menyusun
dengan derajat ketidakmampuan. rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
lebih lanjut.